Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

“PERSONAL HYGIENE”

Ruang VI Selatan

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praklinik Asuhan Keperawatan

Kebutuhan Dasar Manusia

Disusun Oleh :

Novita Rahayu Permata Sari

(11171040000054)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 2019
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto & Wartonah,
2010).
Menurut Potter dan Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.
perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu dirinya jika tidak dapat melakukannya (Depkes,
2000).
2. Etiologi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
a. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan : keluarga terlalu melindungi dan memanjakan
klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis : penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun : klien dengan gangguan jiwa dengan
kemampuan realitas yang kurang menyebabkan ketidakpedulian
dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial : kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan
diri dalam lingkungannya. situasi lingkungan mempengaruhi
latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor Prespitasi
Menurut Wartonah (2006), ada beberapa faktor presipitasi yang
dapat menyebabkan seseorang kurang perawatan diri. Faktor-faktor
tersebut dapat berasal dari berbagai stressor, antara lain :
1) Body image : gambaran individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri, misalnya karena ada perubahan
fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihan nya.
2) Praktik sosial : pada anak yang selalu dimanja dalam kebersihan
diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal
hygiene dalam praktik sosial nya.
3) Status sosialekonomi : personal hygiene memerlukan alat dan
bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
Menurut Kasiati & Ni Wayan (2016), faktor yang mempengaruhi
personal hygiene klien meliputi :
a. Status kesehatan : seseorang dalam kondisi sakit atau cedera,
sehingga memerlukan bedrest apalagi dalam waktu yang lama. di
sinilah peran perawat untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene
dan mencegah gangguan seperti kerusakan membran mukosa,
kerusakan integritas kulit dan lain sebagainya.
b. Budaya : sejumlah mitos berkembang di masyarakat menjelaskan
bahwa seseorang yang dalam keadaan sakit tidak baik untuk
dimandikan. Hal ini dikarenakan persepsi masyarakat bahwa
penyakit tersebut dapat menjadi lebih parah apabila dimandikan.
c. Tingkat pengetahuan dan perkembangan : kedewasaan seseorang
berpengaruh pada kualitas hidup, salah satunya pengetahuan yang
lebih baik. pengetahuan itu penting untuk meningkatkan status
kesehatan seseorang.
d. Pilihan pribadi : setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan
kapan untuk mandi sikat gigi dan perawatan rambut. client memilih
produk berbeda untuk perawatan hygiene dan bagaimana cara
melakukan hygiene. pilihan klien membantu perawat dalam
pengembangan rencana perawatan, hal ini tidak perlu mengubah
pilihan kecuali hal itu mempengaruhi kesehatan. Contoh : klien
diabetes harus hati-hati dalam menjaga kakinya untuk selalu bersih
dan menghindari infeksi. perawat harus menjelaskan kebutuhan
perawatan kaki yang baik dan bahan yang digunakan.
3. Tujuan Perawatan Personal Hygiene
Menurut Tarwoto & Wartonah (2010), tujuan perawatan personal hygiene
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan deraat kesehatan seseorang
b. Memlihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Pencegahan penyakit
e. Meningkatkan percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
4. Tanda dan Gejala
