PENDAHULUAN
1
2. Reaksi harus dapat terjadi dengan cepat (bila perlu
tambahkan katalisator atau suhu tinggi).
3. Saat titik ekivalen, harus terjadi perubahan baik sifat fisik
maupun sifat kimia dalam larutan yang cukup jelas.
4. Indikator harus dapat memberikan ketentuan (perubahan
warna atau struktur yang jelas) pada saat tercapainya titik
ekivalen.
B. Titrasi Nitrimetri
Salah satu metode yang termasuk dalam titrasi redoks adalah
diazotasi (nitrimetri). Titrasi nitrimetri adalah titrasi yang digunakan
dalam analisis senyawa-senyawa organik, khususnya digunakan dalam
persenyawaan amina primer. Penetapan kuantitas zat didasari oleh
reaksi antara fenil amina primer (aromatik) dengan nitrium nitrit dalam
suasana asam membentuk garam diazonium. Prinsip dari titrasi
nitrimetri yaitu :
a. Pembentukan garam diazonium berasal dari gugus amin
aromatic primer (gugus nitro aromatic dan amin aromatic
sekunder).
b. Pembentukan senyawa nitrosamine berasal dari amin
alifatik sekunder.
c. Pembentukan senyawa azi dari gugus hidrazida.
d. Pemasukan gugus nitro yang jarang terjadi dikarenakan
nitrasi dengan asam nitrit dalam suasana asam sangat sulit.
2
C. Indikator
Untuk dapat menentukan titik akhir dari titrasi nitrimetri bisa
digunakan indikator titrasi nitrimetri yaitu nitrimetri indikator dalam dan
nitrimetri indikator luar.
a. Nitrimetri Indikator Dalam
Nitrimetri indikator dalam adalah indikator yang dipakai
dengan cara memasukkan indikator tersebut ke dalam
larutan yang akan dititrasi. Contoh titrasi nitrimetri indikator
dalam yaitu tropalin oo dan methylen blue. Indikator dalam
merupakan campuran antara tropaolin oo dan
methylen blue.
Tropaolin oo adalah indikator asam basa yang
berwarna merah dalam suasana asam dan berwarna
kuning bila teroksidasi oleh kelebihan asam nitrit.
Methylen blue berfungsi sebagai pengontras warna agar
saat mencapai titik akhir titrasi terjadi perubahan
yang mudah dilihat. Pada ti ti k akhir ti trasi akan
terjadi perubahan warna dari ungu menjadi biru.
3
D. Sulfametoksazol
Sulfamethoxazole adalah obat yang digunakan untuk mengobati
berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sulfamethoxazole
umumnya dikombinasikan dengan trimethoprim (kotrimoksazol) yang
merupakan jenis obat antibiotik lainnya. Beberapa jenis infeksi yang
dapat ditangani dengan kedua obat ini, antara lain :
Infeksi telinga bagian tengah (otitis media).
Infeksi saluran kemih (ISK).
Bronkitis.
Traveler’s diarrhea, yaitu diare yang dapat menyerang
wisatawan ketika berkunjung ke negara berkembang.
Shigellosis, yaitu infeksi usus besar yang disebabkan oleh
bakteri Shigella.
Dosis Sulfamethoxazole :
4
1.3 Prinsip Percobaan
Penentuan kadar sulfametoksazol dalam bentuk serbuk dengan metode
nitrimetri. Metode ini berdasarkan reaksi diazotasi yakni reaksi antara amina
aromatic primer dengan asam nitrit dalam suasana asam membentuk garam
diazonium. Dengan menggunakan indikator methylen blue, titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna larutan dari ungu menjadi biru.
5
Pemerian : Hablur, ungu tua, hampir tidak tembus oleh
cahaya yang diteruskan dan berwarna biru
metalik mengkilap oleh cahaya yang
dipantulkan, kadang-kadang disertai warna
merah tembaga tua; stabil di udara.
Kelarutan : Larut dalam air; mudah larut dalam air
mendidih.
Kegunaan : Antiseptikum ekstern
- Sebagai titran.
Persyaratan Kadar : 99,0 % - 100,5 %
6
BM : 126,07
Pemerian : Hablur dan tidak berwarna.
Kelarutan : Larut dalam air dan dalam etanol.
Kegunaan : Pereaksi
- Sebagai baku primer.
7
Kegunaan : Zat tambahan
- Sebagai penentuan suasana asam.
Persyaratan Kadar : 36,5 % - 38,0 %
8
BAB II
METODE KERJA
9
menimbang bahan obat.
