G13 Hna
G13 Hna
DEPARTEMEN FISIKA
BOGOR
2013
Hema Nur Amalia : Analisis Bifurkasi Fluxon pada Persambungan
Josephson Bertipe Superkonduktor-Feromagnetik-Superkonduktor (S/F/S).
Dibimbing Oleh : Dr. Husin Alatas dan Dr. Tony Ibnu Sumaryada M. Si.
ABSTRAK
Dinamika persambungan Josephson bertipe S/F/S berbeda dengan persambungan
Josephson biasa, dimana pada dinamika persambungan tersebut terdapat penambahan
suku sin 2∅ yang merupakan akibat dari kontribusi arus-super harmonik kedua yang
terkait gejala Shapiro Steps. Penelitian yang telah dilakukan yakni menganalisis bifurkasi
fluxon guna mengetahui kestabilan fluxon pada persambungan Josephson bertipe S/F/S.
Analisis dilakukan menggunakan pendekatan dinamika sistem secara analitik dan dibantu
dengan perhitungan numerik menggunakan aplikasi MATLAB ODE45. Hasil jenis titik
kritis dan bifurkasi yang diperoleh menunjukkan parameter redaman ternormalisasi
( dan ) tidak mempengaruhi perubahan kestabilan fluxon pada batas kurang dari satu.
Parameter hanya mempengaruhi jenis titik kritis dan bifurkasi yang terjadi, jika = 0,
untuk = 0 maupun = 0.4 bifurkasi yang terjadi adalah saddle-center, dan jika
= 0.5 bifurkasinya adalah saddle-focus. Parameter mempengaruhi amplitudo pada
osilasi fluxon yang dihasilkan, jika = 0 amplitudo fluxon sangat kecil, sedangkan jika
= 0.4 amplitudonya lebih besar. Pada setiap kasus tersebut, kestabilan fluxon
dipengaruhi oleh arus-super harmonik pertama yang berbeda tanda, yaitu ketika > 0
fluxon selalu stabil, sedangkan ketika < 0 fluxon awalnya tidak stabil tetapi cenderung
akan menuju titik stabilnya.
ABSTRACT
Dynamics for the Josephson junction of type S/F/S is different from ordinary
Josephon junction, where on the junction is contained the addition of tribal sin 2φ which
is the result of the second harmonic supercurrent on the Josephson junction of type S/F/S
that is related to Shapiro Steps symptoms. Research has been done is analyze the fluxon
bifurcation to determine the stability of the fluxon in a Josephson junction of type S/F/S.
The analysis was done by using the approach of analytically dynamics system and
assisted by numerical solution that uses the application ODE 45 on MATLAB. The result
of the critical point and the bifurcation types which is obtained to show the normalized
damping parameter ( dan ) does not affect the change of fluxon stability at the limit of
less than one. Parameter only affects the type of critical point and bifurcation that
occurs, if = 0, for = 0 and = 0.4 the bifurcation occurs is a saddle-center, and if
= 0.5 the bifurcation is a saddle-focus. Parameter affects the amplitude on the
generated fluxon oscillation, if = 0 the fluxon amplitude is very small, whereas if
= 0.4 the amplitude is larger. In each case, the fluxon stability is affected by the first
harmonic supercurrents which is different sign, those are when > 0 the fluxon is
always stable, whereas when < 0 fluxon is unstable at first but it tends towards to the
point of its stability.
Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Mengetahui,
Tanggal Lulus:
ANALISIS BIFURKASI FLUXON PADA PERSAMBUNGAN
JOSEPHSON BERTIPE SUPERKONDUKTOR-
FEROMAGNETIK-SUPERKONDUKTOR (S/F/S)
G74080040
Skripsi
DEPARTEMEN FISIKA
BOGOR
2013
KATA PENGANTAR
Hal ini tak lepas dari kebaikan orang-orang di sekitar penulis. Maka sepatutnyalah
penulis menghaturkan terima kasih kepada keluarga besar atas doa-doa dan
pengharapannya yang tulus terutama ayah dan ibu penulis, kepada Bapak Dr. Husin
Alatas dan Bapak Dr. Tony Ibnu Sumaryada, M.Si atas bimbingan dan pengarahan terkait
tugas akhir ini, kepada civitas Fisika IPB, Bapak Drs. M. Nur Indro, M.Sc, Bapak Firman
Permana, Bapak Jajang Juansah, S.Si, M.Si, Bapak Ardian Arief, M.Si, beserta rekan-
rekan Fisika IPB Rifka Dina Putri, S.Si, Masitoh, Epa Rosidah Apipah, rekan satu tim
fisika teori, dan teman – teman Fisika 45 lainnya, kemudian kepada sahabat Ivan
Muharriman Vidiarto, Rani Irawati, serta pihak-pihak yang telah berjasa besar dalam
pembuatan makalah tugas akhir ini.
