Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH RESUME

“MODEL HUBUNGAN ANTAR BERAGAM FAKTOR EKOLOGI,


SOSIAL, DAN BUDAYA (MODEL WENKAM DAN MODEL TEORI
ALUR)”
Untuk memenuhi tugas mata kuliah ekologi pangan dan gizi

Dosen Pengampu:
Sri Hapsari SP., S. Gz, M. Gizi

Disusun oleh :
Viona Rindiantika
192101108
Semester 5

PRODI S1 ILMU GIZI


Institut Teknologi Dan Kesehatan Malang (ITKM) Widya Cipta Husada
Jl. Jend. Sudirman (Sidotopo) No. 11 Kepanjen, Malang 65163
Email :stikes.wch@gmail.com
Tahun Akademik
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat, taufik serta hidayahnya sehingga makalah mata
kuliah dengan materi “Model Hubungan Antar Beragam Faktor
Ekologi,Sosial, dan Budaya (Model Wenkam dan Model Teori Alur)”
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dan disusun dalam rangka memenuhi tugas dan
tanggung jawab penulis kepada dosen pengampu mata kuliah.
Akhirnya, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan
taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua, dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Malang, 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah..........................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Model Wenkam ............................................................................................2
2.2 Model Teori Alur...........................................................................................4

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan........................................................................................................6
3.2 Saran...............................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


FAO yang telah banyak mengadakan penelitian menemukan
kenyataan bahwa hubungan antara berbagai macam faktor yang mempengaruhi
status gizi sangat komplek, namun efek dan masing-masing faktor tersebut
tidaldah sama untuk setiap masyarakat. Golongan miskin misalnya, memang
merupakan golongan yang paling berat menderita kekurangan pangan clan gizi,
karena memang tidak tersedianya bahan pangan secara cukup bagi mereka.
Namun demikian ditemukan pula berbagai faktor yang mempengaruhi status gizi,
antara lain besarnya jumlah anggota keluarga, status perkawinan, perceraian,
umur ibu waktu melahirkan, ketersediaan lahan, jangkauan terhadap pelayanan
sosial, biologis, kebudayaan dan lingkungan.
Seperti diketahui bahwa masalah gizi sebagai masalah yang sangat
komplek, karena cukup banyak faktor yang berpengaruh dan sang terkait antara
yang satu dengan yang lain. Perubahan dalam satu faktor akan merubah faktor-
faktor lain yang menentukan. Berbagai faktor yang menentukan masalah gizi
antara lain meliputi faktor pertanian, ekonomi, budaya, pola pangan, pembagian
makanan dalam keluarga, besar keluarga, daya terima, faktor fisiologi dan
pengolahan serta penyimpanan makanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud model wenkam ?
2. Bagaimana model teori alur ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui model wenkam.
2. Untuk mengetahui model teori alur.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Wenkam
Menurut Tan yang dikutip oleh Zahrulianingdyah, Sus Widayani,
Rodiyah dan Intan Zainafree (2009), pola konsumsi pangan sangat
dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, termasuk dalamnya pengetahuan
mengenai pangan, sikap terhadap pangan dan kebiasaan makan sehari-sehari.
Konsep dasar dalam pendekatan untuk mengetahui pola pangan suatu
masyarakat yang dikemukakan oleh Sanjur Diva yang dikutip oleh Suhardjo
(1989:24) ada empat model yaitu :
1. Model Multidimensional, menggambarkan bahwa kebiasaan makan adalah
fungsi dari konsumsi pangan, preferensi pangan, ideologi dan sosial
budaya.
2. Children’s food consumtion behavior model, didasarkan pada pengaruh
dua macam lingkungan utama, yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan
sekolah terhadap perilaku konsumsi anak-anak.
3. Model Welkam, menekankan pengaruh faktor ekologi terhadap kebiasaan
makan khususnya faktor fisik dan budaya yang tersedia.
4. Lewin’s motivational model, menjelaskan mengenai kebiasaan makan
sebagai unsur pemuasan kebutuhan sosial.

Gambar 1. Model Wenkam

2
Model Wenkam yang menjelaskan konsep terbentuknya kebiasaan makan.
Menurutnya ada 3 faktor yang mempengaruhi yaitu fisik, budaya, dan
lingkungan ekonomi.
a. Fisik; Beberapa hal yang mempengaruhi faktor fisik yaitu produksi
pangan, pengawetan pangan, distribusi pangan, persiapan proses
pengolahan pangan, dan budaya material.
b. Budaya; Faktor budaya berkaitan dengan status social, status fisik,
peranan upacara, etika, makanan, dan pembagian kerja.
c. Lingkungan ekonomi; Kondisi lingkungan ekonomi juga berpengaruh
besar terhadap kebiasaan makan, karena faktor ekonomi berkaitan
dengan kemudahan akses pangan dalam rumah tangga.

