Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

1. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERSONAL HYGIENE

2. ASKEP TENTANG PENYIMPANGAN KDM TERHADAP PERSONAL HYGIENE

Oleh

NAMA : AWALUDDIN

SEMESTER : II

KELAS : B

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

POLTEKES KEMENKES JAYAPURA

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat pentingdan harus
diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu
sendiri sangat berpengaruh diantaranya kebudayaan, ocial,keluarga, pendidikan. Persepsi seseorang
terhadap kesehatan,serta perkembangan ( dalam Tarwoto & Wartonah 2006).
Praktik hygiene sama dengan peningkatan kesehatan. Dengan implementasi tindakan hygiene
pasien, atau membantu anggota keluarga untuk melakukan tindakan itu dalam lingkungan rumah sakit,
perawat menambah tingkat kesembuhan pasien. Dengan mengajarkan cara hygiene pada pasien,
pasien akan berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan dan partisipan dalam perawatan diri ketika
memungkinkan (dalam Perry & Potter, 2005).
Jika seseorang sakit,biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan.Hal initerjadi karena
kita menganggap masalah kebersihan adalah masalahsepele,padahal jika hal tersebut dibiarkan terus
dapat mempengaruhi kesehatansecara umum (dalam Tarwoto & Wartonah 2006).
1.2    Tujuan
1.2.1        Bagaimanakah konsep personal Hygiene
1.2.2        Apa macam-macam personal hygiene ?
1.2.3       Bagaimana sop personal hygiene
1.3    Rumusan Masalah
Untuk mempelajari dan memahami SOP personal hygiene
1.4    Manfaat
a.       Pembaca dapat memahami personal hygiene
b.      Pembaca dapat memahami dan mengetahui jenis-jenis personal hygiene
c.       Pembaca dapat mengetahui dan melaksanakan prosedur personal hygiene
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep personal Hygiene


2.1.1 Pengertian personal hygiene
Personal Hygiene berasal dari bahasaYunani yaitu personal yang artinya perorangan dan
hygiene berarti sehat. Kebersihanseseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihandan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Menurut beberapa ahli :
1.      Efendy
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan halyang sangat penting dan harus diperhatikan
karena kebersihanakan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihanitu sendiri dangat
dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di antaranya
kebudayaan,sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat
perkembangan. (dalam Astutiningsih, 2006)
2.      Nurjannah
Defisit perawatan diri adalah gangguankemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi,
berhias,makan, toileting)
3.       Depkes
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalammemenuhi kebutuhannya guna
memepertahankan kehidupannya,kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya,
kliendinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes
2000).
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus
dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Karena itu hendaknya setiap orang selalu berusaha
supayapersonal hygiennya dipelihara dan ditingkatkan. Kebersihan dankerapian sangat penting dan
diperlukan agar seseorang disenangidan diterima dalam pergaulan, tetapi juga karena kebersihan
diperlukan agar seseorang dapat hidup secara sehat.
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
a.         Citra tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang tersebut.
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat
sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi
sekali maka perawat mempertimbaagkan rincian kerapian ketika merencanakan keperawatan dan
berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana memberikan peraatan
hygienis. Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan atau penyakit fisik maka perawat
harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.
b.         Praktik social.
Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi praktik
hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua
mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air mengalir
hanya merupakan beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
c.          Status sosio-ekonomi
sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang
digunakan. Perawat hrus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang penting
seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan
produk-produk ini merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok social
klien.
d.         Pengetahuan
Pengtahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi
praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi
untuk memelihara perawatan-diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong
klien untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan
dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e.         kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang
dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia
kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa
untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.

f.           Pilihan pribadi


Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur,
dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk yang berbeda (mis. Sabun, sampo,
deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g.         kondisi fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau menjalani operasi
sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi.