Menurut Fitria (2010), tanda dan gejala deficit perawatan diri adalah
sebagai berikut :
a. Mandi
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersihkan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau
aliran air mandi, mendapatkan perlengkapan mandi mengeringkan
tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi.
b. Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil
potongan pakaian serta memperoleh atau menukar pakaian,
menanggalkan pakaian, klien juga memiliki ketidakmampuan untuk
mengenakan pakaian, memilih pakaian, menggunakan alat
tambahan, menggunakan kancing tarik, melepaskan pakaian,
menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian, dan mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah
makanan, menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan,
membuka kontainer, memanipulasi makanan dalam mulut,
mengambil makanan dari wadah lalu memasukkannya ke mulut,
melengkapi makanan, mengambil gelas atau cangkir, serta mencerna
cukup makanan dengan aman.
d. BAB/BAK
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam
mendapatkan jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari
jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting, membersihkan diri
setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar
kecil.
5. Jenis Personal Hygiene
a. Perawatan Kulit
kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai sekresi, ekskresi,
pengaturan temperatur, sensasi, kulit juga berfungsi sebagai
pertukaran oksigen, nutrisi dan cairan dengan pembuluh
dibawahnya, sintesa sel baru, dan eliminasi sel mati.
Epidermis (lapisan luar) merupakan pelindung jaringan dibawahnya
terhadap kehilangan cairan secara mekanis maupun kimia, serta
masuknya mikroorganisme penyakit. Seseorang harus menjaga
kebersihan kulit karena sangatlah penting. Kulit sebagai pintu masuk
utama kuman patogen ke dalam tubuh. Bakteri umumnya tinggal
pada permukaan luar kulit. Tempat tinggal bakteri misalnya
konnebakterium merupakan flora normal yang tidak menyebabkan
penyakit tapi menghalangi multiplikasi penyakit akibat
mikroorganisme.
dermis lapisan kulit yang lebih tebal terdiri dari jaringan ikat kolagen
dan serabut saraf, pembuluh darah, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea, dan folikel rambut. kelenjar sebasea mengeluarkan sebum,
minyak, cairan odor ke dalam folikel rambut, untuk meminyaki kulit
dan rambut agar lemas dan liat. Ada dua tipe kelenjar keringat, yaitu
ekrin yang lebih banyak pada dahi, telapak tangan, dan kaki yang
berguna untuk membantu pengendalian temperatur melalui
evaporasi, sedangkan kelenjar apokrin pada area axilla dan genital.
Dekomposisi bakteri dari keringat dan kelenjar ini bertanggung
jawab pada bau tubuh.
Sedangkan cara merawat kulit dengan melakukan mandi minimal
dua kali sehari setelah melakukan aktivitas, keadaan kulit kotor,
menjalani operasi, dan sebaiknya menggunakan sabun yang tidak
iritatif atau sesuai kebiasaan. Kulit seringkali merefleksikan
perubahan pada kondisi fisik dengan perubahan pada warna,
ketebalan, tekstur, turgor, temperatur, dan hidrasi.
b. Perawatan Rambut
Rambut merupakan salah satu struktur kulit. Rambut yang sehat
nampak mengkilat, tidak berminyak, dan tidak kering atau tidak
mudah patah, kondisi panas dan malnutrisi dapat mengganggu
pertumbuhan rambut. apabila rambut kotor dan tidak dibersihkan
dapat menyebabkan ketombe dan sarang kutu.
Rambut klien imobilisasi akan terlihat menjadi kusut dan kusam,
balutan yang bisa meninggalkan darah atau antiseptik dapat
membuat rambut menjadi lengket. Klieb juga harus diizinkan
bercukur apabila kondisinya memungkinkan.
