1|B i o g r a f i To k o h I s l a m A b a d P e r t e n g a h a n
menjelaskan pengukurannya secara rinci dan sangat mendetail dalam sebuah risalah
yang berjudul On the obliquity of the ecliptic and the latitudes of the cities (Arah
kemiringan dari Ekliptika dan garis lintang kota-kota).
Dari berbagai macam pengamatan dan penelitian yang dia lakukan, Al Khunjadi
memperoleh kemiringan sebesar 23 ° 32 '19 " dari Ekliptika. Nilai yang ditemukan Al
Khunjadi ini rupanya lebih rendah dari pada nilai-nilai yang diperolehnya pada
pengamatan sebelumnya.
Al-Khujandi mengatakan bahwa orang India menemukan kemiring yang paling besar
dari Ekliptika yakni sebesar 24 °, sedangkan Ptolemeus menemukan kemiringan
sebesar 23 ° 51 ', dan dia sendiri menemukan kemiringan sebesar 23 ° 32' 19 ".
Menurut Al Khunjadi, nilai-nilai kemiringan yang berbeda dari Ekliptika ini terjadi
bukan karena rusak atau cacatnya instrumen yang digunakan untuk melakukan
pengukuran terhadap kemiringan ekliptika. Tetapi, kemiringan dari Ekliptika sendiri,
baginya tidak konstan alias berubah-ubah. Hal itu terjadi akibat menurunnya
kuantitas.
Namun menurut sejumlah ilmuwan lain, tetap terdapat kesalahan dalam pengamatan
dan penghitunga Al-Khujandi saat menilai kemiring dari Ekliptika, di mana dia
melakukan penghitungan dua menit terlalu rendah. Kesalahan tersebut dibahas oleh
kedua ilmuwan lain yang juga ahli dalam bidang astronomi dan matematika yaitu Al-
Biruni dalam Tahdid di mana mereka mengklaim bahwa instrumen yang digunakan
oleh Al Khunjadi terlalu berat. Mungkin Al-Biruni benar dalam menunjukkan
penyebab kesalahan yang dilakukan oleh Al Khunjadi dalam penghitungannya.
Tetapi, penghitungan Al-Khujandi untuk menentukan lintang kota Rayy sebesar 35 °
34 '38,45 " sangatlah akurat, meskipun dihitung dengan menggunakan nilai yang
salah untuk menunjukkan kemiringan dari Ekliptika.
Sebagai seorang ahli matematika, tentu saja Al Khunjadi memberikan kontribusi yang
banyak terhadap perekembangan kemajuan ilmu matematika. Dia menyatakan telah
menemukan Teorema Terakhir Fermat dalam kasus n = 3 walaupun bukti-nya tidak
sepenuhnya benar. Al-Khazin menuliskan, Abu Muhammad al-Khujandi merupakan
ilmuwan dan seorang pemikir yang sangat maju dan semoga Allah SWT memberikan
berkah kepadanya. Dari demonstrasi yang dilakukan oleh Al Khunjadi bahwa jumlah
dari dua bilangan kubik bukanlah sebuah kubus adalah tidak benar. Meski demikian,
setidaknya Al Khunjadi merupakan ilmuwan yang tidak pernah menyerah dan terus-
menerus melakukan penelitian dan pembelajaran demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Tanpa adanya sebuah kesalahan, maka peradaban di dunia tidak mungkin mengalami
kemajuan.
Pertentangan Tentang Siapa Penemu Teorema Sinus
Rupanya catatan sejarah menuliskan terjadinya pertentangan tentang siapa yang
benar-benar telah menemukan teorema sinus yang sangate terkenal itu. Pasalnya
sejumlah ilmuwan menyatakan dirinya merupakan penemu teorema sinus yang asli.
Al Khunjadi sendiri, selain aktif dalam melakukan penelitian dan pengamatan
terhadap tingat kemiringan dari ekliptika yang berhubungan dengan ilmu astronomi
juga sering dibicarakan sebagai ilmuwan yang telah menemukan teorema sinus.
Nasiruddin Al-Tusi merupakan ilmuwan yang menyatakan bahwa teorema sinus
ditemukan oleh Al Khunjadi, hal itu dia tunjukkan dengan memberikan bukti berupa
2|B i o g r a f i To k o h I s l a m A b a d P e r t e n g a h a n
hasil segitiga bola di Shakl al-qatta. Meskipun tidak ada alasan untuk meragukan
peryataan Al-Tusi bahwa yang menemukan teorema sinus adalah Al Khunjadi dengan
bukti yang diberikannya memang berasal dari al-Khujandi sendiri, namun tetap ada
orang-orang yang percaya bahwa penemu teorema sinus yang asli adalah salah satu
dari ilmuwan yang bernama Abu'l-Wafa atau Abu Nashr Mansur.