2.1.3 Sop Personal Hygiene


Tindakan Keperawatan Memandikan Klien
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MEMANDIKAN

 Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi memenuhi kebutuhan personal hygene
dengan memandikan pasien.
 Indikasi
Pasien dengan masalah imobilitas fisik.
 Tujuan
Memenuhi personal hygiene dengan memandikan pasien.
 Persiapan tempat dan alat Alat-alat:
 Baki berisi:
1. 2 kom berisi air hangat. 8. Pakaian bersih.
2. 3 kantong pencuci. 9. Sisir.
3. 2 handuk. 10. Botol berisi air untuk membilas sesudah
BAB/BAK.
4. Alas meja. 11. Kertas kloset.
5. Sabun dalam tempatnya, 12. Selimut mandi.
6. Kamfer spiritus dan dedak/talk. 13. Tempat pakaian kotor.
7. Peralatan untuk menggosok gigi.
 Persiapan pasien
Memberitahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
 Persiapan Lingkungan
1. Menutup pintu dan jendela.
2. Memasang tabir dan tirai.
 Pelaksanaan
1. Mencuci tangan.
2. Menutup selimut pada bagian kaki tempat tidur.
3. Membantu pasien menyikat gigi.
4. Menawaarkan pasien untuk BAB dan BAK.
5. Mencuci muka pasien.
o Handuk di bagian atas dibentangkan di bawah kepala.
o Membersihkan mata pasien tanpa menggunakan sabun.
o Mencuci muka dan telinga dengan waslap,
o mengeringkan dengan handuk atas.
6. Mencuci lengan .
o Pakaian bagian atas ditanggalkan.
o Handuk atas dibentangkan memanjang di sisi kanan dan handuk bawah di sisi kiri
sehingga menutup bagian depan dan kedua lengan di atas handuk.
o Mencuci lengan dan ketiak membilas minimum 3 x.
o Mengeringkan dengan handuk atas.

7. Mencuci dada dan perut .


o Kedua lengan dikeataskan dan diletakkan di samping kepala.
o Merubah letak kedua handuk sehingga leher, dada dan perut dapat dicuci.
o Mencuci leher, dada dan perut kemudian mengeringkannya dengan handuk atas.
o Memberi bedak tipis-tipis pada leher, dada ketiak dan perut.
8. Mencuci punggung .
o Menutup bagian depan dengan handuk bawah.
o Menanggalkan celana dalam.
o Menganjurkan pasien miring ke kiri.
o Membentangkan handuk atas memanjang di bawah punggung.
o Mencuci punggung dengan waslap.
o Mencuci paha dan bokong dengan waslap.
o Mengeringkan punggung dengan handuk atas, paha dan bokong dengan handuk
bawah.
o Menggosok kamfer spiritus dan memberi bedak tipis-tipis.
o Mengenakan pakaian bagian atas.
9. Mencuci paha dan kaki.
o Membentangkan handuk atas menutupi bagian bawah.
o Handuk bawah memanjang di bawah kaki.
o Mencuci dengan kantong pencuci atas.
o Mengeringkan dengan handuk bawah.
10. Mencuci bagian bawah depan.
o Menanggalkan pakaian bagian bawah.
o Handuk bawah melintang di bawah bokong separuh menutupi bagian atas.
o Mencuci bagian bawah dengan waslap.
o Mengeringkan dengan handuk bawah.
o Memberi bedak tipis-tipis.
o Mengenakan pakaian bawah.
11. Menyisir rambut.
12. Membereskan peralatan.
13. Mencuci tangan. Sikap Sikap Selama
 Pelaksanaan :
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
 4. Memperhatikan body mechanism.
 Evaluasi
Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan.

Tindakan Keperawatan Perawatan Mulut Klien


STANDARD PERASIONAL PROSEDUR MERAWAT MULUT

 Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi memenuhi kebutuhan personal hygiene
dengan membersihkan daerah mulut pasien.
 Indikasi
1. Pasien dengan masalah imobilitas fisik.
2. Pasien dengan masalah di mulut.
3. Kesadaran menurun.
 Tujuan
Memenuhi personal hygene dengan membersihkan mulut pasien.
 Persiapan tempat dan alat Alat-alat:
1. Larutan air garam. 5. Borak gliserin.
2. Deppers. 6. Bengkok
3. Pinset. 7. Pengalas dagu.
4. Sudip lidah.
 Persiapan pasien
Memberitahu pasien tentang maksud dan tujuan.
 Persiapan Lingkungan
Mengatur ruangan/tempat yang aman dan nyaman.
 Pelaksanaan
1. Pasien diberitahu.
2. Alat-alat didekatkan pada pasien.
3. Perawat cuci tangan.
4. Memasang pengalas di bawah dagu pasien.
5. Mengambil deppres dengan pinset dan dibasahi dengan air garam
6. Menekan lidah dengan sudip sehingga mulut dibuka.
7. Mula-mula dibersihkan gusi dan lidah kemudian dinding dalam yang terakhir gigi dan bibir.
8. Mulut dikeringkan dengan dengan diulas dengan borak gliserin (mencengah kekeringan dan
pecah).
9. Bengkok dan pengalas diangkat.
10. Membereskan peralatan.
11. Mencuci tangan.
 Sikap Sikap Selama Pelaksanaan:
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.
 Evaluasi
Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan.