10
9. Indikator Tropaolin
10. Indikator Methylen Blue
11. Aquades
H 2 SO4 1 N
Tiap 1000 ml larutan mengandung 49,04 g H 2 SO 4 (BM 98,07)
(Sumber : FI IV, halaman : 1213)
11
Pembuatan : Tambahkan hati-hati dengan pengadukan, 30 ml asam
sulfat P pada lebih kurang 1020 ml air, biarkan dingin hingga suhu
25°. (Sumber : FI IV, halaman : 1213)
Untuk H 2 SO 4 4 N, maka jumlah asam sulfat P yang digunakan
adalah :
= 4 N x 30 ml = 120 ml
Untuk H 2 SO 4 4 N, maka jumlah aquades yang digunakan adalah :
= 1020 ml
Maka, jumlah air dan asam sulfat P yang digunakan adalah :
= 120 ml + 1020 ml
= 1140 ml
Akan dibuat sebanyak 1000 ml H 2 SO 4 4 N, maka asam sulfat P
yang digunakan adalah :
1000 ml
= x 120 ml=105,26 ml (untuk 1000 ml larutan)
1140 ml
Akan dibuat sebanyak 1000 ml H 2 SO 4 4 N, maka aquades yang
digunakan adalah :
1000 ml
= x 1020 ml=894,73 ml (untuk 1000 ml larutan)
1140 ml
Prosedur Pembuatan :
a. Mengukur aquades sebanyak 500 ml, menuangkan ke dalam
labu ukur 1000 ml.
b. Mengukur H 2 SO4 P sebanyak 105,26ml, menuangkan
perlahan ke dalam labu takar yang berisi aquades melalui
dinding sambil mengocoknya.
c. Menambahkan aquades hingga tanda batas, mengocoknya.
3. Larutan H 2 C 2 O 4 0,1 N sebanyak 1000 ml
Pembuatan : Larutkan 6,3 g asam oksalat P dalam air hingga 100 ml.
(BM 126,07) (Sumber : FI IV, halaman : 1133)
Akan dibuat sebanyak 1000 ml H 2 C 2 O 40,1 N, maka H 2 C 2 O 4 yang
digunakan adalah :
mg H 2 C 2 O 4 = V x N x BE
12
1
mg H 2 C 2 O 4 =VxNx BM
2
1
mg H 2 C 2 O 4 = 1000 ml x 0,1 N x x 126,07
2
mg H 2 C 2 O 4 = 6303,5 mg (untuk 1000 ml larutan)
Prosedur Pembuatan :
a. Menimbang lebih kurang 6,3035 g H 2 C 2 O 4 dalam kaca arloji.
b. Memasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml.
c. Menambahkan aquades hingga setengah volume dari labu ukur
tersebut.
d. Mengaduk hingga larut sempurna.
e. Menambahkan aquades hingga tanda batas, mengocoknya.
13
Pembuatan : Larutkan 7,5 g natrium nitrit P dalam air hingga 1000
ml. (Sumber : FI IV, halaman : 1217)
Akan dibuat NaNO20,1 M sebanyak 2000 ml, maka natrium nitrit P
yang digunakan adalah :
2000 ml
= x 7,5 g=15 g (untuk 2000 ml larutan)
1000 ml
Prosedur Pembuatan :
a. Menimbang lebih kurang 15 g NaNO2.
b. Memasukkan ke dalam labu ukur 2000 ml.
c. Menambahkan aquades hingga setengah volume dari labu ukur
tersebut.
d. Mengaduk hingga larut sempurna.
e. Menambahkan aquades hingga tanda batas, mengocoknya.
14
a. Memipet 10 ml larutan asam oksalat 0,1 N ke dalam erlenmeyer.
b. Menambahkan 6 ml asam sulfat 4 N, memanaskannya pada
temperature 80-90° C .
c. Menitrasi dengan KMnO 4 0,1 N hingga terbentuk warna merah muda
yang stabil.
d. Mencatat volume KMnO 4 yang digunakan dan menghitung konsentrasi
KMnO 4 .
