Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ulfa Hutri Sabilah

NIM : 03031381621061
Shift : Kamis (13.00-16.00
WIB)
Kelompok :3
MEKANISME SABUN DALAM MEMBERSIHKAN

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci, baik pakaian,


perabotan, badan, dan lain-lain. Sabun biasanya berbentuk padatan yang tercetak
batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah
telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Penggunaan pada suatu
permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi dan
dengan mudah dibawa oleh air bersih. Sabun terbuat dari campuran garam alkali
dan trigliserida dari lemak. Sabun dibuat secara kimia melalui reaksi saponifikasi
atau disebut juga reaksi penyabunan. Proses ini asam lemak akan terhidrolisa oleh
basa hingga membentuk gliserin dan sabun mentah. Sabun tersebut kemudian
akan diolah lagi untuk disempurnakan hingga menjadi sabun dan sampai ke kon-
sumen. Sabun bertujuan untuk dapat membersihkan pakaian, perabotan rumah
tangga dan tubuh dengan mengeluarkan kotoran dan bau.(Luis,1994)
Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut
menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.  Sabun pada
umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat. Perbedaan utama
dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi pembuatan
sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida atau soda kaustik (NaOH),
sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali.
Jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan.
Sabun terdapat zat aktif yang di sebut surfaktan. Zat aktif ini merupakan zat aktif
permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob
(suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air se-
hingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Sifat-sifat yang biasanya dimiliki oleh sabun. Sabun adalah garam alkali
asam lemak suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air yang akan
menyebabkan larutan sabun dalam air bersifat basa. Larutan sabun dalam air
diaduk maka akan menghasilkan buih, peristiwa ini tidak akan terjadi pada air
sadah. Sabun dapat menghasilkan buih setelah garam-garam Mg atau Ca dalam air
mengendap. Sabun mempunyai sifat membersihkan yang disebabkan proses kimia
koloid, sabun adalah garam natrium dari asam lemak, yang digunakan untuk men-
Nama : Ulfa Hutri Sabilah
NIM : 03031381621061
Shift : Kamis (13.00-16.00
WIB)
Kelompok :3
cuci kotoran yang bersifat polar maupun non polar, karena sabun mempunyai
gugus polar dan non polar. Gugus polar yang ada pada sabun akan terikat kedalam
air sedangkan pada gugus non polar akan mengikat kotoran yang ada pada kain.
Sabun terbentuk dari berbagai rantai asam lemak pada tiap ujung rantainya
terdapat ion, umumnya ion natrium atau kalium. Sabun ketika bercampur dengan
air dan rantai asam lemak akan mengikat kotoran terutama yang berminyak dan
berlemak sedangkan pada ion yang terdapat pada bagian ujung rantai asam lemak
dan kotoran kedalam air. Sabun membersihkan dengan memodifikasi tegangan
permukaan air dan emulator dan suspensi kotoran. Ujung dari sabun yang me-
miliki polaritas yang berbeda dimana rantai karbon panjang nonpolar dan hi-
drofobik, sedangkan pada garam karboksilator polar dan hidrofilik.(Naomi,2019)
Sabun digunakan untuk membersihkan lemak atau kotoran, ujung nonpolar
dari sabun akan melarutkan lemak non polar dan minyak yang bersama kotoran.
Ujung sabun yang hidrofilik dari molekul sabun yang panjang dimana mereka
dapat larut dalam air. Molekul sabun akan melapisi minyak dan lemak, dan mem-
bentuk gerombolan atau gugus yang disebut misel ketika menggosok atau me-