Tindakan Keperawatan Gigi Klien


STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR MERAWAT GIGI

 Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi memenuhi kebutuhan personal hygene
dengan membersihan gigi pasien.
 Indikasi
Pasien dengan masalah imobilitas fisik.
 Tujuan
1. Memenuhi personal hygiene dengan membersihkan gigi pasien.
2. Mempertahankan dan membantu memelihara gigi.
3. Memberikan kenyamanan dan mencengah infeksi.
 Persiapan tempat dan alat Alat-alat:
1. Handuk/pengalas.
2. Bengkok.
3. Air untuk kumur-kumur.
4. Sikat gigi dan pasta gigi.
5. Tissu.
 Persiapan pasien
1. Pasien diberi tahu maksud dan tujuan.
2. Mengatur posisi pasien.
 Persiapan Lingkungan
Tutup pintu dan jendela.
 Pelaksanaan
1. Kepala pasien dimiringkan.
2. Handuk dan pengalas diletakkan di bawah dagu.
3. Bengkok diletakkan di bawah dagu.
4. Pasien diberi air untuk kumur-kumur .
5. Sikatlah gigi pasien dengan perlahan-lahan dari atas ke bawah luar dalam gerakan atas dan
bawah.
6. Pasien diberi air untuk kumur-kumur lagi sampai bersih.
7. Mulut dibersihkan/dikeringkan dengan tissu.
8. Bengkok dengan pengalas diangkat pasien dibaringkan kembali.
9. Membereskan peralatan.
10. Mencuci tangan.
 Sikap Sikap Selama Pelaksanaan :
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.
 Evaluasi
Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan.

Tindakan Keperawatan Merawat Kuku Klien


STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MERAWAT KUKU

 Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi kebutuhan personal hygene dengan
memotong kuku.
 Indikasi
Pasien dengan masalah imobilitas fisik.
 Tujuan
Memenuhi personal hygiene dengan memotong kuku.
 Persiapan tempat dan alat Alat-alat:
1. Handuk. 5. Air hangat dalam waskom.
2. Gunting/pemotong kuku. 6. Tissu.
3. Bengkok. 7. Pengalas.
4. Kapas alkohol.
 Persiapan pasien
Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
 Persiapan Lingkungan
Mengatur ruangan / tempat yang nyaman dan cukup pencahayaan.
 Pelaksanaan
1. Pasien diberitahu.
2. Alat-alat didekatkan pada pasien.
3. Perawat cuci tangan.
4. Memeriksa kondisi kuku dan jari-jari tangan pasien.
5. Memasang handuk di bawah tangan.
6. Bila keadaan kotor kuku direndam dengan air hangat ± 3 menit.
7. Keringkan kuku dan jari-jari tangan dengan handuk.
8. Lakukan pemotongan kuku dengan bentuk ovale jangan terlalu pendek.
9. Kikir kuku dan bersihkan dengan kapas alkohol.
10. Membereskan peralatan.
11. Mencuci tangan.
 Sikap Sikap Selama Pelaksanaan:
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.
 Evaluasi
Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan.

Tindakan Keperawatan Membersihkan Klien


STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR MEMBERSIHKAN GENETALIA WANITA

 Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi kebutuhan personal hygene di daerah
vulva.
 Indikasi
1. Pasien dengan masalah imobilitas fisik.
2. Pasien yang terpasang kateter.
3. Pasien dengan masalah di daerah vulva.
 Tujuan
Memenuhi personal hygene dengan membersihkan daerah vulva.
 Persiapan tempat dan alat Alat-alat :
1. Kapas direndam NaCl/sublimat. 6. Tissu.
2. Bengkok. 7. Celana dalam
3. Pispot. 8. Botol berisi air hangat.
4. Peralatan lain yang diperlukan. 9. Pembalut bila perlu.
5. Sarung tangan steril. 10. Pot.
 Persiapan pasien
1. Pasien diberi tahu maksud dan tujuan.
2. Mengatur posisi pasien.
 Persiapan Lingkungan
1. Tutup pintu dan jendela.
2. Pasang sampiran.
3. Alat-alat di dekatkan ke pasien.
 Pelaksanaan
1. Mencuci tangan.
2. Pakaian pasien bagian bawah di keataskan atau dibuka.
3. Atur posisi pasien dorsal recumbent.
4. Memasang pispot.
5. Memakai sarung tangan.
6. Membersihkan genetalia dengan membuka labia mayora dengan tangan kanan dan kanan
memengang kapas sublimat /NaCl.
7. Membersihkan mulai labia mayor dan minor 1 kali pemakaian dengan arah dari atas ke
bawah. Ulangi untuk labia yang lain sampai bersih. Demikian dilanjutkan beberapa kali sampai
vulva bersih.
8. Basuh daerah genetalia dengan air hangat.
9. Keringkan dengan tissu sekitar genetalia taruh pada bengkok.
10. Oleskan obat bila ada luka daerah genetalia.
11. Pasang pembalut dan celana.
12. Pispot diangkat, pengalas dan selimut.
13. Melepas sarung tangan steril.
14. Merapikan pasien dan posisinya diatur kembali.
15. Membereskan peralatan.
16. Mencuci tangan.
 Sikap Selama Pelaksanaan :
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.
 Evaluasi
1. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan.
2. Observasi keadaan pasien.
3. Catat tindakan yang dilakukan dan hasilnya.

Tindakan Keperawatan Membersihkan Genetalia Luar Pria


STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR MEMBERSIHKAN GENETALIA PRIA

 Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan yang untuk memenuhi kebutuhan personal hygene di daerah
genetalia pria.
 Indikasi
1. Pasien dengan masalah imobilitas fisik.
2. Pasien yang terpasang kateter.
3. Pasien dengan masalah didaerah genetalia pria.
 Tujuan
Memenuhi personal hygene dengan membersihkan daerah genetalia pria.
 Persiapan tempat dan alat Alat-alat:
1. Kapas direndam NaCl/sublimat. 6. Tissu.
2. Bengkok. 7. Celana dalam.
3. Pispot. 8. Pot.
4. Peralatan lain yang diperlukan. 9. Botol berisi air hangat.
5. Sarung tangan steril. 10. Obat bila ada.

