Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENDAMPINGAN SOSIAL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI DAN


ANTROPOLOGI KESEHATAN

OLEH : KELOMPOK 10

1. A’AZZA ARIKATUN NABILA (25000119130123)

2. ADHISSA PUTRI RACHMANINGRUM (25000119130203)

3. DEWI PURNAMAWATI (25000119130117)

4. FAZA TALITHA SANY (25000119140287)

5. YULIA WAHYUNINGSIH (25000119130105)

S-1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2020
Daftar Isi

Cover

Daftar Isi...................................................................................................................................ii

A. Pengertian Pendamping...................................................................................................1

B. Peran pendamping............................................................................................................1

1. Peran Motivator..............................................................................................................1

2. Peran Fasilitator..............................................................................................................1

3. Peran Komunikator.........................................................................................................2

C. Prinsip Pendamping.........................................................................................................2

1. Prinsip Kawan Sebaya atau Kemitraan..........................................................................2

2. Prinsip Saling Asuh/asah/asih........................................................................................2

3. Prinsip Egaliter...............................................................................................................2

D. Metode Pendampingan.....................................................................................................2

1. Konsultasi.......................................................................................................................2

2. Pembelajaran..................................................................................................................2

3. Konseling........................................................................................................................3

E. Tugas dari Pendamping...................................................................................................3

F. Strategi Pendampingan Sosial.........................................................................................3

1. PRA (Participation Rural Appraisal)..............................................................................5

2. PAR (Participation Action Research).............................................................................5

G. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pendampingan Sosial........................................6

ii
1. Pendampingan Sosial Dalam Program Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas

Kampung Peduli di Kabupaten Temanggung................................................................7

2. Pendampingan Sosial Terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Mantan TKI di

Kabupaten Indramayu....................................................................................................7

3. Peran Pendamping Dalam Upaya Pemberdayaan Melalui Program Pendampingan

Keluarga Balita Gizi Buruk............................................................................................8

a. Pemungkinan atau Fasilitasi.....................................................................................8

b. Penguatan.................................................................................................................9

c. Perlindungan..........................................................................................................10

d. Pendukungan..........................................................................................................11

iii
A. Pengertian Pendamping

Pendampingan merupakan suatu interaksi dinamis antara pendamping dengan

masyarakat dalam menghadapi suatu permasalahan. Pendampingan lebih mengarah kepada

kebersamaan, sehingga tidak ada istilah atasan maupun bawahan. Pendampingan merupakan

bantuan dari pihak luar, baik individu maupun kelompok untuk memberikan kesadaran dalam

memecahkan permasalahan kelompok tersebut, agar nantinya kelompok tersebut dapat hidup

mandiri.1

B. Peran Pendamping

Pendampingan diperlukan ketika suatu kelompok tidak bisa mengatasi suatu

permasalahannya sendiri. Dikatakan mendampingi karena yang memecahkan masalah

bukanlah pendamping melainkan kelompok itu sendiri. Pendamping hanya membimbing

kelompok tersebut dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama dengan

memberikan alternatif-alternatif yang dapat diimplementasikan oleh masyarakat. Setelah

diberikan alternatif tersebut, kelompok tersebut dapat memilih alternatif penyelesaian masalah

yang sesuai. Setiap alternatif tersebut memiliki konsekuensinya masing-masing. Pendamping

hanya berperan dalam memberikan pencerahan berfikir yang didasarkan pada hubungan sebab

akibat yang logis. Dengan adanya pendampingan ini, diharapkan masyarakat dapat memilih

suatu alternatif penyelesaian masalah yang memiliki konsekuensi positif.2

Pendamping juga membangun suatu hubungan dengan masyarakat, yaitu hubungan

konsultatif dan hubungan partisipatif. Hubungan tersebut menjadikan pendamping memiliki

peran dalam melaksanakan fungsi pendampingan, yaitu :3

1. Peran motivator

Pendamping harus bisa menyadarkan dan memberikan dorongan terhadap suatu

kelompok dalam mengenali potensi dan masalah, sehingga kelompok tersebut dapat

mengembangkan potensinya untuk memecahkan permasalahan yang ada.