 Wenkam (dalam Suhardjo, 1989) menemukan sebuah model mengenai


berbagai macam faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan, yaitu
faktor ketersediaan fisik dan budaya yang meliputi produksi, pengawetan,
distribusi, persiapan, peralatan, status sosial, peranan sosial/upacara, etika
dan pembagian tugas. Contohnya Kebiasaan makan masyarakat yang
terkait dengan ketersediaan fisik dan budaya dari pangan, seperti model
rancangan Wenkam dalam Suharjo, 1989. dikatakan bahwa orang tidak
mungkin mengkonsumsi sesuatu bahan makanan, bila bahan makanan
tersebut tidak ditemui di daerah tersebut. Sementara pangan dapat
dianggap enak, berbahaya, tidak disukai, berharga, dan sebagainya karena
nilai budaya.
 Model Wenkam = Perspektif makro dengan pendekatan (Ekologi budaya)
saling pengaruh antara manusia & lingkungan, sehingga pola pangan yang
dikembangkan berdasarkan respons budaya terhadap keterbatasan
ketersediaan pangan. Model ini berdasarkan sudut pandang ketersediaan
pangan, yang tergantung pada : faktor obyektif (pengaruh fisik alam,
biologi, ipteks) dan faktor subyektif (keadaan budaya, sosial, psikologi).
 Gambar 2. Faktor Obyektif dan Faktor Subyektif

3
2.2 Model Teori Alur = Lewin’s Motivational Model = Chanel Theory =
Teori Saluran
Lewin’s motivational model (chanel theory= teori alur=teori
saluran), menjelaskan mengenai kebiasaan makan sebagai unsur pemuasan
kebutuhan sosial. Lewin menggunakan pendekatan dengan teori alur yaitu
nilai dasar yang menentukan masuknya makanan ke dalam suatu rumah
tangga adalah rasa, nilai sosial, manfaat bagi kesehatan dan harga.
 Asumsi pertama
Semua pangan yang dikonsumsi bergerak selangkah demi selangkah
melalui alur, yang sifat dan jumlahnya bervariasi antar budaya. Setiap alur
diawasi seseorang yang disebut sebagai gatekeepers

4
 Asumsi kedua
Terdapat beragam kekuatan yang menggerakkan pangan dalam alur,
dan ada juga kekuatan yang menghadang masuknya pangan dalam alur.
Kekuatan yang dapat mendorong dan menghadang atau 4 faktor/nilai yang
menentukan pilihan pangan adalah rasa, nilai sosial, manfaat bagi
kesehatan dan harga.

5
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Model Welkam, menekankan pengaruh faktor ekologi terhadap
kebiasaan makan khususnya faktor fisik dan budaya yang tersedia.
Wenkam (dalam Suhardjo, 1989) menemukan sebuah model mengenai
berbagai macam faktor yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan, yaitu
faktor ketersediaan fisik dan budaya yang meliputi produksi, pengawetan,
distribusi, persiapan, peralatan, status sosial, peranan sosial/upacara, etika
dan pembagian tugas. Contohnya Kebiasaan makan masyarakat yang
terkait dengan ketersediaan fisik dan budaya dari pangan, seperti model
rancangan Wenkam dalam Suharjo, 1989. dikatakan bahwa orang tidak
mungkin mengkonsumsi sesuatu bahan makanan, bila bahan makanan
tersebut tidak ditemui di daerah tersebut. Sementara pangan dapat
dianggap enak, berbahaya, tidak disukai, berharga, dan sebagainya karena
nilai budaya. Model ini berdasarkan sudut pandang ketersediaan pangan,
yang tergantung pada : faktor obyektif (pengaruh fisik alam, biologi,
ipteks) dan faktor subyektif (keadaan budaya, sosial, psikologi).
Lewin’s motivational model (chanel theory= teori alur=teori
saluran), menjelaskan mengenai kebiasaan makan sebagai unsur pemuasan
kebutuhan sosial. Lewin menggunakan pendekatan dengan teori alur yaitu
nilai dasar yang menentukan masuknya makanan ke dalam suatu rumah
tangga adalah rasa, nilai sosial, manfaat bagi kesehatan dan harga.

3.2 Saran
Saran dari para pembaca sangat diharapkan oleh penyusun makalah
sehingga dalam pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi dan
dapat lebih bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

6
DAFTAR PUSTAKA

Endang Lestari Hastutt).Pelembagaan Perilaku Pangan Dan Gizi. FAE. Vol.13


No. 2, 1995: 1- 16

Nur Susan Iriyanti Ibrahim.2020.Kebiasaan Makan dan Fungsi Sosial Makanan


bagi Masyarakat Wilayah Adat Mee Pagoo (Studi Pada Mahasiswa Kesehatan di
Wilayah Adat Mee Pagoo).Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan. Volume 7 Nomor
2 Juli-Desember 2020. p-ISSN: 2443-3519; e-ISSN: 2774-4020

Qoriah Saleha.2005.Kajian Pola Dan Kebiasaan Makan Masyarakat Cireundeu


Di Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi, Kabupaten Bandung (Study of
Food Habits of Cirendeu Society, in Leuwigajah – Cimahi,
Bandung).EPP.Vol.2.No.1.2005:22-28

Anda mungkin juga menyukai