Anda di halaman 1dari 30

Analisis Data

PENGUJIAN
HIPOTESIS
ANGGOTA KELOMPOK 3

Ghina Amaliah Nurdin 20700121016

Mutahharah Yunus 20700121030

2
MATERI

1. 2. 3.
Konsep Hipotesis Kegunaan, Ciri-ciri, Dan
Pengertian Hipotesis
Manfaat Hipotesis

4. 5. 6.
Bentuk Rumusan Prosedur Pengujian Kesalahan Pengujian
Hipotesis Hipotesis Hipotesis

3
Pengertian Hipotesis
 Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu pernyataan yang masih lemah kebenarannya dan perlu dibuktikan
atau dugaan yang sifatnya masih sementara.
 Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara atas suatu hal yang berbentuk pernyataan
 Hipotesis statistik adalah dugaan sementara atas Kumpulan data statistic dari penelitian.
 Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan
menerima atau menolak hipotesis itu. Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung
ketidakpastian, artinya keputusan bisa benar atau salah, sehingga menimbulkan resiko. Besar kecilnya
resiko dinyatakan dalam bentuk probabilitas.

4
Konsep Hipotesis
 Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis kerja dan hipotesis alternatif (hipotesis
alternatif tidak sama dengan hipotesis kerja). Dalam kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dulu adalah
hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Bila penelitian akan membuktikan apakah hasil
pengujian hipotesis itu signifikan atau tidak, maka diperlukan hipotesis statistik. Teknik statistik yang
digunakan untuk menguji hipotesis ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja dengan data
populasi adalah statistic deskriptif.
 Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan
antara data sampel, dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan
antara sampel dan populasi atau statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan
dengan populasi, dan statistik di sini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.

5
Konsep Hipotesis

6
Kegunaan, Ciri-ciri, Manfaat Hipotesis
 Kegunaan Hipotesis
1. Hipotesis memberikan penjelasan sementara tentang gejala-gejala serta memudahkan perluasan
pengetahuan dalam suatu bidang.
2. Hipotesis memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian.
3. Hipotesis memberikan arah kepada penelitian
4. Hipotesis memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan
 Ciri-ciri Hipotesis
1. Hipotesis harus mempunyai daya
2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada di antara variabel-variabel
3. Hipotesis harus dapat diuji
4. Hipotesis hendaknya konsistensi dengan pengetahuan yang sudah ada
5. Hipotesis hendaknya digunakan sesederhana dan seringkas mungkin

7
Kegunaan, Ciri-ciri, Manfaat Hipotesis
 Manfaat Hipotesis
Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan dan kerja penelitian
2. Mengarahkan dan menyiapkan pola pikir peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antara fakta, yang
kadang kala hilang begitu saja dan dari perhatian peneliti
3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam
suatu kesatuan yang penting dan menyeluruh
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar fakta.

8
Bentuk Rumusan Hipotesis
Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam, yaitu:
 Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif, adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau
hubungan. Berikut ini diberikan contoh berbagai pernyataan yang dapat dirumuskan deskriptif-statistiknya:

Seorang peneliti menyatakan bahwa daya tahan lampu merk A = 450 jam dan B = 600 jam. Hiootesis
statistiknya adalah;
Lampu A: Lampu B:

Harga μ dapat diganti dengan nilai rata-rata sampel, simpangan baku dan varians. Hipotesis pertama dan kedua
diuji dengan uji satu pihak (one tail) dan ketiga dengan dua pihak (two tail)

9
Bentuk Rumusan Hipotesis

 Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam suatu variabel atau lebih
pada sampel yang berbeda. Contoh rumusan masalah komparatif dan hiotesisnya:
- Apakah ada perbedaan daya tahan lampu merk A dan merk B?
- Apakah ada perbedaan produktivitas kerja antara pegawai golongan I, II, III?

Rumusan Hipotesis adalah:


1) Tidak terdapat perbedaan daya tahan lampu antara lampu merk A dan B
2) Daya tahan lampu merk B paling kecil sama dengan lampu merk A
3) Daya tahan lampu merk B paling tinggi sama dengan lampu merk A

10
Bentuk Rumusan Hipotesis

Hipotesis Statistiknya:
Rumusan uji hipotesis dua pihak

Rumusan hipotesis uji satu pihak

Rumusan hipotesis satu pihak

11
Bentuk Rumusan Hipotesis
4) Tidak terdapat perbedaan (ada persamaan) produktivitas kerja antara golonga I, II, III.

Rumusan hipotesis statistiknya adalah:

(salah satu berbeda sudah merupaka Ha)

Dalam hal ini harga (mu) dapat diganti dengan rata-rata sampel, simpangan baku, varians,
dan proporsi.