1
2. Peran fasilitator

Pendamping memberikan pengarahan tentang strategi untuk memecahkan masalah.

3. Peran komunikator

Pendamping memberikan informasi kepada masyarakat agar bisa dijadikan sebagai

alternatif pemecahan masalah.

C. Prinsip Pendamping2

1. Prinsip kawan sebaya atau kemitraan

Pendamping (fasilitator) memiliki fungsi bukan sebagai guru yang hanya memberikan

pengetahuan kepada masyarakat, tetapi menjadi kawan sebaya yang memiliki tingkat sejajar

dengan masyarakat sehingga dapat saling memberi dan menerima pengetahuan baru.

2. Prinsip saling asuh/asah/asih

Pendampingan berfungsi untuk mencapai tujuan bersama, hal ini tentu harus dilandasi

rasa saling menghormati, mengasihi, dan mengayomi sehingga menciptakan hubungan yang

baik antar pendamping dan masyarakat.

3. Prinsip Egaliter

Pendamping (fasilitator) juga merupakan bagian dari masyarakat, hal ini yang harus

ditekankan sehingga masyarakat merasa memiliki kesamaan dan tidak merasa sungkan.

D. Metode Pendampingan2

1. Konsultasi

Ketika masyarakat memiliki masalah dan membutuhkan sebuah solusi dari

permasalahan tersebut atau sekadar jawaban dari sebuah pertanyaan, saat itulah pendamping

dibutuhkan.

2. Pembelajaran

Pendamping (fasilitator) sebagian besar telah memiliki pengetahuan yang diperoleh

darimana ia berasal (contohnya perguruan tinggi) yang akan dibagikan kepada masyarakat.

2
Hal ini dimaksudkan agar masyarakat memperoleh pengetahuan tersebut dan mencapai tujuan

bersama.

3. Konseling

Pendampingan juga dapat dilakukan dengan cara menggali masalah yang dimiliki oleh

masyarakat. Jika ditemukan adanya masalah, maka pendamping dapat memberikan beberapa

alternatif solusi yang dapat diambil oleh masyarakat. Keputusan akhir tentang manakah solusi

yang akan diambil untuk menghadapi masalah tersebut diserahkan sepenuhnya kepada

masyarakat. Namun, pendamping dapat memberikan dorongan kepada masyarakat untuk

mengambil keputusan yang tepat.

Selain itu, konseling juga dapat berupa penggalian potensi yang dimiliki oleh

masyarakat. Potensi tersebut dapat dikembangkan dengan adanya pendampingan agar

apabila terdapat suatu masalah dapat diselesaikan bersama. Selanjutnya pengembangan

potensi tersebut dapat dilanjutkan oleh masyarakat untuk kehidupan yang lebih baik.

E. Tugas dari Pendamping 2

1) Mendorong masyarakat untuk mengikuti perkembangan cara berfikir dan perubahan

perilaku yang terjadi di dunia global

2) Membantu memecahkan masalah dan mecari alternatif solusi yang baik

3) Merencanakan kegiatan yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh

masyarakat

4) Mendorong masyarakat untuk melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan

5) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan yang sudah dilakukan

6) Mendorong terjadinya kerjasama antar masyarakat

F. Strategi Pendampingan Sosial

Strategi merupakan suatu rencana umum yang didalamnya terdapat panduan tentang

tindakan-tindakan utama yang bersifat menyeluruh dan jika terlaksana dengan baik akan

3
berpengaruh terhadap tercapainya tujuan jangka panjang. Dengan kata lain, strategi adalah

penentuan tentang bagaimana cara paling efektif yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

yang diinginkan.4 Jadi, strategi pendampingan sosial merupakan cara atau langkah-langkah

yang tepat agar suatu proses pendampingan sosial dapat berjalan dengan lancar dan sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan.2

Adapun beberapa strategi dalam pendampingan sosial adalah:

Pertama, mempelajari nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat.

Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai macam latar belakang budaya dan karakter yang

berbeda-beda. Perbedaan tersebut menjadikan seorang pendamping harus memahami dan

mengenali karakter masyarakat yang dituju agar dapat berinteraksi dengan baik dan tepat.