 Persiapan pasien
1. Pasien diberi tahu maksud dan tujuan.
2. Mengatur posisi pasien (supine).
 Persiapan Lingkungan
1. Tutup pintu dan jendela.
2. Pasang sampiran.
3. Alat-alat didekatkan ke pasien.
 Pelaksanaan
1. Mencuci tangan.
2. Alas dan selimut dipasang.
3. Pakaian pasien bagian bawah di keataskan atau dibuka.
4. Atur posisi pasien (supine).
5. Memakai sarung tangan.
6. Membersihkan genetalia dengan memegang penis dengan tangan kiri, sementara tangan
kanan memegang kapas sublimat/NaCl.
7. Membersihkan gland penis dari ujung ke arah bawah ke arah bawah dengan cara memutar
(bagi pasien yang belum disunat, tarik prepetium ke arah gland). Bersihkan batang penis
dari
atas ke bawah
8. Bersihkan skrotum, dari atas ke bawah mengarah ke rektum.
9. Pasang pot di bawah bokong.
10. Basuh daerah genetalia dengan air hangat.
11. Keringkan dengan tissu sekitar genetalia taruh pada bengkok.
12. Oleskan obat bila ada luka daerah genetalia dan pakai celana.
13. Pispot diangkat, pengalas dan selimut.
14. Melepas sarung tangan steril.
15. Merapikan pasien dan posisinya diatur kembali.
16. Membereskan peralatan.
17. Mencuci tangan
 Sikap Sikap Selama Pelaksanaan:
1. Menunjukkan sikap sopan dan ramah.
2. Menjamin Privacy pasien.
3. Bekerja dengan teliti.
4. Memperhatikan body mechanism.
 Evaluasi
1. Tanyakan keadaan dan kenyamanan pasien setelah tindakan.
2. Observasi keadaan pasien.
3. Catat tindakan yang dilakukan dan hasilnya.
MENCUCI RAMBUT DI TEMPAT TIDUR
 Pengertian
mencuci rambut, dengan shampoo sampai dalam keadaan bersih.
 Tujuan
1. Menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala.
2. Membantu meningkatkan sirkulasi darah pada kulit kepala.
3. Memberi kenyamanan pada pasien.
4. Mencegah adanya gangguan pada kulit kepala dan rambut.
 Indikasi
Semua pasien
 Persiapan Pasien
1. Berikan salam, perkenalkan diri anda, dan identifikasi pasien dengan memeriksa identitas
pasien secara cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, berikan kesempatn kepada
pasien untuk bertnya dan jawab seluruh pertanyaan pasien.
3. Minta pengunjung untuk meningglakan ruangan, beri privasi kepda pasien.
4. Atur posisi pasien sehingga merasakan aman dan nyaman.
 Persiapan Alat
1. Semua persiapan untuk menyisir rambut.
2. Pengalas (handuk/ kain dan perlak).
3. Talang karet (perlak dan handuk yang dibuat sebagai talang).
4. Handuk satu buah.
5. Shampo
6. Kom kecil.
7. Kain kasa dan kapas bulat temptnya.
8. Gayung air.
9. Waskon berisi air hangat 40’C
10. Ember kosong satu buah.
 Cara Bekerja
1. Beritahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai.
2. Tinggikan tempat tidur sampai ketinggian kerja yang nyaman.
3. Cek alat-alat yang akan digunakan.
4. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur pasien.
5. Posisikan pasien senyaman mungkin.
6. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
7. Bantal diangkat.
8. Pasang pengalas dan handuk dibawah kepala pasien.
9. Pasang ujung handuk diatas bahu pasien.
10. Kepala pasien diatur dan berada di sisi pinggir tempat tidur.
11. Pasang talang dibawah kepala pasien dan ujung talang dimasukkan kedalam ember
kosong, ember dialasi dengan kain pel.
12. Sisir rambut pasien.
13. Tutup lubang telinga dengan kapas dan jika perlu tutup mata pasien dengan kassa.
14. Siram/basahi rambut dari mulai dan pangkal ke ujung rambut dengan air hangat.
15. Pangkal rambut digosok dengan kain kassa yang sudah diberi shampoo secara merata.
16. Lakukan massage kepala.
17. Bilas rambut dengan air hangat hingga bersih.
18. Angkat tutup mata, telinga.
19. Angkat talang karet, perlak dimasukkan kedalam ember, sedangkan handuk di angkat.
20. Rambut diangkat dengan handuk dan bungkus.
21. Sisir rambut, biarkan hingga kering.
22. Rapihkan pasien ke posisi semula.
23. Beritahu bahwa tindakan sudah selesai
24. Bereskan alat – alat yang telah digunakan dan lepas sarung tangan
25. Buka kembali tirai atau pintu dan jendela.
26. Kaji respon pasien (subyektif dan obyekif).
27. Berikan reinforcement positif dan pasien.
28. Buat kontrak pertemuan selanjutnya.
29. Akhiri kegiatan dengan baik.
30. Mengembalikan peralatan ke nurse station dan memcuci tangan.
 TUGAS KE 2
 Askep Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia Pada Personal Hygiene
1. Konsep Asuhan
Keperawatan Asuhan Keperawatan Klien dengan Masalah Perawatan Higiene
2.Pengkajian
Pengkajian perawat tetantang bibir,gigi,mokusoa mulut,gusi, langit-langit, dan lidah klien.
Perawat memeriksa semua daerah ini dengan hati-hati tentang warna, hidrasi, tekstur dan
lukanya. Klien yang tidak mengikuti praktik higiene mulut yang teratur akan mengalami
penurunan jaringan gusi, gusi yang meradang, gigi yang hitam ( khususnya sepanjang margin
gusi ), karies gigi, kehilangan gigi, dan holitasis. Rasa sakit yang di lokalisasi adalah gejela
umum dari penyakit gusi atau gangguan gusi tertentu. Infeksi pada mulut melibatkan
organisme seperti Treponeme pallidum, Neisseria gonorrhea, dan hominis virus herpes.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jika klien hendak memperoleh radiasi atau
kemoterapi, sangat penting mengumpulkan data dasar mengenai keadaan rongga mulut klien.
Hal ini berfungsi sebagai dasar untuk keperawatan preventif bagi klien saat mereka melewati
pengobatan. Pengkajian rongga mulut klien dapat menunjukan perubahan aktual atau