12
Bentuk Rumusan Hipotesis
 Hipotesis Asosiatif (Hubungan)
Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan hubungan antara dua
variabel ata lebih. Contoh rumusan masalahnya adalah “apakah ada hubungan antara gaya
kepemimpinan dengan efektivitas kerja?”. Rumusan hipotesis nolnya adalah: tidak ada hubungan antara
gaya kepemimpinan dengan efektivitas kerja.
Hipotesis statistiknya adalah:
Ho
Ha ( simbol yang menunjukkan kuatnya hubungan
Dapat dibaca: hipotesis nol, yang menunjukkan tidak adanya hubungan (nol = tidak ada
hubungan) antara gaya kepemimpinan dengan efektivitas kerja dalam populasi. Hipotesis alternatifnya
menunjukkan ada hubungan (tidak sama dengan nol, mungkin lebih besar dari 0 atau lebih kecil dari
nol)

13
Prosedur Pengujian Hipotesis

14
1. Menentukan formulasi hipotesis
Formulasi atau perumusan hipotesis statistik dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu sebagai
berikut:

a. Hipotesis nol atau hipotesis nihil

Hipotesis nol atau disimbolkan adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu pernyataan
yang akan diuji. Yang disebut hipotesis nol karena hipotesis tersebut tidak memiliki perbedaan atau
perbedaannya nol dengan hipotesis sebenarnya.

b. Hipotesis alternatif

Hipotesis alternatif disimbolkan 𝐻1 atau 𝐻𝑎 adalah hipotesis yang dirumuskan


sebagai lawan atau tandingan dari hipotesis nol. Dalam menyusun hipotesis alternatif timbul 3
keadaan berikut:
15
b. Hipotesis alternatif

Hipotesis alternatif disimbolkan 𝐻1 atau 𝐻𝑎 adalah hipotesis yang dirumuskan


sebagai lawan atau tandingan dari hipotesis nol. Dalam menyusun hipotesis alternatif timbul 3
keadaan berikut:

1)Menyatakan bahwa harga parameter lebih besar daripada harga yang di hipotesiskan.
Pengujian ini disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu pengujian sisi atau arah
kanan.

2) Menyatakan bahwa harga parameter lebih kecil daripada harga yang dihipotesiskan.
Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu pengujian sisi atau arah
kiri.
16
3) Menyatakan bahwa harga parameter tidak sama dengan harga yang di hipotesiskan. Hujan itu disebut
pengujian dua sisi atau dua arah, yaitu pengujian sisi atau arah kanan dan kiri sekaligus.

Secara umum, formulasi hipotesis dapat dituliskan

Uji Hipotesis Satu Arah Uji Hipotesis


:
Uji Sisi Kiri Uji Sisi Kanan Dua Arah

Apabila hipotesis nol diterima (benar) maka hipotesis alternatif ditolak. Demikian pula sebalikya, jika
hipotesis alternatif diterima (benar) maka hipotesis nol ditolak.

17
2. Menetukan Taraf nyata
Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan hasil
hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Harus nyata dilambangkan dengan (baca alpha). Semakin
tinggi taraf nyata yang digunakan, semakin tinggi pula menolakkan hipotesis nol atau hipotesis yang diuji,
padahal hipotesis nol benar.

Besaran yang sering digunakan untuk menentukan taraf nyata dinyatakan dalam
yaitu . Sehingga secara umum taraf nyata dituliskan sebagai Besarnya nilai tergantung pada keberanian
membuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan (yang menyebabkan resiko) yang akan
ditolerir. Besarnya kesalahan tersebut disebut sebagai daerah kritis pengujian (critical region of a test) atau
daerah penolakan (region of rejection).

18
3. Menetukan Kriteria Pengujian
Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima atau
menolak hipotesis nol () dengan cara membandingkan nilai tabel distribusinya (nilai kritis) dengan uji
statistiknya, sesuai dengan bentuk pengujiannya. Yang dimaksud dengan bentuk wajahnya adalah sisi atau
arah pengujian.

 Penerimaan terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar daripada nilai positif atau negatif
dari 𝛼 tabel. Atau nilai statistik yang berada di luar nilai kritis.