Selain itu, seorang pendamping juga harus mengenali nilai sosial yang berlaku dalam

masyarakat. Nilai-nilai tersebut meliputi perilaku, kepercayaan, anggapan, hingga gaya

bahasa yang tertanam dalam masyarakat. Masing-masing dari nilai tersebut harus dikuasai

ketika berada dalam masyarakat.4

Kedua, melakukan komunikasi dengan baik. Ada beberapa tingkatan komunikasi

dalam masyarakat, antara lain:2

1. Komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap

muka antara dua orang atau lebih.

2. Komunikasi massa, yaitu komunikasi yang dilakukan dengan media massa. Media

massa ini dapat berupa media elektronik, cetak, jejaring sosial, film, atau bahkan

berbagai kesenian, baik yang modern maupun tradisional.

3. Komunikasi publik, yaitu komunikasi yang dilakukan kepada orang banyak dan

bersifat mempengaruhi publik. Contoh dari komunikasi publik adalah kampanye.5

4
4. Komunikasi kelompok, yaitu komunikasi yang dilakukan secara tatap muka dalam

suatu perkumpulan dimana anggotanya saling berinteraksi satu sama lain. Contoh dari

komunikasi kelompok adalah Forum Group Discussion (FGD).

5. Komunikasi organisasi, yaitu komunikasi yang dilakukan secara internal.

Ketiga, mencari metode komunikasi yang tepat sesuai dengan objek komunikasi. Ada

tiga model, yaitu:2

1. Komunikasi jangka pendek. Komunikasi ini hanya berisi pengenalan.

2. Komunikasi jangka menengah. Komunikasi ini berisi proses tawar-menawar.

3. Komunikasi jangka panjang. Komunikasi ini berisi floating mass.

Selain ketiga model tersebut, ada juga model komunikasi yang menggunakan imbalan

seperti pemberian pangkat, harta, kedudukan, dan wibawa.

Keempat, yaitu counter culture terhadap mainstream yang dikemukakan oleh Antonio

Gramso. Konsep ini lebih dikenal dengan civil society atau pemberdayaan masyarakat oleh

masyarakat itu sendiri. Beberapa metode yang digunakan adalah:

1. PRA (Participation Rural Appraisal)

PRA adalah suatu metode pendekatan dalam pemberdayaan masyarakat yang mana

masyarakat itu ditekankan untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembangunan. Masyarakat

tidak hanya menjadi objek dalam pembangunan, tetapi juga sebagai pelaksana dan perencana

program pembangunan tersebut.2

Terdapat lima kegiatan pokok dalam PRA, yaitu:4

a. Penjajagan/pengenalan kebutuhan,

b. Perencanaan kegiatan,

c. Pengorganisasian/pelaksanaan kegiatan,

d. Pemantauan kegiatan,

e. Evaluasi kegiatan.

5
2. PAR (Participation Action Research)

PAR adalah metode penelitian yang melibatkan masyarakat untuk mengkaji suatu

masalah dan mendorong terjadinya aksi-aksi tertentu dalam rangka melakukan perubahan ke

arah yang lebih baik. Dalam metode PAR ini, peneliti dan masyarakat bekerja sama untuk

membahas kondisi masyarakat itu berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. Selain itu,

kegiatan PAR tidak hanya berhenti pada publikasi hasil riset. Namun, lebih mengutamakan

pada perubahan situasi dan kondisi masyarakat menjadi lebih baik.2

G. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pendampingan Sosial

Pemberdayaan Masyarakat merupakan keterlibatan masyarakat dalam merencanakan

dan menjalankan program secara bersama untuk mencari penyelesaian atas masalah yang ada

sesuai dengan kemampuan masyarakat tersebut. Pada proses pemberdayaan ini,masyarakat

sendiri yang menjalankan program atau dengan kata lain masyarakat sebagai pelaku dalam

kegiatan. Sedangkan pihak luar hanya sebagai penggerak, pendorong dan motivator dari

masyarakat itu sendiri untuk menunjang keberhasilan program.1

Pendampingan sosial merupakan interaksi antara masyarakat dengan pihak luar atau

pedamping yang meliputi fasilitator,pekerja sosial dan sebagainya yang membantu

masyarakat dalam proses pemberdayaan untuk menyelesaikan masalah sosial yang ada,selain

