PUSAT LABA
Oleh
Anik Sawitri
F0312014
Kelas B
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret Surakarta
PUSAT LABA
Pertimbangan Umum
Organisasi fungsional merupakan organisasi yang fungsi produksi atau fungsi
pemasaran utama dilakukan oleh unit organisasi secara terpisah. Proses dimana suatu
organisasi dirubah menjadi dimana setiap unit utama bertangggungjawab atas produksi
maupun pemasaran. Meskipun perusahaan melimpahkan wewenang dengan tingkat
yang berbeda dari perusahaan satu dengan yang lainnya, akan tetapi wewenang yang
lengkap untuk menghasilkan laba tidak pernah dilimpahkan pada satu segmen tunggal
dalam suatu bisnis.
Dalam Garber (2011) mencantumkan bahwa menurut Kaplan Juli 1984
Akuntansi
Ulasan
mendokumentasikan
kertas,
banyak
"The
Evolution
masalah
dengan
of
Manajemen
akuntansi
Akuntansi,"
internal
dan
setiap
divisi
sebagai
a-perusahaan
mini
mencoba
untuk
mengalokasikan semua biaya coiporate, umum dan dapat dilacak, perpecahan (sering
secara sewenang-wenang yang membingungkan mikroekonomi yang mendasari dan
struktur biaya divisi). "
Selain itu, dengan membentuk divisi, sebuah perusahaan besar dapat
memberikan dukungan bersama di tingkat staf (Garber, 2011). . Melakukan hal
menyebar biaya untuk penggunaan di wilayah yang lebih besar itu, mungkin, manfaat
perpecahan, membuat entitas gabungan lebih menguntungkan daripada jika masingmasing divisi dioperasikan sebagai usaha mandiri (Garber, 2011).
Sementara skala ekonomi memotivasi pembentukan mereka, sentralisasi fungsi
biaya overhead bahwa layanan beberapa pusat laba menciptakan rebusan negosiasi,
subjektivitas, dan konflik (Garber, 2011). Tanpa gagah dan teori keuangan seragam
untuk
mengatur
tindakan-tindakan
ini,
untuk
masing-
masing pusat - dan, dengan demikian, keputusan valid keberhasilannya - tidak hanya
dari validitas dipertanyakan, tetapi juga dapat memungkinkan mereka yang bertanggung
jawab atas divisi untuk menempatkan sendiri di depan kepentingan mereka yang dari
organisasi yang lebih besar (Garber, 2011).
bukan merupakan pusat laba. Di sisi lain manajer juga harus mempertimbangkan apakah
keuntungan atas pendelegasian tersebut dapat menutup kerugian atas pendelegasian
tersebut.
dianggap bundel yang sederhana dari kegiatan usaha yang terdiri dari faktor-faktor yang
diketahui dipecah menjadi fungsi akrab, tetapi mereka penuh dengan kompleksitas dan
kemungkinan konflik (Garber, 2011).
Pusat Laba entitas dalam entitas yang lebih besar yang mengkonsumsi sumber
daya mereka sering tidak mengontrol, sambil diharapkan dapat memberikan kontribusi
keuntungan yang sulit untuk mendefinisikan atau mengukur (Garber, 2011).
System
pengendalian
financial
tetap
digunakan
sebagai
alat
untuk
5. Pusat laba yang serupa dengan perusahaan independen, pusat laba memberikan
tempat pelatihan bagi manajemen umum. Manajer dapat mendapatkan
pengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional, serta manajemen lebih
tinggi mendapat kesempatan untuk dapat mengevaluasi potensi pekerjaan yang
tingkatnya lebih tinggi
6. Kesadaran akan laba dapat ditingkatkan karena manajer bertanggung jawab
akan laba, akan mencari cara untuk meningkatkan labanya.
7. Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen puncak yang
berhubungan dengan profitabilitas dari komponen-komponen individual.
8. Pusat laba sangat responsive terhadap tekanan untuk meningkatkan kinerja
kompetitifnya, hal ini karena informasi yang dihasilkan pusat laba telah siap
pakai.
Jika semua
wewenang yang diberikan direksi pada CEO didelegasikan ke manajer unit bisnis, hal
ini berarti manajemen senior telah melepaskan tanggungjawabnya sendiri.
