Anda di halaman 1dari 11

Nama : Christian Van Berth Siregar

NIM : 12030116130128

Kelompok: I

No. Kursi :

Kelas :H

Mata Kuliah: Akuntansi Manajemen

SUMMARY

BAB 10

DESENTRALISASI: PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN, PENILAIAN KINERJA DAN


HARGA TRANSFER

1. Mengapa perusahaan memilih untuk melakukan desentralisasi?


Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan
kebijakan kepada manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu
struktur organisasi. Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang
memilih serta menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta
meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi. Dapat disimpulkan bahwa
Desentralisasi Organisasi adalah Sebuah organisasi yang terdesentralisasi (decentralized
organization), wewenang pengambilan keputusannya tidak diserahkan pada beberapa
orang eksekutif puncak, melainkan disebarkan diseluruh organisasi.
Untuk meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, banyak
perusahaan memilih untuk desentralisasi. perusahaan tersebut
melakukan desentralisasi karena paramanajer lokal mampu membuat
keputusan yang lebih baik berdasarkan informasi lokal. Manajer lokal
juga mampu memberikan yang tanggapan tepat waktu untuk kondisi-
kondisi yang berubah. Dalam kondisi terdesentralisasi, para manajer
memiliki peran yang lebih besar dalam pembuatan keputusan dan
pengimplementasiannya, serta menjadikan manajemen lebih
bertanggung jawab terhadap aktivitas unit kerja yang dipimpin.
Adanya desentralisasi ini akan menyebabkan para manajer yang
dikenai limpahan wewenang membutuhkan informasi yang
berkualitas serta relevan untuk mendukung kualitas keputusannya.
Selain itu, desentralisasi untuk perusahaan besar digunakan untuk
perusahaan besar diperlukan karena keterbatasan kognitif
karenatidak mungkin ada orang yang dapat memahami secara utuh
setiap pasar dan produk.Alasan lainnya adalah sebagai wadah untuk
melatih dan memotivasi manajer lokal dan membebaskan
manajemen puncak dari masalah-masalah operasional sehari-hari
sehingga mereka dapat menggunakan waktunya untuk memikirkan
hal-hal yang bersifat jangka panjang seperti perencanaan strategis.

2. Mengapa perusahaan perlu melakukan pengukuran kinerja?

Penilaian kinerja merupakan sebuah evaluasi yang dilakukan untuk menilai


kinerja karyawan dan juga untuk memahami kemampuan para karyawan. Hal ini
dilakukan untuk bisa mengembangkan karir lebih lanjut bagi para karyawan yang
bersangkutan.Kata lainnya adalah penilaian kerja ini dilakukan untuk menilai dan
juga digunakan untuk mengevaluasi kemampuan, keterampilan, menilai pencapaian,
dan juga menilai kembali pertumbuhan pada setiap karyawan. Biasanya yang
menggunakan sistem penilaian kinerja ini dilakukan oleh pihak – pihak perusahaan.
Dengan danya penilaian kinerja ini juga bisa dilakukan untuk membuat struktur gaji
untuk para karyawanny, meningkatkan nilai gaji, membuat sebuah promosi,
pemberian bonus bagi karyawan yang menunjukan kinerja yang baik, dan bahkan bisa
juga digunakan untuk penurunan jabatan. Jika penilaian kinerja ini dilakukan dengan
baik maka bisa digunakan untuk meningkatkan loyalitas dan motivasi bagi para
karyawan. Penilaian kinerja karyawanan ini tentu akan menguntungkan bagi kedua
belah pihak, baik untuk pihak perusahan maupun pihak pekerja.

Kenapa penilaian kinerja ini perlu dilakukan? Sebagai pihak perusahaan adanya
penilaian kerja ini memang sangat menguntungkan sehingga bisa memperkirakan
kelanjutan mengenai bisnis yang dilakukan maupun kelanjutkan karyawan yang
bergabung dengan perusahaan tersebut. Inilah beberapa tujuan adanya penilaian
kinerja :

a. Penilaian kinerja digunakan sebagai salah satu pedoman untuk mentukan kompensasi,
kenaikan gaji, promosi, dan bahkan bisa digunakan untuk menentukan sturktur gaji.

b. Bisa dijadikan sebagai salah satu cara untuk mengidentifikasi kekuatan dan juga
kelemahan setiap karyawan untuk menentukan posisi pekerjaan yang paling tepat.

