Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGARUH BERITA BOHONG (HOAX) MELALUI MEDIA SOSIAL


TERHADAP SILA KETIGA PANCASILA “PERSATUAN INDONESIA”

Disusun Oleh :

Rani Fibrianti J1B018021


Ainul Fikri Saintiany J1B018041
Dykaana Okta Wahyono J1B018055
Dewi Suci Citrawati J1B018059
Amilatun Nabawiyah J1B018060

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
SASTRA INDONESIA
PURWOKERTO
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan

makalah yang berjudul “Pengaruh Berita Bohong (Hoax) melalui Media Sosial

Terhadap Sila Ketiga Pancasila Persatuan Indonesia”. Makalah ini membahas

mengenai penyebaran hoax di media sosial, pengaruh fenomena hoax melalui

media sosial terhadap sila ketiga pancasil, dan peran pemerintah dan masyarakat

dalam menyikapi hoax melalui media sosial?

Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah

Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas makalah ini, sehingga kami

bisa lebih memahami bahwa hoax yang disebarluaskan melalui media sosial

mampu mengancam persatuan bangsa Indonesia.

Kami menyadari, dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali

kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari

pembaca untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi

penulis dan juga pembaca.

Purwokerto, 13 Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3

BAB 1. PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5

BAB 2. PEMBAHASAN 6
2.1 Hoax melalui media sosial 6
2.2 Penyebaran Hoax melalui media sosial7
2.3 Pengaruh Hoax melalui media sosial terhadap sila ketiga Pancasila 8
2.4 Peran pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi Hoax melalui media
sosial 10

BAB 3. PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada masa ini, kemajuan Ilmu pengetahuan dan Ilmu teknologi sangat pesat
sehingga memudahkan masyarakat dalam mengakses segala hal salah satunya
informasi. Seiring perkembangannya, kemajuan teknologi ini tidak hanya
memberikan dampak positif tetapi juga memberikan dampak negatif. Dalam
mengakses informasi saat ini, penyampaian akan informasi sangat mudah dan
cepat. Dimana seseorang dengan sangat mudah memproduksi informasi dan
membagikannya lewat media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram,
Google, Youtube ataupun pesan genggam seperti WhatsApp, LINE, BBM
(Blackberry Messenger) dan lain sebagainya yang tidak dapat disaring dengan
baik.

Media sosial merupakan media bersifat Online Tools yang memfasilitasi


interaksi antar penggunanya dengan cara pertukaran informasi, pendapat dan
permintaan. Melalui media sosial dan alat elektronik seperti Smartphone,
informasi yang dikeluarkan oleh perseorangan maupun badan usaha sangat mudah
tersebar dan dibaca oleh banyak orang. Informasi yang telah dibaca dapat
mempengaruhi emosi, perasaan, pikiran bahkan tindakan baik individu maupun
kelompok. Sangat disayangkan apabila media sosial digunakan untuk memperoleh
dan memberikan informasi yang tidak akurat apalagi sampai menjadikan media
sosial sebagai alat penyebaran berita bohong (hoax) dengan menggunakan judul
yang sangat memprovokasi untuk mengarahkan para pembaca kepada opini publik
yang negatif. Opini negatif tersebut seperti cacian, makian, fitnah, penyebar
kebencian dan lain sebagainya yang membuat sebagian orang takut serta merasa
terancam sehingga berpotensi merusak nilai, makna serta pengamalan sila ketiga
Pancasila yaitu “Persatuan Indonesia”

1.2 Rumusan masalah


a. Apa yang dimaksud dengan hoax?

4
b. Bagaimana penyebaran hoax melalui media sosial?
c. Bagaimana pengaruh fenomena hoax melalui media sosial terhadap sila
ketiga Pancasila?
d. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam menyikapi hoax
melalui media sosial?

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu hoax.
b. Untuk mengetahui penyebaran hoax melalui media sosial
c. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hoax melalui media sosial
terhadap sila ketiga Pancasila.
d. Untuk mendiskripsikan peran pemerintah dan masyarakat dalam
menyikapi hoax melalui media sosial

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hoax melalui Media Sosial


Istilah hoax sudah dipakai sejak abad ke-7. Pada saat itu, istilah
hoax digunakan dalam wilayah kritik seni yang dikenal sebagai “satir art
hoax”. Seiring berjalannya waktu, satir art hoax berubah menjadi satir
hoax lalu terpisah menjadi satir dan hoax.
Hoax dalam Kamus Oxford (2017) diartikan sebagai suatu bentuk
penipuan yang bermaksud untuk membuat kekacauan. Hoax dalam Bahasa
Indonesia berarti berita bohong, kabar burung, informasi palsu atau kabar
dusta. Sedangkan menurut kamus Bahasa Inggris, hoax berarti olok-olok,
cerita bohong dan memperdayakan atau tipuan.