potensial dalam integritas struktur mulut. Diagnosis keperawatan yang berhubungan dapat
merefleksikan masalah atau komplikasi akibat perubahan rongga mulut. Penemuan perawat
juga menunjukan kebutuhan klien untuk bantuan perawatan mulut karena defisit perawatan
diri. Identifikasi diagnosis yang akurat memerlukan sleksi faktor yang berhubungan dengan
yang menyebabkan masalah klien. Perubahan pada mukosa mulut akibat pemaparan radiasi
mislanya akan memerlukan intervensi berbeda dari pada kerusakan mokusa akibat
penempatan selang endotrakea. Riwayat Keperawatan Tanyakan tentang pola kebersihan
individu sehari-hari, sarana dan prasarana, yang dimiliki, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi hygiene personal individu- baik faktor pendukung mau pun faktor pencetus.
 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji hygiene personal individu mulai dari ekstremitas atas sampai
bawah.
1. Rambut. Amati kondisi rambut ( warna, tekstur, kuantitas ), apakah tampak kusam ? apakah
di temukan kerontokan ?
2. Kepala. Amati dengan seksama kebersihan kulit kepala. Perhatikan adanya ketombe,
kebotakan, atau tanda-tanda kemerahan.
3. Mata. Amati adanya tanda-tanda ikterus, conjungtiva pucat, secret pada kelopak mata,
kemerahan, atau gatal-gatal pada mata
4. Hidung. Amati kondisi hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan hidung, tanda-tanda pilek,
yang tidak kunjung sembuh, tanda-tanda alergi, atau perubahan pada daya penciuman.
5. Mulut. Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya. Perhatikan adanya lesi, tanda-
tanda radang,gusi, atau sariawan, kekeringan, atau pecah-pecah.
6. Gigi. Amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda- tanda karang gigi, caries,
gigi pecah-pecah, tidak lengkap, atau gigi palsu.
7. Telinga. Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya serumen atau kotoran
pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan daya pendengaran.
8. Kulit. Amati kondisi kulit ( tekstur, turgor, kelembaban ) dan kebersihannya. Perhatikan
adanya perubahan warna kulit, stria, kulit keriput, lesi, atau pruritus.
9. Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku perhatikan adanya kelainan atau
luka.
10. Genetelia. Amati kondisi dan kebersihan genetelia berikut area perineum. Perhatikan pola
pertumbuhan rambut pubis. Pada laki- laki, perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.
11.Hygiene personal secara umum. Amati kondisi dan kebersihan kulit secara umum
perhatikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.
3. Penetapan Diagnosis
Diagnosis keperawatan umum untuk klien masalah perawatan hygiene adalah defisi perawatan
diri. Lebih lanjut, diagnosis tersebut terbagi menjadi 4 ( kozier 2004 ), yaitu defisit perawat diri :
makan, defisit perawatan diri: mandi atau hygiene, defisit perawatan diri: berpakaian atau
berhias, defisit perawatan diri: eliminasi dan diagnosis umum lain yang muncul gangguan
integritas kulit dan gangguan citra tubuh.
4. Perencanaan dan Implementasi
Menyusun rencana keperawatan untuk klien yang membutuhkan hygiene mulut termasuk
mempertimbangkan pilihan, status emosional, sumber daya ekonomi, dan kemampuan fisik
klien. Perawatan harus membina hubungan yang baik dengan klien untuk membantu praktek
hygiene mulut. Beberapa klien sangat sensitif tentang kondisi mulut mereka dan enggan
membiarkan ornag lain merawat. Dalam banyak kasus, klien ( seperti yang terkena diabetes
dan kanker ) juga tidak sadar bahwa mereka beresiko penyakit gigi dan priodontal dan
karenanya memerlukan pendidikan ekstensif. Klien yang mengalami perubahan mukosa akan
memerlukan perawatan jangka panjang hasil tidak dapat terlihat untuk beberapa hari atau
minggu. Keluarga dapat memainkan peranan penting dalam pembelajaran bagaimana untuk
memeriksa rongga mulut klien terhadap perubahan dan memberikan hygiene mulut meliputi
sebagai berikut.
1. Klien akan memiliki mokusa mulut utuh yang terhidrasi mulut
2. Klien mampu melakukan sendiri perawatan hygiene mulut dengan benar.
3. Klien akan mencapai rasa nyaman
4. Klien akan memahami praktek hygiene mulut
Rencana kesehatan keperawatan untuk klien dengan gangguan hygiene personal harus
meliputi beberapa pertimbangan yaitu hal-hal yang disukai klien, kesehatan klien, serta
keterbatasan yang di milikinya. Selain itu, perawat juga perlu pertimbangkan waktu yang tepat
untuk memberikan asuhan serta fasilitas dan tenaga yang tersedia. Implementasi untuk
hygiene mulut yang baik termasuk kebersihan, kenyamanan, dan kelembaban struktur mulut.
Perawatan yang tepat mencegah penyakit mulut dan kerusakan gigi. Klien di rumah sakit atau
fasilitas keperawatan jangka panjang sering kali tidak menerima rawatan agresif yang mereka
butuhkan.
Perawatan mulut harus diberikan teratur dan setiap hari. Frekuensi bergantung pada mulut
klien.
1. Defisit perawatan diri : mandi atau hygiene berhubungan dengan :
a. Kurangnya koordinasi, sekunder akibat dalam
b. Kelemahan otot, sekunder
c. Paralisis sebagian atau total, sekunder
d. Keadaan koma
e. Gangguan visual, sekunder
f. Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g. Peralatan eksternal ( gips, bidai, penyokong, alat intravena )
h. Kelelahan nyeri pasca operasi
i. Defisit kognitif
j. Nyeri
Kriteria Hasil Individu akan melakukan aktivitas mandi pada tingkatan yang optimal sesuai
dengan harapan atau mengungkapkan kepuasan atas keberhasilan yang di capai meski