c. Penilaian kinerja ini juga bisa digunakan untuk mengukur kemampuan potensial yang
sebenarnya dimiliki oleh para karyawanannya.

d. Bisa dijadikan sebagai feedback ataupun umpan balik kepada para karyawanannya
mengenai kinerja yang telah dilakukan.

e. Bisa dijadikan sebagai kebiasaan para karyawanan.

f. Adanya penilaian kinerja ini juga bisa dilakukan untuk memberikan progam – progam
pelatian kepada karyawan.
Itulah beberapa tujuan yang ingin dicapai perusahaan dari adanya penilaian kinerja
karyawanan.Bagi beberapa perusahaan yang ingin mulai menerapkan sistem penilaian
kinerja ini, sekarang bisa memperhatikan tahapan – tahapannya.Tentu membuat
penilaian kinerja ini tidak bisa sembarangan

3. Mengapa perusahaan menggunakan variable costing dalam pengukuran kinerja?

Variabel costing atau harga pokok variabel adalah merupakan salah satu metode
dalam penentuan harga pokok produksi yang membebankan unsur biaya produksi
yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Menurut metode dari variabel costing, untuk bisa menentukan harga pokok produk
terdiri dari:
– Biaya bahan baku
– Biaya tenaga kerja secara langsung
– Biaya overhead pabrik secara variabel
– Harga pokok produk
Jika dari salah satu di atas tidak ada, maka Anda tidak bisa menentukan besaran
variabel costing.
Tujuan dari variabel costing atau penentuan harga pokok adalah untuk
memenuhi kepada pihak manajemen dalam mendapatkan informasi yang memiliki
orientasi dalam pengambilan keputusan jangka pendek, yaitu:
a. Pihak manajemen bisa mengetahui batas kontribusi yang berguna untuk
menentukan rencana besarnya laba melalui analisa hubungan biaya-volume-laba dan
untuk keputusan bagi pihak manajemen dalam pengambilan kebijaksanaan jangka
pendek.
b. Pihak manajemen menjadi dimudahkan dalam mengendalikan kondisi operasional
yang sedang berjalan, menetapkan penilaian dan melakukan pertanggungjawaban
terhadap departemen lainnya dalam suatu perusahaan.

Kelebihan Variabel Costing


Perlu diketahui bahwa variabel costing memiliki kelebihan yang perlu Anda ketahui,
berikut daftarnya:
a. Membantu dalam mengendalikan biaya
Dengan menggunakan variabel costing, pihak manajemen bisa memisahkan biaya
tetap dari laporan raba rugi sehingga pihak manajemen bisa bisa fokus pada perilaku
biaya tetap ini.
b. Membantu pengambilan keputusan jangka pendek
Dengan menggunakan variabel costing, pihak manajemen bisa menentukan
pengambilan keputusan, misal jika ada pesanan khusus maka harganya sudah bisa
ditentukan lewat variabel costing.
c. Membantu perencanaan penentuan laba jangka pendek
Pihak manajemen memerlukan informasi mengenai biaya yang sudah dipisahkan
menurut perilaku dan menurut perubahan volume produksi untuk menentukan laba
jangka pendek.

Kekurangan Variabel Costing


Dibalik semua kelebihan yang dimiliki oleh variabel costing, ternyata ada
kekurangan yang dimilikinya, berikut daftarnya:
a. Jarang sekali menemukan biaya benar-benar memiliki sifat variabel atau tetap,
sehingga untuk menerapkan variabel costing secara penuh akan sulit dilakukan.
b. Penggunaan metode ini dianggap tidak sesuai dengan kaidah akuntansi, sehingga
walaupun manajemen melakukan implementasi variabel costing untuk keperluan
internal perusahaan, manajemen tetap harus membuat pelaporan keuangan laba rugi
untuk keperluan eksternal.
c. Penerapan variabel costing hanya cocok untuk perusahaan yang penentuan labanya
berdasarkan volume penjualan, sehingga bagi perusahaan yang memiliki produk
bersifat musiman tidak akan cocok, jika tetap memaksa menggunakan variabel
costing, maka perusahaan tersebut malah akan menderita kerugian yang besar.
d. Penerapan variabel costing membuat kesulitan dalam memisahkan antara biaya
tetap dan biaya variabel.

4. Mengapa perusahaan menggunakan Absorption costing dalam pengukuran kinerja?


Absorption Costing ( Full Costing) adalah metode pembiayaan inventori dimana
semua biaya variabel dan biaya fixed manufaktur dimasukkan sebagai biaya inventori.
Inventori ‘menyerap’ (absorb) semua biaya manufaktur. Metode ini membuat laporan
laba rugi berdasarkan format gross margin.

Absorption costing digunakan untuk pelaporan eksternal di banyak negara. Namun,


banyak perusahaan yang menggunakan variable costing untuk keperluan internal
untuk mengurangi insentif yang tidak diharapkan dengan mem ‘build up’ inventori
yang dapat dilakukan melalui absorption costing. Absorption costing
memungkinkan manajer untuk meningkatkan laba operasi pada periode tertentu
dengaan meningkatkan produktivitas – bahkan meskipun tidak ada permintaan
konsumen untuk tambahan produksi! Salah satu motivasi tindakan ini adalah bonus
manajer yang berdasarkan laba operasi yang dilaporkan dengan metode absorption
costing.

Saran untuk menghindari hal ini yaitu:


a. Perencanaan dan anggaran inventory yang hati-hati untuk mengurangi
kebebasan manajemen dalam memproduksi inventori.
b. Mengubah sistem akuntansi yaitu dengan menggunakan variable costing untuk
keperluan internal.
c. Mengubah periode yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja.
d. Memasukkan variable non finansial dalam mengukur kinerja.

Kelemahan dan Kelebihan Metode Full Costing

Ada beberapa kelemahan dan kelebihan yang anda dapatkan jika


menggunakan metode full costing. Untuk kelebihannya sendiri bisa
anda simak sebagai berikut :

a. Menampilkan biaya overhead sesungguhnya sebab mengandung


dua jenis biaya overhead yakni tetap dan variable
b. Metode ini mampu menunda pembebanan biaya overhead saat
produk belum laku terjual
c. Pembebanan biaya overhead atas barang yang belum laku bisa
dialihkan untuk mengurangi atau menambah harga pokok dalam
persediaan anda.

Selain keunggulan diatas ternyata metode full costing juga punya


beberapa kelemahan. Metode full costing membuat harga jual anda
menjadi lebih tinggi ketimbang memakai variable costing. Pasalnya
metode full costing menganggap konsumen rela membayar
berapapun harga barang tersebut. Metode ini cocok untuk
perusahaan yang memang menyediakan bahan pokok masyarakat.

5. Mengapa hubungan antara Variable Costing dengan Absorbtion Costing ( Full Costing)
dapat mempengaruhi hubungan antara Produksi dan Penjualan?

Kedua metode penentuan ini dipakai untuk menentukan harga


pokok produksi. Tentu ada perbedaan mendasar dari  kedua
metode ini diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan Harga Pokok Produksi Yang berbeda


Menurut perhitungannya kedua metode ini sama-sama
mengikutsertakan bahan baku, beban tenaga kerja langsung dan
beban overhead pabrik. Perbedaannya untuk metode full costing
menggunakan beban overhead pabrik tetap dan variable
sedangkan variable costing hanya mengikutsertakan beban
overhead variable saja.  Beban overhead pabrik sendiri merupakan
biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan baku dan beban
tenaga kerja langsung.

Menurut perilakunya ada dua golongan beban overhead pabrik


yakni overhead pabrik tetap dan variable. Beban overhead pabrik
tetap ialah biaya yang tidak berubah meskipun terjadi perubahan
dalam volume produksi. Contoh dari beban overhead pabrik tetap
ini ialah beban depresiasi mesin. Beban overhead pabrik variable
ialah biaya overhead pabrik  yang berubah sebanding dengan
volume kegiatannya. Salah satu contoh beban overhead pabrik
variable ialah  beban untuk packaging produk, bahan yang melekat
langsung pada produk namun hanya sepersekian persen saja
digunakan dalam produk.

b. Pelaporannya Pada Laporan Laba Rugi

Dari segi pelaporannya juga berbeda antara metode full costing


dan variable costing. Jika menggunakan metode full costing biaya
overhead akan dilaporkan jika produk sudah terjual. Untuk metode
variable costing baik produk terjual atau tidak maka biaya
overhead akan tetap dilaporkan sehingga pos pendapatan
perusahaan akan berkurang.

c. Perlakukan Biaya Periode

Dalam metode full costing biaya periode dianggap sebagai biaya


yang tidak berhubungan dengan biaya produksi namun tetap
mengurangi laba perusahaan. Biaya periode menurut metode
variable costing ikut dibebankan dalam produksi.

