Anda di halaman 1dari 49

ANALISIS BIFURKASI FLUXON PADA

PERSAMBUNGAN JOSEPHSON BERTIPE


SUPERKONDUKTOR-FEROMAGNETIK-
SUPERKONDUKTOR (S/F/S)

HEMA NUR AMALIA

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013
Hema Nur Amalia : Analisis Bifurkasi Fluxon pada Persambungan
Josephson Bertipe Superkonduktor-Feromagnetik-Superkonduktor (S/F/S).
Dibimbing Oleh : Dr. Husin Alatas dan Dr. Tony Ibnu Sumaryada M. Si.

ABSTRAK
Dinamika persambungan Josephson bertipe S/F/S berbeda dengan persambungan
Josephson biasa, dimana pada dinamika persambungan tersebut terdapat penambahan
suku sin 2∅ yang merupakan akibat dari kontribusi arus-super harmonik kedua yang
terkait gejala Shapiro Steps. Penelitian yang telah dilakukan yakni menganalisis bifurkasi
fluxon guna mengetahui kestabilan fluxon pada persambungan Josephson bertipe S/F/S.
Analisis dilakukan menggunakan pendekatan dinamika sistem secara analitik dan dibantu
dengan perhitungan numerik menggunakan aplikasi MATLAB ODE45. Hasil jenis titik
kritis dan bifurkasi yang diperoleh menunjukkan parameter redaman ternormalisasi
( dan ) tidak mempengaruhi perubahan kestabilan fluxon pada batas kurang dari satu.
Parameter hanya mempengaruhi jenis titik kritis dan bifurkasi yang terjadi, jika = 0,
untuk = 0 maupun = 0.4 bifurkasi yang terjadi adalah saddle-center, dan jika
= 0.5 bifurkasinya adalah saddle-focus. Parameter mempengaruhi amplitudo pada
osilasi fluxon yang dihasilkan, jika = 0 amplitudo fluxon sangat kecil, sedangkan jika
= 0.4 amplitudonya lebih besar. Pada setiap kasus tersebut, kestabilan fluxon
dipengaruhi oleh arus-super harmonik pertama yang berbeda tanda, yaitu ketika > 0
fluxon selalu stabil, sedangkan ketika < 0 fluxon awalnya tidak stabil tetapi cenderung
akan menuju titik stabilnya.

Kata kunci : Superkonduktor, persambungan Josephson bertipe S/F/S, fluxon, analisis


dinamika sistem dan bifurkasi, ODE 45.
Hema Nur Amalia : The Analysis of Fluxon Bifurcation on The Josephson
Junction of type Superconductor-Ferromagnetic-Superconductor (S / F / S).
Dibimbing Oleh : Dr. Husin Alatas dan Dr. Tony Ibnu Sumaryada M. Si.

ABSTRACT

Dynamics for the Josephson junction of type S/F/S is different from ordinary
Josephon junction, where on the junction is contained the addition of tribal sin 2φ which
is the result of the second harmonic supercurrent on the Josephson junction of type S/F/S
that is related to Shapiro Steps symptoms. Research has been done is analyze the fluxon
bifurcation to determine the stability of the fluxon in a Josephson junction of type S/F/S.
The analysis was done by using the approach of analytically dynamics system and
assisted by numerical solution that uses the application ODE 45 on MATLAB. The result
of the critical point and the bifurcation types which is obtained to show the normalized
damping parameter ( dan ) does not affect the change of fluxon stability at the limit of
less than one. Parameter only affects the type of critical point and bifurcation that
occurs, if = 0, for = 0 and = 0.4 the bifurcation occurs is a saddle-center, and if
= 0.5 the bifurcation is a saddle-focus. Parameter affects the amplitude on the
generated fluxon oscillation, if = 0 the fluxon amplitude is very small, whereas if
= 0.4 the amplitude is larger. In each case, the fluxon stability is affected by the first
harmonic supercurrents which is different sign, those are when > 0 the fluxon is
always stable, whereas when < 0 fluxon is unstable at first but it tends towards to the
point of its stability.

Keywords: Superconduktor, Josephson Junction of type S/F/S, fluxon, analytically


dynamics system dan bifurcation, ODE 45.
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Analisis Bifurkasi Fluxon pada Persambungan Josephson


Bertipe Superkonduktor-Feromagnetik-Superkonduktor
(S/F/S)

Nama : Hema Nur Amalia


NRP : G74080040

Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Husin Alatas Dr. Tony Ibnu Sumaryada M.Si

NIP. 19710604 199802 1 001 NIP. 19720519 199702 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Fisika FMIPA IPB

Dr. Akhiruddin Maddu

NIP. 19660907 199802 1 000

Tanggal Lulus:
ANALISIS BIFURKASI FLUXON PADA PERSAMBUNGAN
JOSEPHSON BERTIPE SUPERKONDUKTOR-
FEROMAGNETIK-SUPERKONDUKTOR (S/F/S)

HEMA NUR AMALIA

G74080040

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana sains pada
Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas segala kemudahan yang telah diberikan-Nya bagi penulis


dalam penyelesaian makalah tugas akhir yang berjudul “Analisis Bifurkasi Fluxon pada
Persambungan Josephson Bertipe Superkonduktor-Feromagnetik-Superkonduktor
(S/F/S)”. Makalah hasil penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana sains di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Dalam makalah tugas akhir ini tertuang
penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Hal ini tak lepas dari kebaikan orang-orang di sekitar penulis. Maka sepatutnyalah
penulis menghaturkan terima kasih kepada keluarga besar atas doa-doa dan
pengharapannya yang tulus terutama ayah dan ibu penulis, kepada Bapak Dr. Husin
Alatas dan Bapak Dr. Tony Ibnu Sumaryada, M.Si atas bimbingan dan pengarahan terkait
tugas akhir ini, kepada civitas Fisika IPB, Bapak Drs. M. Nur Indro, M.Sc, Bapak Firman
Permana, Bapak Jajang Juansah, S.Si, M.Si, Bapak Ardian Arief, M.Si, beserta rekan-
rekan Fisika IPB Rifka Dina Putri, S.Si, Masitoh, Epa Rosidah Apipah, rekan satu tim
fisika teori, dan teman – teman Fisika 45 lainnya, kemudian kepada sahabat Ivan
Muharriman Vidiarto, Rani Irawati, serta pihak-pihak yang telah berjasa besar dalam
pembuatan makalah tugas akhir ini.

Semoga makalah tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dan dijadikan bahan pembelajaran. Penulis menyadari bahwa makalah ini
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis memohon maaf bila terjadi kesalahan atau
kekurangan pada makalah ini.

Bogor, Januari 2013

Penulis
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 26 Januari 1990


dari pasangan M. Sulaiman Z. Panjaitan dan Martini Rahayu.
Penulis mempunyai kakak bernama M. Suhaimi Darma Zakaria,
serta dua adik bernama M. Nuzul Furqan dan Siti Nurhaliza.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak hingga
Sekolah Menengah Atas di Bogor, yaitu; TK IKAWATI, SDN
Cibalagung 5, SMP Rimba Teruna, dan SMA Negeri 5 Bogor.
Pada tahun 2008, penulis diterima menjadi mahasiswa IPB di Departemen Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI). Disamping kuliah, penulis mengikuti kursus networking CCNA di Cisco
Networking Academy. Selain aktif mengikuti kegiatan akademik, penulis juga aktif di
beberapa organisasi kemahasiswaan di IPB seperti Himpunan Mahasiswa Fisika dan
dalam kepanitiaan pada beberapa acara yang diselenggarakan oleh mahasiswa IPB.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………….…. iii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………. iv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..……… vi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………..………...……….... 1
1.2 Tujuan Penelitian ……………………………………………..………... 1
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1
1.4 Hipotesis ……………………………………………………………...... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Superkonduktor ………………………………………………………... 2
2.2. Persambungan Josephson dan Fluxon-Statik ………………..………... 3
2.3. Shapiro Steps dan Persambungan Josephon bertipe Feromagnetik …… 5
2.4. Dinamika Sistem dan Bifurkasi ………….……………………………. 6
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………………..… 8
3.2 Peralatan ……………………………………………………………...… 8
3.3 Metode Penelitian ……………………………………………..……….. 8
3.3.1. Analisis Bifurkasi ………………………………………..……... 8
3.3.2. Analisis Numerik ………………………………………………... 8
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Dinamika Sistem ……………………………………………… 9
4.2 Analisis Numerik ………………………………………………………. 14
4.3 Analisis Bifurkasi .......………………………………………………….. 19
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ……………….…………………………………………..... 22
5.2 Saran …………………………………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………. 23
LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 24

ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Analogi bandul dengan persambungan Josephson ………………..…… 5
Tabel 2. Hasil linearisasi dan harga eigen ketika = 0 ……………………..…… 10
Tabel 3. Hasil linearisasi dan harga eigen ketika = 0.4 …………………..……. 11
Tabel 4. Jenis titik kritis untuk kasus = 0 ketika = 0 ……………………..… 12
Tabel 5. Jenis titik kritis untuk kasus = 0.5 ketika = 0 ……………………... 12
Table 6. Jenis titik kritis untuk kasus = 0 ketika = 0.4 …………….……...... 13
Tabel 7. Jenis titik kritis untuk kasus = 0.5 ketika = 0.4 ………………...…. 13

