Thomas Hunt Morgan menyatakan bahwa gen-gen bersama alel-alelnya pada sepasang
kromosom homolog berkelompok, dinamakan kelompok berangkai (linkage group). Dari hasil
penyelidikan pada berbagai macam makhluk lainnya dapat diambil kesimpulan bahwa banyaknya
kelompok berangkai pada suatu individu itu ekuivalen dengan jumlah kromosom haploid dari
individu yang bersangkutan. Misalnya pada jagung (Zea mays, n = 10) terdapat 10 kelompok
berangkai, pada ercis (Pisum satvum, n= 7) terdapat 7 kelompok berangkai, pad lalat drosophila (n =
4) terdapat 4 kelompok berangkai, pada manusia (n = 23) terdapat 23 kelompok berangkai.
Untuk membedakan apakah gen-gen letaknya terpisah ataukah terangkai pada kromosom yang
sama, maka dibuat perbedaan dalam cara penulisan genotipnya.
Misalnya suatu dihibrid (dua sifat beda) dengan menggunakan sepasang gen A (merah) dengan a
(putih) dan B (Bersayap) dengan b (tidak bersayap).
Apabila gen kedua sifat beda (Warna dan sayap) tersebut letaknya terpisah (artinya tidak
terpaut/terangkai pada kromosom yang sama) sehingga memisah secara bebas saat meiosis, maka
genotip dihibrid itu ditulis seperti yang lazim kita kenal, yaitu AaBb.
A a
B b
Gambar 2. Gen dengan dua sifat beda pada dua kromosom yang berbeda
Akan tetapi andaikan gen dua sifat beda itu terangkai/terpaut pada kromosom yang sama, maka ada
dua kemungkinan:
1. Gen-gen dominan terangkai pada satu kromosom, sedang alel-alelnya resesif terangkai pada
kromosom homolognya. Genotipnya adalah: AB/ab (gen dominan berangkai dengan gen
dominan, gen resesif berangkai dengan gen resesif). Gen-gen yang terangkai secara demikian,
dikatakan bahwa gen-gen terangkai dalam keadaan “coupling phase” atau gen-gen mempunyai
susunan “cis”.
2. Gen dominan terangkai degan gen resesif yang bukan alelnya pada satu kromsom, sedang alel
resesif dari gen pertama dan alel dominan dari gen ke dua terangkai pada kromosom
homolognya. Genotipnya aalah: Ab/aB (gen dominan berangkai dengan gen resesif, gen resesif
berangkai dengan gen dominan). Gen-gen yang terangkai secara demikian, dikatakan bahwa
gen-gen terangkai dalam keadaan “ repulsion phase” atau gen-gen mempunyai susunan “trans”.
RANGKAI SEMPURNA
Apabila gen-gen yang terangkai pada kromosom yang sama letaknya amat berdekatan satu
dengan lain (pada gambar 5 Gene 1 dan gene 2), maka selama meiosis gen-gen itu tidak mengalami
perubahan letak, sehingga pada waktu gametogenesis gen-gen itu bersama-sama menuju ke gamet.
Contoh 1) Kejadian rangkai sempurna pada lalat buah yaitu hasil persilangan lalat drosophila betina
abu-abu sayap panjang (normal) dengan jantan hitam sayap vestigial (sayap keriput dan tidak bisa
terbang) menghasilkan lalat abu-abu sayap panjang dan lalat hitam sayap vestigial dengan
perbandingan 3 : 1.
Kejadian ini umumnya terjadi pada gametogenesis. Pindah silang terjadi pada fase meiosis I
(akhir profase I atau awal metafase I) saat kromosom telah mengganda menjadi dua kromotid. Saat
kromosom akan memisah, kromatid yang bersilang melekat dan putus pada bagian kiasma, lalu tiap
potongan itu melekat pada kromatid sebelahnya secara timbal balik.
Tempat terjadinya pindah silang disebut kiasma (tempat melekatnya kromatid). Pada bagian ini
terjadi patahnya kromatid. Tempat patahan dilekati oleh kromatid yang bersilang (gambar 8). Akibat
dari peristiwa pindah silang maka akan terbentuk kombinasi baru atau sifat baru dari keturunan yang
tidak sesuai dengan induknya. Sifat baru pada hasil pindah silang disebut rekombinasi (Rk). Hal ini
menyebabkan setiap individu tidak ada yang sama secara identik meskipun kembar; contohnya sidik
jari anak kembar tidak sama secara identik. Hasil pindah silang juga meningkatkan keanekaragaman
hayati.
Tipe rekombinan adalah tipe hasil persilangan yang tidak sama dengan induknya.
Contoh:
2). P1 Bunga ungu, polen panjang X Bunga merah, polen bulat
PPLL ppll
F1 PpLl (ungu panjang)
P2 PpLl X PpLl
F2 9 : 1 : 1 : 9
Ungu panjang : ungu bulat : merah panjang : merah bulat
Ungu bulat dan merah panjang adalah individu hasil rekombinasi (bukan tipe parental).
Menurut Hukum Mendel, hasil persilangan F1 heterozigot dengan sesamanya menghasilkan
perbandingan 9 : 3: 3 :1 tapi tidak terjadi pada hasil persilangan ini karena telah terjadi pindah
silang.
1+1 2
NPS = x 100 %=¿ x 100 %=10 %
9+1+1+9 20
Tipe rekombinasi yang terbentuk dari persilangan ini adalah 10% dari keturunan seluruhnya.
NPS juga merupakan jarak antar gen dalam kromosom.
10% artinya jarak antara gen P dan L adalah 10 unit map.
1% NPS adalah 1 unit map (satuan jarak gen pada kromosom/ Gen maping/ unit peta).
Semakin jauh letak gen, semakin sering terjadi pindah silang karena tautan antar 2 gen yang
berjauhan sangat lemah, demikian sebaliknya. Untuk mengetahui ada tidaknya tautan dapat
dilakukan dengan Test Cross.
NPS = Rekombinan = 0 ( tidak terjadi pindah silang; terjadi tautan)
NPS < 50% atau Kombinasi Parental (KP) > 50% maka terjadi pindah silang.
3). Seekor lalat betina abu-abu dominan dan tidak bersayap resesif disilangkan dengan lalat jantan
hitam bersayap.
a. Tentukan hasil F1!
b. Jika F1 disilangkan dengan homozigot resesif (Test Cross) dan menghasilkan 2000 keturunan.
Jika terjadi tautan dan tidak terjadi pindah silang, tentukan hasil F2!
c. Bila hasil b terdapat 110 abu-abu bersayap dan 90 hitam tidak bersayap, tentukan frekuensi
rekombinan!
D. Berapa jarak antara 2 gen tersebut?
Jawab:
P1 GGww X ggWW
Gamet Gw gW
a) F1 GgWw (abu-abu bersayap)
GgWw X ggww
b) Gamet Gw, gW X gw
F2 Ggww : abu-abu tidak bersayap = 1000
ggWw : hitam bersayap = 1000
Dari hasil ini tidak ada rekombinasi (artinya hasil F2 sama dengan induk) sehingga NPS = 0%
artinya tidak terjadi pindah silang; hanya terjadi tautan.
110+90
c) NPS = =0,1 x 100 %=10 %
2000
NPS = 10% ; < 50% berarti telah terjadi pindah silang.
d) Jarak gen G dan W adalah 10 unit map.