Dengan demikian, secara umum definisi hoax adalah berita bohong


yang dibuat dengan tujuan mengolok-olok maupun menipu individu atau
kelompok. Hoax disebarkan pada umumnya bertujuan untuk bahan lelucon
atau sekedar iseng, menjatuhkan pesaing (black campaign), promosi
dengan penipuan, membuat dan menggiring opini publik yang negatif
seperti fitnah,kritik tajam, penyebar kebencian dan lainnya.

Hoax atau berita bohong sengaja diciptakan untuk menipu banyak


orang dengan cara memanipulasi data dan menutupi fakta yang ada. Hoax
bersifat menghasut karena dalam cerita bohong tersebut telah di rekayasa
sedemikian rupa sehingga seolah-olah berita bohong tersebut seperti
kenyataan.
Ada beberapa ciri-ciri yang bisa dijadikan cara untuk
mengidentifikasi suatu berita bohong antara lain:
1. Sumber beritanya berasal dari sumber yang tidak bisa dipercaya,
sehingga tidak ada tautan ke sumber resmi.

6
2. Isi berita tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Gambar, foto atau video merupakan hasil rekayasa atau editan.
4. Mengandung kalimat yang provokatif, sehingga mudah
mempengaruhi pembacanya.
5. Biasanya mengandung unsur politis dan SARA.

2.2 Penyebaran Hoax melalui Media Sosial


Penyebaran berita hoax dapat dilakukan dimanapun, melalui media
apapun, dan oleh siapapun. Salah satu alat penyebaran berita hoax yang
sedang marak saat ini adalah media sosial. Media sosial dapat dengan
mudah di akses melalui telepon genggam atau telepon pintar
(smartphone). Bukan hanya masyarakat Indonesia saja, hampir masyarakat
dunia saat ini memiliki akun media sosial nya masing-masing. Beberapa
media sosial yang menjadi sasaran empuk penyebaran berita hoax yaitu
Facebook, Instagram, WhatsApp bahkan Youtube.
Mengingat media sosial adalah media yang paling banyak
digunakan sehingga peluang penyebaran berita bohong atau hoax semakin
meningkat. Persoalan lainnya yang menyebabkan penyebaran berita hoax
semakin sulit di kendalikan adalah kebiasaan masyarakat Indonesia yang
cenderung ingin cepat berbagi informasi di dunia nyata maupun dunia
maya tanpa memperhatikan sumber berita sehingga enggan untuk
mengecek ulang sumber berita yang pertama kali membuat atau
menyebarkan berita tersebut. Karena kebiasaan inilah yang menjadikan
seseorang langsung percaya tanpa memedulikan kebenarannya dan secara
tergesa-gesa membagikan berita atau informasi tersebut kepada pengguna
media sosial lainnya.
Salah satu contoh berita bohong/hoax yang paling sering terjadi
melalui media sosial adalah mengklaim sesuatu barang atau kejadian
dengan suatu sebutan yang berbeda dengan barang atau kejadian yang
sebenarnya. Baru-baru ini kasus hoax melalui media sosial yang paling
menggemparkan khususnya bagi masyarakat Indonesia adalah kasus hoax

7
yang dibuat oleh Ratna Sarumpaet. Kasus ini bermula ketika Ratna
Sarumpaet mengunggah foto wajahnya yang memar di akun Instagram
miliknya dengan keterangan Ratna telah di keroyok segerombolan orang
yang tak dikenal. Ratna Sarumpaet merupakan salah satu anggota tim
sukses pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Oleh karena itu, kasus ini dianggap cukup menarik dan menuai banyak
kontroversi karena politisi Prabowo Subianto yang seyogyanya capres
Republik Indonesia membenarkan pernyataan yang telah dibuat oleh Ratna
Sarumpaet sehingga menimbulkan kritik dan fitnah yang menunjuk kepada
pihak tertentu.
Kasus ini tidak memerlukan waktu yang lama untuk tersebar di
media sosial dan banyak yang me-repost (mengunggah ulang) melalui
media sosial lainnya seperti Facebook, Twitter, Google, Youtube dan lain
sebagainya. Hal ini menjadi contoh bahwa dengan mudahnya berita hoax
menyebar melalui media sosial. Selain pengguna media sosial yang
banyak, fitur membagi berita (share) tersebut sangatlah mudah.
Setelah kasus ini ditangani oleh pihak yang berwenang, Ratna
mengaku ia melakukan hal tersebut demi untuk menutupi rasa malunya
pasca gagal operasi sedot lemak di wajahnya. Tanpa mencari tahu
kebenarannya, akibatnya banyak orang yang merasa tertipu ketika sudah
mengetahui apa yang telah terjadi sebenarnya.