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Hubungan antara resistivititas terhadap suhu ………………….........…… 2
Gambar 2. Persambungan Josephson ………………………………………...........…… 3
Gambar 3. Persambungan Josephson yang dihubungkan ke arus DC …………....……. 3
Gambar 4 Hubungan nonlinier antara flux magnet dan rapat arus ................................ 4
Gambar 5. Rangkaian listik yang setara dengan persambungan Josephson ……............ 4
Gambar 6. Grafik hubungan arus-tegangan hasil penelitian eksperimen
untuk persambungan Josephson bertipe S/F/S yang menunjukkan
terjadinya lompatan arus pada kelipatan estengah integer dari
tegangan Josephson …………………………………........…....................... 6
Gambar 7. Jenis titik kritis ketika = 0 untuk kasus β = 0 dan β = 0.5 yang
menunjukkan perubahan jenis titik kritis jika divariasikan;
a1. Untuk β = 0, ketika =3 (a2) Ketika = −3 ......................... 14
b1. Untuk β = 0.5, ketika =3 (b2) Ketiks = −3 ……...……...… 14
Gambar 8. Jenis titik kritis ketika = 0.4 untuk kasus β = 0 dan β = 0.5 yang
menunjukkan perubahan jenis titik kritis jika divariasikan;
a1. Untuk β = 0, ketika =3 (a2) Ketika = −3 …………..…… 15
b1. Untuk β = 0.5, ketika =3 (b2) Ketika = −3 ……...………... 15
Gambar 9. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus β = 0 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
.………..….....……………………………………........……….….……...... 16
Gambar 10. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus β = 0 dan = 0.4
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅

…………..…………………………………………………………............. 17
Gambar 11. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus β = 0.5 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅

…………..…………………………………………………………............. 17
Gambar 12. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus β = 0.5 dan = 0.4
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅

…………..…………………………………………………………............. 17

iv
Gambar 13. Plot 3D hubungan waktu (t) dengan fase (∅ dan ∅ ) yang menunjukkan
fluxon stabil secara periodik jika = 0
(a) ketika = 0 (b) ketika = 0.4

…………..…………………………………………………………............. 18
Gambar 14. Plot 3D hubungan waktu (t) dengan fase (∅ dan ∅ ) yang menunjukkan
fluxon stabil secara periodik jika = 0
(a) ketika = 0 (b) ketika = 0.4

…………..…………………………………………………………............. 18
Gambar 15. Diagram bifurkasi ketika = 0 dengan titik kritis (∅ , ∅ ) :
a. (0,0); a1 ketika = 0, a2 ketika = 0.5 ............. 20

b. ( + cos , 0) ; b1 ketika = 0, b2 ketika = 0.5 …….... 20

c. ( + 1) − cos , 0 ; c1 ketika = 0,c2 ketika = 0.5 ............ 20

Gambar 16. Diagram bifurkasi ketika = 0.4 dengan titik kritis (∅ , ∅ ) :


a. (0,0); a1 ketika = 0, a2 ketika = 0.5 ………………... 21
b. (0.08021533 ,0); b1 ketika = 0, b2 ketika = 0.5 ………………… 21
c. (2.779596 ,0); c1 ketika = 0, c2 ketika = 0.5 .…....………….. 21

v
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran A. Analisis Dinamika Sistem ketika = 0 ...………................................ 25
Lampiran B. Analisis Dinamika Sistem ketika = 0.4 .……………………...…... 29
Lampiran C. Persamaan untuk Diagram Bifurkasi ketika = 0 ...……..…...….…. 30
Lampiran D. Persamaan untuk Diagram Bifurkasi ketika = 0.4 .…..…...…….... 33
Lampiran E. Sintaks Analisis Numerik Menggunakan ODE45 ………………......... 34
Lampiran F. Gambar Hasil Analisis Numerik untuk Nilai 10 < < 10 ……… 35

vi
BAB 1 Persambungan Josephson bertipe
superkoduktor-feromagnetik-
PENDAHULUAN superkonduktor (S/F/S) adalah
persambungan yang terdiri dari dua lapis
1.1 Latar Belakang
Superkonduktivitas merupakan superkonduktor yang berdekatan dan
gejala yang menarik untuk dipelajari dan dipisahkan oleh penghubung berupa
diamati. Salah satu keuntungan dari bahan feromagnetik yang disusun seperti
pada Gambar 2 (halaman 3). Secara
penggunaan superkonduktor adalah tidak
fenomenologis pada transisi dari 0-state
adanya energi yang terbuang ketika
menghantarkan arus listrik karena menjadi π-state pada sistem S/F/S diduga
resistansi nol. Selain itu, superkonduktor turut pula berperan arus-super harmonik
dapat digunakan untuk mengamati adanya kedua. Arus ini terkait dengan gejala
perubahan medan magnet dengan Shapiro Steps sebagai akibat adanya
sensitivitas yang tinggi pada perubahan temperatur pada
persambungan. Gejala Shapiro Steps yang
persambungan Josephson (Josephson
junction).1 dimaksud memiliki karakteristik pada
Persambungan Josephson adalah temperatur transisinya, yakni terjadi
persambungan dua buah superkonduktor lompatan arus pada kelipatan setengah
dari bilangan bulat tegangan Josephson.4
yang dipisahkan oleh material
penghubung yang mampu Dinamika fluxon yang terkait dengan
kehadiran arus-super harmonik kedua
membangkitkan osilasi tegangan dengan
diberikan oleh persamaan double sine-
frekuensi tinggi, yakni mencapai 1010 –
1011 Hz. Sistem ini telah banyak Gordon (dsG). 5
digunakan dalam peningkatan performa
piranti teknologi, seperti detektor 1.2 Tujuan Penelitian
(SQUID), dan perangkat switching cepat Menganalisis bifurkasi fluxon pada
untuk rangkaian digital serta telah persambungan Josephson bertipe S/F/S
guna mengetahui perubahan kestabilan
digunakan untuk mendeteksi radiasi
inframerah.2 fluxon jika dilakukan variasi parameter
Karakteristik penting pada redaman yang terdapat pada
persambungan ketika dilewati arus
persambungan Josephson adalah
eksternal. Analisa dilakukan secara
kehadiran fluxon yang merupakan
kuantitas tak berdimensi. Fluxon analitik menggunakan pendekatan
merupakan perbandingan antara flux- dinamika sistem dan juga secara numerik
magnet dengan kuantum flux-magnet menggunakan Matlab dengan metode
akibat adanya arus super yang melewati ODE45.
persambungan Josephson.3
Dengan semakin berkembangnya 1.3 Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh variasi
teknologi superkonduktor, maka perlu
dilakukan penelitian guna mempelajari parameter redaman terhadap bifurkasi dan
kestabilan fluxon pada persambungan kestabilan fluxon yang terjadi pada
Josepson. Dalam penelitian ini dilakukan dinamika persambungan Josephson
analisis bifurkasi melalui pendekatan bertipe S/F/S.
dinamika sistem dan perhitungan numerik
menggunakan metode beda hingga yang 1.4 Hipotesis
Variasi parameter yang terkait
telah tersedia dalam bentuk aplikasi
MATLAB ODE45. dengan kehadiran fluxon di
persambungan Josephson bertipe S/F/S,
tetap menunjukkan hasil yang stabil jika
parameter redaman ternormalisasi
divariasikan pada batas kurang dari satu,
dimana pada keadaan ini terkait
underdamped.
BAB 2 pasangan Cooper tersebut adalah nol.
Dengan demikian, pasangan Cooper
TINJAUAN PUSTAKA bertindak seperti partikel boson yang
tidak mematuhi prinsip larangan Pauli,
2.1 Superkonduktor sehingga di dalam keadaan kuantum yang
Superkonduktor merupakan bahan sama dan dengan energi yang sama
material yang memiliki hambatan listrik terdapat sejumlah pasangan Cooper.
bernilai nol pada suhu yang sangat Selain itu kedua elektron di dalam
rendah. Artinya superkonduktor dapat pasangan Cooper memiliki momentum-
menghantarkan arus walaupun tanpa momentum linier yang sama dan
adanya sumber tegangan. Resistivitas berlawanan, yang mengakibatkan
suatu bahan superkonduktor bernilai nol momentum total nol untuk pasangan
jika berada pada suhu kritis atau di bawah Cooper.9
suhu kritisnya. Ketika suhu diturunkan
maka secara bertahap hambatan listrik Sifat lain dari superkonduktor yaitu
akan berkurang, dan ketika mencapai bersifat diamagnetisme sempurna. Jika
suhu tertentu tiba-tiba hambatannya turun sebuah superkonduktor ditempatkan pada
hingga menjadi nol.6,7 medan magnet, maka superkonduktor
akan menolak medan magnet tersebut.
Teori tentang superkonduktor yang Hal ini terjadi karena superkonduktor
lebih terinci diajukan oleh Barden, menghasilkan medan magnet yang
Cooper dan Schrieffer dalam teori BCS berlawanan arah dengan medan magnet
yang akhirnya memenangkan hadiah luar yang diberikan. Efek yang sama
Nobel. Dalam teori ini dikatakan bahwa dapat diamati jika medan magnet
elektron-elektron pada superconducting diberikan pada bahan dalam suhu normal
state selalu berpasang-pasangan dan kemudian didinginkan sampai menjadi
seluruhnya berada dalam keadaan superkonduktor, maka medan magnet
kuantum yang sama, pasangan-pasangan akan ditolak ketika mencapai suhu kritis
ini disebut pasangan Cooper. Pada atau lebih kecil dari suhu kritisnya. Efek
superconducting state (dimana < , < ini dinamakan Efek Meissner. Efek
, dan < ), muatan pembawa yang tersebut sangat kuat sehingga sebuah
terdiri dari pasangan-pasangan Cooper magnet dapat melayang karena ditolak
dapat bergerak tanpa hambatan dalam oleh superkonduktor. Tetapi, medan
superkonduktor.8 magnet luar tidak boleh terlalu besar,
apabila medan magnetnya terlalu besar,
Elektron dalam pasangan Cooper maka efek Meissner akan hilang dan
dapat dipandang sebagai partikel tunggal.
material akan kehilangan sifat
Karena kedua elektron tersebut memiliki superkonduktivitasnya.2,8
spin berlawanan, maka spin total
Superkonduktor kini telah banyak
digunakan dalam berbagai bidang. Karena
apabila hambatan nol, maka tidak ada
energi yang hilang pada saat arus
mengalir, sedangkan apabila ada
hambatan arus akan terbuang menjadi
panas. Beberapa contoh dari aplikasi
penggunaan material superkonduktor
adalah: kereta magnet (MAGLEV),
generator listrik super-efisien,
Gambar 1. Hubungan antara supercomputer, SQUID, MRI, dan motor
resistivititas terhadap listrik superkonduktor.8
suhu.3
3

