Anda di halaman 1dari 6

Alamku Telah Rusak

Dulu jernih sungaiku

Kini kotor sudah

Dulu tinggi pohon pohonku

Kini habis sudah

Dulu cantik karangku

Kini buruk sudah

Kini sudah rusak alamku

Karena tangan manusia

Karena nafkah

Lupa akan alam

Bagaimana dengan cucuku?

Egois merenggut kita semua

Maafkan kami Tuhan

Damainya alam yang kau titipkan

Kini rusak

Bumi Menjerit

Aku memahami dalam hening

Ronta nusantara

Birahi serakah tertahan

Tanpa sejuk, tanpa tenang


Raja tetaplah raja

Budak tetaplah budak

Tanpa dipinta, bumiku hancur

Ribuan nyawa tertelan murkanya

Ego mengalahkan, hilang jawaban

Tanpa kata tanpa frasa

Entah teratasi atau tidak

Pekik manusia merentah tangis

Bahana

Derita saling sambut bersama derunya angin

Bumiku rusak

Tempat berlindung, tempat hidup

Dengar,

Mengikis harapan menjadi jeritan nyawa

Tangisan alam

Di atas puasnya manusia tak kuasa melawan getir

Mulut, mata, telinga tak berfungsi

Kita perusak, dan tanpa sadar

Keramahan Alam Hilang

Tandus

Tandus alamku
Hijau dan lestari hanya belaka

Punah dan mati menggantikan

Tak lagi ramah alamku

Keindahan hanya fiksi

Menjajah dan menjarah mulai populer

Ketentraman

Ketentraman sudah tiada

Tangan-tangan serakah merusak

Alam terajam

Hilang, lenyap, punah sudah

Tanpa iba

Entah siapa?

Kenapa?

Perang dimulai

Makian dan cacian adalah tradisi

Kebencian merajalela

Pembunuhan, pertumpahan darah, mulai membanjiri

Celaan sungguh

Bukan salah alam

Bukan salah bumi

Lalu siapa yang salah?

Kemakmuran alam yang seharusnya dijaga


Kebaikan sudah tak tertebar

Habis sudah dibabat

Kekejaman pun belingsatan

Kejam sungguh

Tak mampu melawan

Tak mampu dendam

Tak mampu berontak

Mereka hanya diam

Menunggu murka Tuhan

Tangan-tangan serakah

Perusak bumiku

Tanpa Judul

Serpihan dan pecahan kaca terbakar

Terlempar ke rumput, bubuhan koran

Tebangan pohon, beton tertuang

Lingkungan menyertai

Makanan bersama racun

Minyak mentah terisi pada samudera

Malapetaka dan mengerikan ada di laut

Inilah makanan kita

Asap kuning keluar dari gedung gedung besi

Gas kaustik dan bahan bakar keluar dari baja


Tempat yang sepi adalah kehancuran

Inilah napas kita

Harus ada seseorang yang bertindak dan memulai

Meningkatkan kesadaran

Dan mengindahkan masalah

Karena hidup telah dipertaruhkan

Kami Meminta Maaf

Indah adalah masa lalu

Udara segarmu adalah kenangan

Hangatnya sinar matahari adalah dulu

Kini berubah

Tanpa peduli

Sibuk dengan dunia

Kami meminta maaf

Karena kami hanya bagian dari alam

Jeritan Nyawa

Rasakan perih ini

Lihat air mata ini

Sahabat kami telah hancur

Akan nafsumu
Kini kemarahannya memuncak

Bosan dengan semua

Berontak dengan laku kita

Entah siapa yang melakukan

Hanya pahit yang terasa

Kaumu, golonganmu, hartamu, di pikiranmu

Tak pernah terbesit tentang kami

Saudaramu yang sebangsa

Banyak dana yang terkumpul untuk kami

Tapi di mana?

Banyak sekali

Di mana?

Apa pesawat menjatuhkannya?

Kami pun kekurangan dan lemah di sini

Atau di kantong mereka?

Tanpa rasa iba di dalam hatinya

Rasakanlah

Hargailah kami

Sebagai saudaramu

Indonesia

Anda mungkin juga menyukai