2.3 Pengaruh Hoax melalui Media Sosial terhadap Sila Ketiga Pancasila
Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan
bangsa Indonesia karena Pancasila adalah falsafah hidup dan kepribadian
bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang
oleh bangsa Indonesia yang diyakini paling benar, adil, bijaksana dan tepat
bagi bangsa Indonesia untuk mempersatukan rakyat Indonesia.
Sesuai dengan sila ketiga Pancasila yang berbunyi “Persatuan
Indonesia” mengandung makna nasionalisme, cinta bangsa dan tanah air,
menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, menghilangkan dominansi

8
akan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan warna kulit, serta
menumbuhkan rasa nasib sepenanggungan.

Persatuan Indonesia merupakan nilai dasar yang paling penting


dalam menunjang eksistensi bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila merupakan cerminan dari kehidupan masyarakat
Indonesia sejak dulu kala dan secara tetap telah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Setiap sila Pancasila
memiliki nilainya masing-masing. Nilai-nilai yang terkandung dalam Sila
Ketiga Pancasila antara lain:

1. menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan


bangsa dam negara diatas kepentingan yang sifanya pribadi
maupun golongan.
2. rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
3. cinta terhadap tanah air dan bangsa.
4. bangga akan tanah air Indonesia serta bangga menjadi bangsa
Indonesia.
5. memajukan pergaulan demi untuk kesatuan dan persatuan bangsa
dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika yang memiliki makna
berbeda-beda tetapi tetap satu.

Meskipun butir-butir pengamalan Pancasila sudah dicabut oleh


pemerintah, namun butir-butir tersebut masih relevan untuk dijadikan
acuan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengamalan
sila ketiga Pancasila yang sesuai dengan nilai yang terkandung dalam sila
ketiga Pancasila salah satunya yaitu mampu menempatkan persatuan,
kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi maupun golongan.

Berdasarkan kasus hoax Ratna Sarumpaet yang menimbulkan


sebagian masyarakat geram dan emosi sehingga memunculkan opini
negatif seperti fitnah, kritik tajam, ancaman, dan lain sebagainya yang

9
menunjuk pihak tertentu sehingga mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa, hal ini sangat tidak sesuai dengan makna, nilai dan pengamalan
sila ketiga Pancasila.

2.4 Peran Pemerintah dan Masyarakat dalam Menanggapi Hoax melalui


Media Sosial

a. Peran Pemerintah

Fenomena hoax di media sosial yang semakin merajalela membuat


pemerintah mengambil langkah tegas dengan menerbitkan UU No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang
diperbarui dengan UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No.
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). UU ITE
dalam pasal-pasalnya mencakup aturan dan larangan apa saja yang harus
dipatuhi masyarakat dalam menggunakan media sosial seperti cara
berinteraksi di media sosial, mengatur apa yang boleh diposting ataupun
dilarang untuk di tampilkan di media sosial dan lain sebagainya agar tidak
merugikan pihak manapun.

Pelaku penyebar berita palsu bisa dijerat dengan pasal-pasal lain


terkait yakni pasal 311 dan 378 KUHP, Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik,
Undang-Undang No. 40 tahun 2008 tentang Penghapusan Diskiriminasi
Ras dan Etnis, serta para pelaku penyebaran berita palsu juga dikenakan
pasal terkait ujaran kebencian (hate speech). dalam Pasal 27 ayat (3) UU
ITE yang berbunyi:

“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan


dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik”.

10
Adapun ancaman pidana bagi mereka yang memenuhi unsur dalam
Pasal 27 ayat (3) adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 miliar. Selain itu, pemerintah
telah membentuk satgas (satuan tugas) antihoax yang diharapkan terus
melakukan verifikasi atau akreditasi terhadap media maupun para
penyedia berita melalui televisi, koran, media online, termasuk melakukan
akreditasi dan indepedensi terhadap para wartawan yang menyajikan
informasi, menutup situs-situs yang menyebarkan berita hoax dan terus
melakukan sosialisasi yang berkaitan dengan hoax serta menerapkan UU
ITE.

b. Peran Masyarakat

Hoax sendiri telah menimbulkan keresahan dan membuat sebagian


masyarakat merasa terancam bahkan dapat memecah belah persatuan
bangsa. Solusi agar tidak mudah terpengaruh oleh berita hoax tersebut
adalah membangun daya pikir masyarakat agar tidak mudah terprovokasi
oleh hoax yang tidak dapat dipastikan kebenarannya, berpikiran kritis
dalam menerima sebuah berita atau informasi, tidak menelan mentah-
mentah sebuah berita atau informasi dengan melakukan pengecekan ulang
sumber berita atau informasi yang didapat, serta tidak berlebihan dalam
menanggapi sebuah berita dengan cara ini masyarakat diharapkan bisa
mengambil peran dalam rangka menyikapi berita hoax melalui media
sosial.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hoax merupakan sebuah berita bohong yang dibuat dengan tujuan