itu juga merupakan strategi bagi pemerintah ataupun lembaga non profit untuk meningkatkan

mutu dan kualitas Sumber Daya Manusia sehingga mampu mencari alternatif solusi dalam

memecahkan permasalahan.1

Keberhasilan pendampingan sosial apabila dapat merubah kondisi masyarakat dari

yang tidak berdaya dalam memenuhi kebutuhannya menjadi berdaya dalam memenuhi

kebutuhan secara mandiri. Adapun pendekatan dari pendampingan sosial itu sendiri dengan

menggunakan prinsip mencari segala sesuatu yang baik dan bermanfaat yang ada di

masyarakat dan lingkungan. Jadi mereka tidak menganggap bahwa masyarakat dan

6
lingkungannya itu sistem yang pasif. Akan tetapi,mereka menganggap bahwa masyarakat dan

lingkungannya merupakan sistem sosial yang memiliki potensi dan kebermanfaatan serta

kekuatan positif bagi penyelesaian masalah.1

Salah satu yang mendukung keberhasilan program pemberdayaan masyarakat yang

ada di Indonesia merupakan adanya pendampingan sosial. Hal tersebut dikarenakan,prinsip

pemberdayaan sosial menjadikan masyarakat sebagai pelaku yang bertindak dan pendamping

hanya mendampingi dan memfasilitasi . Adanya pendampingan sosial membuat masyarakat

mengetahui potensi yang dimilikinya, sehingga masyarakat dapat mengembangkan dan

mengelola segala sumber daya dengan kemampuan mereka.1

Beberapa contoh penelitian kualitatif yang menjelaskan kegiatan pendampingan masyarakat

di Indonesia :

1. Pendampingan Sosial Dalam Program Rehabilitasi Sosial Berbasis Komunitas

Kampung Peduli di Kabupaten Temanggung.1

Pendampingan sosial yang dilakukan dalam program ini adalah melakukan rehabilitasi

terhadap para penyandang disabilitas intelektual pada warga Temanggung dalam bentuk

komunitas yang diarahkan agar para penyandang disabilitas dapat mandiri dalam memenuhi

kebutuhan atau tidak bergantung pada orang lain. Oleh karena itu,pihak keluarga diarahkan

agar mampu mengembangkan keahlian atau kemampuan anak sesuai potensi dan kebutuhan.

Selain itu,pendampingan sosial juga dilakukan dengan memperhatikan kondisi dan

karakteristik penyandang disabilitas intelektual. Seperti kondisi sosial,ekonomi,dan

sebagainya.

Beberapa tugas pendamping sosial yang bisa dilakukan dalam program ini yaitu mulai

dari mensosialisasikan program kampung peduli terhadap masyarakat,memberikan

informasi,identifikasi masalah,pembentukan pengurus hingga menjalin kerja sama dengan

berbagai pihak dalam rangka pengembangan Kelompok Swadaya Masyarakat.

7
2. Pendampingan Sosial terhadap Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dan Mantan TKI

di Kabupaten Indramayu1

Hasil Penelitian Sutaat (2015) menunjukkan selain permasalahan TKI di negara

tujuan,terdapat juga berbagai masalah TKI di negara asal,yang tidak hanya masalah

ketenagakerjaan tetapi aspek-aspek sosial lainnya,seperti masalah keterlantaran

anak,perpecahan dalam keluarga,perceraian,kurangnya komunikasi dengan keluarga di daerah

asal, dan masalah-masalah hubungan sosial yang terganggu karena kepergian TKI ke luar

negeri.

Banyaknya permasalahan mengenai TKI yang bukan hanya masalah ketenagakerjaan

saja, membuat dibutuhkannya program pendampingan sosial Tenaga Kerja Indonesia

khususnya Tenaga Kerja Wanita Tenaga pendamping tersebut meliputi pegawai negri,tokoh

masyarakat,mantan TKI serta organisasi sosial yang berkaitan dengan penanganan masalah

TKI.

