0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan4 halaman
Al-Biruni adalah seorang ilmuwan Muslim abad ke-10 yang berasal dari Khawarizm. Ia memberikan kontribusi besar dalam bidang matematika, astronomi, geografi, sejarah, farmasi, dan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Metode pengukuran jari-jari bumi yang dikembangkannya hanya meleset 2% dari hasil pengukuran modern. Ia juga dikenal sebagai Bapak Geodesi karena pemetaan dan koordinat k
Deskripsi Asli:
Biografi Tokoh Islam Klasik Al Biruni
karya Nisrina Dhiya Kamila
Al-Biruni adalah seorang ilmuwan Muslim abad ke-10 yang berasal dari Khawarizm. Ia memberikan kontribusi besar dalam bidang matematika, astronomi, geografi, sejarah, farmasi, dan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Metode pengukuran jari-jari bumi yang dikembangkannya hanya meleset 2% dari hasil pengukuran modern. Ia juga dikenal sebagai Bapak Geodesi karena pemetaan dan koordinat k
Al-Biruni adalah seorang ilmuwan Muslim abad ke-10 yang berasal dari Khawarizm. Ia memberikan kontribusi besar dalam bidang matematika, astronomi, geografi, sejarah, farmasi, dan bidang-bidang ilmu pengetahuan lainnya. Metode pengukuran jari-jari bumi yang dikembangkannya hanya meleset 2% dari hasil pengukuran modern. Ia juga dikenal sebagai Bapak Geodesi karena pemetaan dan koordinat k
Kecerdasan Modern Di masa keemasannya, umat Islam berada di garis terdepan hampir dalam semua cabang keilmuan. Salah seorang yang berada di kelompok elite ilmuan terbesar sepanjang masa adalah seorang polymath muslim, Al-Biruni. Namanya diabadikan sebagai nama sebuah kawah di Bulan, selain itu salah satu asteroid juga diberi nama 9936 Al-Biruni. Lahir di Khawarizmi tanggal 5 September 973 dengan nama Abu Raihan Al-Biruni, sampai meninggalnya pada 13 Desember 1048 di umur 75 tahun, beliau banyak memberikan kontribusi di bidang keilmuan matematika, filsafat, obat-obatan, dan astronomi. Al-Biruni belajar matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur, seorang yang banyak dikenal atas penemuannya tentang hukum sinus. Ketika berusia 17 tahun, Al-Biruni sudah meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maxima (ketinggian maksimum) matahari
Nama : Abu Rayhan Muhammad ibn Ahmad Al-Biruni
Lahir : Kath, Khawarizm (Khiva, Uzbekistan), 4 September 362 H (973 M) Wafat : Ghazna (Timur Kabul, Afghanistan), 13 Desember 448 H (1048 M) Karya : Al-Athar al-Baqqiya 'an al-Qorun al-Khaliyya Tahdid Nihayat Al-Amakin Li-Li-Tashih Masafat Al-Masakin Kitab Al-Jamahir Fi Ma'rifat Al-Jawahir Kitab al-Saydanah fi Al-Tibb Kitab Fi Tahqiq Ma Li Al-Hind Min Maqola Maqbula Fi Al- Aql Aw Mardhula Kitab al-Qanun al-Mas'udi Kitab Al-As'ilah wa Al-Ajwibah Nama Al-Biruni sendiri dikenal salah satunya atas kegeniusannya dalam mengawinkan aljabar dengan geometri untuk mengukur jari-jari Bumi, dari Bumi. Hasil pengukurannya sangat luar biasa, hanya meleset 2% dari rerata jari-jari referensi elipsoid pada garis lintang tempat pengukuran. Metode Al-Biruni ini merupakan sebuah inovasi di jamannya. Konon ia ingin menghindari perjalanan di gurun pasir yang panas dan berdebu sehingga dia membuat metode ini. Pertama, Al-Biruni mencari tempat di mana horizon datar dapat diamati, yaitu sebuah gunung yang cukup tinggi. Kemudian ia menentukan dua titik yang berada di ketinggian permukaan laut dan mengukur sudut elevasinya dari puncak gunung. Untuk mengukur sudut- sudut ini, Al-Biruni menggunakan instrumen astronomi klasik bernama astrolab. Setelah itu, jarak antara kedua titik diukur, sehingga dengan perhitungan trigonometri dapat ditentukan ketinggian gunung. Langkah berikutnya, Al-Biruni mendaki ke puncak gunung yang ketinggiannya sudah diketahui