6. Mengapa perusahaan menggunakan ROI dalam mengukur kinerja Pusat investasi?


Analisis Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan mempunyai arti
yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat
menyeluruh (komprehensif). ROI itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio
profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan
keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya
dalam menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan
keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan (net operating income) dengan
jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi
tersebut (net operating assets).
Pusat  investasi adalah pusat pertarggungjawaban yang manajernya
bertanggung jawab terhadap pendapatan, biaya, dan investasi yang terjadi pada pusat
pertanggungjawaban tersebut. Prestasi manajer pusat investasi diukur atas dasar laba
yang dihasilkan dibandingkan  dengan  aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
laba tersebut.

            Laba operasi (operating income) mengacu pada laba sebelum bunga dan pajak.


Aktivitas operasi (operating assets) adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan laba operasi, termasuk kas, piutang, persediaan, tanah, gedung, dan
peralatan. Gambaran aktiva operasi rata-rata dihitung sebagai berikut.

Aktiva operasi rata-rata = (Nilai buku bersih awal + Nilai buku bersih akhir) / 2
                         
 
Banyak pendapat mengenai bagaimana seharusnya aktiva jangka panjang (pabrik dan
peralatan) dinilai (sebagai contoh, nilai buku kotor versus nilai buku bersih atau biaya
historis dan nilai buku bersih. Tidak ada satu cara yang selalu lebih tepat dari cara
lainnya dalam perhitungan ROI. Hal yang penting adalah memastikan satu metode
diterapkan secara konsisten sepanjang waktu. Hal ini memungkinkan perusahaan
untuk membandingkan ROI antar berbagai divisi sepanjang waktu.
            Cara kedua untuk menghitung ROI adalah memisahkan rumusnya (Laba
operasi/Aktiva operasi rata-rata) dalam margin dan perputaran.

                  ROI     = Margin x Perputaran


                             = Laba Operasi / Penjualan x Penjualan / Aktiva Operasi Rata-Rata
 
Perhatikan bahwa “Penjualan” dalam rumus di atas bisa dihapuskan untuk
menghasilkan rumus ROI yang awal, yaitu Laba operasi/Aktiva operasi rata-
rata.  Margin  adalah rasio dari laba operasi terhadap penjualan. Hal ini menunjukkan
jumlah laba operasi yang dihasilkan dari setiap dolar penjualan. Hal ini menyatakan
bagian dari penjualan yang tersedia untuk bunga, pajak, dan laba.
Perputaran (turnover) adalah suatu ukuran lain yang dihitung dengan membagi
pendapatan penjualan dengan aktiva operasi rata-rata. Perputaran menunjukkan
jumlah penjualan yang dihasilkan dari setiap dolar yang diinvestasikan dalam aktivitas
operasi. Hal ini menunjukkan produktivitas aktiva yang digunakan untuk
menghasilkan penjualan.
Perhitungan dengan kedua metode ROI diatas menyatakan bahwa semakin
tinggi rasio maka semakin baik keadaan perusahaan. Tingkat Return On
Investment (ROI)  dapat  diketahui baik atau tidaknya ketika setelah diperbandingkan
dengan rasio rata-rata industri.

Kelebihan dan Kekurangan ROI


Kelebihan-kelebihan  Return On Investment (ROI) sebagai berikut:
1.      Mendorong manajer  untuk memusatkan perhatian pada hubungan antara
penjualan, biaya, dan investasi.
2.      Mendorong efisiensi biaya.
3.      Mengurangi investasi yang berlebihan pada aktiva operasi.
Kelemahan-kelemahan Return On Investment (ROI):
1.      Mencegah manajer untuk berinvestasi dalam proyek yang menurunkan ROI
divisi, meskipun investasi tersebut dapat meningkatkan kemampuan laba perusahaan
secara keseluruhan.
2.      Mendorong manajer memusatkan perhatian pada kegiatan jangka pendek untuk
biaya berjangka panjang.

