Anda di halaman 1dari 5

Samudra dan Laut

Berdasarkan persetujuan Internasional, hanya terdapat 3 Samudra yaitu Samudra Atlantik,


Pasifik, dan Hindia. Laut merupakan bagian dari Samudra yang dibagi menjadi 2 macam.
Samudra Atlantik berada di utara Antartika dan termasuk laut Antartika, Mediterania Eropa,
dan Mediterania Amerika yang biasa disebut Laut Karibia. Batas antara Samudra Atlantik
dan Hindia yaitu meridian Tanjung Agulhas, sedangkan batas Samudra Atlantik dengan
Pasifik yaitu garis yang menghubungkan Tanjung Horn dengan Selatan pulau Shetland. Di
sebelah utara terdapat laut Arktik yang merupakan bagian dari Samudra Atlantik, dan Bering
Strait merupakan batas antara Samudra Atlantk dengan Pasifik.
Samudra Pasifik berada di utara Antartika dan Bering Strait. Batas antara Samudra Pasifik
dengan Hindia mengikuti jalur Semenanjung Malayu melalui Sumatera, Jawa, Timor,
Australia di Tanjung Londonderry dan Tasmania.
Samudra Hindia membentang dari Antartika hingga Benua Asia termasuk Laut Merah dan
Teluk Persia.
Laut Mediterania sebagian dikelilingi oleh daratan. Dapat dikatakan pula Laut Arktik dan
Karibia meruapakan Laut Mediterania, Mediterania Arktik dan Mediterania Karibia.
Laut Marginal (Tepi) ditentukan oleh lekukan di pantai atau berada di tepi benua dan
berhubungan langsung dengan samudra. Contoh laut Marginal yaitu Laut Arab dan Cina
Selatan.

Dimensi Samudra
Luas Samudra dan lautan meliputi 70.8% dari permukaan bumi yaitu sekitar 361,254,000
km2. Luas wilayah Samudra sangat bervariasi , namun Samudra Pasifik yang terluas.
Dimensi lebar samudra berkisar antara 1500 km sampai lebih dari 13000 km dengan
kedalamnya yang hanya 3-4 km. Hal ini dapat dilihat bahwa dimensi horisontalnya 1000 kali
lebih besar dari dimensi vertikalnya. Dapat dibayangkan jika skala peta diperkecil dengan
kebar lautan 8 inchi maka kedalaman lautan hanya setebal selembar kertas.

Fitur Dasar Laut


Kerak bumi dibagi menjadi dua macam yaitu kerak samudra yang mempunyai ketebalan 10
km dan kerak benua yang memiliki ketebalan 40 km. Benua memiliki ketinggian rata-rata
1100 km dan Samudra memiliki kedalaman rata-rata 3400m.
Volume air yang melebihi volume lautan menyebabkan air tersebut melebar ke Benua yang
rendah yang disebut sebagai Laut Dangkal. Laut dangkal merupakan landas kontinen, seperti
contohnya Laut Cina Selatan yang memiliki lebar laut 1100km dan kedalaman yang cukup
dangkal yaitu 50-100m. Laut dangkal ini dapat membantu untuk memperkecil ombak, area
produktivitas biologis yang tinggi, dan termasuk dalam ZEE negara-negara yang berdekatan.
Kerak yang pecah membentuk lempengan besar yang bergerak relatif antara satu sama lain.
Lempengan yang baru terbentuk di tengah samudra. Nama-nama fitur bawah laut telah
didefiniskan oleh Biro Hidrografi Internasional (1953). Berikut istilah-istilah yang diambil
dari Sverdrup, Johnson, dan Fleming (1942), Shepard (1963) dan Dietrich (1980).
Cekungan (Basins) merupakan penurunan dasar laut yang kurang lebih bentuknya lingkaran
atau oval
Ngarai/tebing (Canyon) sempit merupakan cekungan dalam dengan lereng curam, bagian
bawahnya terus turun ke bawah.
Rak kontinental (Continental shelves) merupakan zona yang berdekatan dengan benua (atau
sekitarnya)
Lereng benua/pulau (Continental Slopes) adalah kemiringan ke arah laut dari tepi rak ke
kedalaman yang lebih besar
Dataran (plains) adalah daerah datar, landai yang ditemukan di beberapa cekungan samudra
dalam.
Punggung Bukit (Ridges) yang panjang, ketinggian yang sempit dari dasar laut dengan sisi
yang curam dan topografi tidak beraturan.
Gunung Laut (seamounts) ketinggiannya mencapai 1000 m atau lebih dari dasar laut
Sills adalah bagian rendah dari punggungan yang memisahkan cekungan laut satu sama lain
atau yang saling berdekatan.
Parit (trenches) adalah cekungan dasar laut yang panjang, sempit, dan dalam, dengan sisi
yang relatif curam

Mengukur kedalaman Samudra


1. Echo-Sounders
Hampir semua peta samudra didasarkan pada pengukuran menggunakan echo-
sounders. Instrumen ini mentrasmisikan suara 10-30 KHz dan mendengarkan gema
dari dasar laut. Waktu yang dibutuhkan untuk transmisi gema sampai kembali lagi
ketika dikalikan kecepatan suara menghasilkan dua kali kedalaman samudra.
Echo –sounders melakukan pengukuran kedalam samudra yang paling akurat dengan
akurasi ± 1%. Pengukuran kedalaman laut menggunakan echo-sounder sangat
berguna, namun hal ini memiliki beberapa kesalahan
1. Kecepatan suara bervariasi ± 4% di berbagai wilayah lautan.
2. Gema mungkin datang dari kedalaman yang lebih dangkal ke sisi kapal dan bukan
langsung di bawah kapal.
3. Posisi kapal bisa salah puluhan kilometer
4. Beberapa wilayah samudera seluas 500 km di satu sisi belum pernah dipetakan
oleh pemancar gema. Hal ini menciptakan kesenjangan yang signifikan dalam
pengetahuan tentang kedalaman lautan

