Anda di halaman 1dari 4

Ibnu Yunus Astronom Legendaris dari

Mesir
Selasa 14 Apr 2009 21:40 WIB

Sumber:
https://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/09/04/14/43835-
ibnu-yunus-astronom-legendaris-dari-mesir

Ibnu Yunus (950 -1009 M) adalah salah seorang ilmuwan Muslim yang namanya
diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Tentu bukan tanpa sebab
International Astronomical Union (IAU) mengabadikan nama sang astronom di kawah
bulan. Lewat adikaryanya al-Zij al-Hakimi al-kabir, Ibnu Yunus dipandang telah
berjasa menyusun sebuah tabel yang sangat akurat.

Sejatinya, Ibnu Yunus bernama lengkap Abu al-Hasan Ali abi Said Abd al-Rahman ibnu
Ahmad ibnu Yunus al-Sadafi al-Misri. Ia adalah astronom agung yang terlahir di negeri
piramida, Mesir. Sayangnya, sejarah kehidupan masa kecilnya nyaris tak
ditemukan. Para sejarawan terbagi dalam dua pendapat soal tahun kelahiran sang
ilmuwan.

Sebagian kalangan meyakini Ibnu Yunus lahir pada tahun 950 M dan ada pula yang
berpendapat pada 952 M. Ibnu Yunus terlahir di kota Fustat, Mesir. Pada saat masih
belia, sang astronom legendaris itu menjadi saksi jatuhnya Mesir ke genggaman Dinasti
Fatimiyah. Kekhalifahan yang menganut aliran Syiah itu mendirikan pusat
kekuasaannya di Kairo pada 969 M.

Sang ilmuwan mengembangkan ilmu pengetahuan seperti astronomi, matematika dan


astrologi di bawah lindungan Kekhalifahan Fatimiyah. Ibnu Yunus mengabdikan
dirinya selama 26 tahun bagi pengembangan sains di era kepemimpinan Khalifah Al-
Azis dan al-Hakim, penguasa Dinasti Fatimiyah.

Ibnu Yunus tercatat melakukan observasi astronomi selama 30 tahun dari 977 hingga
1003 M yang didedikasikan untuk kedua khalifah. Dengan menggunakan astrolabe
yang besar, hingga berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu
catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun.

Secara khusus, ia menulis al-Zij al-Hakimi al-kabir bagi khalifah al-Hakim. Meski
sejarah masa kecilnya tak terungkap, yang jelas Ibnu Yunus berasal dari sebuah
keluarga terpandang di tanah kelahirannnya. Ayahnya adalah seorang sejarawan,
penulis biografi, dan ulama hadis terkemuka.

Sang ayah dikenal sebagai salah seorang penulis sejarah Mesir pertama. Ada dua
volume sejarah mesir yang ditulis ayah Ibnu Yunus, yakni tentang orang-orang Mesir,
dan pendapat para pelancong tentang Mesir.

"Ayah Ibnu Yunus merupakan seorang pengarang yang memiliki banyak karya. Salah
satu karyanya menjelaskan tentang Perayaan di Mesir. Ayahnya juga dikenal sebagai
orang yang pertama kali menyusun kamus biografi yang dibuat khusus untuk orang-
orang Mesir," tutur Dale F Eickelman dan James Piscatori dalam karyanya Muslim
Travellers: Pilgrimage, Migration, and the Religious Imagination.

Menurut Eickelman dan Piscatori, kakeknya Ibnu Yunus juga tak kalah terkenal. Sang
kakek merupakan sahabat ilmuwan termasyhur al-Shafi.

Kontribusi dalam bidang Astronomi

Ibnu Yunus sangat terkenal dengan adikaryanya bertajuk al-Zij al-Hakimi al-
Kabir. Kitab yang ditulisnya itu mengupas tabel astronomi – sebuah hasil penelitian
yang sangat akurat. NM Swerdlow dalam karyanya berjudul Montucla's Legacy: The
History of the Exact Sciences mengungkapkan, al-Zij al-Hakimi al-Kabir merupakan
salah satu karya astronomi yang sangat mashur.

Menurut Swerdlow, kitab yang ditulis Ibnu Yunus terbukti kebenarannya. Sayangnya,
kitab yang fenomenal itu, kini tak lagi utuh, hanya tersisa sebagian saja. Kitab itu
ditulisnya untuk dipersembahkan pada Khalifah al-Hakim. Kitab yang dituliskannya itu
begitu populer di era kejayaan peradaban Islam.

Tabel yang disusunnya itu digunakan untuk beragam keperluan astronomi. Salah
satunya untuk kepentingan penanggalan yang digunakan masyarakat Muslim di
beberapa wilayah, seperti Suriah. Selain itu, tabel itu juga mengupas tentang teori jam
matahari serta mampu menentukan garis bujur dan lintang matahari, bulan dan planet.
Tabel Ibnu Yunus pun digunakan untuk menentukan arah kiblat.