7. Mengapa Pusat Investasi menggunakan Residual income / Economic Value Added


(EVA) dalam pengukuran kinerja?
Istilah EVA pertama kali dipopulerkan oleh G. Benet Stewart dan Joel M.
Stern. EVA merupakan suatu metode untuk menentukan apakah perusahaan telah
menciptakan nilai ekonomis yang diatas atau dibawah dari biaya modal yang dimiliki
perusahaan dalam pengoperasian kekayaan yang dimilikinya. Dalam hal investasi,
EVA mampu mendorong manajer berpikir dan bertindak yaitu memilih investasi yang
memaksimumkan pengembalian dengan biaya modal yang minimum sehingga nilai
perusahaan bisa ditingkatkan (misalnya para pemegang saham). Selain itu, factor
biaya modal yang terdapat dalam EVA mendorong manajer untuk berhati-hati dalam
menentukan kebijakan struktur modal perusahaannya.
EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal
tahunan. Jika EVA positif, berarti perusahaan sedang menghasilkan kekayaan. Jika
negatif, maka perusahaan sedang menghancurkan modal. EVA adalah metode untuk
mengukur kinerja atau prestasi manajer pusat investasi, yang merupakan selisih antara
Laba Operasi Setelah Pajak dengan Rata-Rata Tertimbang biaya Modal dari Modal
Total yang digunakan.
Rumus perhitungan EVA adalah:

EVA = Laba operasi setelah pajak – (rata-rata tertimbang biaya modal x total modal
yang dipakai)

Kelebihan Residual Income :

1. Manajer pusat investasi cenderung menerima investasi yang menurut ROI tidak
menguntungkan ROI sehingga tidak diterima walaupun secara perusahaan
keseluruhan menguntungkan.

2. Memungkinkan penggunaan Cost of Capital yang berbeda-beda pada jenis aktiva.

Kelemahan Residual Income :


1. Seperti halnya ROI, Residual Income mendorong hanya pencapaian jangka
pendek, tanpa memperhatikan pencapaian jangka panjang.
2. Seperti halnya ROI, residual income sebagai pengukur kinerja pusat laba sangat
dipengaruhi oleh metode aktiva tetap. Karena biasanya penghitungan residual
income didasarkan atas laba bersih menurut akuntansi (yang biasanya depresiasi
yang dipehitungkan sebagai biaya  dihitung dengan menggunakan metode garis
lurus), maka kinerja manajer tidak dapat dicerminkan dengan residual income.
3. Tidak seperti halnya dengan kembalian investasi yang berupa ratio atau
persentase, residual income berupa angka absolute, yang tidak dapat digunakan
untuk membandingkan kemampuan sebagai pusat laba dalam menghasilkan laba.
Perbandingan secara langsung kinerja dua pusat laba tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan residual income jika dua pusat laba tersebut memiliki rata-rata aktiva
yang berbeda

8. Mengapa ada Harga Transfer di dalam perusahaan yang melakukan Desentralisasi?

Dalam sebuah perusahaan yang terdesentraslisasi sering terjadi bahwa keluaran dari
sebuah divisiakan digunakan sebagai masukan bagi divisi lain. Persoalan yang muncul
adalah, bagaimanakah menentukan nilai keluaran yang ditransfer antar divisi dalam
satu perusahaan tersebut?
Harga  transfer mengukur nilai produk yang diserahkan oleh pusat laba kepada pusat
pertanggungjawaban/pusat laba lain dalam sebuah perusahaan. Harga transfer
ditetapkan untuk produk-produk antara.
Harga Transfer adalah harga jual atau biaya yang akan dipakai dalam pertukaran antar
devisi penjual dan divisi pembeli.  Bagi divisi penjual/pemasok, harga transfer
tersebut akan merupakan pendapatan dan bagi divisi pembeli harga transfer tersebut
akan merupakan biaya. Oleh karena itu harga transfer akan mempengaruhi laba baik
bagi divisi penjual maupun divisi pembeli.
Sistem penentuan harga transfer harus memenuhi 3 (tiga) tujuan berikut ini:
1. Evaluasi prestasi divisi secara akurat, yang berarti tidak satupun manajer divisi
yang memperoleh keuntungan dengan mengorbankan manajer divisi lain.
2. Keselarasan tujuan antara divisi dan perusahaan,. Dalam arti bahwa manajer
divisi mengambil keputusan yang akan memaksimumkan laba perusahaan dengan
memaksimumkan laba divisinya.
3. Tetap terjaganya otonomi divisi, dalam arti tidak ada campur tangan
manajemen puncak terhadap kebebasan manajer divisi dalam pengambilan keputusan.
Karena setiap divisi yang dibentuk oleh perusahaan diukur kinerjanya berdasarkan
pada laba yang diperoleh oleh masing-masing divisi yang bersangkutan, maka dalam
penentuan harga transfer terdapat dua masalah yang harus dirundingkan:

9. Mengapa dalam penentuan harga transfer dilakukan atas dasar biaya dan atas dasar
harga pasar?
1). Penentuan harga transfer atas dasar biaya
Dalam penentuan harga transfer ini, harga jual barang yang ditransfer antar divisi
didasarkan pada biaya penuh produk yang ditransfer. Biaya penuh yang dipakai
sebagai penentuan harga transfer dapat dipilih dari dua macam biaya :biaya penuh
sesungguhnya atau biaya penuh standar.

Jika biaya penuh sesungguhnya dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer,
kemungkinan yang dapat timbul adalah divisi pembeli akan dibebanidengan ketidak
efisienan yang terjadi di divisi penjual

Jika biaya penuh standar dipakai sebagai besar penentuan harga transfer,divisi
pembeli tidak dibebani dengan kemungkinan terjadinya ketidakefisienan di divisi
penjual, karena biayaa penuh standar mencerminkan operasi terbaikdengan biaya
yang seharusnya di divisi penjual.

2) penentuan harga transfer atas dasar harga pasarJika produk yang ditransfer antar
divisi di dalam perusahaan mempunyai hargapasar, pada umumnya harga pasar
tersebut merupakan dasar yang adil terutamadipandang dari sudut pengukuran kinerja.
Harga pasar tersebut merupakan hargakesempatan (opportunity cost) baik bagi divisi
penjual maupun divisi pembeli. Bagidivisi penjual, harga pasar merupakan
penghasilan yang akan dikorbankan didalam transfer produk kepada divisi pembeli,
sedangkan pada divisi pembeliharga pasar tersebut merupakan biaya yang seharusnya
dikeluarkan jika produktersebut dibeli dari pihak luar

10. Mengapa perusahaan menggunakan Harga transfer negosiasi dalam menentukan harga
transfer?

Dalam beberapa organisasi memperkenankan divisi penjual dan divisi pembeli


untuk menegosiasikan harga transfer. Hal ini terjadi karena bahwa pasar dengan
persaingan sempurna jarang ada. Harga transfer negosiasi  mencerminkan perspektif
kontrolabilitas yang inheren dalam pusat-pusat pertanggung-jawaban, karena setiap
divisi akhirnya bertanggungjawab atas harga transfer yang dinegosiasikannya.
Harga transfer negosiasi seharusnya ditetapkan tidak lebih murah dari biaya variable 
dan tidak lebih mahal dibandingkan dengan harga pasar (apabila ada). Harga transfer
negosiasi biasanya dipengaruhi oleh apakah biaya tetap sudah tertutupi atau belum,
apakah divisi penjual beroprasi pada kapasitas penuh atau tidak, dan seberapa kuat
daya tawar menawar divisi penjual dan divisi pembeli.
Kelemahan Harga Transfer Negosiasi:
a. Manajer divisi tertentu dapat mengambil manfaat dari manajer divisi lain, sehingga
manajer divisi lain tersebut dapat dirugikan. Hal ini terjadi apabila manajer tertentu
mempunyai informasi pribadi yang lebih lengkap dibandingkan informasi yang
dimiliki manajer divisi lain.
b. Ukuran kinerja bisa terdistorsi oleh kecakapan negosiasi manajer-manajer tertentu.
c. Negosiasi memungkinkan memakan banyak waktu, tenaga dan biaya.

Keunggulan Harga Transfer Negosiasi:


Terlepas dari kelemahan  yang dimilikinya, harga transfer negosiasi menawarkan
harapan untuk mencapai tiga tujuan penentuan harga transfer, yaitu:
a. Evaluasi prestasi divisi secara akurat
b. Keselarasan tujuan antara divisi dan perusahaan secara keseluruhan
c. Tetap terjaganya otonomi divisi.

Anda mungkin juga menyukai