Baik Abu'l-Wafa dan Abu Nashr Mansur yang merupakan ilmuwan di bidang
matematika menyatakan bahwa mereka merupakan penemu teorema sinus. Hal itu
terdapat dalam sejumlah catatan sejarah. Sedangkan menurut sejumlah catatan
sejarah, Al-Khujandi tidak pernah menyatakan dirinya adalah penemu teorema sinus.
Orang yang mengatakan Al Khunjadi sebagai penemu teorema sinus adalah Al Tusi
sendiri, bukan Al Khujadi. Selain itu, berdasarkan logika Al Khunjadi lebih dikenal
sebagai seorang desainer instrumen astronomi dan pengamat astronomi yang
terkemuka dari pada sebagai seorang yang mendalami teori-teori ilmu matematika
sperti aljabar maupun aritmatika.
Tetapi berbagai macam perdebatan dan diskusi tersebut akhirnya kalah dengan
adanya sejumlah bukti kuat yang ditunjukkan oleh Abu Nashr Mansur bahwa dia
yang menemukan teorema sinus. Catatan sejarah menunjukkan bahwa teorema sinus
telah muncul beberapa kali dalam tulisan-tulisan karya Abu Nashr Mansur, baik
tulisan-tulisannya tentang geometri, maupun yang berhubungan dengan astronomi.
Sehingga disimpulkan bahwa penemu teorema sinus adalah Abu Nashr Mansur.
Diantara karya-karya Al-Khuyandi
1. Al-Suds al-Fakhri, karya ini adalah karya Al-Khuyandi yang terpenting dalam
sfera instrumen-instrumen astronomisnya. Karya ini dirancang untuk menentukan
kemiringan ekliptik. Dengan karya ini, Al-Khuyandi mengambil ketinggian
meridian di titik balik matahari musim kemarau dan di titik balik matahari musim
dingin pada tahun 384H/994M.
2. Risalah fi al-Mayl wa Ard al-Balad, yaitu buku mengenai berbagai macam
observasi yang dilakukan dengan menggunakan instrumen.
3. Al-Zij al-Fakhri, yaitu buku yang menjelaskan tentang observasi yang dilakukan
Al-Khuyandi terhadap planet-planet alam semesta.
3|B i o g r a f i To k o h I s l a m A b a d P e r t e n g a h a n
BIOGRAFI IBNU AL HAITHAM
~Kisah Perjalanan Sang Penemu Kamera Pertama di Dunia~
4|B i o g r a f i To k o h I s l a m A b a d P e r t e n g a h a n
Teori Ibnu Haitham ini telah membawanya kepada penemuan gulungan film yang
kemudiannya disambung-sambung dan ditayangkan kepada para penonton
sebagaimana yang dapat kita lihat pada masa kini.
Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai falsafah, logika, metafisik,
dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau turut menulis ulasan dan
ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.
Penulisan falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah yang
menjadi pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan mengenai sesuatu perkara
daripada pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya.
Beliau juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua
dakwaan kebenaran wajar diragukan dalam menilai semua pandangan yang telah ada.
Jadi, pandangannya mengenai falsafah amat menarik untuk disoroti.
Bagi Ibnu Haitham, filsafat tidak boleh dipisahkan daripada matematika, sains, dan
ketuhanan. Ketiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk
menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya sepenuhnya.
Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fisik dan mental akan turut mengalami
kemerosotan.
Karya Ibnu Al Haitham
Ibnu Haitham membuktikan pandangannya dengan begitu bergairah mencari dan
mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehingga kini namanya terus
dikenal dunia dan ia juga banyak menghasilkan banyak buku dan makalah. Diantara
buku karya Ibnu Haitham termasuk:
- Al’Jami’ fi Usul al’Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametika dan
analisanya;
- Kitab al-Tahlil wa al’Tarkib mengenai ilmu geometri;
- Kitab Tahlil ai’masa^il al ‘Adadiyah tentang aljabar;
- Makalah fi Istikhraj Simat al’Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi
para musafir;
- Makalah fima Tad’u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan
hukum islam dan
- Risalah fi Sina’at al-Syi’r mengenai teknik penulisan puisi.
5|B i o g r a f i To k o h I s l a m A b a d P e r t e n g a h a n