Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

KONSEP DASAR PENGUJIAN HIPOTESIS

A. Statistik dan Penelitian


Dalam statistik, hipotesis dapat diartikan sebagai pernyataan statistik tentang
parameter populasi. Statistik adalah ukuran-ukuran yang dikenakan pada sampel ( x =
rata-rata; s = simpangan baku; s2 = varians; r = koefisien korelasi), dan parameter adalah
ukuran-ukuran yang dikenakan pada populasi (µ = rata-rata,  = simpangan baku, 2 =
varians;  = koefisien korelasi). Dengan kata lain, hipotesis adalah taksiran terhadap
parameter populasi, melalui data-data sampel (lihat gambar 4.1). Penelitian yang
didasarkan pada data populasi, atau sampling total, atau sensus tidak melakukan
pengujian hipotesis statistik. Penelitian yang demikian dari sudut pandang statistik
adalah penelitian deskriptif.

Gambar 4.1 Hipotesis Statistik

Terdapat perbedaan mendasar pengertian hipotesis menurut statistik dan


penelitian. Dalam penelitian, hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Rumusan masalah tersebut bisa berupa pernyataan tentang
hubungan dua variabel atau lebih, perbandingan (komparasi), atau variabel mandiri
(deskripsi). Disini terdapat perbedaan lagi pengertian deskriptif dalam penelitian dan
dalam statistik. Seperti telah dikemukakan deskriptif dalam statistik adalah penelitian

69
yang didasarkan pada populasi (tidak ada sampel), sedangkan deskriptif dalam
penelitian menunjukkan tingkat ekplanasi yaitu menanyakan tentang variabel mandiri
(tidak dihubungkan dan dibandingkan). Contoh, seberapa tinggi disiplin kerja pegawai
negeri, dan lain-lain. Dengan demikian, penelitian yang didasarkan pada data
populasipun dapat dirumuskan hipotesis dan mengujinya. Pengujian bisa pakai statistik
deskriptif atau tanpa statistik.
Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol
dan alternatif. Pada statistik hipotesis nol diartikan sebagai tidak adanya perbedaan
antara parameter dengan statistik, atau tidak adanya perbedaan antara ukuran
populasi dan ukuran sampel. Dengan demikian hipotesis yang diuji adalah hipotesis
nol, karena memang peneliti tidak mengharapkan adanya perbedaan data populasi
dengan sampel. Selanjutnya hipotesis alternatif adalah lawannya hipotesis nol, yang
berbunyi adanya perbedaan antara data populasi dengan data sampel.
Dalam penelitian, hipotesis nol juga meyatakan “tidak ada”, tetapi bukan tidak
adanya perbedaan antara populasi dan data sampel, tetapi bisa berbentuk tidak adanya
hubungan antara satu variabel dengan variabel lain, tidak adanya perbedaan antara satu
variabel atau lebih pada populasi? sampel yang berbeda, dan tidak adanya perbedaan
antara yang diharapkan dengan kenyataan pada satu variabel atau lebih untuk populasi
atau sampel yang sama.
Buku ini adalah statistika untuk penelitian, maka diharapkan pembaca dapat
membedakan pengertian hipotesis dalam statistik dan penelitian. Untuk selanjutnya, bila
nanti dinyatakan hipotesis maka data yang dianalisis tentu data sampel, bukan data
populasi.

B. Tiga Bentuk Rumusan Hipotesis


Menurut tingkat ekplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan hipotesis
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hipotesis deskriptif (pada satu sampel
atau variabel mandiri/tidak dibandingkan dan dihubungkan), komparatif dan hubungan.

1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif, adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak
membuat perbandingan atau hubungan. Sebagai contoh, bila rumusan masalah
penelitian sebagai berikut ini, maka hipotesis (jawaban sementara) yang dirumuskan
adalah hipotesis deskriptif.