dengan keterbatasan yang dimiliki. Indikator
a. Mengungkapan kenyamanan dan kepuasan dengan kebersihan tubuh.
b. Mendemonstrasikan kemampuan menggunakan peralatan adaptif.
c. Menjelaskan faktor penyebab untuk defisit kemampuan mandi.
Intervensi Umum
a. Kaji faktor penyabab ( misal keterbatasan atau gangguan pada ekstremitas, gangguan
visual).Rasional adalah ketidak mampuan untuk melakukan perawatan diri menimbulkan
perasaan ketergantungan dan konsep diri yang rendah.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mempelajari kembali atau beradaptasi dengan aktivitas
perawatan diri. Rasional dengan meningkatnya kemampuan merawat diri, harga diri akan
meningkat.
c. Lakukan intervensi umum untuk klien dengan ketidak mampuan untuk mandi.
1) Jaga suhu kamar mandi tetap hangat ; cari tahu suhu air yang di sukai individu.
2) Berikan privasi selama mandi.
3) Jaga agar kondisi lingkungan sederhana dan tidak berantakan
4) Observasi kondisi kulit selama mandi
5) Letakkan seluruh peralatan mandi di tempat yang mudah di jangkau
6) Untuk klien dengan gangguan penglihatan, letakkan seluruh peralatan di dalam
lapang pandang klien atau pada tempat yang sesuai untuk klien.
7) Berikan pengamanan di kamar mandi ( keset antislip, pegangan ).
8) Jika klien mampu secara fisik, anjurkan dia untuk menggunakan bak mandi atau
shower, tergantung apa yang di guanakan di rumah ( klien harus berlatih di rumah
sakit untuk persiapan pulang ke rumah )
9) Berikan peralatan adaptif sesuai kebutuhan ( misal spoon dengan tangkai yang
panjang, balok pegangan di dinding kamar mandi, semprotan shower yang dapat di
pegang, dan lain-lain
10) Untuk klien yang kehilangan anggota gerak, inspeksi sisa kaki atau puntung guna
melihat integritas kulit. Mandikan bagian puntung 2x sehari dan yakinkan bagian
tersebut kering sebelum di bungkus atau di pasangkan prostesis.
11) Berikan pereda nyeri yang bisa mempengaruhi kemampuan untuk mandi sendiri
d. Berikan penyuluhan kesehatan dan rujukan, sesuai dengan indikasi.
2. Defisit perawatan dirim : eliminasi berhubungan dengan :
a. Kurangnya koordinasi, sekunder
b. Kelemahan otot sekunder
c. Paralisis sebagian atau total, sekunder
d. Keadaan koma
e. Gangguan visual, sekunder
f. Tidak berfungsinya atau hilangnya ekstremitas
g. Peralatan eksternal ( gips, bidai, penyokong, alat intravena )
h. Kelelahan dan nyeri pasca operasi
i. Defisit kognitif
j. Nyeri Kriteria
Hasil Individu akan memperlihatkan peningkatan kemampuan untuk melakukan eliminasi
secara mandiri atau mengungkapkan bahwa dia tidak mampu melakukan eliminasi sendiri.
Indikator
a. Mendemostrasikan kemampuan untuk menggunakan peralatan adaftif untuk
mempermudahkan eliminasi
b. Menjelaskan paktor penyebab untuk depisit kemampual eliminasi
c. Menyebutkan rasional tidakan dan porsedurnya
 Intervensi umum
a. Kaji faktor penyebab ( misal keterbatasan atau gangguan pada ektreitas ganggugan pisual).
b. Beri kesempatan induvidu untuk mempelajari kembali atau beradaptasi dengan aktivitas
eliminasi.
c. Lakukan intervensi umum untuk klien yang kesulitan eliminasi
1) Kaji riwayat BAK dan BAB klien
2) Buat cattan BAK dan BAB untuk menentukan pola eliminasi klien.
3) Berikan asupan cairan yang adekut dan duit yang seimbang untuk mendukung
saluran urine yang adekut dan pengosongan usus yang normal
4) Dukung pola eliminasi yang normal dengan mengatur pelaksanan aktivitas dan
latian fisik yang sesuai dengan kemampuan klien
5) Capai kemandirian dalam elakukan eliminasi dengan latihan terus menerus tanpa
bantuan.
6) Hindari penggunaan kateter indweling dan kateter kondom untuk mempercepat
pengeluaran urine (jika memungkinkan).
d. Berikan intervensi khusus untuk klien dengan defisit visual.
1) Letakan bel pada tempat yang mudah di jangkau sehingga klien dapat segera
memperoleh bantun untuk melakukan eliminasi; jawab panggilan dengan segera untuk
mengurangi kecemasan
2) Jika pispot atau urinal di butuhkan untuk eliminasi pastikan benda benda tersebut
terletak dalam jangkawan klien
3) Atur jona aman dan bebas hambatan unjtuk menuju toilet
e. Untuk klien yang mengalami gangguan pada ektremitas atau kehilangan anggota gerak,
berikan perawatan adaktif yang di perlukan dan meningkatkan kemandirian dan keamanan
klien (commode, vispotuntuk peraktur, tempat duduk toilet ygang bisa di tinggikan side rail untk
toilet).
f. Berikan intervensi khusud untuk klien dengan berikan intervensi khusus untuk klien dengang
devisit kognitif.
1) Pasang pengikat waktu (timer) untuk eliminasi setiap dua jam sehabis makan, dan
sebelum tidur.
2) Anjurkan klien mengguanakan pakaian yang bisa (banyak individu yang awalnya
kebingungan akhirnya dapat berkemih ketika mengguanakan pakaian yang biasa.
3) Hindari penggunaan pispot jika kondisi pisik klien memungkinkan,ciptakan
suasananya yang normal dengan membiasakan klien eliminasi di kamar mandi. 3.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, prekuensi BAB yang berlebihan.
5.Intervensi
a. Ganti popok anak jika basah.
b. Bersihkan bokong perlahan dengan sabun nonalkohol.
c. Beri salep seperti zink oksida bila terjaid iritasi pada kulit.
d. Observasi bokong dan parienen dri infeksi.
e. Kolaborasi dengan dokter dan pemberian terapi antifungsi sesuai indikasi.
f. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder
akibat kehilangan bagian tubuh.