 Penolakan terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil daripada nilai positif atau negatif
dari 𝛼 tabel. Atau nilai uji statistik berada di dalam nilai kritis.

19
Macam-macam pengujian hipotesis
Uji satu arah (uji sisi kiri) Uji satu arah (uji sisi kanan)

: :

20
Macam-macam pengujian hipotesis
Uji dua arah

21
4. Menentukan nilai uji statistik

Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi tertentu dalam pengujian
hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk menduga parameter data sampel yang diambil secara
random dari sebuah populasi. Misalkan, akan diuji parameter populasi (P), maka yang pertama-tama
dihitung adalah statistik sampel (S).

22
5. Membuat Kesimpulan

Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam hal penerimaan atau


penolakan hipotesis nol (), sesuai dengan kriteria pengujiannya.

Pembuat kesimpulan dapat dilakukan setelah membandingkan nilai ujian statistik dengan nilai 𝛼 tabel atau
nilai kritis.

a. Penerimaan terjadi jika nilai uji statistik berada di luar nilai kritisnya.

b. Penolakan terjadi jika nilai uji statistik berada di dalam nilai kritisnya.

23
Contoh
3. Menentukan kriteria pengujian

diterima jika

ditolak jika atau


5. Kesimpulan

Karena lebih kecil dari maka ditolak.


4. Menentukan nilai uji statistika

24
Contoh
Akan diuji bahwa rata-rata tinggi mahasiswa PTN adalah 165. Jika diambil sampel random 100 mahasiswa, ternyata rata-ratanya
163,5 cm dan simpangan baku 4,8 cm. dengan tingkat signifikansi 5% bagaimana kesimpulan dari pengujian tersebut?

Penyelesaian:

1. Merumuskan hipotesis

2. Menentukan taraf nyata (

25
Kesalahan
Hipotesis

26
.
Mengenai konsep pengujian hipotesis, Baltagi (2008) menyebutkan bahwa
terdapat dua kemungkinan kesalahan yang dapat terjadi pada proses pengambilan
keputusan dalam pengujian hipotesis. Kedua kesalahan tersebut sering disebut dengan
kesalahan tipe I dan kesalahan tipe II.

Kesimpulan Keadaan sebenarnya


benar salah
Terima Ho Keputusan tepat Kesalahan jenis II
Tolak Ho Kesalahan jenis I Keputusan tepat

27
Kesalahan Tipe 1

.
Kesalahan tipe I terjadi ketika keputusan yang diambil dari suatu pengujian
hipotesis adalah menolak hipotesis yang pada hakikatnya adalah benar. Jika hal itu yang
terjadi maka kesalahan tersebut biasanya disebut dengan Alpha Risk (Risiko Alpha).
Alpha Risk dilambangkan dengan simbol α. Nilai α biasa disebut dengan tingkat
signifikansi sedangkan nilai disebut dengan tingkat kepercayaan/taraf nyata menyatakan
seberapa nyata (bisa menolak hipotesis nol) uji tersebut.
Tingkat kesalahan tipe I sering juga disebut kesalahan penentuan level of
significant atau tingkat signifikansi. Dalam praktiknya tingkat signifikansi telah
ditetapkan oleh peneliti terlebih dahulu sebelum hipotesis diuji. Biasanya tingkat
signifikansi (tingkat kesalahan) yang diambil adalah maupun

28
Kesalahan Tipe II

.
Kesalahan tipe II terjadi ketika keputusan yang diambil dari suatu pengujian
hipotesis adalah menerima hipotesis yang pada hakikatnya adalah salah. Jika hal itu
yang terjadi maka kesalahan tersebut biasanya disebut dengan Beta Risk (Risiko Beta).
Beta Risk dilambangkan dengan simbol . Sedangkan nilai disebut taraf uji. Taraf uji ini
menunjukkan seberapa baik statistik uji yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis
(tingkat kesalahan tipe 2-nya kecil).
Tingkat kesalahan tipe II terjadi karena peneliti gagal memahami rumusan
penelitian, sehingga menggunakan rumusan yang keliru. Semakin spesifik tujuan
penelitian, maka semakin spesifik pula rumusan yang dibuat. Namun demikian, prinsip
utama dalam pengujian hipotesis adalah meminimalkan nilai dan

29
Terima Kasih

30

Anda mungkin juga menyukai