70
a. Seberapa tinggi daya tahan lampu merk X?
b. Seberapa tinggi produktivitas padi di Kabupaten Kiaten?
c. Berapa lama daya tahan lampu merk A dan B?
d. Seberapa baik gaya kepemimpinan di lembaga X?
Dari tiga pernyataan tersebut antara lain dapat dirumuskan hipotesis seperti
berikut :
a. Daya tahan lampu merk X = 800 jam.
b. Produktivitas di Kabupaten Klaten 8 ton/ha.
c. Daya tahan lampu merk A = 450 jam dan merk B = 600 jam.
d. Gaya kepemimpinan di lembaga X telah mencapai 70% dari yang diharapkan.
Dalam perumusan hipotesis statistik, atara hipotesis nol dan altematif selalu
berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga dapat
dibuat keputusan yang tegas, yaitu kalau Ho ditolak pasti altematifnya diterima.
Hipotesis statistik dinyatakan melalui simbol-simbol.
Hipotesis statistik dirumuskan dengan simbol-simbol statistik, dan antara
hipotesis nol (Ho) dan alternatif selalu dipasangkan. Dengan dipasangkan itu maka
dapat dibuat keputusan yang tegas, mana yang diterima dan mana yang ditolak
Berikut ini diberikan contoh berbagai pernyataan yang dapat dirumuskan
hipotesis deskriptif-statistiknya :

1) Suatu perusahaan minuman harus mengikuti ketentuan, bahwa salah satu unsur
kimia hanya boleh dicampurkan paling banyak 1% (paling banyak berarti lebih kecil
atau sama dengan : ≤). Dengan demikian rumusan hipotesis statistik adalah :
Ho : µ ≤ 0,01 (lebih kecil atau sama dengan)
Ha : µ > 0,01 > (lebih besar)
Dapat dibaca : Hipotesis nol untuk parameter populasi berbentuk proporsi (1% :
proporsi) lebih kecil atau sama dengan 1%, dan hipotesis alternatifnya, untuk
populasi yang berbentuk proporsi lebih besardari 1%.
2) Suatu bimbingan tes menyatakan bahwa murid yang dibimbing di lembaga itu,
paling sedikit 90% dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Rumusan hipotesis
statistik adalah :
Ho : µ ≥ 0,90
Ha : µ < 0,90

71
3) Seorang peneliti menyatakan bahwa daya tahan lampu merk A = 450 jam dan B =
600 jam. Hipotesis statistiknya adalah :
Lampu A : Lampu B :
Ho : µ = 450 jam Ho : µ = 600 jam
Ha : p. 450 jam Ha : µ ≠ 600 jam
Harga dapat diganti dengan nilai rata-rata sampel, simpangan baku dan varians.
Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan uji satu pihak (one tail) dan ketiga dengan
dua pihak (two tail).

2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam
satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. Contoh rumusan masalah komparatif
dan hipotesisnya :
a. Adakah perbedaan daya tahan lampu merk A dan B?
b. Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai golongan I, II, III?

Rumusan Hipotess adalah :


1) - Tidak terdapat perbedaan daya tahan lampu antara lampu merk A dan B.
- Daya tahan lampu merk B paling kecil sama dengan lampu merk A.
- Daya tahan lampu merk B paling tinggi sama dengan lampu merk A.

Hipotesis statistiknya adalah :


- Ho : µ1 = µ2
Rumusan uji hipotesis dua pihak
Ha : µ1 ≠ µ2
- Ho : µ1 ≥ µ2
Rumusan uji hipotesis uji pihak kiri
Ha : µ1 < µ2
- Ho : µ1 ≤ µ2
Rumusan uji hipotesis pihak kanan
Ha : µ1 > µ2

2) Tidak terdapat perbedaan (persamaan) produktivitas kerja antara Golongan I, II, III.
rumusan hipotesis statistiknya adalah :

72
- Ho : µ1 = µ2 = µ3
- Ha : µ1 = µ2 = µ3 (salah satu berbeda sudah merupakan Ha)
Dalam hal ini harga µ (mu) dapat merupakan rata-rata sampel, simpangan baku, varians,
dan proporsi.