Adapun tujuan dari program pendampingan sosial ini yaitu :

a. Calon TKI mempunyai pengetahuan tentang Hak dan Kewajibannya. Sehingga

diharapkan tidak terjadi penipuan atau penyalahgunaan TKI illegal.

b. Menghindarkan calon TKI terhadap pemerasan dari petugas ataupun oknuk yang tidak

bertanggung jawab lainnya.

c. Menghindarkan TKI dari berbagai permasalahan yang muncul akibat ketidaksiapan TKI.

d. Calon TKI mendapatkan pelayanan yang baik dari pemerintah ataupun masyarakat.

3. Peran Pendamping Dalam Upaya Pemberdayaan melalui Program

Pendampingan Keluarga Balita Gizi Buruk6

Pendampingan gizi adalah kegiatan dalam rangka mendukung keluarga mencegah dan

mengatasi masalah gizi anggota keluarganya. Pendampingan dilakukan dengan cara

memberikan perhatian, menyampaikan pesan, memberi semangat, mengajak, memberikan

8
pemikiran/solusi, memberikan layanan/bantuan, memberi nasihat, dll. (Suharto) merumuskan

bahwa terdapat empat bidang tugas atau fungsi dalam proses pendampingan sosial yang

disingkat 4P, yaitu: pemungkinan (enabling) atau fasilitasi, penguatan (empowering),

perlindungan (protecting), dan pendukungan (supporting).

a. Pemungkinan atau Fasilitasi

Pemungkinan merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan

kesempatan bagi masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial yang berkaitan dengan fungsi ini

antara lain menjadi model (contoh), melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus

bersama, serta melakukan manajemen sumber.

Proses pendampingan sosial dalam keluarga mempunyai peluang yang cukup baik,

dikarenakan sebagian besar ibu balita merupakan ibu rumah tangga yang memiliki cukup

banyak waktu dalam mengasuh anaknya. Sehingga terdapat lebih banyak kesempatan bagi

pendamping dalam memberikan pengetahuan melalui contoh yang telah diberikan. Apabila

sudah terbangun suasana yang baik, maka permasalahan mengapa status gizi pada balita

kurang dapat langsung digali.

Meskipun pada kenyataannya keluarga dampingan lebih menyerahkan segala

sesuatunya kepada pendamping dalam upaya meningkatkan status gizi balita, tetapi dalam hal

ini ibu juga diikutsertakan untuk berpikir bersama untuk mencari solusi tepat yang nantinya

dapat diambil.

Pendamping berusaha agar pemanfaatan bantuan dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya

untuk keluarga dampingan bisa tepat sasaran yaitu untuk balitanya. Karena bantuannya

berupa makanan untuk meningkatkan status gizi balita, keluarga dampingan mengatakan di

sebuah wawancara bahwa bantuan yang diterima semuanya memang digunakan untuk

balitanya dan tidak dipakai untuk anggota keluarga lain.

9
b. Penguatan

Fungsi penguatan berhubungan dengan pendidikan dan pelatihan yang berguna untuk

memperkuat kapasitas masyarakat (capacity building). Tugas dan fungsi penguatan adalahh

membangun kesadran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, dan

menyelenggarakan pelatihan untuk masyarakat. Pendamping berperan aktif dalam

memberikan masukan positif serta dapat bertukar pikiran berdasarkan pengetahuan dan

pengalamannya.

Pendamping akan melakukan intervensi sesuai dengan kasus yang dialami oleh

masing-masing balitanya. Intertevensi dapat dilakukan melalui media alat peraga, mengajak

ibu untuk dapat mengelola uang belanja dengan baik sesuai kebutuhan perekonomiannya,

mengajak ibu untuk menyusun menu secara bersama yang dilanjutkan dengan mempraktikkan

menu tersebut.

Selain itu, dalam kegiatan pendampingan ini, ibu akan diajarkan oleh para

pendamping terkait cara membuat masakan yang tidak disukai anak menjadi makanan yang

disukai anak. Pendamping melakukan hal tersebut dengan cara mempraktikan resep tersebut

secara langsung dengan melibatkan ibu balita, tujuannya yaitu agar nantinya ibu tidak

mengalami kesulitan saat mempraktikannya sendiri. Selain itu, pendamping juga memberikan

pengetahuan dan pemahaman lain mengenai pemberian makan untuk balita, yaitu dengan

menambahkan sayur kepada anak untuk setiap kali makan.