Pertumbuhan distribusi dan pola rambut dapat menjadi indikator
status kesehatan umum. Perubahan hormonal stres emosional atau
fisik, penuaan, infeksi, penyakit, dan obat-obatan, dapat
mempengaruhi perubahan rambut, sedangkan cara merawat rambut
antara lain cuci rambut 1-2 kali seminggu sesuai dengan keadaan
klien, dengan memakai shampo yang cocok, menggunakan sisir
besar untuk rambut yang keriting dan tidak bergigi tajam.
c. Perawatan Gigi dan Mulut
Mulut merupakan rongga yang merupakan salah satu sistem
pencernaan, dan merupakan bagian tambahan sistem pernafasan
sehingga tidak bersih dan penuh bakteri, maka harus dibersihkan.
Mulut terdiri dari bibir, gigi, lidah, dan langit-langit. Mukosa mulut
yang normal berwarna merah muda terang, dan basah. Gigi yang
normal terdiri dari 3 bagian, yaitu kepala, leher, dan akar. Ketika
sehat nampak putih dan halus bercahaya serta berjajar rapi.
hygiene mulut yaitu membantu mempertahankan status kesehatan
mulut, gigi, gusi, dan bibir yang sehat yang dapat menstimulasi nafsu
makan. Sedangkan cara membersihkannya dengan menyikat gigi
sesudah makan dan sebelum tidur, atau sesuai dengan kebutuhan,
dengan menggunakan sikap yang halus dan bulu yang banyak.
Tanggung jawab perawat pada hygiene mulut adalah pemeliharaan
dan pencegahan dengan cara mengajarkan teknik yang benar,
memotivasi, membuat rujukan, memberikan pendidikan, dan
membantu membersihkan gigi dan mulut.
d. Perawatan Kaki dan Kuku
kuku merupakan pelengkap kulit, tetapi bila tidak mendapatkan
perawatan yang baik maka kuku dapat menjadi sarang penyakit.
masalah yang dihasilkan karena perawatan zat kimia yang tajam dan
pemakaian sepatu yang tidak pas. ketidaknyamanan dan nyeri pada
kaki dapat mengarah pada stres fisik dan emosional. Adapun cara
untuk merawat kuku yaitu dengan menjaga kebersihan kotoran di
balik kuku dan memotongnya sesuai kebutuhan.
e. Perawatan Mata
seseorang hanya membersihkan kotoran mata yang menempel pada
sudut mata dan bulu mata. Perlu menjaga kebersihan untuk
mempertahankan kesehatan mata dan mencegah infeksi. Klien yang
tidak sadar resiko cedera mata karena refleks kedipan yang tidak ada.
f. Perawatan Hidung
hidung memberikan indera penciuman, pemantau temperatur,
kelembaban udara, serta mencegah masuknya partikel asing ke
dalam sistem pernafasan. Akumulasi sekresi yang mengeras di dalam
lemari es dapat merusak sensasi olfaktori dan pernapasan. Iritasi
mukosa nasal dapat menyebabkan pembekakan yang mengarah pada
obstruksi nares.
g. Perawatan Telinga
Hygiene telinga mempunyai implikasi ketajaman pendengaran, bila
substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar
yang dapat mengganggu konduksi suara. Khususnya pada lansia
rentan karena masalah ini. perawat harus sensitif pada isyarat
perilaku apapun yang mengindikasikan kerusakan pendengaran.
Telinga harus dibersihkan bila ada kotoran yang menyumbat telinga,
dengan mengeluarkan secara pelan. Ketika merawat klien yang
menggunakan alat bantu pendengaran, perawat menginstruksikan
klien pada pembersihan dan pemeliharaan yang tepat, seperti teknik
komunikasi dengan meningkatkan pendengaran kata yang diucapkan
(Kasiati & Ni Wayan, 2016)
6. Dampak yang Sering Timbul
a. Dampak Fisik
Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada hidung dan telinga,
serta gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial
(Tarwoto dan Wartonah, 2006)
7. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000), manifestasi klien dengandefisit perawatan diri
adalah sebagai berikut :
a. Fisik
1) Badan bau, paaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor diserta dengan bau mulut
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologi
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri dari lingkungan
3) Merasa tidak berdaya, rendah, dan merasa hina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma
4) Cara makan tidak teratur
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Perawatan Kulit
 Identifikasi klien terhadap toleransi prosedur hygiene, tipe
perawatan yang diperlukan, dan masalah kesehatan klien.
 selama membantu klien melakukan hygiene kaji seluruh
permukaan kulit secara inspeksi dan palpasi meliputi perubahan
integumen dan respon terapi.
 Kaji fisik kulit
a) Observasi kondisi kulit meliputi warna tekstur turgor
temperatur dan hidrasi kulit
b) Masalah kulit :
o kulit kering karena kebanyakan mandi, penggunaan
sabun berlebihan atau sabun kasar dan alkaline, kulit
maserasi, daerah kalus kaki, tangan.
o Ruam kulit atau erupsi kulit dari reaksi alergi bisa datar,
naik berupa lokal atau sistemik, pruritic atau non
pruritic.
o Dermatitis kontak yaitu inflasi ditandai dengan letusan
eritema, pruritis, nyeri, dan bersisik.
o Abrasi dan lesi kulit rusak, perdarahan, dan cairan
o Dekubitus dampak dari imobilisasi lama, bagian badan
tergantung, terpapar tekanan seperti gips, linen, dan
matras
 Kaji kemampuan perawatan diri klien seperti ketidakmampuan
merawat kulit, maka perawat memberi bantuan atau
mengajarkan pada keluarga. Kaji keseimbangan toleransi
kekuatan otot, keadaan berbaring, kemampuan duduk, alat yang
dibutuhkan, dan jarak rentang gerak pada ekstremitas klien.
 kaji masalah kesehatan klien seperti gangguan kognitif dan
kondisi fisik
 Kaji penurunan sensasi
b. Perawatan Kaki dan Kuku
 Lakukan inspeksi pada permukaan kulit, yaitu bentuk, ukuran,
jumlah jari, bentuk kaki, dan kondisi kaki yang meliputi adanya
luka, inflamasi, iritasi, dan pecah-pecah
 Amati jari kaki, secara normal adalah lurus, datar dan kaki harus
dalam garis lurus dengan mata kaki dan tibia
 Kaji cara berjalan, apakah pincang atau tidak, apakah ada rasa
nyeri saat berjalan
 Kaji keadekuatan sirkulasi perifer pada kaki terutama klien
dengan diabetes, dengan cara palpasi dari pedis dorsalis dan
denyut tibialis posterior.
 Kaji adanya neuropathic yaitu degenerasi saraf perifer yang
ditandai dengan kehilangan sensasi, dengan cara sentuhan
ringan, suhu, atau tusukan
 Kaji kemampuan klien tentang perawatan kaki dan kuku
 Amati kuku, kuku sehat yaitu transparan lembut dan alas jari
pink dan ujung putih tembus cahaya, sedangkan pola lansia tebal
dan kuning, kulit sekitar kuku dan kutikula lembut, dan tanpa
inflamasi.
 Kaji masalah umum pada kaki dan kuku seperti pengerasan,
keratosis pada jari di atas tonjolan tulang, bentuknya kerucut
bulat dan naik. Kutil atau plantar wart yaitu luka yang menjamur
pada tumit kaki, yang disebabkan oleh virus papiloma. Infeksi
jamur kaki atau tinea pedis biasanya berada diantara jari dan
tumit, keadaan melepuh, berair, yang disebabkan oleh alas kaki
yang ketat.
c. Perawatan Rambut
 Kaji kondisi rambut dan kepala, rambut yang normal bersih
bercahaya tidak kusut kulit kepala bebas dari lesi.
 Kaji masalah rambut, seperti apakah terdapat ketombe, kutu atau
pediculosis, kehilangan rambut, kebotakan atau alopecia.
 Kaji kemampuan perawatan diri klien untuk merawat rambut
(kondisi penyakit client merusak kemampuan klien dalam
perawatan rambut).
 Praktik keperawatan perawatan rambut dengan mengkaji gaya
rambut, perawat dapat mengatur pola rambut, produk perawatan,
waktu perawatan.
d. Perawatan Gigi dan Mulut
 Gigi. Amati kondisi dan kebersihan gigi,perhatikan adanya
tanda-tanda karang gigi, karies gigi, pecah-pecah, tidak lengkap,
atau gigi palsu.