3. Hipotesis Hubungan (Asosiatif)


Hipotesis asosiatif adalah suatu pertanyaan yang menunjukkan dugaan tentang
hubungan antara dua vanabel atau lebih. Contoh rumusan masalahnya adalah “Adakah
hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Efektifitas Kerja?”. Rumus dan hipotesis
nolnya adalah : Tidak ada hubungan antar gaya kepemimpinan dengan efektifitas kerja.
Hipotesis statistiknya adalah :
Ho :  = 0
 = simbol yang menunjukkan kuatnya hubungan.
Ha :  ≠ 0
Dapat dibaca : Hipotesis nol, yang menunjukkan tidak hubungan (nol = tidak
ada hubungan) antara Gaya kepemimpinan dengan Efektifitas Kerja dalam populasi.
Hipotesis alternatifnya menunjukkan ada hubungan tidak sama dengan nol, mungkin
lebih besar dari 0 atau lebih kecil dari nol.
Dalam bab IV ini hanya akan dikemukakan cara menguji hipotes deskriptif. Uji
hipotesis ini sering disebut dengan uji rata-rata sampel atau mean. Pengujian hipotesis
yang bersifat komparatif dan hubungan akan diberikan pada bab berikutnya.

C. Taraf Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis


Seperti telah dikemukakan, pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir
parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu, a point
estimate dan interval estimate atau sering disebut convidence interval A point estimate
(titik taksiran) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai data
sampel. Sedangkan interval estimate (taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter
populasi berdasarkan nilai interval data sampel.
Saya berhipotesis (menaksir) bahwa daya tahan kerja orang Indonesia itu 10
jam/hari. Hipotesis ini disebut point estimate, karena daya tahan kerja orang Indonesia
ditaksir melalui satu nilai yaitu 10 jam/hari. Bila hipotesisnya berbunyi daya tahan kerja

73
orang Indonesia antara 8 sampai dengan 12 jam/hari, maka hal ini disebut interval
estimate. Nilai intervalnya adalah 8 sampai dengan 12 jam.
Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal (point estimate)
akan mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang
menggunakan interval estimate. Menaksir daya tahan kerja orang Indonesia 10 jam/hari
akan mempunyai kesalahan yang lebih besar bila dibandingkan dengan nilai taksiran
antara 8 sampai dengan 12 jam. Makin besar interval taksirannya maka akan semakin
kecil kesalahannya. Menaksir daya tahan kerja orang Indonesia 6 sampai 14 jam/hari
akan mempunyai kesalahan yang lebih kecil bila dibandingkan dengan interval taksiran
8 sampai 12 jam. Untuk selanjutnya kesalahan taksiran ini dinyatakan dalam peluang
yang berbentuk prosentase. Menaksir daya tahan kerja orang Indonesia dengan interval
antara 6 sampai dengan 14 jam/hari akan mempunyai prosentase kesalahan yang lebih
kecil bila digunakan interval taksiran 8 sampai dengan 12 jam/hari. Biasanya dalam
penelitian kesalahan taksiran ditetapkan terlebih dulu, yang digunakan adalah 5% dan
1%. Derah taksiran dan kesalahannya dapat digambarkan seperti gambar 4.2 berikut.

Gambar 4.2 Daerah Taksiran dan Besarnya Kesalahan

Dari gambar 4.2 tersebut dapat diberi penjelasan seperti berikut :


1. Daya tahan kerja orang Indonesia ditaksir 10 jam/hari. Hipotesis ini bersifat point
estimate, tidak mempunyai daerah taksiran, kemungkinan kesalahannya tinggi,
misalnya 100%.
2. Daya tahan kerja orang Indonesia 8 sampai dengan 12 jam/hari. Terdapat daerah
taksiran.
3. Daya tahan kerja orang Indonesia antara 6 sampai dengan 14 jam/hari. Daerah
taksiran lebih besar dari no.2, sehingga kemungkinan kesalahan juga lebih kecil
daripada no. 2. Misalnya 1%.

