Anda di halaman 1dari 3

PEMUJA TANAH PUSAKA

(Karya : Sabna Ramadani)

Aku cemburu pada rumput yang hijaukan tanahmu


Aku cemburu pada ikan yang hiasi lautmu
Aku cemburu pada corak budayamu
Aku cemburu pada eloknya tutur penghunimu

Aku cemburu pada aroma pagimu


Aku cemburu pada malam yang mengiringi senjamu
Sungguh ku terpikat pesonamu yang menenangkan
Bolehkah aku menjadi kekasihmu wahai Ibu Pertiwi?
Atau menjadi pohon yang menyegarkan negerimu
Atau hanya menjadi semut kecil yang mengitarimu
Aku sanggup menjadi apapun
Asalkan jejak kakiku tak pernah menghilang di tanah ini

Aku akan selalu menjagamu seperti bayi


Aku tunduk padamu seperti tundukku pada ibu
Aku akan menemanimu seperti pantai pada lautan
Aku akan merindukanmu bagai bulan merindu malam

Entah ramuan apa yang telah kau suguhkan


Atau virus apa yang telah kau tularkan
Aku menyerah pada ketakjuban
Mengalah pada selaksa keindahan
Karena kaulah Indonesia
Negeri sempurna yang diciptakan Tuhan untuk kita
NARASI NEGERI BAMBU RUNCING
(Karya : Muhammad Rahmad)

Ini adalah tanah lahir kami


Sebuah sejarah bukan dongeng bukan pula lelucon
Di mana setiap kisahnya penuh peluh, tangisan dan perjuangan

Saksikanlah keramahan negeri kami


Suku, ras dan agama saling bertoleransi
Kedamaian dijunjung tinggi
Meredam duka mengangkat harga diri
Berpagar bambu runcing
Tangan-tangan pahlawan siap berlumur darah
Membela negeri

Berselimut merah putih


Kami dendangkan Indonesia Raya
Yang menggema di penjuru Nusantara
Karena di negeri berbambu runcing inilah
Perjuangan pendahulu selalu nyaring berapi-api
Meninggalkan sejarah di setiap jengkal negeri

Di negeri bambu runcing ini


Hamparan ladang terus mengenyangi perut kami
Ribuan ruas sungai menawarkan dahaga kami
Kekayaanmu tak kan habis diwariskan generasi

Demi mewujudkan persatuan bangsa di Bumi Pertiwi


Ribuan janji kami teriakkan
Terus berjuang bersama, bersatu
Terus maju di garda terdepan
Bersatu padu menjaga NKRI
Negara Kesatuan Republik Indonesia
TALI TEMALI TRADISI
(Karya : Gede Agus Widiantara Sada)

Kepada : Sang Pemimpi


Mata pelangi di bumi pertiwi
Kemanakah aku harus pergi?
Ketika hujan turun di negeri ini
Dan bara api padam tak berarti
Tubuh kuyup, urat nadi tak terasa lagi
Bagai aku sudah mati ditelan bumi
Rasa takut ini mengungkung di hati
Apakah aku harus berpasrah diri?
Atau harus menutup mata tanpa beraksi?
Meratapi kehilangan tali-temali budaya dan tradisi
Yang semakin luruh digerus budaya westernisasi

Diam…!
Bagi roh, kita adalah bagian dari keagungan langit
Bagi pahlawan, kita adalah tungku api generasi
Haruskah kita diam melihat tali-temali ini putus?
Yang ditelan ombak arus globalisasi

Bangkit…!
Dengan alunan kaki ini
Berdiri di puncak paling tinggi
Walau gunung dan jurang akan kulewati
Demi negeri sang pemberani
Tali-temali budaya dan tradisi
Harus kita jaga agar tetap lestari

Anda mungkin juga menyukai