Gambar 2. Persambungan Josephson.10

2.2 Persambungan Josephson dan Jika persambungan Josephson


Fluxon Statik terhubung ke sumber arus DC (Gambar
Persambungan Josephson adalah 3), arus tetap ( > 0) akan melewati
piranti superkonduktor yang memiliki persambungan. Dengan menggunakan
kemampuan untuk membangkitkan mekanika kuantum, dapat ditunjukkan
osilasi tegangan dengan frekuensi tinggi, bahwa jika arus ini kurang dari arus
yaitu antara 1010 – 1011 siklus per detik. kritis (Ic), maka tidak ada tegangan yang
Persambungan Josephson memiliki akan muncul di persambungan.2 Dalam
prospek yang sangat menjanjikan untuk hal ini, persambungan bertindak seolah-
diterapkan sebagai detektor (SQUID), olah memiliki hambatan nol, tetapi fase
dan perangkat switching cepat untuk dari kedua bahan superkonduktor
rangkaian digital. Persambungan tersebut akan terpisah dengan perbedaan
Josephson dapat mendeteksi potensi fase yang konstan ∅ = ∅ − ∅ , fase ∅
listrik sekecil 10 volt, dan telah ini memenuhi hubungan fase-arus
digunakan untuk mendeteksi radiasi Josephson: 2,10
infra merah dari galaksi yang jauh.2 = sin ∅ (1)
Persamaan (1) menunjukkan
Persambungan Josephson terdiri bahwa perbedaan fase akan meningkat
dari dua bahan superkonduktor yang ketika arus bias I ditingkatkan.
berdekatan dan dipisahkan oleh Ketika I melebihi Ic, perbedaan fase
penghubung yang lemah (weak link) konstan tersebut tidak dapat lagi
(Gambar 2). Penghubung dapat berupa dipertahankan dan tegangan akan
isolator, konduktor, semikonduktor, muncul di persambungan. Fase pada dua
ataupun superkonduktor lemah.2,1 Jika sisi persambungan mulai berubah
penghubung (weak link) di antara terhadap waktu, dengan mengikuti
superkonduktor cukup tipis, katakanlah hubungan tegangan-fase Josephson:2
ħ
20-10 Å, maka dapat terjadi = ∅̇ (2)
penerobosan oleh pasangan Cooper
dimana V adalah tegangan sesaat di
meskipun tidak ada tegangan luar, dan
persambungan, ħ = h/2π, dan e adalah
menciptakan arus di dalamnya.10
jumlah muatan elektron.2
Kehadiran arus pada gilirannya akan
mengakibatkan munculnya “Fluxon” Beda fase pada Persamaan (2)
yang merupakan perbandingan antara memiliki kaitan dengan flux magnet
flux magnet dengan kuantum flux yang terjadi akibat arus super Josephson,
magnet. yang dapat dituliskan kembali dalam
bentuk sebagai berikut:10
2.2.1 Hubungan Josephson
= (3)
Dengan ∅ = 2 Φ⁄Φ dan Φ =
ℎ⁄2 = 2.064 10 Wb didefinisikan
sebagai kuantitas flux magnet. Sehingga,
dari Persamaan (1) dan (3) terlihat
bahwa hubungan antara flux magnet
dengan arus memiliki hubungan sebagai
Gambar 3. Persambungan Josephson
berikut: 3,10
yang dihubungkan ke sumber
arus DC.10
4

0 I 2.2.2 Rangkaian yang Setara


 sin 1 (4)
2 Ic Persamaan (1) hanya berlaku untuk
Hubungan flux-arus, dapat ditunjukkan supercurrent yang dibawa oleh
pada Gambar 4. pasangan elektron. Pada
umumnya, arus total yang melalui
Jika tegangan pada persambungan persambungan pun akan mengandung
Josephson adalah nol ( = 0) dari kontribusi dari arus perpindahan dan
Persamaan (2), maka beda fase akan arus biasa. Arus perpindahan
konstan. Kondisi ini mengimplikasikan digambarkan oleh sebuah kapasitor,
bahwa rapat arus ⁄ tetap ada sedangkan arus biasa digambarkan oleh
meskipun tidak ada tegangan luar. sebuah resistor pada rangkaian ekivalen
Fenomena ini disebut dengan efek seperti ditunjukkan pada (Gambar 5).
Josephson DC yang diprediksikan oleh Model ini pertama kali dianalisis oleh
Bryan D. Josephson pada tahun 1962. Stewart, kemudian oleh
Kemudian teoretis ini dibuktikan secara McCumber (1968).2
eksperimen oleh Anderson dan Powell
pada tahun 1963.3,10 Dengan menerapkan hukum
Kirchhoff tegangan dan arus.
Misalkan yang diberikan pada Untuk rangkaian paralel, tegangan jatuh
persambungan tersebut adalah konstan pada masing-masing cabang harus sama.
atau ( = ), maka integrasi Dari sini dapat dinyatakan bahwa semua
Persamaan (2) menghasilkan ∅ = ∅ + tegangan pada rangkaian tersebut sama
2 ⁄ℎ, sehingga arus I menjadi :10 dengan V, yaitu tegangan di
= sin ∅ + (5) persambungan, maka arus yang melalui
Persamaan (5) menunjukkan bahwa di kapasitor sama dengan ̇ , ( ̇ = ),
dalam persambungan superkonduktor kemudian arus yang melalui resistor
muncul arus AC dengan frekuensi sama dengan ⁄ , dan jumlah dari
persatuan tegangan ( ⁄ = 2 ⁄ℎ = arus-arus tersebut dengan supercurrent
483,6 / ).10 Melihat besarnya (Ic sin ∅) harus sama dengan arus bias I,
frekuensi arus AC yang dihasilkan, yaitu :2
maka dapat disimpulkan bahwa jika ̇ + + sin ∅ = (6)
terdapat perubahan tegangan meskipun
sedikit, dapat memberikan perubahan Persamaan (6) ditulis kembali
frekuensi yang sangat signifikan. Gejala menggunakan hubungan perbedaan fasa
inilah yang dimanfaatkan dalam piranti dari Persamaan (2), hasilnya sebagai
berbasis SQUID.3 berikut:2
ħ ħ
∅̈ + ∅̇ + sin ∅ = (7)
Persamaan (7) dapat disamakan dengan
persamaan yang mengatur pendulum
teredam yang dikendalikan oleh torsi
konstan. Persamaan untuk pendulum
teredam itu adalah:2
̈+ ̇+ sin = Γ

Gambar 4. Hubungan nonlinier antara


flux magnet dan rapat arus Gambar 5. Rangkaian listrik yang setara
( ⁄ ).10 dengan persambungan
2
5

Tabel 1. Analogi bandul dengan persambungan Josephson.2

Bandul Persambungan Josephson

Sudut ( ) Perbedaan fasa (∅)


Kecepatan angular ( )̇ Tegangan (ħ 2 ∅̇)
Massa (m) Kapasitansi ( C )
Torsi (Γ) Arus bias (I)
Konstanta Redaman (b) Konduktansi (1 )
Torsi Maksimum Gravitasi (mgL) Arus Kritis ( )

Analogi mekanika tersebut =


ħ
ditampilkan pada tabel 1. Analogi ini
Besaran ini disebut sebagai parameter
sering terbukti berguna dalam
McCumber. Parameter β dapat dianggap
memvisualisasikan dinamika
seperti sebuah kapasitansi tak berdimensi.
persambungan Josephson. Sullivan dan
Nilai tergantung pada
Zimmerman (1971) sebenarnya
ukuran, geometri, dan jenis penghubung
membangun analogi mekanika tersebut,
yang digunakan dalam persambungan
dan mengukur tingkat rotasi rata-rata dari
Josephson, dan berkisar dari ≈ 10
pendulum sebagai fungsi dari torsi yang
sampai ≈ 10 .2
diterapkan. Hal ini analog dengan kurva I-
V (kurva arus-tegangan) pada Pada kasus ini nilai dibatasi untuk
persambungan Josephson.2 Berikut
kasus << 1, dimana dapat
beberapa nilai parameter yang biasa
diabaikan setelah transien awal yang
digunakan untuk persambungan
cepat. Maka Persamaan (10) menjadi
Josephson, arus kritis berada pada
osilator tak seragam:2
kisaran ≈ 1μ − 1 , sementara
untuk tegangan biasanya sebesar 1mV ∅̇ = − sin ∅ (12)
( = 1 ). Karena 2e/h ≈ 4.83x1014
Hz/V, frekuensi yang muncul berada
Dari Persamaan (12), dapat terlihat fluxon
dalam kisaran 1011 Hz. Sedangkan skala
yang terkait dengan beda fase cenderung
panjang untuk persambungan Josephson menuju titik tetap yang stabil ketika
sekitar 1µm, tapi ini tergantung pada
geometri dan jenis penghubung yang < , dan bervariasi secara
digunakan.2 periodik ketika > .2