meras pakaian akan membuat minyak atau lemak menjadi butiran-butiran yang
lepas dan akan dikelilingi oleh lapisan molekul detergen. Gugus polarnya yang
berada di luar lapisan akan membuat butiran itu larut didalam air. (Hambali, 2007)
1. Mekanisme Detergent dalam Membersihkan
Detergen biasanya tergolong bahan yang dapat digunakan untuk berbagai
macam bahan pembersih atau memiliki kemampuan untuk membersihkan. Deter-
gen dibagi dalam dua jenis yaitu detergen alam dan detergen sintetik. Detergen
alam dibuat dari minyak hewan atau minyak sayuran seperti sabun mandi. Deter-
gen sintetik biasanya dibuat dari minyak bumi. Detergen adalah garam natrium
dari asam sulfonat, seperti natrium alkil sulfat dan natrium alkilbenzen sulfonat.
Ekor pada sabun yang berupa rantai karbon akan mengikat kotoran berupa
noda minyak atau lemak, sedangkan kepala sabun yang berupa gugus ionik akan
dengan mudah berikatan dengan air karena gugus ion mempunyai sifat yang sama
yaitu senyawa polar. Detergen adalah surfaktan, yang dapat dihasilkan dengan
mudah dari industri petrokimia. Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air,
pada dasarnya akan membuatnya lebih basah sehingga lebih mungkin untuk ber-
Nama : Ulfa Hutri Sabilah
NIM : 03031381621061
Shift : Kamis (13.00-16.00
WIB)
Kelompok :3
interaksi dengan minyak dan lemak. Detergen modern mengandung lebih dari
sekedar surfaktan. Produk pembersih juga mengandung enzim untuk mende-
gradasi protein berbasis noda, pemutih untuk penghilang warna noda dan menam-
bah daya agen untuk pembersih, dan pewarna biru untuk melawan terjadinya
proses penguningan. Bagian ekor yang telah dikembangkan untuk pembuatan
detergen adalah alkil sulfat dan alkil benzena sulfonat. Rantai alkil sulfat mengan-
dung 10–18 atom karbon. Rantai ini berasal dari alkohol, seperti lauril alkohol.
Sabun lebih mudah diurai oleh mikroorganisme. Molekul sabun terdiri atas
dua bagian yaitu bagian yang bersifat hidrofilik dan yang bersifat hidrofobik.
Bagian hidrofilik adalah bagian yang menyukai air atau bersifat polar. Adapun
bagian hidrofobik adalah bagian yang tidak suka air atau bersifat nonpolar.
Kotoran yang bersifat polar biasanya dapat larut didalam air, sehingga kotoran
jenis ini tidak perlu dibersihkan dengan menggunakan sabun dan deterjen.
Kotoran yang bersifat nonpolar, seperti minyak atau lemak tidak akan
hilang jika hanya dibersihkan menggunakan air oleh karena itu, diperlukan deter-
gen sebagai pembersihnya. Ujung hidrofob detergen yang bersifat nonpolar
mudah larut dalam minyak atau lemak dari bahan cucian ketika menggosok atau
memeras pakaian membuat minyak atau lemak menjadi butiran-butiran lepas yang
dikelilingi oleh lapisan molekul detergen. Gugus polarnya berada di luar lapisan
sehingga butiran itu larut di air. Kekurangan dari sabun adalah ujung hidrofilnya
(bagian yang suka air) mudah bereaksi dengan garam-garam, misalnya kalsium
karbonat (air sadah), membentuk zat yang tidak larut. Endapan yang terjadi
membentuk lapisan kusam pada kain yang dicuci sehingga sabun kurang disukai.
Detergen mengandung zat aktif permukaan yang serupa dengan sabun,
misalnya natrium benzene sulfonat (Na-ABS). Garam kalsium atau magnesium
yang larut dalam air sadah jika bereaksi dengan Na-ABS tetap larut dalam air dan
tidak mengendap. Selain sabun dan detergen, bahan pembersih lainnya yang juga
sering digunakan dalam rumah tangga adalah pembersih lantai dan pasta gigi.
Sabun umumnya pembersih lantai menggunakan bahan baku karbon atau amoniak
(NH3) dan zat tambahan tertentu untuk mengatasi bau. Zat tersebut selain dapat