 Mulut. Amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya,
perhatikan adanya lesi, tanda-tanda radang gusi atau sariawan,
kekeringan atau pecah-pecah.
e. Perawatan Mata
Amati adanya tanda-tanda ikterik, konjungtiva pucat, sekret pada
kelopak mata, kemerahan, atau gatal-gatal pada mata.
f. Perawatan Hidung
Amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, pendarahan
hidung, tanda-tanda pilek yang tidak kunjung sembuh, tanda-tanda
alergi, atau perubahan pada daya pencium.
g. Perawatan Telinga
Amati kondisi dan kebersihan telinga, perhatikan adanya serumen
atau kotoran pada telinga, infeksi atau perubahan daya pendengaran
(Kasiati & Ni Wayan, 2016).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit Perawatan Diri
1) Definisi : kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
2) Penyebab : kelelahan fisik, penurunan kesadaran, atau motivasi
gangguan psikologis.
3) NOC :
 Kebersihan diri sesuai pola
 Keadaan badan, mulut, rambut, kuku, bersih
 Pasien merasa nyaman
4) NIC :
 Kaji pola kebersihan
 Bantu klien dalam membersihkan badan, mulut, rambut, dan
kuku
 Lakukan pendidikan kesehatan terkait pola kebersihan, cara
kebersihan, dan pentingnya kebersihan diri.
b. Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
1) Definisi : suatu keadaan dimana kulit atau jaringan tidak utuh
2) Penyebab : bagian tubuh yang lama tertekan, imobilisasi,
kelembaban, kurangnya terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan integritas kulit dan jaringan, bahan kimia
iritatif.
3) NOC :
 Pola kebersihan diri pasien normal dan kulit utuh
 Keadaan kulit, rambut, dan kepala, bersih
 Klien bebas bau badan
 Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri
4) NIC :
 kaji kembali pola kebutuhan personal hygiene klien
 Kaji keadaan luka klien
 Jaga kulit agar tetap utuh dan kebersihan kulit pasien klien
cara membantu mandi klien
 Jaga kebersihan tempat tidur, selimut bersih, dan kencang
 Lakukan perawatan luka dengan teknik steril sesuai program
 Observasi tanda-tanda infeksi
 Lakukan pijat pada kulit dan lakukan perubahan posisi setiap
2 jam
 Keringkan kulit setelah itu gunakan lotion setelah mandi
c. Gangguan Rasa Nyaman
1) Definisi : perasaan kurang senang, lega, dan sempurna, dalam
dimensi fisik psikospiritual, lingkungan, dan sosial
2) Penyebab : gejala penyakit, kurang pengendalian situasional
atau lingkungan, gangguan stimulus lingkungan,
ketidakadekuatan sumber daya (misalnya finansial, sosial, dan
pengetahuan)
3) NOC :
 Perawatan sesuai dengan keyakinan budaya baik
 Lingkungan fisik sesuai dengan kebutuhan klien
 Kontrol terhadap gejala baik
 Perawatan sesuai dengan kebutuhan dan mampu
mengkomunikasikan kebutuhan.
4) NIC :
 Sediakan lingkungan yang aman dan bersih
 Pertimbangkan sumber-sumber ketidaknyamanan seperti
balutan yang lembab, posisi selang, balutan yang tertekan,
seprei kusut, maupun lingkungan yang mengganggu.
 Fasilitasi tindakan-tindakan kebersihan untuk menjaga
kenyamanan individu
 Monitor kulit, terutama daerah tonjolan tubuh terhadap
adanya tanda-tanda tekanan atau iritasi.

Daftar Pustaka

Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).


Edisi 6 Indonesia. Indonesia : Mocomedia.
Depkes, RI. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Akademi Keperawatan
Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Kasiati & Ni Wayan. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta : Kemenkes
RI
Moorhead, Sue dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi 5
Indonesia. Indonesia : Mocomedia.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsel,
Proses, dan Praktik Edisi 4 Vol. 1. Jakarta : EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai