Anda di halaman 1dari 4

Nisrina Dhiya Kamila

XI MIPA 7

Al-Biruni: Cendekiawan Muslim Klasik dengan


Kecerdasan Modern
Di masa keemasannya, umat Islam berada di garis terdepan hampir dalam semua
cabang keilmuan. Salah seorang yang berada di kelompok elite ilmuan terbesar sepanjang
masa adalah seorang polymath muslim, Al-Biruni. Namanya diabadikan sebagai nama sebuah
kawah di Bulan, selain itu salah satu asteroid juga diberi nama 9936 Al-Biruni. Lahir di
Khawarizmi tanggal 5 September 973 dengan nama Abu Raihan Al-Biruni, sampai
meninggalnya pada 13 Desember 1048 di umur 75 tahun, beliau banyak memberikan
kontribusi di bidang keilmuan matematika, filsafat, obat-obatan, dan astronomi. Al-Biruni
belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur, seorang yang banyak
dikenal atas penemuannya tentang hukum sinus. Ketika berusia 17 tahun, Al-Biruni sudah
meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maxima
(ketinggian maksimum) matahari

Nama : Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni


Lahir : Kath, Khawarizm (Khiva, Uzbekistan), 4 September 362 H (973 M)
Wafat : Ghazna (Timur Kabul, Afghanistan), 13 Desember 448 H (1048 M)
Karya : Al-Athar al-Baqqiya 'an al-Qorun al-Khaliyya
Tahdid Nihayat Al-Amakin Li-Li-Tashih
Masafat Al-Masakin
Kitab Al-Jamahir Fi Ma'rifat Al-Jawahir
Kitab al-Saydanah fi Al-Tibb
Kitab Fi Tahqiq Ma Li Al-Hind Min Maqola
Maqbula Fi Al- Aql Aw Mardhula
Kitab al-Qanun al-Mas'udi
Kitab Al-As'ilah wa Al-Ajwibah
Nama Al-Biruni sendiri dikenal salah satunya atas kegeniusannya dalam
mengawinkan aljabar dengan geometri untuk mengukur jari-jari Bumi, dari Bumi. Hasil
pengukurannya sangat luar biasa, hanya meleset 2% dari rerata jari-jari referensi elipsoid
pada garis lintang tempat pengukuran. Metode Al-Biruni ini merupakan sebuah inovasi di
jamannya. Konon ia ingin menghindari perjalanan di gurun pasir yang panas dan berdebu
sehingga dia membuat metode ini.
Pertama, Al-Biruni mencari tempat di mana horizon datar dapat diamati, yaitu sebuah
gunung yang cukup tinggi. Kemudian ia menentukan dua titik yang berada di ketinggian
permukaan laut dan mengukur sudut elevasinya dari puncak gunung. Untuk mengukur sudut-
sudut ini, Al-Biruni menggunakan instrumen astronomi klasik bernama astrolab. Setelah itu,
jarak antara kedua titik diukur, sehingga dengan perhitungan trigonometri dapat ditentukan
ketinggian gunung. Langkah berikutnya, Al-Biruni mendaki ke puncak gunung yang
ketinggiannya sudah diketahui tersebut untuk mengukur sudut kemiringan. Dengan
diketahuinya sudut ini dan hasil perhitungan tinggi gunung, jari-jari bumi dapat diperoleh
lagi-lagi dengan perhitungan trigonometri. Estimasi Al-Biruni menghasilkan ukuran jari-jari
6.339,9 kilometer, hanya berbeda tipis dengan pengukuran modern yang menunjukkan hasil
6.356,7523142 kilometer.
Al-Biruni sudah cemerlang sedari belia. Pada usia 27 tahun ia merampungkan buku
besar Al-Athar al-Baqqiya 'an al-Qorun al-Khaliyya (Kronologi Bangsa-Bangsa Kuno). Buku
ini mencatat masa awal peradaban manusia, periode banjir besar, hingga era Nebukadnezar,
Aleksander Agung, dan setelahnya. Kitab Al-Athar memaparkan rincian sejarah politik,
pengetahuan, kiprah para penguasa, budaya, dan sistem hukum pada masa itu disertai ilustrasi
peristiwa. Kitab ini memuat pula detail riwayat penemuan kalender berdasarkan rotasi bulan
maupun matahari, pada bangsa Yunani, Yahudi, Persia, Mesir, dan Arab. Beragam bidang
pengetahuan dibahas dalam buku ini, termasuk angka desimal dan geometri bunga.
“Ilmuwan Uni Soviet selalu merujuk ke Al-Athar bila meneliti sejarah Asia Tengah.
Hanya buku ini (di masa modern) yang memuat informasi penanggalan Soghdian (kalender
kuno Persia), sehingga mereka bisa memahami dokumen pra-abad 8, saat Khwarizm (Asia
Tengah) belum dimasuki Islam,” kata Bobojan Gafurov, pakar sejarah Asia dari Uni Soviet,
dalam jurnal Unesco tersebut.
Kemahiran lain Al-Biruni ialah pemetaan bumi. Sebagian sarjana modern sepakat
menjulukinya “Bapak Geodesi”, gelar yang juga dimiliki Eratosthenes, ilmuwan Yunani abad
2 SM. Al-Biruni pernah memaparkan koordinat akurat garis bujur dan lintang 600 kota
penting di masanya, lengkap dengan ukuran jarak antar lokasi dan arahnya menuju kiblat.
Informasi ini termuat dalam karyanya, Kitab Taḥdid Nihayat Al-Amakin Li-Taṣḥiḥ Masafat
Al-Masakin (Ketetapan Koordinat Lokasi untuk Mengoreksi Jarak Antar Kota). Kitab Tahdid
memuat peta dunia buatan Al-Biruni yang melukis daratan bumi dikelilingi perairan luas, dan
kini disebut lautan Pasifik, Atlantik, serta Hindia. Ia memberikan ulasan mendalam mengenai
bukti-bukti geografis dan biologis soal adanya sejumlah laut luas di barat dan timur yang
saling terhubung. Pakar geografi dari Universitas Aligarh India, Ziauddin Alavi, menulis
bahwa Kitab Tahdid berisi analisis ilmu kebumian mirip konsepsi modern. Misalnya, buku
ini mengulas siklus geografi yang meyakini sebagian daratan, seperti di India, dulunya berupa
lautan, sementara bagian laut tertentu semula adalah daratan. Di kitab ini Al-Biruni
menjelaskan teori asal-usul pembentukan permukaan bumi, sejarah perubahan iklim, dan
perbedaan kondisi belahan bumi utara dan selatan.
Mineralogi terjangkau pula oleh Al-Biruni melalui Kitab Al-Jamahir Fi Ma'rifat Al-
Jawahir (Kitab Lengkap Memahami Batu Permata). Buku ini menjelaskan metode
pengukuran berat, volume, gaya berat, dan warna untuk menentukan keaslian banyak jenis
batu dan logam mulia, seperti emas, perak, perunggu, batu ruby, batu zamrud, batu lapis
jazuli, tembaga, besi, dan lainnya.
Menjelang wafat, ia menekuni farmasi dan menulis Kitab al-Saydanah fi Al-Tibb
(Kitab Farmasi dan Materia Medica). Buku ini membuatnya dipuji sebagai "Bapak Farmasi
Islam." Fokus buku ini ialah kajian pada sebab penyakit (etiologi) dan penyembuhannya
dengan obat dari tumbuhan atau hewan. Namun, isi bukunya kaya dengan deskripsi ribuan
jenis tanaman asal Arab, daratan Asia, Romawi, dan Yunani. Dalam soal penamaan tanaman,
Al-Biruni menerapkan ide binominal nomeklatur, seperti temuan Linnaeus pada abad 16, dan
tak lupa menjelaskan lokasi asalnya. Alhasil, Kitab al-Saydanah tak cuma soal farmasi,
melainkan juga sejarah botani dan leksikografi.

Anda mungkin juga menyukai