2.2.3 Perumusan tidak Berdimensi 2.3 Shapiro Steps dan


Persambungan Josephon
Jika Persamaan (4) dibagi dengan Ic, bertipe Feromagnetik
dan kita definisikan suatu besaran waktu
yang tidak berdimensi (dimensionless Dalam jurnal yang berjudul “Half-
time) sebagai berikut:2 Integer Shapiro Steps at the 0-π
Crossover of a Ferromagnetic Josephson
= (9)
ħ junction”, yang dipublikasikan oleh
maka diperoleh persamaan yang tidak Sellier menyebutkan hasil penelitian
berdimensi : persambungan Josephson bertipe S/F/S
∅̈ + ∅̇ + sin ∅ = (10) yang menggunakan bahan Nb/CuNi/Nb.
Mereka meneliti hubungan arus terhadap
dimana ∅̇ = ∅ , dengan β adalah : tegangan pada persambungan,
menganalisis penurunan arus super
6

Gambar 6. Grafik hubungan arus-tegangan hasil penelitian eksperimen untuk


persambungan Josephson bertipe S/F/S yang menunjukkan terjadinya
lompatan arus pada kelipatan stengah integer tegangan Josephson.4

menggunakan eksitasi frekuensi tinggi, 2.4 Dinamika Sistem dan Bifurkasi


dan mengamati bentuk fraksional Shapiro Dinamika suatu sistem fisis dapat
Steps (Gambar 6). Kemudian secara digambarkan oleh suatu set persamaan
fenomenologis, diduga bahwa gejala diferensial biasa yang merupakan fungsi
fraksionalisasi ini disebabkan oleh satu variabel. Dimana permodelan
kehadiran hubungan arus-fasa tersebut harus memiliki sifat dinamis
berharmonik tinggi yaitu sin 2∅.4 (berubah terhadap waktu) dan
Sellier mengungkapkan bahwa untuk autonomous. Konsep mengenai
sistem persambungan Josephson yang persamaan differensial biasa, ruang-fasa,
terdiri atas superkonduktor-feromagnetik- titik kritis serta stabilitasnya merupakan
superkonduktor atau S/F/S muncul gejala hal yang fundamental dalam dinamika
Half-Integer Shapiro Steps terkait yang sistem.11,12
memiliki karakteristik berbeda pada Bifurkasi adalah proses perubahan
temperatur tertentu, yakni lompatan arus trayektori yang terjadi disekitar titik kritis,
terjadi pada kelipatan setengah integer bifurkasi dicirikan dengan adanya
dari tegangan Josephson (Gambar 6). perubahan jumlah titik kritis serta
Temperatur yang dimaksud berkaitan jenisnya akibat perubahan parameter yang
dengan transisi persambungan Josephson terkandung di dalam suatu sistem
dari tipe-0 ke tipe-π, dimana kedua tipe persamaan.11 Titik kritis merupakan titik
tersebut berbeda dalam keadaan energi keseimbangan yang yang dimiliki oleh
dasarnya. Hal ini menunjukkan bahwa suatu dinamika sistem, titik-titik ini
munculnya kelipatan setengah bilangan digunakan untuk menjelaskan bagaimana
bulat dari tegangan Josephson merupakan fenomena struktur dari dinamika sistem
konsekuensi dari kontribusi hubungan tersebut. Titik kritis ditentukan dengan
arus-fasa dengan arus-super harmonik mengenali persamaan differensial
kedua sin 2∅ di persilangan 0-π pada pembentuk dinamika sistem yang bersifat
persambungan Josephson S/F/S, autonomous (berdiri sendiri).12
sehingga:3,4 Sebuah persamaan diferensial biasa
= sin ∅ + sin 2∅ (13) (PDB) bersifat autonomous jika di
Adanya kehadiran hubungan arus-fasa dalamnya tidak terdapat kebergantungan
berharmonik terkait dengan persamaan terhadap variabel secara eksplisit, hal
double sine-Gordon (dsG):5 tersebut dapat ditinjau sebagai berikut:11
− + sin ∅ + sin 2∅ − = 0 ̇ = ( ) (15)
dimana γ adalah arus eksternal, l adalah Kemudian dituliskan dalam bentuk yang
setengah panjang dari persambungan,a1 lebih eksplisit sebagai berikut:
dan a2 adalah amplitudo yang
dinormalisasi dari harmonik pertama dan
kedua arus Josephson. Semua besaran
tidak berdimensi.5
7

̇ = ,… Setelah diperoleh harga eigen dari


⋮ (16) sistem terkait, dapat dilakukan analisis
̇ = untuk mengetahui jenis titik kritis dan
,…
analisis bifurkasi yang terjadi pada
Jika terdapat titik-titik = , yang
sistem. Karakteristik dari titik kritis,
diakibatkan , ,…, , ,…, , = yaitu : titik node, jika harga eigen
0 secara serempak, maka set titik bernilai riil dengan , > 0 atau
tersebut dinamakan sebagai titik kritis , < 0. Dimana ketika , >0
yang terkait dengan { ̇ = 0} . disebut titik node atraktor negatif,
Berdasarkan kenyataan ini, sebuah titik sedangkan ketika , < 0 disebut titik
kritis dalam ruang-fasa terkait dengan node atraktor positif. Selanjutnya,
solusi stasioner.11 disebut titik sadel jika harga eigen
Untuk menganalisis bifurkasi suatu bernilai riil dengan > 0, < 0, atau
sistem, sebelumnya perlu diketahui sebaliknya. Titik center, jika harga eigen
karakteristik dari titik kritis sistem bernilai imajiner ( = , = − ).
persamaan terkait yakni dengan Dan titik fokus, jika harga eigen
melakukan ekspansi Taylor terhadap merupakan bilangan kompleks ( =
di sekitar = , hingga orde + dan = − , dengan
pertama saja:11 ≠ 0). Dimana pada kasus >0
̇ =∑ ( − , ) + disebut titik fokus atraktor negatif,
, sedangkan pada kasus < 0 disebut
(17)
titik fokus atraktor positif.11 Selain jenis
Dengan memanfaatkan linierisasi titik kritis dapat pula dianalisis
Persamaan (17), dilanjutkan dengan kestabilan suatu sistem dari harga
menentukan harga eigen. Harga eigen eigennya. Jika kedua nilai eigen bernilai
dibutuhkan untuk mengetahui real positif, real negatif, atau berupa
karakteristik dari titik kritis, sehingga, bilangan kompleks dengan < 0, maka
dapat dianalisis jenis bifurkasi yang sistem dikatakan stabil. Kemudian, jika
terjadi dalam sistem. Untuk menentukan harga eigen satu bernilai positif dan
harga eigen, Persamaan (16) dituliskan yang lain bernilai negatif, atau bilangan
kembali kedalam bentuk persamaan kompleks dengan > 0, maka sistem
matriks berikut:11 tidak stabil. Sedangkan jika harga eigen
̇= (18) berupa bilangan kompleks dengan = 0
dengan sistem dikatakan stabil netral.
≡ ( … ) (18a) Untuk jenis bifurkasi terdiri dari
⎡ … ⎤ empat jenis, pertama, bifurkasi Sadel-
⎢ Node yang dicirikan oleh munculnya
≡ ⋮ ⋱ ⋮ ⎥ (18b)
⎢ ⎥ dua atau lebih titik kritis. Kedua,
⎣ … ⎦ bifurkasi Trans-Kritikal yang dicirikan
A merupakan matriks NxN yang dengan jumlah titik kritis yang terlibat
diasumsikan sebagai matriks dalam proses tetap, tetapi
nonsingular (det A ≠ 0). Kemudian mengakibatkan perubahan karakteristik
harga eigen bagi matriks A dapat kestabilannya. Ketiga, bifurkasi Pitch-
ditentukan dengan menyelesaikan Fork yang dicirikan dengan
persamaan berikut: bertambahnya titik kritis, misalnya dari
= (19) satu titik kritis menjadi tiga titik, dimana
dimana λ merupakan harga eigen untuk titik kritis yang ada sebelumnya
terkait yang dapat diperoleh dengan berubah karakteristik stabilitasnya dari
memecahkan persamaan karakteristik stabil menjadi tidak stabil, sedangkan
berikut:11 untuk titik kritis yang baru bersifat
det( − ) = 0 (20) stabil. Dan yang keempat, bifurkasi
Hopf, bifurkasi ini digunakan untuk
sistem PDB dua dimensi dan bergantung 3.3.1 Analisis Bifurkasi
pada suatu parameter. Bifurkasi ini pada Persamaan untuk persambungan
dasarnya melibatkan trayektori yang Josephson bertipe S/F/S merupakan
bersifat periodik dimana terjadi persamaan differensial yang bersifat
perubahan jenis titik kritis dari titik autonomous dan dipengaruhi oleh
fokus dengan atraktor positif menjadi beberapa parameter terkait. Persamaan
atraktor negatif disertai dengan tersebut dianalisis dengan mencari titik
kemunculan limit cycle.11 kritisnya menggunakan Persamaan (16),
kemudian dilinearisasi menggunakan
ekspansi Taylor (Persamaan 17) dan
BAB 3 diperoleh harga eigen menggunakan
Persamaan (20), untuk mengetahui jenis
METODE PENELITIAN titik kritis serta bifurkasi yang terbentuk
dari persamaan tersebut.
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 3.3.2 Analisis Numerik
Laboratorium Fisika Teori dan menggunakan MATLAB
Komputasi, Departemen Fisika, Fakultas Analisis numerik dilakukan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan menggunakan MATLAB dengan
Alam, Institut Pertanian Bogor dari metode ODE 45 (Ordinary Differential
bulan Januari 2012 sampai dengan Equation 45). Ordinary Differential
Oktober 2012. Equation adalah persamaan yang
memiliki turunan orde dari variabel
3.2 Peralatan bebas.13 Dari analisis numerik ini
Peralatan yang digunakan adalah diperoleh gambar yang menunjukkan
sebuah netbook dengan processor Intel jenis titik kritis, dan grafik yang
Atom @ 1.66GHz (2 CPUs), 1024MB menunjukkan osilasi yang terjadi pada
RAM. Software yang digunakan dalam sistem. ODE 45 merupakan salah satu
penelitian ini adalah MS. Office 2010 pemecah (solver) standar matlab untuk
dan MATLAB R2008b. Sebagai persamaan differensial biasa.14 Fungsi
pendukung penulis menggunakan ini menerapkan metode runge-kutta
sumber literatur, yaitu jurnal-jurnal dengan langkah waktu variabel untuk
ilmiah, buku-buku, dan sumber-sumber efisiensi perhitungan. ODE 45 dirancang
lain yang terkait. untuk menangani masalah umum
berikut:15
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dimulai dengan = ( , ), ( ) = (21)
mempelajari karakteristik Dimana t adalah variable bebas, x adalah
superkonduktor, persambungan vektor dari variabel dependen yang akan
Josephson, gejala Shapiro Steps, dan ditentukan, dan ( , ) adalah fungsi
persambungan Josephson bertipe S/F/S dari t dan x. Masalah matematika
untuk mengetahui bagaimana persamaan ditentukan ketika vektor yang
sistem pada persambungan tersebut. fungsinya di sisi kanan dari
Teori-teori ini digunakan untuk Persamaan (21) diatur dengan kondisi
mendukung pengolahan data ataupun awal, = saat t0 diberikan.15
analisis hasil pengolahan data. Analisis
bifurkasi fluxon pada persambungan
Josephson bertipe SFS menggunakan
pendekatan dinamika sistem (hal. 10).
Selain itu dilakukan pula analisis secara
numerik menggunakan metode ODE 45.
BAB 4 Dari Persamaan (22) pada kondisi
= 0 titik kritisnya adalah: (∅ , ∅ ) =
HASIL DAN PEMBAHASAN
(0,0); ( + cos ( ⁄2 ) , 0) ; dan
4.1 Analisis Dinamika Sistem ( ( + 1) − cos ( ⁄2 ) , 0) yang
diperoleh dari solusi analitik Persamaan
Pada penelitian ini, dilakukan (22). Sedangkan pada kondisi = 0.4
analisis dinamika sistem untuk titik kritisnya adalah (∅ , ∅ ) = (0,0) ;
persambungan Josephson bertipe S/F/S (0.08021533 ,0); dan (2.779596 ,0).
dengan melakukan modifikasi pada Nilai tersebut diperoleh secara numerik
Persamaan (10), yaitu berupa dengan nilai = 3 dan = 1.
penambahan suku sin 2∅ yang terkait Kemudian diperoleh juga hasil linearisasi
dengan gejala half-integer Shapiro Steps. dan harga eigennya yang disajikan pada
Sehingga Persamaan (10) menjadi sebagai Tabel 2 dan Tabel 3.
berikut:

∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ = (22)

Persamaan (22) merupakan


persamaan yang tak berdimensi dan
merupakan persamaan nonlinier yang
autonomous, maka dapat dianalisis
kestabilan dan bifurkasinya menggunakan
pendekatan dinamika sistem. Dimana ∅
merupakan beda fase, dan adalah
arus-super harmonik pertama dan kedua,
berbanding lurus dengan kapasitansi
dan hambatan kuadrat, dan arus
eksternal ( = ⁄ ). Parameter dan
merupakan parameter redaman
ternormalisasi.

Analisis dinamika sistem dilakukan


untuk mengetahui karakteristik dari
persambungan Josephson bertipe S/F/S
dengan menggunakan konsep kestabilan
yang sama untuk persambungan
Josephson biasa. Pada persambungan
Josephson, fluxon yang terkait dengan
beda fase cenderung menuju titik stabil
jika dan lebih kecil dari satu.
Penelitian ini menganalisis kasus dengan
melakukan variasi parameter = 0 dan
= 0.5, untuk kondisi = 0 dan
= 0.4. Besar arus eksternal
ditentukan dari ⁄ dengan = 0.5
pada rentang 1μA − 1mA, sedangkan
= 0.2 dan = 0 karena < .
Tabel 2. Hasil linearisasi dan harga eigen ketika =0

Titik Kritis (∅ , ∅ ) Linearisasi Harga Eigen

∅̇ = ∅ − ± − 4 − 8
0,0 , =
∅ ̇ = −( + 2 )∅ − ∅ 2

∅̇ = ∅ n ganjil
n ganjil
±

∅ ̇ = − 4 − ∅ − ∅ , =
( + cos , 0) 2
n genap;
n genap;
±
∅ ̇ = − + 4 + ∅ − ∅ , =
2

∅̇ = ∅ n ganjil
n genap
±
3 =
∅̇ = − 4 + ∅ − ∅ ,
( + 1) − cos ,0 2
2 n genap;
n ganjil;
3 ±
10

∅ ̇ = − + 4 − ∅ − ∅ ∅ , =
2
Tabel 3. Hasil linearisasi dan harga eigen ketika = 0.4
Titik Kritis
Linearisasi Harga Eigen
(∅ , ∅ )
∅̇ = ∅
− ± − 4( + 2 )
0,0 , =
∅ ̇ = −( + 2 )∅ − ∅ 2

∅̇ = ∅
− ± − 4(0.99999902 + 1.99999216 )
(0.08021533 ,0) , =
∅ ̇ = −(0.99999902 + 1.99999216 )∅ − ∅ 2

∅̇ = ∅
− ± − 4 (0.99882347 ) + (1.99059329 )
(2.779596 ,0) , =
∅ ̇ = −[ (0.99882347 ) + (1.99059329 )]∅ − ∅ 2
11
12

Solusi dari harga eigen yang Kondisi berbeda tanda berkaitan


diperoleh digunakan untuk menganalisis dengan arus-super harmonik pertama
jenis titik kritis ketika = 0 dan sin ∅ yang berlawanan arah. Untuk
= 0.5 pada kondisi = 0 dan > 0 terkait dengan 0-state, sedangkan
= 0.4. Dari kasus tersebut dilihat <0 terkait dengan π-state
perubahan nilai harga eigen dan jenis persambungan Josephson S/F/S. Tabel 4
titik kritisnya jika parameter sampai Tabel 7 menyajikan hasil
divariasikan dari positif ke negatif analisis jenis titik kritis.
( = ±3), sedangkan tetap ( = 1).

Tabel 4. Jenis titik kritis untuk = 0 ketika =0

No. Titik Kritis (∅ , ∅ ) Harga Eigen Jenis Titik Kritis


3 , = ± 2.236 Center
1. 0,0
-3 , = ±1 Sadel
n ganjil
Center
, = ± 2.345
3
n genap
Sadel
, = ± 2.345
2. (( + cos , 0)
n ganjil
Center
, = ± 3.39
-3
n genap
Sadel
, = ± 3.39
n ganjil
3 Sadel
, = ±2.55
n genap
-3 Center
, = ± 3.81
3. ( + 1) − cos ,0
2 n ganjil
3 Sadel
, = ± 3.54
n genap
-3 Center
, = ± 4.53

Tabel 5. Jenis titik kritis untuk = 0 ketika = 0.4

No. Titik Kritis Harga Eigen Jenis Titik Kritis


3 , = ± 2.236 Center
1. (0,0)
-3 , = ±1 Sadel

3 , = ± 2.236 Center
2. (0.08021533 ,0)
-3 , = ±1 Sadel

3 , = ± 2.236 Center
3. (2.779596 ,0)
-3 , = ±1 Sadel
13

Hasil analisis harga eigen di atas berubah menjadi titik sadel saat = −3
menunjukkan terjadinya perubahan jenis untuk setiap titik kritisnya. Sedangkan
titik kritis ketika arus-super harmonik untuk kasus = 0.5 disajikan oleh
pertama divariasikan dari positif ke Tabel 6 dan Tabel 7. Dari Tabel 6 dan 7
negatif untuk kondisi = 0 maupun di bawah ini, dapat dilihat jenis titik
= 0.4. Tabel 4 dan 5 menunjukkan kritis ketika = 3 adalah titik fokus
jenis titik kritis kasus = 0. Saat = 3 dan mengalami perubahan menjadi titik
titik kritisnya adalah titik center yang sadel ketika = −3.

Tabel 6. Jenis titik kritis untuk = 0.5 ketika =0

No. Titik Kritis (∅ , ∅ ) Harga Eigen Jenis Titik Kritis


3 , = −0.25 ± 2.22 Fokus
1. 0,0
-3 , = ±1.03 Sadel

n ganjil
Fokus
, = −0.25 ± 2.33
3
n genap
Sadel
, = −0.25 ± 2.36
2. (( + cos , 0)
n ganjil
Fokus
, = −0.25 ± 3.38
-3
n genap
Sadel
, = −0.25 ± 3.40
n ganjil
3 Sadel
, = −0.25 ± 2.56
n genap
-3 Fokus
, = −0.25 ± 3.79
3. ( + 1) − cos ,0
2 n ganjil
3 Sadel
, = −0.25 ± 3.54
n genap
-3 Fokus
, = −0.25 ± 4.52

Tabel 7. Jenis titik kritis untuk = 0.5 ketika = 0.4

No. Titik Kritis Harga Eigen Jenis Titik Kritis


3 , = −0.25 ± 2.22 Fokus
1. (0,0)
-3 , = −0.25 ± 1.03 Sadel
3 , = −0.25 ± 2.22 Fokus
2. (0.08021533 ,0)
-3 , = −0.25 ± 1.03 Sadel
3 , = −0.25 ± 2.22 Fokus
3. (2.779596 ,0)
-3 , = −0.25 ± 1.03 Sadel
14

Dari hasil yang diperoleh terlihat menunjukkan jenis titik kritis. Gambar
bahwa untuk <1 tidak 7 dan 8 menunjukkan terjadinya
mempengaruhi jenis titik kritis, karena perubahan jenis titik kritis untuk = 0
tidak terjadi perubahan jenis titik kritis dan = 0.4 ketika dilakukan variasi
ketika divariasikan. Tetapi ketika yang sama, yakni = 3 dan =
divariasikan terjadi perbedaan jenis titik −3, kemudian = 0 dan = 0.5.
kritis pada kondisi > 0, yakni titik Untuk kasus = 0, dengan =3
center untuk kasus = 0 dan titik fokus diperoleh gambar titik center (Gambar
untuk kasus = 0.5. Perbedaan jenis 7a1) dan saat = −3 terbentuk titik
titik kritis tersebut memperlihatkan sadel yang menuju ke titik center
terjadinya perubahan kestabilan fluxon, (Gambar 7a2). Kemudian untuk kasus
yakni ketika > 0 fluxon stabil dan = 0.5, ketika = 3 menunjukkan
ketika < 0 fluxon tidak stabil. titik fokus (Gambar 7b1) dan saat
= −3 menunjukkan titik sadel yang
4.2 Analisis Numerik menuju ke titik fokus (Gambar 7b2).
Setelah diperoleh hasil analitik, Hasil solusi numerik yang diperoleh
dilakukan analisis numerik memperlihatkan bahwa pada kondisi
menggunakan metode ODE 45 untuk < 0, fluxon mengalami perubahan
perbandingan. Dari solusi numerik kestabilan dari kondisi tidak stabil
diperoleh beberapa gambar yang menjadi stabil.

∅ ∅

∅ ∅
(a1) (a2)


∅ ∅
(b1) (b2)
Gambar 7. Jenis titik kritis ketika = 0 untuk kasus = 0 dan = 0.5 yang
menunjukkan perubahan jenis titik kritis jika divariasikan;
a1. Untuk = 0, ketika =3 a2. Ketika = −3
b1. Untuk = 0.5, ketika =3 b2. Ketika = −3
15

Pada kondisi = 0.4 sama dengan solusi analitik, tetapi dari


menunjukkan gambar jenis titik kritis solusi numerik terlihat pengaruh dari
yang sama dengan solusi yang diperoleh arus eksternal terhadap fluxon. Pada
pada kondisi = 0. Gambar 8a, kondisi = 0 yang ditunjukkan oleh
merupakan jenis titik kritis untuk = 0, Gambar 7a dan 7b terlihat amplitudonya
yakni titik center ketika = 3 (Gambar sangat kecil, sedangkan pada kondisi
8a1), dan titik sadel yang menuju titik = 0.4 (Gambar 8a dan 8b) terlihat
center ketika = −3 (Gambar 8a2), jauh lebih besar. Hal ini menunjukkan
tetapi tidak terlihat pola titik centernya. bahwa, arus eksternal mempengaruhi
Kemudian Gambar 8b merupakan jenis jumlah fluxon yang hadir pada
titik kritis untuk = 0.5, ketika = 3 persambungan, yakni jika tidak ada arus
menunjukkan titik fokus (Gambar 8b1) eksternal pada persambungan, maka
dan ketika = −3 menunjukkan titik fluxon pada pesambungan hanya sedikit
sadel yang menuju ke titik fokus dan memiliki beberapa puncak,
(Gambar 8b2). sedangkan ketika terdapat arus eksternal
meskipun sangat kecil akan
Dari hasil solusi numerik untuk memperbanyak jumlah fluxon dengan
jenis titik kritis di atas, menunjukkan puncak yg lebih banyak.
hasil dari perubahan jenis titik yang

∅ ∅

∅ ∅
(a1) (a2)

∅ ∅

∅ ∅
(b1) (b2)
Gambar 8. Jenis titik kritis ketika = 0.4 untuk kasus = 0 dan = 0.5 yang
menunjukkan perubahan jenis titik kritis jika divariasikan;
a1. = 0, ketika = 3 a2. Ketika = −3
b1. = 0.5, ketika =3 b2. Ketika = −3
16

Sebagai perbandingan dibuat pula akan teredam. Dari hasil numerik


solusi numerik untuk nilai β yang lain terlihat bahwa jika nilai mendekati
dengan batas 10 < < 10 , dimana nol maka osilasi akan terjadi secara
hasil gambar yang diperoleh dapat periodik, sedangkan jika mendekati
dilihat pada Lampiran F. Dari hasil satu akan terjadi underdamped. Gambar
tersebut memperlihatkan bahwa ketika 11 menunjukkan terjadinya
< 1 fluxon cenderung membentuk underdamped untuk kondisi = 0,
jenis titik kritis stabil, sedangkan ketika sedangkan Gambar 12 untuk kondisi
>> 1 fluxon tidak menuju titik stabil. = 0.4.

Kemudian dibuat pula grafik Gambar 13 dan 14, menunjukkan


hubungan waktu dengan beda fase untuk plot tiga dimensi hubungan waktu
kondisi = 0 dan = 0.4 (Gambar 9- dengan fluxon untuk fase pertama dan
12). Gambar 9 dan 10 menunjukkan fase kedua. Dari Gambar 13a dan 13b
terjadinya osilasi fluxon secara periodik terlihat bahwa ketika tidak ada
ketika = 0 dengan = 0 maupun hambatan, fluxon cenderung menuju
= 0.4. Artinya, ketika = 0 fluxon titik stabil secara periodik, kemudian
akan berosilasi secara periodik dalam pada Gambar 14a dan 14b terlihat
persambungan Josephson bertipe S/F/S fluxon tetap menuju titik stabil tetapi
tanpa adanya hambatan. Sedangkan, teredam. Terlihat pula amplitudo untuk
besarnya amplitudo pada osilasi fluxon kondisi arus eksternalnya nol
bergantung pada nilai arus eksternalnya, amplitudonya sangat kecil, sedangkan
semakin besar arus eksternal maka ketika arus eksternal besar amplitudonya
amplitudo semakin besar, dimana < besar. Artinya, ketika tidak ada arus,
1. Kasus = 0.5 pun menunjukkan fluxon yang dihasilkan hanya sedikit,
terjadinya osilasi fluxon (Gambar 11 sedangkan ketika pada persambungan
dan 12), tetapi osilasi fluxon teredam dilewati arus eksternal meskipun sangat
seiring berjalannya waktu, artinya ketika kecil, fluxon yang dihasilkan akan
fluxon mengalami hambatan, fluxon semakin besar.

∅ ∅

( ) ( )
(a) (b)
Gambar 9. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus = 0 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
17

∅ ∅

( ) ( )
(a) (b)
Gambar 10. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon
secara periodik untuk kasus = 0 dan = 0.4
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅

∅ ∅

( ) ( )
(a) (b)
Gambar 11. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon
secara periodik untuk kasus = 0.5 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅

∅ ∅

( ) ( )
(a) (b)
Gambar 12. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon
secara periodik untuk kasus = 0.5 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
18

∅ ∅

(a) (b)
Gambar 13. Plot 3D hubungan waktu (t) dengan fase (∅ dan ∅ ) yang menunjukkan
fluxon stabil secara periodik jika = 0
(a) ketika = 0 (b) ketika = 0.4

∅ ∅

(a) (b)

Gambar 14. Plot 3D hubungan waktu (t) dengan fase (∅ dan ∅ ) yang menunjukkan
fluxon stabil secara periodik jika = 0.5
(a) ketika = 0 (b) ketika = 0.4
19

4.3 Analisis Bifurkasi ketika fluxon berada di atas titik kritis


maka fluxon cenderung stabil,
Dari hasil harga eigen sebelumnya, sedangkan ketika berada di bawah titik
selain diperoleh hasil analisis untuk kritisnya fluxon menjadi tidak stabil.
jenis titik kritis dilakukan pula analisis
bifurkasi yang terjadi pada sistem, yaitu Adapun perbedaan ketika arus
dengan membuat diagram bifurkasi eksternal = 0 dan = 0.4. Pada
untuk masing-masing titik kritis. kondisi = 0 diagram yang terbentuk
Dengan melakukan permisalan = linier hanya pada titik kritis (0,0) saja,
sedangkan pada kondisi = 0.4 linear
dan = , diperoleh persamaan pada semua titik kritis. Hal ini
hubungan dengan untuk semua dikarenakan solusi titik kritis diperoleh
titik kritis dengan = 0 dan = 0.4. dengan cara yang berbeda, ketika = 0
Kemudian dari persamaan-persaman titik kritis diperoleh langsung dari solusi
tersebut dibuat diagramnya yang analitik, sedangkan ketika = 0.4 titik
merupakan diagram bifurkasi. Diagram kritisnya diperoleh dari solusi numerik
bifurkasi tersebut memperlihatkan dengan menetapkan dahulu nilai-nilai
daerah perubahan jenis titik kritis, parameter yang ada.
artinya sistem persambungan Josephson
bertipe S/F/S ini mengalami bifurkasi
karena terjadi perubahan kestabilan
ketika arus-super harmonik pertama
divariasikan berbeda tanda. Dimana
> 0 terkait kondisi 0-state dan < 0
terkait kondisi π-state.

Gambar 15 merupakan diagram


bifurkasi yang terjadi pada sistem
persambungan untuk kondisi = 0,
sedangkan Gambar 16 merupakan
diagram bifurkasi untuk kondisi
= 0.4. Diagram bifurkasi
menunjukkan bahwa, untuk kondisi
=0 maupun = 0.4 tidak
mempengaruhi kestabilan fluxon.
Karena pada kondisi = 0 maupun
= 0.4 tetap menunjukkan titik kritis
yang stabil, yaitu titik center dan titik
fokus.

Analisis bifurkasi juga dilakukan


untuk kasus = 0 dan = 0.5. Pada
kasus = 0 terjadi bifurkasi sadle-
center yang disajikan oleh Gambar 15
(a1, b1, c1) untuk kondisi = 0 dan
Gambar 16 (a1, b1, c1) untuk kondisi
= 0.4. Kemudian pada kasus = 0.5
terjadi bifurkasi sadle-focus. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar 15 (a2, b2,
c2) untuk = 0 dan Gambar 16 (a2, b2,
c2) untuk = 0.4. Diagram tersebut
memperlihatkan daerah terjadinya
perubahan jenis titik kritis, artinya
20

(a1) (a2)

(b1) (b2)

(c1) (c2)
Gambar 15. Diagram bifurkasi ketika = 0 dengan titik kritis (∅ , ∅ ) :
a1. (0,0) ketika =0 a2. Ketika = 0.5

b1. ( + cos , 0) ketika =0 b2. Ketika = 0.5


21

(a1) (a2)

(b1) (b2)

(c1) (c2)
Gambar 16. Diagram bifurkasi ketika = 0.4 dengan titik kritis (∅ , ∅ ) :
a1. (0,0) ketika =0 a2. Ketika = 0.5
b1. (0.08021533 ,0) ketika =0 b2. Ketika = 0.5
c1. (2.779596 ,0) ketika =0 c2. Ketika = 0.5
BAB 5 dengan amplitudo yang sangat kecil, dan
ketika terdapat arus eksternal meskipun
KESIMPULAN DAN SARAN sedikit, amplitudo lebih besar dengan
puncak yang lebih banyak. Hal ini
5.1. Kesimpulan terlihat dari hasil solusi numerik yang
menunjukkan jenis titik kritis dan osilasi
Pada penelitian ini telah dilakukan fluxon, yakni ketika = 0 amplitudo
analisis jenis titik kritis dan bifurkasi sangat kecil, sedangkan ketika = 0.4
fluxon pada persambungan Josephson amplitudonya lebih besar.
bertipe S/F/S. Analisis dilakukan untuk
beberapa kasus parameter redaman ( ), Hasil penelitian ini menunjukkan
yaitu : = 0 dan β = 0.5 untuk arus parameter redaman ternormalisasi pada
eksternal ( ), = 0 dan = 0.4. Jenis batas lebih kecil dari satu tidak
titik kritis yang diperoleh untuk kasus mempengaruhi perubahan kestabilan
= 0 pada kondisi = 0 maupun fluxon. Fluxon pada persambungan
= 0.4 adalah titik center yang terjadi cenderung menuju titik stabilnya selama
jika > 0, dan mengalami perubahan β dan lebih kecil dari satu dan lebih
menjadi titik sadel jika < 0. Karena besar atau sama dengan nol. Adapun
terjadi perubahan dari titik center yang mempengaruhi kestabilan fluxon
menjadi titik sadel, maka pada kasus pada persambungan Josephson bertipe
= 0 bifurkasi yang terjadi adalah S/F/S adalah arus-super harmonik
bifurkasi saddle-center. Kemudian pertama yang berlawanan arah, yang
untuk kasus = 0.5, untuk kondisi terkait dengan kondisi 0-state ketika
= 0 maupun = 0.4 adalah titik > 0 dan kondisi π-state ketika < 0.
fokus ketika > 0, dan titik sadel
ketika < 0, maka bifurkasi yang 5.2. Saran
terjadi adalah bifurkasi saddle-focus. Penelitian mengenai
Dari hasil tersebut diketahui bahwa superkonduktor merupakan salah satu
fluxon mengalami perubahan kestabilan hal yang menarik untuk dilakukan.
ketika divariasikan berbeda tanda dari Untuk pengembangan selanjutnya,
positif ke negatif. diharapkan dapat melakukan beberapa
hal, diantaranya melakukan penelitian
Perbedaan jenis titik kritis dan secara eksperimen yang menggunakan
bifurkasi pada kedua kasus tersebut bahan superkonduktor dalam pembuatan
dipengaruhi oleh nilai , dimana nilai sensor untuk mendeteksi medan magnet,
tersebut berbanding lurus dengan menerapkan prinsip persambungan
perkalian hambatan dengan kapasitansi. Josephson dalam pembuatan SQUID,
Pengaruh nilai terlihat dari solusi menganalisis karakteristik
analitik dan numerik. Ketika tidak ada persambungan Josephson bertipe S/F/S
hambatan sama sekali fluxon akan selalu secara eksperimen dan menerapkannya
menuju titik stabilnya secara periodik dalam pembuatan suatu piranti berbasis
dan membentuk titik center, sedangkan superkonduktor. Pada penelitian ini
ketika terdapat hambatan meskipun dilakukan penelitian dengan
kecil, fluxon akan tetap menuju titik menganalisis kestabilan dan bifurkasi
stabil tetapi teredam, sehingga fluxon pada persambungan Josephson
membentuk titik fokus. bertipe S/F/S secara analitik
menggunakan pendekatan dinamika
Selain dipengaruhi oleh β, fluxon sistem, selanjutnya mungkin dapat
dipengaruhi pula oleh arus eksternal ( ) dilakukan penelitian baik secara analitik,
yang melewati persambungan, yakni numerik, maupun eksperimen guna
mempengaruhi kehadiran fluxon. Ketika mengetahui karakteristik lain yang
tidak ada arus eksternal yang lewat, terdapat pada persambungan Josephson
fluxon memiliki beberapa puncak bertipe S/F/S.
DAFTAR PUSTAKA 12. Kurniawan, P. W. (2011). Simulasi
Dinamika Sel Saraf Menggunakan
Model Hindmarsh-Rose. Skripsi.
1. Hilfialkaff. “Sifat-Sifat
Departemen Fisika-FMIPA IPB.
Superkonduktor”. 2008. Web. 26
13. Shampine, L.F. (1994). Numerical
Juli 2012. <http://infokomtek.com>
Solution of Ordinary Differential
2. Cyrot, M. and Pavuna, D. (1992).
Equations. Chapman & Hall. New
Introduction to Superconductivity
York.
and High-Tc Materials. World
14. Acep, M. P. (2008). Numerical
Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
Methods. United Kingdom.
3. Assegaf, A. F. (2012). Bifurcation of
15. Adila, F. (2010). A Brief
Heteroclinic to Homoclinic
Introduction to Using ODE 45 in
Connection Static in S/F/S Long
MATLAB. Department of
Josephson Junction. Skripsi.
Mechanical Engineering University
Jakarta: Universitas Islam Negeri.
of California a.
4. Sellier, H., Baraduc, C., Lefloch, F.,
dan Calemczuk, R. (2004). Half-
Integer Shapiro Steps at the 0- 
Crossover of a Ferromagnetic
Josephson Junction, Phys. Rev. Lett.
Vol. 92. 25, 1-2.
5. Atasanova, P. Kh., Boyadjiev, T. l.,
Shukrinov, Yu. M., Zemlyanaya, E.
V., dan Seidel, P. (2010). Influence
of Josephson Current Second
Harmonic on Stability of Magnetic
Flux in Long Junction. Journal of
Physics: Conference Series. 248. 1.
6. Ginzburg, V. L. and Kirzhnits, D. A.
(1977). High Temperature
Superconductivity. Nauka, Moscow.
[Engl. Transl. Consultants Bureau,
New York, 1982].
7. Pikatan, S. (1989). Mengenal
Superkonduktor. Kristal
no.3/Juli/1989.
8. Kusmahetiningsih, N.
“Superkonduktor”. 2011. Web. 20
Nopember 2012.
<http://niningf43.blogspot.com/201
1/02/superkonduktor.html>
9. Ismunandar dan Sen, C. “Mengenal
Superkonduktor”. Fisikanet. 2004.
Web. 26 Juli 2012.
<http://fisikanet.lipi.go.id>
10. Poole, C. P., Farach, H. A.,
Creswick, R. J., Prozorov, R.
(2007). “Superconductivity Second
Edition”. Elsevier Ltd.
11. Alatas, H. Fisika Nonlinier Edisi 1.
Departemen Fisika FMIPA, Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
25

Lampiran A. Analisis Dinamika Sistem ketika =

∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ = 0

Titik kritis
misal ;
∅ = ∅
∅̇ = ∅̇ = ∅ ( (∅ , ∅ ))
titik kritis pertama adalah (0,0)
∅̈ = ∅ ̈ = ∅̇

∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ = 0

∅ ̇ = −( ∅ + sin ∅ + sin 2∅ ) ( (∅ , ∅ ))

Karena ∅ = 0, dari titik kritis pertama, maka

∅ ̇ = −( sin ∅ + sin 2∅ ) = 0

−( sin ∅ + 2 sin ∅ cos ∅ ) = 0 >>> −(sin ∅ )( + 2 cos ∅ )=0

dari sin ∅ = 0 diperoleh titik kritis (∅ = , 0)

Dengan menuliskan kembali ∅ = menjadi ∅ = ± ( = 0,1,2,3, … )


maka diperoleh 2 kondisi seperti berikut:

+ 2 cos ±

* ketika n ganjil : = cos ;∅ = + cos

* ketika n genap : = cos − ; ∅ = ( + 1) − cos

Jadi diperoleh titik kritis, yaitu:

(0,0); ( + cos , 0) ; ( + 1) − cos , 0 ;

Linearisasi
 untuk titik kritis (0,0)

∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,

∅ ̇ = (∅ − 0). 0 + (∅ − 0)1

∅̇ = ∅
26

∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,

∅ ̇ = (∅ ). − cos ∅ , − 2 cos 2∅ , + (∅ ) . −

∅ ̇ = (− − 2 )∅ − ∅ = −( + 2 )∅ − ∅

 Untuk titik kritis (nπ + cos , 0)

∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,

∅ ̇ = (∅ ). − cos ∅ , − 2 cos 2∅ , +(∅ ) . −

∅̇ = − cos(nπ) − − (2 cos 2nπ) − 2 1−2 ∅ − ∅


2 4

 Jika n ganjil;

∅ ̇ = − 4 − ∅ − ∅
2

 Jika n genap;

∅ ̇ = − + 4 + ∅ − ∅
2

 Untuk titik kritis ( + 1) − cos ,0

∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,

∅ ̇ = (∅ ). − cos ∅ , − 2 cos 2∅ , + (∅ ) . −

− cos ( + 1) + − 2 cos 2 ( + 1)
⎛ 2 ⎞
∅̇ = ⎜ ⎟∅ − ∅
−2 1−2
⎝ 4 ⎠
 Jika n genap;
3
∅̇ = − 4 + ∅ − ∅
2

 Jika n ganjil;
3
∅ ̇ = − + 4 − ∅ − ∅
2
27

Harga Eigen
 Untuk titik kritis (0,0)
∅̇ 0 1 ∅
= (
∅̇ − + 2 ) − ∅
0 1
= (
− + 2 ) −
− 1
− =
−( + 2 ) − −
− ± − 4( + 2 )
, =
2
− ± − 4 − 8
, =
2

 Untuk titik kritis (nπ+cos ,0) dengan n bernilai ganjil


∅̇ 0 1 ∅
=
∅̇ − 4 − − ∅
0 1
=
− 4 − −
2
− 1
− =
− 4 − − −
2

− ± +4 − 4 −
2
, =
2
±

, =

 Untuk titik kritis (nπ+cos ,0) dengan n bernilai genap


∅̇ 0 1 ∅
=
∅̇ − + 4 + − ∅
0 1
=
− + 4 + −
2
− 1
− =
− + 4 + − −
2

− ± −4 − 4 −2
, =
2

, =
28

 Untuk titik kritis (π(n+1) - cos ,0) dengan n bernilai genap


∅̇ 0 1 ∅
=
∅̇ −4 + − ∅
0 1
= 3
−4 + −
2
− 1
− = 3
−4 + − −
2
3
− ± +4 −4 +
2
, =
2
±

, =

 Untuk titik kritis (π(n+1) - cos ,0) dengan n bernilai ganjil


∅̇ 0 1 ∅
=
∅̇ − + 4 − − ∅
0 1
= 3
− + 4 − −
2
− 1
− = 3
− + 4 − − −
2
3
− ± − 4 + 4 − 2
, =
2

, =
29

Lampiran B. Analisis Dinamika Sistem ketika = .

∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ =
Titik kritis,
misal ;
∅ = ∅
∅̇ = ∅̇ = ∅ ( (∅ , ∅ ))
titik kritis pertama adalah (0,0)

∅̈ = ∅ ̈ = ∅̇

∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ =

∅ ̇ = −( ∅ + sin ∅ + sin 2∅ ) + ( (∅ , ∅ ))

Karena ∅ = 0, dari titik kritis pertama, maka

∅ ̇ = −( sin ∅ + sin 2∅ ) + =0

−( sin ∅ + 2 sin ∅ cos ∅ ) = −

(sin ∅ )( + 2 cos ∅ )=

Ketika j1=3, j2=1, je=0.4, diperoleh nilai ∅ menggunakan solusi numerik, berikut hasil
yang diperoleh;

∅ = 0.08021533 ∅ = 2.779596

Sehingga titik kritisnya ; (0,0) ; (0.08021533 ,0) ; (2.779596 ,0)

Linearisasi
 untuk titik kritis (0,0)

∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,

∅ ̇ = (∅ − 0). 0 + (∅ − 0)1

∅̇ = ∅

∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,

∅ ̇ = (∅ ). − cos ∅ , − 2 cos 2∅ , + (∅ ) . −

∅ ̇ = −( + 2 )∅ − ∅

 Untuk titik kritis (0.08021533 ,0)

∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,
30

∅ ̇ = (∅ ). − cos ∅ , − 2 cos 2∅ , + (∅ ) . −

∅ ̇ = −(0.99999902 + 1.99999216 )∅ − ∅

 Untuk titik (2.779596,0)

∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,

∅ ̇ = −[ (0.9988234702 ) + (1.990593299 )]∅ − ∅

Harga Eigen
 Untuk (0,0)
∅̇ 0 1 ∅
= ( )
∅ ̇ − + 2 − ∅
0 1
=
−( + 2 ) −
− 1
− =
−( + 2 ) − −
Mencari harga eigen,
det. − = 0
− . (− − ) + ( + 2 ) = 0
+ + ( + 2 ) = 0
− ± − 4( + 2 )
, =
2
 Untuk titik (0.08021533 ,0)
∅̇ 0 1 ∅
= ( )
∅ ̇ − 0.99999902 + 1.99999216 − ∅
0 1
= (
− 0.99999902 + 1.99999216 ) −
− 1
− =
−(0.99999902 + 1.99999216 ) − −
− ± − 4(0.99999902 + 1.99999216 )
, =
2

 Untuk titik (2.779596,0)


∅̇ 0 1 ∅
= ) (1.990593299 )
∅̇ −(0.9988234702 + − ∅
0 1
=
− (0.9988234702 ) + (1.990593299 ) −
− 1
− =
− (0.9988234702 ) + (1.990593299 ) − −
− ± − 4 (0.9988234702 ) + (1.990593299 )
, =
2
31

Lampiran C. Persamaan Diagram Bifurkasi ketika =

∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ = 0

− ± − 4( + 2 )
, =
2

− ± 1−4 +2
, =
2

Missal, =1−4 +2 =0

dengan = =

= 1 − 4 ( + 2 ) = 0

4( + 2 ) = 1
1 1
= −
8 2

− ± +4 − 4 −
2
, =
2

4
− ± 1+4 − −
2
, =
2

Misal, = 1+4 − − = 0, dengan = =


=1+4 −4 − =0
2


4 − 4 − = −1
2

1 1 1
= − +
4 8 16

− ± −4 − 4 −2
, =
2

− ± 1−4 −4 −
2
, =
2
32

Missal, =1−4 −4 − =0

dengan = =

1−4 −4 − =0
2

4 −4 − =1
2

2
4 − 16 − =1
1 1 1
= − −
4 8 16

3
− ± +4 −4 +
2
, =
2

3
− ± 1+4 −4 −
2
, =
2

Misal, = 1+4 −4 − = 0, dengan = = , maka


3
1+4 −4 − =0
2
3
4 −4 − = −1
2
1 3 1
= − +
4 8 16

3
− ± − 4 + 4 −
2
, =
2

3
− ± 1−4 +4 −
2
, =
2

Missal, =1−4 −4 − = 0, dengan = = , maka

3
1−4 −4 − =0
2
33

3
4 −4 − =1
2

6
4 − 16 − =1

1 3 1
= − −
4 8 16

Lampiran D. Persamaan Diagram Bifurkasi ketika = .


∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ =

− ± − 4( + 2 )
, =
2

− ± 1−4 +2
, =
2

Missal, =1−4 +2 =0

dengan = =

= 1 − 4 ( + 2 ) = 0

4( + 2 ) = 1
1 1
= −
8 2

− ± 1 − 4 0.99999902 + 1.99999216
, =
2

Missal, = 1 − 4 0.99999902 + 1.99999216 =0

dengan = =

1 − 4(0.99999902 + 1.99999216 ) = 0

4(0.99999902 + 1.99999216 ) = 1

7.99996864 = 1 − 3.99999608

= 0.12500049 − 0.50000147
34

− ± − 4 (0.9988234702 ) + (1.990593299 )
, =
2

− ± 1 − 4 0.9988234702 + 1.990593299
, =
2

Missal, = 1 − 4 0.9988234702 + 1.990593299 =0

dengan = =

1 − 4(0.9988234702 + 1.990593299 ) = 0

4(0.9988234702 + 1.990593299 ) = 1

7.962373196 = 1 − 3.99529388

= 0.1255906971 − 0.5017717434

Lampiran E. Sintaks Analisis Numerik Menggunakan ODE45


function dy = pers21(t,y)
dy = zeros(2,1);
%beta divariasikan (10 < β < 10 )
beta =0;
%j1 divariasikan (j1=3 dan j1=-3)
j1 = -3;
%je divariasikan (je=0 dan je=0.4)
je=0;
%j1 tetap
j2 = 1;
dy(1) = y(2);
dy(2) = (-y(2)*beta) - (j1*sin(y(1)))-(j2*sin(2*y(1)))- je;
end
%fungsi panggil command window
%[T,Y] = ode45(@pers21,[0 100],[0.01 0.01]);
%plot(Y(:,1),Y(:,2),'-') -> hubungan fase 1 dengan fase 2
%plot(T(:,1),Y(:,1),'-') -> hubungan waktu dengan fase 1
%plot(T(:,1),Y(:,2),'-') -> hubungan waktu dengan fase 2
%plot3(T(:,1),Y(:,1),Y(:,2),'-') -> plot 3 dimensi hubungan
waktu dengan fase 1 dan fase2
35

Lampiran F. Gambar Hasil Analisis Numerik untuk Nilai < <


Sebelah kanan untuk = 0.4 Sebelah kiri untuk =0

∅ ∅

∅ ∅

(a) = 0.000006


∅ ∅
(b) = 0.0004

∅ ∅

∅ ∅

(c) = 0.02
36


∅ ∅
(d) = 0.5

∅ ∅

∅ ∅
(e) =1




(f) =3
37

∅ ∅

∅ ∅
(g) =5

∅ ∅

∅ ∅
(h) =7

Anda mungkin juga menyukai