tersebut untuk mengukur sudut kemiringan. Dengan diketahuinya sudut ini dan hasil perhitungan tinggi gunung, jari-jari bumi dapat diperoleh lagi-lagi dengan perhitungan trigonometri. Estimasi Al-Biruni menghasilkan ukuran jari-jari 6.339,9 kilometer, hanya berbeda tipis dengan pengukuran modern yang menunjukkan hasil 6.356,7523142 kilometer. Al-Biruni sudah cemerlang sedari belia. Pada usia 27 tahun ia merampungkan buku besar Al-Athar al-Baqqiya 'an al-Qorun al-Khaliyya (Kronologi Bangsa-Bangsa Kuno). Buku ini mencatat masa awal peradaban manusia, periode banjir besar, hingga era Nebukadnezar, Aleksander Agung, dan setelahnya. Kitab Al-Athar memaparkan rincian sejarah politik, pengetahuan, kiprah para penguasa, budaya, dan sistem hukum pada masa itu disertai ilustrasi peristiwa. Kitab ini memuat pula detail riwayat penemuan kalender berdasarkan rotasi bulan maupun matahari, pada bangsa Yunani, Yahudi, Persia, Mesir, dan Arab. Beragam bidang pengetahuan dibahas dalam buku ini, termasuk angka desimal dan geometri bunga. “Ilmuwan Uni Soviet selalu merujuk ke Al-Athar bila meneliti sejarah Asia Tengah. Hanya buku ini (di masa modern) yang memuat informasi penanggalan Soghdian (kalender kuno Persia), sehingga mereka bisa memahami dokumen pra-abad 8, saat Khwarizm (Asia Tengah) belum dimasuki Islam,” kata Bobojan Gafurov, pakar sejarah Asia dari Uni Soviet, dalam jurnal Unesco tersebut. Kemahiran lain Al-Biruni ialah pemetaan bumi. Sebagian sarjana modern sepakat menjulukinya “Bapak Geodesi”, gelar yang juga dimiliki Eratosthenes, ilmuwan Yunani abad 2 SM. Al-Biruni pernah memaparkan koordinat akurat garis bujur dan lintang 600 kota penting di masanya, lengkap dengan ukuran jarak antar lokasi dan arahnya menuju kiblat. Informasi ini termuat dalam karyanya, Kitab Taḥdid Nihayat Al-Amakin Li-Taṣḥiḥ Masafat Al-Masakin (Ketetapan Koordinat Lokasi untuk Mengoreksi Jarak Antar Kota). Kitab Tahdid memuat peta dunia buatan Al-Biruni yang melukis daratan bumi dikelilingi perairan luas, dan kini disebut lautan Pasifik, Atlantik, serta Hindia. Ia memberikan ulasan mendalam mengenai bukti-bukti geografis dan biologis soal adanya sejumlah laut luas di barat dan timur yang saling terhubung. Pakar geografi dari Universitas Aligarh India, Ziauddin Alavi, menulis bahwa Kitab Tahdid berisi analisis ilmu kebumian mirip konsepsi modern. Misalnya, buku ini mengulas siklus geografi yang meyakini sebagian daratan, seperti di India, dulunya berupa lautan, sementara bagian laut tertentu semula adalah daratan. Di kitab ini Al-Biruni menjelaskan teori asal-usul pembentukan permukaan bumi, sejarah perubahan iklim, dan perbedaan kondisi belahan bumi utara dan selatan. Mineralogi terjangkau pula oleh Al-Biruni melalui Kitab Al-Jamahir Fi Ma'rifat Al- Jawahir (Kitab Lengkap Memahami Batu Permata). Buku ini menjelaskan metode pengukuran berat, volume, gaya berat, dan warna untuk menentukan keaslian banyak jenis batu dan logam mulia, seperti emas, perak, perunggu, batu ruby, batu zamrud, batu lapis jazuli, tembaga, besi, dan lainnya. Menjelang wafat, ia menekuni farmasi dan menulis Kitab al-Saydanah fi Al-Tibb (Kitab Farmasi dan Materia Medica). Buku ini membuatnya dipuji sebagai "Bapak Farmasi Islam." Fokus buku ini ialah kajian pada sebab penyakit (etiologi) dan penyembuhannya dengan obat dari tumbuhan atau hewan. Namun, isi bukunya kaya dengan deskripsi ribuan jenis tanaman asal Arab, daratan Asia, Romawi, dan Yunani. Dalam soal penamaan tanaman, Al-Biruni menerapkan ide binominal nomeklatur, seperti temuan Linnaeus pada abad 16, dan tak lupa menjelaskan lokasi asalnya. Alhasil, Kitab al-Saydanah tak cuma soal farmasi, melainkan juga sejarah botani dan leksikografi.