mengolok-olok maupun menipu individu atau kelompok. . Hoax
disebarkan pada umumnya bertujuan untuk bahan lelucon atau sekedar
iseng,menjatuhkan pesaing (black campaign), promosi dengan
penipuan,membuat dan menggiring opini publik yang negatif seperti
fitnah,kritik tajam,penyebar kebencian dan lainnya. Penyebaran berita
hoax dapat dilakukan dimanapun, melalui media apapun, dan oleh
siapapun. Salah satu alat penyebaran berita hoax yang sedang marak saat
ini adalah media sosial. Media sosial dapat dengan mudah di akses melalui
telepon gengam atau telepon pintar (smartphone).

Hoax juga sangat memengaruhi persatuan dan kesatuan bangsa.


Dengan adanya berita hoax Ratna Sarumpaet ini dapat menimbulkan
sebagian masyarakat geram dan emosi sehingga memunculkan opini
negatif seperti fitnah,kritik tajam,ancaman, dan lain sebagainya yang
menunjuk pihak tertentu sehingga mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa, hal ini sangat tidak sesuai dengan makna,nilai dan pengamalan
sila ketiga Pancasila.

Peran pemerintah dan masyarakat dalam menanggapi adanya berita


hoax di media sosial juga sangat penting. Pemerintah telah mengambil
langkah tegas dengan menerbitkan UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) yang diperbarui dengan UU No.
19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No. 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Masyarakat juga jangan mudah

12
terpengaruh dengan adanya berita yang belum tentu kebenarannya dengan
cara tidak menelan mentah-mentah informasi yang didapatkan dan harus
mencari tahu dari mana sumber informasi yang didapatkan.

3.2 Saran

Dalam kehidupan yang serba teknologi ini, berita hoax semakin


marak dari tahun ke tahun, maka dari itu masyarakat diimbau untuk tidak
langsung percaya begitu saja terhadap suatu berita. Masyarakat harus
mengenali ciri-ciri berita hoax, sehingga tidak mudah untuk dipengaruhi
oleh berita yang belum jelas kebenarannya. Mempunyai smartphone
seharusnya bisa menjadikan smartpeople juga.

13
DAFTAR PUSTAKA

Prayitno, Budi.2017. ”Langkah Pemerintah Menangkal Diseminasi Berita Palsu”


dalam Jurnal Wacana Kinerja Volume 20 No.2 (hlm.25).Jakarta:
Lembaga Administrasi Negara.
From:https://www.researchgate.net/publication/326407104_Langkah_Pe
merintah_Menangkal_Diseminasi_Berita_Palsu

Fensi, Fabianus.2018.”HOAX: Tantangan terhadap Idealisme Media & Etika


Bermedia” dalam Bricolage Vol.4 (No.2):133-309.Jakarta: Universitas Bunda
Mulia

From:https://journal.ubm.ac.id/index.php/bricolage/article/view/1345/11
56

Hadiyati, Bambang Suroto, Fatkhurahman.2018.”Evaluasi Pelatihan Menilai


Berita Palsu atau Hoax Pada Kelompok Arisan Dosen Perempuan” dalam
Diklat Review: Jurnal Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Vol.2, No.2
(hlm.107-108) Riau:Universitas Lancar Kuning

From:http://ejournal.kompetif.com/index.php/diklatreview/article/view/2
34/212

Amalliah.2018.”Persepsi Masyarakat terhadap Fenomena Hoax di Media Online


pada Era Post Truth” dalam Jurnal Akrab Juara Volume.3 No.4 Edisi
November 2018 (1-15).Jakarta:Universitas Bina Sarana Informatika
(UBSI)
From: http://akrabjuara.com/index.php/akrabjuara/article/view/392/317

14
Budiman, Ahmad.2017.”Berita bohong (HOAX) di Media Sosial Pembentukan
Opini Publik” dalam kajian singkat terhadap isu aktual dan strategis
Vol. IX,No.01/I/Puslit/Januari.(hlm.17-20)
From:https://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-
IX-1-I-P3DI-Januari-2017-181.pdf

Suryatni, Luh.2018.”Komunikasi Media Sosial dan Nilai-nilai Budaya Pancasila


(Social Media Communications and Cultural Values of Pancasila)”
dalam Jurnal Sistem Informasi Universitas Suryadarma Vol.5,No.1(hlm.
120-125)

From:http://journal.universitassuryadarma.ac.id/index.php/jsi/article/vie
w/27

Sutono, Agus.2015.”Meneguhkan Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan


Nasional” dalam Jurnal Ilmiah CIVIS,Vol.V,No.1.(hlm.672-677)
From: http://journal.upgris.ac.id/index.php/civis/article/view/628/578

15

Anda mungkin juga menyukai