yang diukur kinerjanya atas dasar laba yang diperoleh Pusat pertanggungjawaban dapat berbentuk divisi maupun organisasi fungsional. Divisionalisasi Divisionalisasi adalah kegiatan fungsional yang dilaksanakan oleh unit kerja dalam lingkup satu organisasi sendiri. Divisionalisasi merupakan pendelegasian otoritas kerja yang lebih besar kepada manajer operasional. Beberapa pertimbangan tentang bentuk organisasi antara lain sbb: ◦ Semua perusahaan diatur menurut fungsinya pada beberapa tingkatan ◦ Perbedaan antara organisasi fungsional dan organisasi divisi adalah satu rangkaian ◦ Wewenang penuh untuk menghasilkan laba tidak bisa didelegasikan secara penuh ke satu unit usaha Delegasi wewenang
Pertanggungjawaban dapat didelegasikan ke
bawah asalkan informasi yang relevan tersedia. Keuntungan delegasi wewenang: 1. Pengambilan keputusan lebih cepat 2. Adanya informasi yang khas tentang aktivitas tertentu yang hanya diketahui oleh pihak tertentu 3. Pengambilan keputusan biasanya tidak dilakukan atas dasar analisis data yang tepat Kondisi untuk mendelegasikan tanggungjawab laba
Kondisi yang harus dipenuhi untuk
melimpahkan wewenang kepada manajer tingkat yang lebih rendah adalah: Manajer harus memiliki informasi yang relevan untuk membuat keputusan Hendaknya ada cara untuk mengukur seberapa efektifnya seorang manajer membuat keputusan Keuntungan divisionalisasi Kecepatan dalam pengambilan keputusan operasional Kualitas keputusan dapat lebih ditingkatkan Manajemen kantor pusat akan lebih konsentrasi pada aktivitas yang lebih tinggi karena tidak mengambil keputusan sehari-hari Kesadaran akan laba dapat diingkatkan Aspek pengukuran prestasi kerja dapat diperluas Manajer lini dapat lebih bebas berinisiatif/berimajinasi Dapat menjadi tempat berlatih bagi para manajer krn divisi mrpk org yg independen Dalam hal dilakuakn diversifikasi produk, maka divisi dapat digunakan untuk pengkhususn bakat dan pengalaman berbagai situasi. Dapat dipakai oleh manajmene puncak untuk mengetahui informasi menyeluruh ttg komponen laba Kendala/keterbatsan dalam wewenang divisi
Keterbatasan yang disebabkan oleh unit usaha lain
Masalah yang timbul adanya divisionalisasi adalah jika terjadi transaksi dengan divisi lain dalam perusahaan, maka manajer puncak harus memutuskan produk apa yang akan dibuat dan dijual, cara pembuatannya, dan keputusan pemasaran, sehingga tidak sulit bagi divisi untuk membebankan laba Keterbatasan dari manajemen puncak Kendala yang diakibatkan oleh manajemen puncak disebabkan oleh 3 hal, yaitu ◦ Pertimbangan strategi ◦ Adanya keharusan penyeragaman sistem ◦ Desentralisasi lebih menguntungkan secara ekonomis Alternatif untuk penerapan divisionalisasi
Ada 4 alternatif yang dapat dipilih
perusahaan utk melakukan divisionalisasi scr tdk terlalu drastis dan biaya relatif murah, yaitu: 1. Pemisahan pertanggungjawaban eksekutif 2. Desentralisasi pertanggungjawaban fungsional 3. Memperkuat tenaga staf 4. Desentralisasi kegiatan-kegiatan kecil Pusat Laba Lainnya Berikut ini pusat laba selain yang berbentuk divisi: Unit-unit fungsional Pada perusahaan yang besar biasanya dibagi-bagi dalam unit usaha tertentu. Unit usaha terbagi dalam beberapa sub unit. Unit fungsional dapat diperlakukan sebagai pusat laba. Unit organisasi fungsional yang biasanya dijadikan pusat laba adalah unit organisasi pemasaran dan unit organisasi produksi serta unit pendukung dan jasa. Organisasi pelayanan jasa misalnya perusahaan konsultan, akuntan, arsitek, dll Organisasi Lainnya Cabang perusahaan yang bertanggungjawab terhadap pemasaran produk dan berbeda tempat dengan induk perusahaan maka secara alamiah merupakan pusat laba. Pengukuran kinerja pusat laba