Kebersihan juga diajarkan dalam kegiatan pendampingan ini, seperti cuci tangan

sebelum memasak, sebelum makan, dan memotong kuku seminggu sekali. Nantinya

pendamping akan membantu meningkatkan pemahaman ibu dengan memberikan poster cuci

tangan yang ditempel di dinding rumah.

10
Dalam pelaksanaannya ada beberapa hambatan dalam meningkatkan status kesehatan

masyarakat, contohnya apabila ibu balita belum memahami sepenuhnya pentingnya

meningkatkan konsumsi balita.

c. Perlindungan

Pada saat tertentu Dinas Kesehatan akan membutuhkan koordinasi dengan instansi

lain untuk menyarankan keluarga agar membawa balita ke puskesmas pada saat sakit.

Pengobatan ini tidak akan dikenakan biaya oleh puskesmas meskipun tidak mempunyai kartu

sehat. Namun puskesmas hanya akan melakukan pengobatan dasar saja. Saat ada balita yang

membutuhkan perawatan yang lebih intensif, maka pendamping akan melakukan koordinasi

dengan pihak puskesmas untuk mengeluarkan surat keterangan tidak mampu.

Pendamping memiliki peran yang sangat dibutuhkan dalam membantu mengurus surat

rujukan yang dibutuhkan untuk pengobatan balita dengan cara berkoordinasi melalui RT,

RW, atau kelurahan untuk dapat mengeluarkan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

Pendamping juga akan melakukan koordinasi dengan tingkat puskesmas dan pihak kecamatan

supaya pengurusan surat ini menjadi lebih mudah.

d. Pendukungan

Pendamping juga dituntut untuk mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai

dengan berbagai keterampilan dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelola dinamika

kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, dan mencari serta mengatur sumber

dana.

11
Daftar Pustaka

1. Maryani D, Nainggolan RRE. Pemberdayaan Masyarakat [Internet]. Sleman; 2019.

182–183 p. Available from: https://books.google.co.id/books?

id=67nHDwAAQBAJ&pg=PA182&dq=pendampingan+sosial&hl=id&sa=X&ved=0a

hUKEwiY9Y27mufnAhUxzDgGHfVdBA4Q6AEINjAD#v=onepage&q=pendampinga

n sosial&f=false

2. Cahyo K, Husodo BT, Indraswari R, Handayani N, Rianti E, Istiarti VT. Buku Ajar

Sosio Antropologi Kesehatan. Semarang: FKM Undip Press; 2019.

3. Zubaedi. Pengembangan Masyarakat: Wacana dan Praktik [Internet]. Jakarta: Kencana;

2016. 64 p. Available from: https://books.google.co.id/books?

id=L8u2DwAAQBAJ&pg=PA64&dq=peran+pendamping+sosial&hl=id&sa=X&ved=

0ahUKEwjd9PDTsuvnAhWaxzgGHQNQChQQ6AEINjAC#v=onepage&q=peran

pendamping sosial&f=false

4. Sulaeman ES. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press; 2012.

5. Panuju R. Pengantar Studi Ilmu Komunikasi Komunikasi sebagai Kegiatan

Komunikasi sebagai Ilmu [Internet]. Jakarta: Kencana; 2018. Available from:

https://books.google.co.id/books?

id=fDa2DwAAQBAJ&pg=PA86&dq=komunikasi+publik+adalah&hl=id&sa=X&ved

=0ahUKEwiz_rvk7OvnAhWq4zgGHR_vA1AQ6AEIQTAD#v=onepage&q=komunik

asi publik adalah&f=false

6. Siswanti AD, Muadi S, Chawa AF. Peran Pendampingan Dalam Program

Pemberdayaan Masyarakat ( Studi Pada Program Pendampingan Keluarga Balita Gizi

Buruk di Kecamatan Semampir Kota Surabaya ). Wacana. 2016;19(3):128–37.

12

Anda mungkin juga menyukai