Karya penting Ibnu Yunus dalam astronomi yang lainnya adalah Kitab ghayat al-intifa.
Kitab itu berisi tabel bola astronomi yang digunakan untuk mengatur waktu di Kairo,
Mesir hingga abad ke-19 M. Sebagai astronom terpandang, Ibnu Yunus melakukan
penelitian dan observasi astronomi secara hati-hati dan teliti. Tak heran, jika berbagai
penemuannya terkait astronomi selalu akurat dan tepat.
Ibnu Yunus juga diyakini para sejarawan sebagai orang pertama yang menggunakan
bandul untuk mengukur waktu pada abad ke-10 M. Ia menggunakan bandul untuk
memastikan akurasi dan ketepatan waktu. Dengan begitu, Ibnu Yunus merupakan
penemu pertama bandul waktu, bukan Edward Bernard dari Inggris, seperti yang
diklaim masyarakat Barat.

Tak cuma itu, Ibnu Yunus juga telah mampu menjelaskan 40 planet pada abad ke-10
M. Selain itu, ia juga telah menyaksikan 30 gerhana bulan. Ia mampu menjelaskan
konjungsi planet secara akurat yang terjadi pada abad itu. "Konjungsi Venus dan
Merkurius pada Gemini. Waktu itu kira-kira delapan ekuinoksial jam setelah
pertengahan hari, di hari Ahad. Merkurius berada di utara Venus dan garis lintang
mereka berbeda tiga derajat," tutur Ibnu Yunus.

Buah pemikiran Ibnu Yunus mampu mempengaruhi ilmuwan Barat. ''Pada abad ke-19
M, Simon Newcomb menggunakan teori yang ditemukan Ibnu Yunus untuk
menentukan percepatan bulan," papar John J O'Connor, dan Edmund F Robertson,
dalam karyanya Abul-Hasan Ali ibnu Abd al-Rahman ibnu Yunus".

Menurut Salah Zaimeche dalam karyanya The Muslim Pioneers of Astronomy, penelitian
Ibnu Yunus yang lain juga telah menginspirasi Laplace terkait arah miring matahari
dan ketidaksamarataan Jupiter dan Saturnus. Ibnu Yunus memang fenomenal. Secara
tekun dan penuh ketelitian, ia telah melakukan pengamatan lebih dari 10 ribu masukan
untuk posisi matahari dengan memakai sebuah astrolable monumental yang besar
berdiameter 1,4 meter.

Sang ilmuwan tutup usia pada 1009 M. Meski, Ibnu Yunus telah wafat 11 abad lalu,
namun nama besarnya masih abadi hingga kini.

Kontribusi Sang Ilmuwan bagi Peradaban

Selain berjasa mengembangkan astronomi, Ibnu Yunus juga turut membesarkan ilmu-
ilmu lain yang penting, seperti matematika dan astrologi.

Astrologi

Dalam bidang astrologi, ia membuat berbagai prediksi dalam tulisan yang dirangkum
dalam Kitab bulugh al-umniyya. Sebagai seorang peramal, Ibnu Yunus sempat
memprediksi hari kematiannya. Meski badannya segar bugar, pada tahun 1009, ia
meramal dirinya akan meninggal tujuh hari lagi. Sejak itu, ia membaca Alquran
berulang-ulang. Hingga akhirnya, ia meninggal pada hari yang diprediksikannya.

Matematika

Ibnu Yunus juga dikenal sebagai matematikus ulung. Ia telah menguasai trigonometri
yang sangat rumit pada abad ke-10 M. Matematika yang dikuasainya itu dikembangkan
untuk meneliti dan menguak rahasia benada-benada di langit. Ia memadukan
matematika untuk mengembangkan astronomi. Salah satu buktinya, kitab al-Jiz al-
Hakimi al-Kabir yang ditulisnya berisi ratusan rumus yang digunakan dalam spherical
astronomy.

Sang ilmuwan telah memberi inspirasi dan pengaruh bagi para astronom di dunia
Muslim maupun Barat. Salah satu astronom Muslim terkemuka yang banyak
menerapkan buah pemikiran Ibnu Yunus adalah al-Tusi. Lewat Ilkhani zij yang ditulis
al-Tusi, hasil penelitian Ibnu Yunus tentang bulan dan matahari masih tetap
digunakan.

Banyak sumber mengklaim bahwa Ibnu Yunus menggunakan sebuah bandul untuk
mengukur waktu. Hal itu dicatat Gregory Good dalam Sciences of the Earth: An
Encyclopedia of Events, People, and Phenomena. Penemuannya itu juga diakui Roger G
Newton dalam Galileo's Pendulum: From the Rhythm of Time to the Making of Matter.

Ibnu Yunus juga telah membuat rumus waktu. Ia menggunakan nilai kemiringan sudut
rotasi bumi terhadap bidang ekliptika sebesar 23,5 derajat. Tabel tersebut cukup
akurat, walaupun terdapat beberapa error untuk altitude yang besar. Ibnu Yunus juga
menyusun tabel yang disebut Kitab as-Samt berupa azimuth matahari sebagai fungsi
altitude dan longitude matahari untuk kota Kairo. Selain itu, disusun pula tabel a(h)
saat equinox untuk h = 1, 2, …, 60 derajat.

Tabel untuk menghitung lama siang hari (length of daylight) juga disusun Ibnu
Yunus. Ia juga menyusun tabel untuk menentukan azimuth matahari untuk kota Kairo
(latitude 30 derajat) dan Baghdad (latitude 33:25), tabel sinus untuk amplitude terbitnya
matahari di Kairo dan Baghdad. Ibnu Yunus juga disebut sebagai kontributor utama
untuk penyusunan jadwal waktu di Kairo.

Anda mungkin juga menyukai