“PUSAT LABA”
KELOMPOK 7
Disusun oleh:
STIE YKPN
Ari Fajar D.K. 2014/2015 (11-12-24942)
Suatu organisasi fungsional adalah organisasi di mana fungsi produksi atau pemasaran utama
dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Pembagian unit utama yang bertanggung jawab
baik atas produksi maupun pemasaran, maka proses ini disebut dengan istilah divisionalisasi.
Wewenang lengkap untuk menghasilkan laba tidaklah dilimpahkan ke satu segmen tunggal
dalam suatu bisnis.
Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam
organisasi di mana kedua kondisi di atas terpenuhi.
Perusahaan bisa mengambil konsep laba dan pengukuran profitabilitas untuk pengendalian
manajemen. Pendekatan pusat laba membantu perusahaan mengukur profitabilitas cabang
dengan lebih akurat. Pembagian tanggung jawab menjadi beberapa pusat laba baru dipersiap-
kan guna memudahkan untuk fokus secara efektif pada setiap pangsa pasar global untuk
dapat meraih pertumbuhan penjualan yang cepat. Penggunaan sistem pengendalian finansial
mendapat banyak kritik, perusahaan menyadari kelemahan-kelemahan yang ada, dan banyak
di antaranya yang mulai menggunakan suatu scorecard dengan kombinasi ukuran kinerja
finansial dan nonfinansial.
1. Kualitas keputusan yang meningkat karena keputusan diambil oleh manajer yang
paling dekat dengan tingkat keputusan.
2. Kecepatan pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak perlu
mendapat keputusan terlebih dahulu dari kantor pusat.
3. Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian.
4. Manajer lebih bebas untuk menggunakan imajinasi dan inisiatif.
5. Pusat laba memberikan tempat pelatihan bagi manajemen umum. Para manajer
mendapatkan pengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional.
6. Kesadaran laba dapat ditingkatkan dari upaya untuk mencari cara meningkatkan laba.
7. Memberikan informasi yang siap pakai mengenai profitabilitas komponen individual.
8. Pusat laba sangat responsif terhadap tekanan untuk meningkatkan kinerja.
Para manajer sebagai penanggung jawab pusat laba memiliki kendali atas pengembangan
produk, proses produksi dan pemasaran, yang kemudian berperan untuk mempengaruhi
pendapatan dan beban sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas laba bersih. Namun
wewenang seorang manajer dapat dibatasi dengan berbagai cara.
Jika suatu perusahaan dibagi menjadi unit-unit yang sepenuhnya independen, lebih jauh lagi,
jika semua wewenang yang diberikan oleh dewan direksi kepada CEO didelegasikan ke
manajer unit bisnis, maka berarti bahwa manajemen senior melepaskan tanggung jawabnya
sendiri. Akibatnya, struktur unit bisnis mencerminkan trade-off antara otonomi unit dan
batasan perusahaan.
Pada umumnya, semakin besar tingkat integrasi dalam suatu perusahaan, semakin sulit
melaksanakan tanggung jawab pusat laba tunggal untuk tiga aktivitas produksi, sourcing, dan
pemasaran dalam lini produk yang ada. Akan lebih sulit jika keputusan untuk lini produk
tunggal dipecah ke dalam dua unit bisnis atau lebih, sehingga memisahkan kontribusi tiap-
tiap unit bisnis demi kesuksesan lini produk secara keseluruhan.
Unit Fungsional
Subunit dalam unit bisnis dapat saja terorganisasi secara fungsional. Terkadang lebih mudah
untuk membuat satu atau lebih unit fungsional sebagai pusat laba. Tidak ada prinsip tertentu
yang menyatakan bahwa jenis unit tertentu merupakan pusat laba sementara yang lain bukan.
Keputusan pihak manajemen untuk pusat labanya haruslah berdasarkan besarnya pengaruh
(bahkan jika bukan pengendalian total) yang dilaksanakan oleh manajer bisnis terhadap
aktivitas yang mempengaruhi laba.
Pemasaran
Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari
produk yang terjual.
Manufaktur
Organisasi Lainnya
Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk
perusahaan di wilayah geografis tertentu sering kali menjadi pusat laba secara alamiah.
MENGUKUR PROFITABILITAS
Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi pusat laba.
Pertama adalah pengukuran kinerja manajemen, yang memiliki fokus pada bagaimana hasil
kerja para manajer. Yang kedua adalah ukuran kinerja ekonomis, yang memiliki fokus pada
bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas ekonomi.
Kinerja ekonomis suatu pusar laba selalu diukur dari laba bersih. Meskipun demikian, kinerja
manajer pusat laba dapat dievaluasi berdasarkan lima ukuran profitabilitas, yaitu:
1. Margin kontribusi.
2. Laba langsung.
3. Laba yang dapat dikendalikan.
4. Laba sebelum pajak.
5. Laba bersih
1. Margin Kontribusi
Margin kontribusi menunjukkan rentang antara pendapatan dengan beban variabel. Alasan
utama mengapa ini digunakan sebagai alat pengukur kinerja manajer pusat laba adalah bahwa
karena beban tetap berada di luar kendali manajer tersebut, sehingga para manajer harus
memusatkan perhatian untuk memaksimalkan margin kontribusi.
2. Laba Langsung
Laba langsung mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum dan laba
perusahaan. Ukuran ini menggabungkan seluruh pengeluaran pusat laba, baik yang dikeluar-
kan oleh atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba tersebut.
Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan jumlah
relatif dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Jika pusat laba dibebankan dengan
sebagian overhead korporat, maka hal ini harus dihitung berdasarkan biaya yang telah
dianggarkan, dan bukan biaya aktua. Hal ini akan memberi kepastian bahwa para manajer
pusat laba tidak akan mengeluh baik karena kebijakan ini maupun karena kurangnya
pengendalian mereka atas biaya-biaya tersebut.
5. Laba Bersih
Di sini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik berdasarkan laba bersih (net
income), yaitu jumlah laba bersih setelah pajak. Ada situasi di mana tarif pajak bervariasi
antar pusat laba. Dalam situasi ini ada peran untuk mengalokasikan beban pajak penghasilan
ke pusat-pusat laba, tidak hanya untuk mengukur laba ekonomis tetapi juga untuk memotivasi
para manajer untuk meminimalkan beban pajak.