Semoga makalah tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya dan dijadikan bahan pembelajaran. Penulis menyadari bahwa makalah ini
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis memohon maaf bila terjadi kesalahan atau
kekurangan pada makalah ini.
Penulis
RIWAYAT HIDUP
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Analogi bandul dengan persambungan Josephson ………………..…… 5
Tabel 2. Hasil linearisasi dan harga eigen ketika = 0 ……………………..…… 10
Tabel 3. Hasil linearisasi dan harga eigen ketika = 0.4 …………………..……. 11
Tabel 4. Jenis titik kritis untuk kasus = 0 ketika = 0 ……………………..… 12
Tabel 5. Jenis titik kritis untuk kasus = 0.5 ketika = 0 ……………………... 12
Table 6. Jenis titik kritis untuk kasus = 0 ketika = 0.4 …………….……...... 13
Tabel 7. Jenis titik kritis untuk kasus = 0.5 ketika = 0.4 ………………...…. 13
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Hubungan antara resistivititas terhadap suhu ………………….........…… 2
Gambar 2. Persambungan Josephson ………………………………………...........…… 3
Gambar 3. Persambungan Josephson yang dihubungkan ke arus DC …………....……. 3
Gambar 4 Hubungan nonlinier antara flux magnet dan rapat arus ................................ 4
Gambar 5. Rangkaian listik yang setara dengan persambungan Josephson ……............ 4
Gambar 6. Grafik hubungan arus-tegangan hasil penelitian eksperimen
untuk persambungan Josephson bertipe S/F/S yang menunjukkan
terjadinya lompatan arus pada kelipatan estengah integer dari
tegangan Josephson …………………………………........…....................... 6
Gambar 7. Jenis titik kritis ketika = 0 untuk kasus β = 0 dan β = 0.5 yang
menunjukkan perubahan jenis titik kritis jika divariasikan;
a1. Untuk β = 0, ketika =3 (a2) Ketika = −3 ......................... 14
b1. Untuk β = 0.5, ketika =3 (b2) Ketiks = −3 ……...……...… 14
Gambar 8. Jenis titik kritis ketika = 0.4 untuk kasus β = 0 dan β = 0.5 yang
menunjukkan perubahan jenis titik kritis jika divariasikan;
a1. Untuk β = 0, ketika =3 (a2) Ketika = −3 …………..…… 15
b1. Untuk β = 0.5, ketika =3 (b2) Ketika = −3 ……...………... 15
Gambar 9. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus β = 0 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
.………..….....……………………………………........……….….……...... 16
Gambar 10. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus β = 0 dan = 0.4
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
…………..…………………………………………………………............. 17
Gambar 11. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus β = 0.5 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
…………..…………………………………………………………............. 17
Gambar 12. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus β = 0.5 dan = 0.4
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
…………..…………………………………………………………............. 17
iv
Gambar 13. Plot 3D hubungan waktu (t) dengan fase (∅ dan ∅ ) yang menunjukkan
fluxon stabil secara periodik jika = 0
(a) ketika = 0 (b) ketika = 0.4
…………..…………………………………………………………............. 18
Gambar 14. Plot 3D hubungan waktu (t) dengan fase (∅ dan ∅ ) yang menunjukkan
fluxon stabil secara periodik jika = 0
(a) ketika = 0 (b) ketika = 0.4
…………..…………………………………………………………............. 18
Gambar 15. Diagram bifurkasi ketika = 0 dengan titik kritis (∅ , ∅ ) :
a. (0,0); a1 ketika = 0, a2 ketika = 0.5 ............. 20
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Analisis Dinamika Sistem ketika = 0 ...………................................ 25
Lampiran B. Analisis Dinamika Sistem ketika = 0.4 .……………………...…... 29
Lampiran C. Persamaan untuk Diagram Bifurkasi ketika = 0 ...……..…...….…. 30
Lampiran D. Persamaan untuk Diagram Bifurkasi ketika = 0.4 .…..…...…….... 33
Lampiran E. Sintaks Analisis Numerik Menggunakan ODE45 ………………......... 34
Lampiran F. Gambar Hasil Analisis Numerik untuk Nilai 10 < < 10 ……… 35
vi
BAB 1 Persambungan Josephson bertipe
superkoduktor-feromagnetik-
PENDAHULUAN superkonduktor (S/F/S) adalah
persambungan yang terdiri dari dua lapis
1.1 Latar Belakang
Superkonduktivitas merupakan superkonduktor yang berdekatan dan