 Intervensi dan rasional.


a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pikiran,
perasaan,pandangan dirinya, Rasional : membantu klien untuk menyadari perasaannya yang
tidak biasa.
b. Catat prilaku menarik diri, penimgkatan ketergantungan, manipulasi, atau tidak terliabt pada
perawatan . rasional : dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan evaluasi tindak
lanjut dan terapi yang lebih ketat.
c. Pertahankan pendektan positif selama aktivitas perawatan.
Rasional: bantu/klien orang terdekat untuk menerima perubahan tbuh dan merasakan baik
tentang diri tersendiri.

6. Evaluasi
1. Melihat kembali perkembangan kesembuhan klien.
2. Hasil yang diharapkan dari higiene mulut tidak dapat dilihat dalam beberapa hari.
3. Pembersihan yang berulang-ulang harus sering kali dilakukan.
4. Perawat mengantisipasi kebutuhan untuk mengubah intervensi dalam evaluasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Personal Hygiene berasal dari bahasaYunani yaitu personalyang artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat. Kebersihanseseorang adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihandan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri adalah salah satu
kemampuan dasar manusia dalammemenuhi kebutuhannya guna memepertahankan
kehidupannya,kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Macam personal hygiene
adalah perawatan yang mencakup seluruh bagian tubuh. Jenis-jenisnya yaitu, perawatan pagi hari,
siang hari, menjelang tidur, dan dini hari.

Anda mungkin juga menyukai