2. Satelit Altimetri
Satelit altimetri ini duguanakan untuk memetakan bentuk permukaan laut yang
sangat mirip dengan dasar laut. Karena permukaan laut harus tegak lurus terhadap
gravitasi, ia harus memiliki tonjolan kecil di atas seamount seperti yang ditunjukkan
pada gambar. Jika tidak ada tonjolan, permukaan laut tidak akan tegak lurus dengan
gravitasi. seamount menghasilkan tonjolan setinggi 1–20 m pada jarak 100–200
kilometer. Tentu saja, tonjolan ini terlalu kecil untuk dilihat dari kapal, tetapi mudah
diukur dengan altimeter.
Kedalaman diukur dengan akustik gema sounders digunakan untuk menentukan
hubungan regional. Oleh karena itu, altimetery digunakan untuk menginterpolasi
antara pengukuran sounder gema akustik (Smith dan Sandwell, 1994). Dengan
menggunakan teknik ini, kedalaman laut dapat dihitung dengan akurasi ± 100 m
Sistem altimeter satelit termasuk radar digunakan untuk mengukur ketinggian satelit
di atas permukaan laut dan sistem pelacakan untuk menentukan ketinggian satelit
dalam koordinat geosentris yang akhirnya memberi bentuk permukaan laut.

Peta batimetri dan set data


Sebagian besar data echo-sounder telah didigitalkan dan diplot untuk membuat peta
batimetri. Data yang telah diproses lebih lanjut dan diedit untuk menghasilkan set data
digital yang didistribusikan secara luas dalam format cd-rom. Data ini telah
dilengkapi dengan data dari satelit altimetrik untuk menghasilkan peta dasar laut
dengan resolusi spasial mendekati 3 km.
 British Oceanographic Data Center menerbitkan Atlas Batimetri Umum
Samudra (gebco) Digital yang terdiri dari lokasi kontur batimetri, garis pantai,
dan jalur jejak dari gebco Edisi ke-5 yang diterbitkan pada skala 1:10 juta.
Kontur asli digambar dengan tangan berdasarkan data echo-sounder digital
yang diplot pada peta dasar.
 Pusat Data Geofisika Nasional AS menerbitkan etopo-5 cd-rom yang berisi
nilai kedalaman laut digital dari echo-sounder dan ketinggian daratan dari
survei yang diinterpolasi ke kisi 5 menit (5 mil laut).
 Sandwell dan Smith dari Scripps Institution of Oceanography
mendistribusikan atlas batimetri digital samudera berdasarkan pengukuran
ketinggian permukaan laut yang terbuat dari geosat dan ers – 1 altimeter dan
data echo-sounder. Peta ini memiliki resolusi spasial 3-4 km dan akurasi
vertikal ± 100 m (Smith dan Sandwell, 1997).
 Di AS, National Ocean Service menerbitkan peta laut yang berguna untuk
navigasi kapal di pelabuhan dan perairan lepas pantai.
Suara di Samudra
Suara digunakan untuk mengukur sifat-sifat dasar laut, kedalaman laut, suhu, dan arus.
Kecepatan Suara. Kecepatan di laut bervariasi tergantung suhu, salinitas, dan tekanan. Yang
diberikan rumus seperti berikut :

Dimana :
C adalah kecepatan (m/s)
T adalah suhu (celsius)
S adalah salinitas
Z adalah kedalaman (m)
Nilai C bervariasi biasanya dalam 1450 m / s hingga 1550 m / s . Dengan menggunakan
persamaan (3.1), kita dapat menghitung sensitivitas C terhadap perubahan suhu, kedalaman,
dan salinitas lautan. Nilai perkiraannya adalah: 40 m / s per 10◦C kenaikan suhu, kedalaman
16 m / s per 1000 m, dan peningkatan salinitas 1,5 m / s per 1 psu. Dengan demikian
penyebab utama variabilitas kecepatan suara adalah suhu dan kedalaman (tekanan). Variasi
salinitas terlalu kecil mempengaruhi kecepatan suara di lautan.
Penyerapan suara. Penyerapan suara per satuan jarak tergantung pada intensitas I suara
yang dirumuskan seperti berikut :
dI = -kI0 dx (3.2)
dimana I0 intensitas sebelum penyerapan dan k adalah koefisien penyerapan
Bentuk lain persamaan diatas adalah sebagai berikut :
I = I0 exp (−kx) (3.3)

nilai k (dalam desibel dB per kilometer) adalah: 0,08 dB / km pada 1000 Hz; dan 50 dB / km
pada 100.000 Hz. Desibel dihitung dari: dB = 10 log (I / I0). di mana I0 adalah kekuatan
akustik asli dan I adalah kekuatan akustik setelah penyerapan.

Contoh kegunaan dari suara ini adalah Sound Surveillance System, meskipun dirancang
untuk melacak kapal selam, alat telah menemukan banyak kegunaan lain diantaranya
mendengarkan dan melacak paus hingga 1.700 km, dan untuk menemukan lokasi letusan
gunung berapi bawah laut.

Anda mungkin juga menyukai