Ada 2 cara pengukuran tingkat profitabilitas pusat
laba, yaitu: Mengukur kinerja manajemen Untuk mengetahui seberapa baik seorang manajer dalam memimpin pusat pertanggungjawaban, sehingga prestasi manajer diukur sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya. Pengukuran ini biasanya dipakai untuk perencanaan, koordinasi, dan pengawasan aktivitas harian pusat laba. Mengukur kinerja ekonomi Yaitu mengukur sejauh mana pusat laba dapat mencapai anggaran labanya. Dalam proses pengukuran prestasi pusat laba dibutuhkan elemen-elemen: Tersedianya anggaran/rencana Pemahaman dan penerimaan logika pengukuran oleh manajer divisi Delegasi pengendalian yang konsisten dengan tanggungjawab yang dibebankan Adanya konsistensi pengukuran diantara divisi dalam perusahaan Jenis--jenis pengukuran Profitabilitas Jenis Margin kontribusi pengukuran ini digunakan karena biaya tetap mrpk biaya diluar kendali manajer maka yang dibebankan hanya biaya variabel saja Mengukur laba divisi secara langsung pengukuran ini akan menunjukkan seberapa besar kontribusi yg dpt diberikan divisi terhadap biaya umum dan tingkat laba perusahaan secara keseluruhan Mengukur laba divisi yang terkendali dengan menghitung biaya terkendali divisi sbg pengurang laba divisi Mengukur laba sebelum pajak Mengukur laba bersih yang dihasilkan Anggaran Laba sebagai Standar Kinerja
Penggunaan anggaran laba sebagai standar prestasi
pusat laba mengandung kelemahan, yaitu: Keberhasilan mencapai anggaran belum menjamin kinerja sebenarnya, karena pencapaian anggaran dipengaruhi oleh penetapan anggaran yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Laba belum mencerminkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Efektivitas anggaran sebagai standar kinerja tergantung pada sifat pendelegasian wewenang dan tanggungjawab. Prestasi Non laba sebagai standar kinerja
Beberapa alat ukur yang dapat digunakan yaitu:
Profitability Market position Productivity Product leadership Personel development Employee attitudes Public responsibility Balance between long-range and short range goals
Pengukuran non laba menimbulkan beberapa masalah
yaitu; Pengukuran tersebut sulit untuk dikuantifisir Tolok ukur yang satu mungkin tidak konsisten dengan tolok ukur yang lain Tujuan Pengukuran Prestasi Pusat Laba
Menurut Fregmen ada 3 tujuan sistem
pengukuran pusat laba yaitu: ◦ Untuk menentukan kontribusi pusat laba kepada tujuan organisasi ◦ Untuk memberikan dasar dalam mengevaluasi kinerja manajer pusat laba ◦ Untuk memotivasi manajer pusat laba dalam mengoperasikan unitnya secara konsisten dengan tujuan perusahaan. Masalah dlm pengukuran pusat laba Ada 4 masalah dalam mengukur prestasi pusat laba yaitu: Masalah alokasi pendapatan bersama Masalah alokasi biaya bersama Masalah penentuan harga transfer Masalah pemilihan tolok ukur laba Konsep laba sebagai alat ukur prestasi terdapat beberapa yaitu margin kontribusi (penjualan dikurangi harga pokok penjualan dikurangi biaya variabel), laba langsung divisi (margin kontribusi dikurangi biaya tetap), laba terkendali divisi (laba langsung divisi dikurangi biaya dari kantor pusat yang dikendalikan), laba sebelum pajak ( laba terkendali divisi dikurangi biaya dari kantor pusat lainnya), dan laba bersih yaitu laba sebelum pajak dikurangi pajak penghasilan)