gejala yang menarik untuk dipelajari dan dipisahkan oleh penghubung berupa
diamati. Salah satu keuntungan dari bahan feromagnetik yang disusun seperti
pada Gambar 2 (halaman 3). Secara
penggunaan superkonduktor adalah tidak
fenomenologis pada transisi dari 0-state
adanya energi yang terbuang ketika
menghantarkan arus listrik karena menjadi π-state pada sistem S/F/S diduga
resistansi nol. Selain itu, superkonduktor turut pula berperan arus-super harmonik
dapat digunakan untuk mengamati adanya kedua. Arus ini terkait dengan gejala
perubahan medan magnet dengan Shapiro Steps sebagai akibat adanya
sensitivitas yang tinggi pada perubahan temperatur pada
persambungan. Gejala Shapiro Steps yang
persambungan Josephson (Josephson
junction).1 dimaksud memiliki karakteristik pada
Persambungan Josephson adalah temperatur transisinya, yakni terjadi
persambungan dua buah superkonduktor lompatan arus pada kelipatan setengah
dari bilangan bulat tegangan Josephson.4
yang dipisahkan oleh material
penghubung yang mampu Dinamika fluxon yang terkait dengan
kehadiran arus-super harmonik kedua
membangkitkan osilasi tegangan dengan
diberikan oleh persamaan double sine-
frekuensi tinggi, yakni mencapai 1010 –
1011 Hz. Sistem ini telah banyak Gordon (dsG). 5
digunakan dalam peningkatan performa
piranti teknologi, seperti detektor 1.2 Tujuan Penelitian
(SQUID), dan perangkat switching cepat Menganalisis bifurkasi fluxon pada
untuk rangkaian digital serta telah persambungan Josephson bertipe S/F/S
guna mengetahui perubahan kestabilan
digunakan untuk mendeteksi radiasi
inframerah.2 fluxon jika dilakukan variasi parameter
Karakteristik penting pada redaman yang terdapat pada
persambungan ketika dilewati arus
persambungan Josephson adalah
eksternal. Analisa dilakukan secara
kehadiran fluxon yang merupakan
kuantitas tak berdimensi. Fluxon analitik menggunakan pendekatan
merupakan perbandingan antara flux- dinamika sistem dan juga secara numerik
magnet dengan kuantum flux-magnet menggunakan Matlab dengan metode
akibat adanya arus super yang melewati ODE45.
persambungan Josephson.3
Dengan semakin berkembangnya 1.3 Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh variasi
teknologi superkonduktor, maka perlu
dilakukan penelitian guna mempelajari parameter redaman terhadap bifurkasi dan
kestabilan fluxon pada persambungan kestabilan fluxon yang terjadi pada
Josepson. Dalam penelitian ini dilakukan dinamika persambungan Josephson
analisis bifurkasi melalui pendekatan bertipe S/F/S.
dinamika sistem dan perhitungan numerik
menggunakan metode beda hingga yang 1.4 Hipotesis
Variasi parameter yang terkait
telah tersedia dalam bentuk aplikasi
MATLAB ODE45. dengan kehadiran fluxon di
persambungan Josephson bertipe S/F/S,
tetap menunjukkan hasil yang stabil jika
parameter redaman ternormalisasi
divariasikan pada batas kurang dari satu,
dimana pada keadaan ini terkait
underdamped.
BAB 2 pasangan Cooper tersebut adalah nol.
Dengan demikian, pasangan Cooper
TINJAUAN PUSTAKA bertindak seperti partikel boson yang
tidak mematuhi prinsip larangan Pauli,
2.1 Superkonduktor sehingga di dalam keadaan kuantum yang
Superkonduktor merupakan bahan sama dan dengan energi yang sama
material yang memiliki hambatan listrik terdapat sejumlah pasangan Cooper.
bernilai nol pada suhu yang sangat Selain itu kedua elektron di dalam
rendah. Artinya superkonduktor dapat pasangan Cooper memiliki momentum-
menghantarkan arus walaupun tanpa momentum linier yang sama dan
adanya sumber tegangan. Resistivitas berlawanan, yang mengakibatkan
suatu bahan superkonduktor bernilai nol momentum total nol untuk pasangan
jika berada pada suhu kritis atau di bawah Cooper.9
suhu kritisnya. Ketika suhu diturunkan
maka secara bertahap hambatan listrik Sifat lain dari superkonduktor yaitu
akan berkurang, dan ketika mencapai bersifat diamagnetisme sempurna. Jika
suhu tertentu tiba-tiba hambatannya turun sebuah superkonduktor ditempatkan pada
hingga menjadi nol.6,7 medan magnet, maka superkonduktor
akan menolak medan magnet tersebut.
Teori tentang superkonduktor yang Hal ini terjadi karena superkonduktor
lebih terinci diajukan oleh Barden, menghasilkan medan magnet yang
Cooper dan Schrieffer dalam teori BCS berlawanan arah dengan medan magnet
yang akhirnya memenangkan hadiah luar yang diberikan. Efek yang sama
Nobel. Dalam teori ini dikatakan bahwa dapat diamati jika medan magnet
elektron-elektron pada superconducting diberikan pada bahan dalam suhu normal
state selalu berpasang-pasangan dan kemudian didinginkan sampai menjadi
seluruhnya berada dalam keadaan superkonduktor, maka medan magnet
kuantum yang sama, pasangan-pasangan akan ditolak ketika mencapai suhu kritis
ini disebut pasangan Cooper. Pada atau lebih kecil dari suhu kritisnya. Efek
superconducting state (dimana < , < ini dinamakan Efek Meissner. Efek
, dan < ), muatan pembawa yang tersebut sangat kuat sehingga sebuah
terdiri dari pasangan-pasangan Cooper magnet dapat melayang karena ditolak
dapat bergerak tanpa hambatan dalam oleh superkonduktor. Tetapi, medan
superkonduktor.8 magnet luar tidak boleh terlalu besar,
apabila medan magnetnya terlalu besar,
Elektron dalam pasangan Cooper maka efek Meissner akan hilang dan
dapat dipandang sebagai partikel tunggal.
material akan kehilangan sifat
Karena kedua elektron tersebut memiliki superkonduktivitasnya.2,8
spin berlawanan, maka spin total
Superkonduktor kini telah banyak
digunakan dalam berbagai bidang. Karena
apabila hambatan nol, maka tidak ada
energi yang hilang pada saat arus
mengalir, sedangkan apabila ada
hambatan arus akan terbuang menjadi
panas. Beberapa contoh dari aplikasi
penggunaan material superkonduktor
adalah: kereta magnet (MAGLEV),
generator listrik super-efisien,
Gambar 1. Hubungan antara supercomputer, SQUID, MRI, dan motor
resistivititas terhadap listrik superkonduktor.8
suhu.3
3
∅̇ = ∅ − ± − 4 − 8
0,0 , =
∅ ̇ = −( + 2 )∅ − ∅ 2
∅̇ = ∅ n ganjil
n ganjil
±
∅ ̇ = − 4 − ∅ − ∅ , =
( + cos , 0) 2
n genap;
n genap;
±
∅ ̇ = − + 4 + ∅ − ∅ , =
2
∅̇ = ∅ n ganjil
n genap
±
3 =
∅̇ = − 4 + ∅ − ∅ ,
( + 1) − cos ,0 2
2 n genap;
n ganjil;
3 ±
10
∅ ̇ = − + 4 − ∅ − ∅ ∅ , =
2
Tabel 3. Hasil linearisasi dan harga eigen ketika = 0.4
Titik Kritis
Linearisasi Harga Eigen
(∅ , ∅ )
∅̇ = ∅
− ± − 4( + 2 )
0,0 , =
∅ ̇ = −( + 2 )∅ − ∅ 2
∅̇ = ∅
− ± − 4(0.99999902 + 1.99999216 )
(0.08021533 ,0) , =
∅ ̇ = −(0.99999902 + 1.99999216 )∅ − ∅ 2
∅̇ = ∅
− ± − 4 (0.99882347 ) + (1.99059329 )
(2.779596 ,0) , =
∅ ̇ = −[ (0.99882347 ) + (1.99059329 )]∅ − ∅ 2
11
12
3 , = ± 2.236 Center
2. (0.08021533 ,0)
-3 , = ±1 Sadel
3 , = ± 2.236 Center
3. (2.779596 ,0)
-3 , = ±1 Sadel
13
Hasil analisis harga eigen di atas berubah menjadi titik sadel saat = −3
menunjukkan terjadinya perubahan jenis untuk setiap titik kritisnya. Sedangkan
titik kritis ketika arus-super harmonik untuk kasus = 0.5 disajikan oleh
pertama divariasikan dari positif ke Tabel 6 dan Tabel 7. Dari Tabel 6 dan 7
negatif untuk kondisi = 0 maupun di bawah ini, dapat dilihat jenis titik
= 0.4. Tabel 4 dan 5 menunjukkan kritis ketika = 3 adalah titik fokus
jenis titik kritis kasus = 0. Saat = 3 dan mengalami perubahan menjadi titik
titik kritisnya adalah titik center yang sadel ketika = −3.
n ganjil
Fokus
, = −0.25 ± 2.33
3
n genap
Sadel
, = −0.25 ± 2.36
2. (( + cos , 0)
n ganjil
Fokus
, = −0.25 ± 3.38
-3
n genap
Sadel
, = −0.25 ± 3.40
n ganjil
3 Sadel
, = −0.25 ± 2.56
n genap
-3 Fokus
, = −0.25 ± 3.79
3. ( + 1) − cos ,0
2 n ganjil
3 Sadel
, = −0.25 ± 3.54
n genap
-3 Fokus
, = −0.25 ± 4.52
Dari hasil yang diperoleh terlihat menunjukkan jenis titik kritis. Gambar
bahwa untuk <1 tidak 7 dan 8 menunjukkan terjadinya
mempengaruhi jenis titik kritis, karena perubahan jenis titik kritis untuk = 0
tidak terjadi perubahan jenis titik kritis dan = 0.4 ketika dilakukan variasi
ketika divariasikan. Tetapi ketika yang sama, yakni = 3 dan =
divariasikan terjadi perbedaan jenis titik −3, kemudian = 0 dan = 0.5.
kritis pada kondisi > 0, yakni titik Untuk kasus = 0, dengan =3
center untuk kasus = 0 dan titik fokus diperoleh gambar titik center (Gambar
untuk kasus = 0.5. Perbedaan jenis 7a1) dan saat = −3 terbentuk titik
titik kritis tersebut memperlihatkan sadel yang menuju ke titik center
terjadinya perubahan kestabilan fluxon, (Gambar 7a2). Kemudian untuk kasus
yakni ketika > 0 fluxon stabil dan = 0.5, ketika = 3 menunjukkan
ketika < 0 fluxon tidak stabil. titik fokus (Gambar 7b1) dan saat
= −3 menunjukkan titik sadel yang
4.2 Analisis Numerik menuju ke titik fokus (Gambar 7b2).
Setelah diperoleh hasil analitik, Hasil solusi numerik yang diperoleh
dilakukan analisis numerik memperlihatkan bahwa pada kondisi
menggunakan metode ODE 45 untuk < 0, fluxon mengalami perubahan
perbandingan. Dari solusi numerik kestabilan dari kondisi tidak stabil
diperoleh beberapa gambar yang menjadi stabil.
∅ ∅
∅ ∅
(a1) (a2)
∅
∅
∅ ∅
(b1) (b2)
Gambar 7. Jenis titik kritis ketika = 0 untuk kasus = 0 dan = 0.5 yang
menunjukkan perubahan jenis titik kritis jika divariasikan;
a1. Untuk = 0, ketika =3 a2. Ketika = −3
b1. Untuk = 0.5, ketika =3 b2. Ketika = −3
15
∅ ∅
∅ ∅
(a1) (a2)
∅ ∅
∅ ∅
(b1) (b2)
Gambar 8. Jenis titik kritis ketika = 0.4 untuk kasus = 0 dan = 0.5 yang
menunjukkan perubahan jenis titik kritis jika divariasikan;
a1. = 0, ketika = 3 a2. Ketika = −3
b1. = 0.5, ketika =3 b2. Ketika = −3
16
∅ ∅
( ) ( )
(a) (b)
Gambar 9. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon secara
periodik untuk kasus = 0 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
17
∅ ∅
( ) ( )
(a) (b)
Gambar 10. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon
secara periodik untuk kasus = 0 dan = 0.4
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
∅ ∅
( ) ( )
(a) (b)
Gambar 11. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon
secara periodik untuk kasus = 0.5 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
∅ ∅
( ) ( )
(a) (b)
Gambar 12. Hubungan waktu (t) dengan fase (∅) yang menunjukkan osilasi fluxon
secara periodik untuk kasus = 0.5 dan = 0
(a) hubungan t vs ∅ (b) hubungan t vs ∅
18
∅ ∅
(a) (b)
Gambar 13. Plot 3D hubungan waktu (t) dengan fase (∅ dan ∅ ) yang menunjukkan
fluxon stabil secara periodik jika = 0
(a) ketika = 0 (b) ketika = 0.4
∅ ∅
(a) (b)
Gambar 14. Plot 3D hubungan waktu (t) dengan fase (∅ dan ∅ ) yang menunjukkan
fluxon stabil secara periodik jika = 0.5
(a) ketika = 0 (b) ketika = 0.4
19
(a1) (a2)
(b1) (b2)
(c1) (c2)
Gambar 15. Diagram bifurkasi ketika = 0 dengan titik kritis (∅ , ∅ ) :
a1. (0,0) ketika =0 a2. Ketika = 0.5
(a1) (a2)
(b1) (b2)
(c1) (c2)
Gambar 16. Diagram bifurkasi ketika = 0.4 dengan titik kritis (∅ , ∅ ) :
a1. (0,0) ketika =0 a2. Ketika = 0.5
b1. (0.08021533 ,0) ketika =0 b2. Ketika = 0.5
c1. (2.779596 ,0) ketika =0 c2. Ketika = 0.5
BAB 5 dengan amplitudo yang sangat kecil, dan
ketika terdapat arus eksternal meskipun
KESIMPULAN DAN SARAN sedikit, amplitudo lebih besar dengan
puncak yang lebih banyak. Hal ini
5.1. Kesimpulan terlihat dari hasil solusi numerik yang
menunjukkan jenis titik kritis dan osilasi
Pada penelitian ini telah dilakukan fluxon, yakni ketika = 0 amplitudo
analisis jenis titik kritis dan bifurkasi sangat kecil, sedangkan ketika = 0.4
fluxon pada persambungan Josephson amplitudonya lebih besar.
bertipe S/F/S. Analisis dilakukan untuk
beberapa kasus parameter redaman ( ), Hasil penelitian ini menunjukkan
yaitu : = 0 dan β = 0.5 untuk arus parameter redaman ternormalisasi pada
eksternal ( ), = 0 dan = 0.4. Jenis batas lebih kecil dari satu tidak
titik kritis yang diperoleh untuk kasus mempengaruhi perubahan kestabilan
= 0 pada kondisi = 0 maupun fluxon. Fluxon pada persambungan
= 0.4 adalah titik center yang terjadi cenderung menuju titik stabilnya selama
jika > 0, dan mengalami perubahan β dan lebih kecil dari satu dan lebih
menjadi titik sadel jika < 0. Karena besar atau sama dengan nol. Adapun
terjadi perubahan dari titik center yang mempengaruhi kestabilan fluxon
menjadi titik sadel, maka pada kasus pada persambungan Josephson bertipe
= 0 bifurkasi yang terjadi adalah S/F/S adalah arus-super harmonik
bifurkasi saddle-center. Kemudian pertama yang berlawanan arah, yang
untuk kasus = 0.5, untuk kondisi terkait dengan kondisi 0-state ketika
= 0 maupun = 0.4 adalah titik > 0 dan kondisi π-state ketika < 0.
fokus ketika > 0, dan titik sadel
ketika < 0, maka bifurkasi yang 5.2. Saran
terjadi adalah bifurkasi saddle-focus. Penelitian mengenai
Dari hasil tersebut diketahui bahwa superkonduktor merupakan salah satu
fluxon mengalami perubahan kestabilan hal yang menarik untuk dilakukan.
ketika divariasikan berbeda tanda dari Untuk pengembangan selanjutnya,
positif ke negatif. diharapkan dapat melakukan beberapa
hal, diantaranya melakukan penelitian
Perbedaan jenis titik kritis dan secara eksperimen yang menggunakan
bifurkasi pada kedua kasus tersebut bahan superkonduktor dalam pembuatan
dipengaruhi oleh nilai , dimana nilai sensor untuk mendeteksi medan magnet,
tersebut berbanding lurus dengan menerapkan prinsip persambungan
perkalian hambatan dengan kapasitansi. Josephson dalam pembuatan SQUID,
Pengaruh nilai terlihat dari solusi menganalisis karakteristik
analitik dan numerik. Ketika tidak ada persambungan Josephson bertipe S/F/S
hambatan sama sekali fluxon akan selalu secara eksperimen dan menerapkannya
menuju titik stabilnya secara periodik dalam pembuatan suatu piranti berbasis
dan membentuk titik center, sedangkan superkonduktor. Pada penelitian ini
ketika terdapat hambatan meskipun dilakukan penelitian dengan
kecil, fluxon akan tetap menuju titik menganalisis kestabilan dan bifurkasi
stabil tetapi teredam, sehingga fluxon pada persambungan Josephson
membentuk titik fokus. bertipe S/F/S secara analitik
menggunakan pendekatan dinamika
Selain dipengaruhi oleh β, fluxon sistem, selanjutnya mungkin dapat
dipengaruhi pula oleh arus eksternal ( ) dilakukan penelitian baik secara analitik,
yang melewati persambungan, yakni numerik, maupun eksperimen guna
mempengaruhi kehadiran fluxon. Ketika mengetahui karakteristik lain yang
tidak ada arus eksternal yang lewat, terdapat pada persambungan Josephson
fluxon memiliki beberapa puncak bertipe S/F/S.
DAFTAR PUSTAKA 12. Kurniawan, P. W. (2011). Simulasi
Dinamika Sel Saraf Menggunakan
Model Hindmarsh-Rose. Skripsi.
1. Hilfialkaff. “Sifat-Sifat
Departemen Fisika-FMIPA IPB.
Superkonduktor”. 2008. Web. 26
13. Shampine, L.F. (1994). Numerical
Juli 2012. <http://infokomtek.com>
Solution of Ordinary Differential
2. Cyrot, M. and Pavuna, D. (1992).
Equations. Chapman & Hall. New
Introduction to Superconductivity
York.
and High-Tc Materials. World
14. Acep, M. P. (2008). Numerical
Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.
Methods. United Kingdom.
3. Assegaf, A. F. (2012). Bifurcation of
15. Adila, F. (2010). A Brief
Heteroclinic to Homoclinic
Introduction to Using ODE 45 in
Connection Static in S/F/S Long
MATLAB. Department of
Josephson Junction. Skripsi.
Mechanical Engineering University
Jakarta: Universitas Islam Negeri.
of California a.
4. Sellier, H., Baraduc, C., Lefloch, F.,
dan Calemczuk, R. (2004). Half-
Integer Shapiro Steps at the 0-
Crossover of a Ferromagnetic
Josephson Junction, Phys. Rev. Lett.
Vol. 92. 25, 1-2.
5. Atasanova, P. Kh., Boyadjiev, T. l.,
Shukrinov, Yu. M., Zemlyanaya, E.
V., dan Seidel, P. (2010). Influence
of Josephson Current Second
Harmonic on Stability of Magnetic
Flux in Long Junction. Journal of
Physics: Conference Series. 248. 1.
6. Ginzburg, V. L. and Kirzhnits, D. A.
(1977). High Temperature
Superconductivity. Nauka, Moscow.
[Engl. Transl. Consultants Bureau,
New York, 1982].
7. Pikatan, S. (1989). Mengenal
Superkonduktor. Kristal
no.3/Juli/1989.
8. Kusmahetiningsih, N.
“Superkonduktor”. 2011. Web. 20
Nopember 2012.
<http://niningf43.blogspot.com/201
1/02/superkonduktor.html>
9. Ismunandar dan Sen, C. “Mengenal
Superkonduktor”. Fisikanet. 2004.
Web. 26 Juli 2012.
<http://fisikanet.lipi.go.id>
10. Poole, C. P., Farach, H. A.,
Creswick, R. J., Prozorov, R.
(2007). “Superconductivity Second
Edition”. Elsevier Ltd.
11. Alatas, H. Fisika Nonlinier Edisi 1.
Departemen Fisika FMIPA, Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
25
∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ = 0
Titik kritis
misal ;
∅ = ∅
∅̇ = ∅̇ = ∅ ( (∅ , ∅ ))
titik kritis pertama adalah (0,0)
∅̈ = ∅ ̈ = ∅̇
∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ = 0
∅ ̇ = −( ∅ + sin ∅ + sin 2∅ ) ( (∅ , ∅ ))
∅ ̇ = −( sin ∅ + sin 2∅ ) = 0
+ 2 cos ±
Linearisasi
untuk titik kritis (0,0)
∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,
∅ ̇ = (∅ − 0). 0 + (∅ − 0)1
∅̇ = ∅
26
∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,
∅ ̇ = (∅ ). − cos ∅ , − 2 cos 2∅ , + (∅ ) . −
∅ ̇ = (− − 2 )∅ − ∅ = −( + 2 )∅ − ∅
∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,
Jika n ganjil;
∅ ̇ = − 4 − ∅ − ∅
2
Jika n genap;
∅ ̇ = − + 4 + ∅ − ∅
2
∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,
∅ ̇ = (∅ ). − cos ∅ , − 2 cos 2∅ , + (∅ ) . −
− cos ( + 1) + − 2 cos 2 ( + 1)
⎛ 2 ⎞
∅̇ = ⎜ ⎟∅ − ∅
−2 1−2