membersihkan lantai, juga dapat mematikan bakteri dan mikroorganisme lainnya.
Pasta gigi termasuk pembersih. Komponen utama pasta gigi adalah detergen dan
Nama : Ulfa Hutri Sabilah
NIM : 03031381621061
Shift : Kamis (13.00-16.00
WIB)
Kelompok :3
abrasif (penggosok). Abrasif yang baik harus cukup keras untuk membersihkan
gigi tetapi jangan sampai merusak email. Pasta gigi biasanya ditambahkan
senyawa fluorin untuk menguatkan email pada gigi.(Rizkitama,2016)
R- (non polar dan Hidrofob) akan membelah molekul minyak dan kotoran
menjadi partikel yang lebih kecil sehingga air mudah membentuk emulsi dengan
kotoran dan mudah dipisahkan. -C-O-(polar dan Hidrofil) akan larut dalam air
membentuk buih dan mengikat partikel–partikel kotoran sehingga terbentuk
emulsi. Deterjen terdiri dari surfaktan dan builder yang berfungsi meningkatkan
daya cuci dan bahan aditif lainnya. Deterjen memiliki struktur kimia yang terdiri
dari ujung karbon hidrofobik dan ujung sulfat sehingga dapat mengemulsi.
Deterjen terkandung beberapa zat diantaranya yaitu surfaktan, berfungsi
untuk mengikat lemak dan membasahi permukaan. Abrasive, berfungsi untuk
menggosok kotoran. Substansi, berfungsi untuk mengubah pH yang mempengaru-
hi stabilitas dari komponen lain. Water softener, berfungsi untuk menghilangkan
efek kesadahan. Oksidan, berfungsi untuk memutihkan dan menghancurkan koto-
ran. Material lain selain surfaktan, berfungsi untuk mengikat kotoran didalam sus-
pensi detergen memiliki gugus fungsi ion sulfonat atau ion sulfat.(Budianto,2016)
2. Mekanisme Pembersihan dengan Sabun Cair
Kotoran yang menempel pada kulit tidak dapat dibersihkan jika hanya me-
nggunakan air, melainkan perlu suatu bahan yang dapat mengangkat kotoran yang
menempel tersebut. Karena sabun merupakan surfaktan, maka sabun dapat menu-
runkan tegangan muka dan tegangan antarmuka, serta mempunyai sifat menya-
bunkan, dispersibilitas, emulsifikasi, dan membersihkan. Mekanis pembersihan
oleh sabun yaitu saat kontak dengan air, sabun berpenetrasi diantara kulit dan
kotoran untuk menurunkan gaya adhesi dan membuatnya mudah dihilangkan.
Kotoran tersebut selanjutnya dapat dihilangkan secara fisikdan kemudian
terdispersi dalam larutan sabun sebagai hasil emulsifikasi oleh molekul sabun.
Kotoran dapat dihilangkan dengan cara tersolubilisasi dalam misel yang terbentuk
oleh sabun. Sabun mandi merupakan pencampuran senyawa natrium dengan asam
lemak yang digunakan untuk membersihkan tubuh, dengan bentuk padat, berbusa
dengan atau tanpa penambahan lain serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit saat
terjadinya proses penghilangan kotoran ditubuh.(Widyasari,2018)
Nama : Ulfa Hutri Sabilah
NIM : 03031381621061
Shift : Kamis (13.00-16.00
WIB)
Kelompok :3
DAFTAR PUSTAKA

Budianto, A. dan Suhadi. 2016. Pengaruh Penambahan Gula dan Alkohol


Terhadap Pembuatan Sabun Mandi Transparant. Jurnal Teknik Kimia.
Vol. 4(2): 1- 6.
Hambali, E., dkk. 2007. Penelitian Pembuatan Sabun Transparan. Penelitian
Bogor: IPB.
Luis, S. 1994. Soap and Detergen, a Theoritical and Practical Review. New
York: AOCS Press.
Naomi, P., dkk.2013. Pembuatan Sabun Lunak dari Minyak Goreng Bekas Di-
tinjau dari Kinetika Reaksi Kimia. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 19(2): 42-48.
Rizkitama, S. 2016. Cara Kerja Deterjen. (Online) https://www.mitralaundry.com
/ tag /cara-kerja- deterjen. (Diakses pada 21 Februari 2019)
Widyasari, E., dkk. 2018. Sabun Minyak Jelantah Ekstrak Daun Teh Hijau
(Camellia sinensis) Pembasmi Staphylococcus aureus. Jurnal Penelitian
Biologi. Vol. 11(2): 66-71.

Anda mungkin juga menyukai