BAB III
15
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Penimbangan H 2 C 2 O 4
Kaca Arloji Kosong = 5,8161 g
Kaca Arloji + Zat = 65,2269 g
Kaca Arloji + Sisa = 58,9229 g
Bobot Zat = 65,2269 g – 58,9229 g
= 6,304 g
Perhitungan N H 2 C 2 O 4
W 1000
N H2C 2O 4 = x xe
BM V
6,304 g 1000
= x x2
126,07 g /mol 1000 ml
= 0,1 N
N H 2 C2 O 4 x V H 2 C 2 O 4
N KMnO 4 =
V KMnO 4
a. Replikasi 1
16
0,1 N x 10 ml
N KMnO 4 =
10 ml
= 0,1 N
b. Replikasi 2
0,1 N x 10 ml
N KMnO 4 =
9,8 ml
= 0,1020 N
0,1 N +0,1020 N
Rata-rata N KMnO 4= =0,1010 N
2
N KMnO 4 x V KMnO 4 x 1 /2
N NaNO2=
V NaNO2
a. Replikasi 1
0,101 N x 10 ml x 1/2
N NaNO2 =
5 ml
= 0,101 N
b. Replikasi 2
0,101 N x 10 ml x 1/2
N NaNO2 =
5,1 ml
17
= 0,0990 N
0,101 N + 0,0990 N
Rata-rata N NaNO 2= =0,1 N
2
Penimbangan Sulfametoksazol :
a. Replikasi 1
Perkamen Kosong = 121,8 mg
Perkamen + Zat = 222,5 mg
Perkamen + Sisa = 121,8 mg
Bobot Zat = 222,5 mg – 121,8 mg
= 100,7 mg
b. Replikasi 2
Perkamen Kosong = 121,4 mg
Perkamen + Zat = 222,2 mg
Perkamen + Sisa = 121,8 mg
Bobot Zat = 222,2 mg – 121,8 mg
= 100,4 mg
18
Perhitungan :
a. Replikasi 1
0,1 N x 4 ml x 25,33
% Kadar = x 100 %
0,1 x 100,7 mg
% Kadar = 100,62 %
b. Replikasi 2
0,1 N x 4 ml x 25,33
% Kadar = x 100 %
0,1 x 100,4 mg
% Kadar = 100,92 %
100,62% +100,92 %
Rata-rata % kadar = =100,77 %
2
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
sulfametoksazol pada praktikum ini memenuhi persyaratan kadar Farmakope
Indonesia IV.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam nitrimetri
diantaranya, yaitu :
a. Suhu
Ketika titrasi, suhu harus berkisar 5-15° C. Meskipun sebetulnya
pembentukan garam diazonium berlangsung pada suhu yang lebih
rendah antara 0-5° C. Dalam temperatur 5-15° C digunakan KBr
sebagai stabilisatornya. Titrasi tidak bisa dilakukan pada saat suhu
tinggi hal tersebut dikarenakan :
HNO2 yang terbentuk akan menguap ketika suhu tinggi.
Garam diazonium yang terbentuk dapat terurai menjadi
fenol.
b. Keasaman
Berlangsungnya titrasi ini yaitu pada pH +2, hal tersebut
diperlukan untuk :
Merubah NaNO2 menjadi HNO2-
Pembentukan garam diazonium.
c. Kecepatan Reaksi
Berlangsungnya reaksi diazotasi tergolong lambat sekali,
sehingga supaya reaksi bisa sempurna maka titrasi perlu dilakukan
secara perlahan-lahan dengan pengocokan secara kuat. Pada awal
titrasi frekuensi tetesan kurang lebih 1 ml/menit. Kemudian saat
menjelang titik terakhir menjadi 2 tetes/ menit.
Adapun faktor-faktor kesalahan dalam percobaan yang mengakibatkan
hasil titrasi yang tidak sesuai dibandingkan dengan literatur dalam Farmakope
Indonesia yaitu seperti dalam menentukan titik akhir titrasi yang kurang tepat,
dimana titrasi ditentukan tidak tepat sebelum atau sesudah titik ekivalen,
ketidaktelitian dalam membaca skala alat ukur, suhu yang tidak tepat dan tidak
terjaga, pemberi air dalam melarutkan larutan, indikator yang digunakan telah
rusak serta kesalahan dalam melakukan penimbangan atau penentuan berat
sampel yang digunakan dalam titrasi.
21
BAB V
KESIMPULAN
22
Lembar Pemeriksaan
Diperiksa oleh,
Pembimbing Praktikum,
……………………………………………..
23
Mirajiyah Purnama Dewi
NIM. 30517048
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan: Jakarta.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan: Jakarta.
Sudjadi, dan Rohman, A. 2008. Analisis Kuantitatif Obat. Gadjah Mada University:
Yogyakarta.
24
LAMPIRAN
2. Hasil titrasi :
2. Hasil titrasi :
25
2. Hasil titrasi :
26