⎝ 4 ⎠
Jika n genap;
3
∅̇ = − 4 + ∅ − ∅
2
Jika n ganjil;
3
∅ ̇ = − + 4 − ∅ − ∅
2
27
Harga Eigen
Untuk titik kritis (0,0)
∅̇ 0 1 ∅
= (
∅̇ − + 2 ) − ∅
0 1
= (
− + 2 ) −
− 1
− =
−( + 2 ) − −
− ± − 4( + 2 )
, =
2
− ± − 4 − 8
, =
2
− ± +4 − 4 −
2
, =
2
±
, =
− ± −4 − 4 −2
, =
2
, =
28
, =
, =
29
∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ =
Titik kritis,
misal ;
∅ = ∅
∅̇ = ∅̇ = ∅ ( (∅ , ∅ ))
titik kritis pertama adalah (0,0)
∅̈ = ∅ ̈ = ∅̇
∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ =
∅ ̇ = −( ∅ + sin ∅ + sin 2∅ ) + ( (∅ , ∅ ))
∅ ̇ = −( sin ∅ + sin 2∅ ) + =0
(sin ∅ )( + 2 cos ∅ )=
Ketika j1=3, j2=1, je=0.4, diperoleh nilai ∅ menggunakan solusi numerik, berikut hasil
yang diperoleh;
∅ = 0.08021533 ∅ = 2.779596
Linearisasi
untuk titik kritis (0,0)
∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,
∅ ̇ = (∅ − 0). 0 + (∅ − 0)1
∅̇ = ∅
∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,
∅ ̇ = (∅ ). − cos ∅ , − 2 cos 2∅ , + (∅ ) . −
∅ ̇ = −( + 2 )∅ − ∅
∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,
30
∅ ̇ = (∅ ). − cos ∅ , − 2 cos 2∅ , + (∅ ) . −
∅ ̇ = −(0.99999902 + 1.99999216 )∅ − ∅
∅̇ = ∅ − ∅ ,, + ∅ −∅ ,,
∅ ∅ ∅ , ∅ ∅ ∅ ,
Harga Eigen
Untuk (0,0)
∅̇ 0 1 ∅
= ( )
∅ ̇ − + 2 − ∅
0 1
=
−( + 2 ) −
− 1
− =
−( + 2 ) − −
Mencari harga eigen,
det. − = 0
− . (− − ) + ( + 2 ) = 0
+ + ( + 2 ) = 0
− ± − 4( + 2 )
, =
2
Untuk titik (0.08021533 ,0)
∅̇ 0 1 ∅
= ( )
∅ ̇ − 0.99999902 + 1.99999216 − ∅
0 1
= (
− 0.99999902 + 1.99999216 ) −
− 1
− =
−(0.99999902 + 1.99999216 ) − −
− ± − 4(0.99999902 + 1.99999216 )
, =
2
∅̈ + ∅̇ + sin ∅ + sin 2∅ = 0
− ± − 4( + 2 )
, =
2
− ± 1−4 +2
, =
2
Missal, =1−4 +2 =0
dengan = =
= 1 − 4 ( + 2 ) = 0
4( + 2 ) = 1
1 1
= −
8 2
− ± +4 − 4 −
2
, =
2
4
− ± 1+4 − −
2
, =
2
=1+4 −4 − =0
2
4 − 4 − = −1
2
1 1 1
= − +
4 8 16
− ± −4 − 4 −2
, =
2
− ± 1−4 −4 −
2
, =
2
32
Missal, =1−4 −4 − =0
dengan = =
1−4 −4 − =0
2
4 −4 − =1
2
2
4 − 16 − =1
1 1 1
= − −
4 8 16
3
− ± +4 −4 +
2
, =
2
3
− ± 1+4 −4 −
2
, =
2
3
− ± − 4 + 4 −
2
, =
2
3
− ± 1−4 +4 −
2
, =
2
3
1−4 −4 − =0
2
33
3
4 −4 − =1
2
6
4 − 16 − =1
1 3 1
= − −
4 8 16
− ± − 4( + 2 )
, =
2
− ± 1−4 +2
, =
2
Missal, =1−4 +2 =0
dengan = =
= 1 − 4 ( + 2 ) = 0
4( + 2 ) = 1
1 1
= −
8 2
− ± 1 − 4 0.99999902 + 1.99999216
, =
2
dengan = =
1 − 4(0.99999902 + 1.99999216 ) = 0
4(0.99999902 + 1.99999216 ) = 1
7.99996864 = 1 − 3.99999608
= 0.12500049 − 0.50000147
34
− ± − 4 (0.9988234702 ) + (1.990593299 )
, =
2
− ± 1 − 4 0.9988234702 + 1.990593299
, =
2
dengan = =
1 − 4(0.9988234702 + 1.990593299 ) = 0
4(0.9988234702 + 1.990593299 ) = 1
7.962373196 = 1 − 3.99529388
= 0.1255906971 − 0.5017717434
∅ ∅
∅ ∅
(a) = 0.000006
∅
∅
∅ ∅
(b) = 0.0004
∅ ∅
∅ ∅
(c) = 0.02
36
∅
∅
∅ ∅
(d) = 0.5
∅ ∅
∅ ∅
(e) =1
∅
∅
∅
∅
(f) =3
37
∅ ∅
∅ ∅
(g) =5
∅ ∅
∅ ∅
(h) =7