74
Jadi makin kecil tarap kesalahan yang ditetapkan, maka interval estimate-nya
semakin lebar, sehingga tingkat ketelitian taksiran semakin rendah.

D. Dua Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis


Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel, kemungkinan
akan terdapat dua kesalahan yaitu :
1. Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar
(seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan α (baca
alpha).
2. Kesalahan Tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya
ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan  (baca betha).
Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau
menerima hipotesis dapat digambarkan seperti gambar tersebut.

Keadaan sebenarnya
Keputusan
Hipotesis benar Hipotesis salah
Terima hipotesis Tidak membuat kesalahan Kesalahan Tipe II
Menolak hipotesis Kesatahan tipe I Tidak membuat kesalahan

Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :


1. Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat kesalahan.
2. Keputusan menenima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II.
3. Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe
I.
4. Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.
Bila nilai statistik (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
sama dengan nilai parameter populasi atau masih berada pada nilai interval parameter
populasi, maka hipotesis yang dirumuskan 100% diterima. Jadi tidak terdapat
kesalahan. Tetapi bila nilai statistik di luar nilai parameter populasi akan terdapat
kesalahan. Kesalahan ini semakin besar bila nilai statistik jauh dari nilai parameter
populasi.
Tingkat kesalahan ini selanjutnya dinamakan level of significan atau tingkat
signifikansi. Dalam prakteknya tingkat signifikansi telah ditetapkan oleh peneliti
terlebih dahulu sebelum hipotesis diuji. Biasanya tingkat signifikansi (tingkat
kesalahan) yang diambil adalah 1% dan 5%. Suatu hipotesis terbukti dengan

75
mempunyai kesalahan 1% berarti bila penelitian dilakukan pada 100 sampel yang
diambil dari populasi yang sama, maka akan terdapat satu kesimpulan salah yang
dilakukan untuk populasi.
Dalam pengujian hipotesis kebanyakan digunakan kesalahan tipe I yaitu berapa
prosen kesalahan untuk menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (yang seharusnya
diterima).

Soal latihan:
1. Apakah yang dimaksud dengan parameter dan statistik dalam pengujian hipotesis?
2. Sebutkan dan jelaskan bentuk-bentuk hipotesis dalam penelitian?
3. Apakah yang dimaksud dengan hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Apakah
perbedaan dari hubungan keduanya?
4. Apa yang dimaksud dengan “point estimate” dan “interval estimate”. Dalam
menguji hipotesis yang menggunakan interval estimate, maka bila kesalahan
semakin kecil, maka semakin besar kemungkinan hipotesis nol untuk diterima.
Berikan penjelasan dengan gambar?
5. Apa yang dimaksud kesalahan Tipe I dan Tipe II dalam penelitian hipotesis?
6. Bila nilai statistik (data sampel) yang diperoleh dari hasil pengumpulan data sama
dengan nilai parameter populasi, maka adakah kesalahan dalam pengujian
hipotesis?
7. Kesalahan dalam pengujian hipotesis dinyatakan dalam bentuk peluang (), yang
biasanya telah ditentukan berdasarkan tabel yaitu sebesar 1% dan 5%. Apa yang
dimaksud kesalahan 1% dan 5% dalam pengujian hipotesis tersebut?
8. Dalam suatu penelitian yang tidak menggunakan sampel, atau menggunakan sampel
tetapi tidak bermaksud membuat generalisasi ke populasi di mana sampel tersebut
diambil, maka statistik yang digunakan untuk menganalisis atau menguji hipotesis
adalah dengan statistik deskriptif bukan statistik inferensial. Apa sebabnya?

76

Anda mungkin juga menyukai