Sebagai akibatnya, struktur unit bisnis mencerminkan trade-off antara otonomi
unit bisnis dengan batasan perushaan, dan efektivitas suatu organisasi unit bisnis dapat
bergantung pada hal tersebut.
1. Keputusan produk
Keputusan ini berkenaan dengan jenis barang atau jasa yang akan diproduksi
dan dijual kepada konsumen.
2. Keputusan pemasaran
Keputusan ini mengenai banyak, tempat serta cara produk tersebut akan dijual
atau dipasarkan.
3. Keputusan perolehan atau sourcing
Keputusan ini berkaitan dengan cara mendapatkan atau memproduksi suatu
barang atau jasa yang dijadikan produk untuk dijual.
Semakin besar tingkat integrasi yang ada di dalam perusahaan, maka semakin
sulit melaksanakan tanggung jawab pusat laba tunggal untuk ketiga aktivitas tersebut di
dalam lini produk yang ada: akan lebih sulit jika keputusan produksi, sourcing atau
perolehan, dan pemasaran untuk lini produk tunggal dipecah dalam dua atau lebih unit
bisnis, sehingga memisahkan kontribusi untuk tiap-tiap unit bisnis demi kesuksesan lini
produk secara keseluruhan.
Pemasaran
Aktivitas dalam pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba yaitu dengan
membebankan biaya dari produk yang terjual. Herga ransfer ini memberikan informasi
yang relevan bagi manajer pemasaran untuk membuat trade off pendapatan/pengeluaran
yang optimal, serta praktik standard yang digunakan untuk mengukur manajemen pusat
laba menurut profitabilitasnya akan memberikan evaluasi atas trade off yang dibuat.
Harga transfer yang di bebankan ke pusat bukanlah harga actual produk yang
terjual akan tetapi merupakan biaya standard. Menggunakan biaya standard untuk
memisahkan kinerja biaya pemasaran dan kinerja biaya manufaktur, hal ini berpengaruh
pada tingkat efisiensi yang mana berada diluar kendali manajemen. Dalam situasi lain
tindakan manajemen mungkin bisa mempengaruhi biaya pemanasan langsung...
(Morris and Old, 1993).
Manufaktur
Aktivitas manufaktur pada umumnya merupakan pusat beban, manajemen
dinilai atas dasar kinerja versus biaya standard dan anggaran overhead. Tetapi ukuran ini
tidak mengindikasikan sejauh manakah kinerja manajemen atas seluruh aspek dari
pekerjaannya.
Kinerja manufaktur yang diukur dengan biaya standard, maka dianjurkan
membuat evaluasi secara terpisah atas aktivitas-aktivitas seperti pengendalian mutu,
keputusan buat atau beli serta penjadwalan ptoduk.
Menjadikan suatu organisasi manufaktur sebagai pusat laba dan memberikan
nilai harga jual produk dikurangi dengan estimasi biaya pemasaran, merupakan salah
satu cara mementukan atau mengukur aktivitas
keseluruhan.
Organisasi Lainnya
Perusahaan dengan operasi cabang yang memiliki tanggung jawab atas
pemasaran produk perusahaan diwilayah tertentu dapat menjadi pusat laba secara
alamiah. Meskipun para manajer cabang tidak mempunyai tanggung jawab manufaktur
atau pembelian , profitabilitasnya sering kali adalah satu-satunya ukuran kinerja yang
paling baik.
Mengukur Profitabilitas
Jenis pengukuran profitabilitas:
1. Pengukuran kinerja manajemen, berfokus pada hasil kerja manajer. pengukuran
ini digunakan untuk perencanaan, koordinasi, pengendalian, kegiatan sehari-hari
pusat laba untuk memotivasi para manajer. Perhatian utama adalah untuk
menetapkan bahwa pusat laba adalah rute yang paling mungkin terhadap
efisiensi organisasi melalui pengaruhnya terhadap alokasi sumber daya dan
motivasi manajer (Morris and Old, 1993).
2. Ukuran kinerja ekonomis, berfokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai
entitas ekonomi.
Laporan manajemen memiliki frekuensi tinggi sedangkan laporan ekonomi dibuat
pada waktu-waktu tertentu saja ketika keputusan ekonomi harus dibuat. Pengukuran
kinerja manajemen merupakan focus utama dalam desain system, misalnya pengukuran
kinerja manajemen secara rutin.
Shillinglaw dalam Garber (2011) menawarkan tiga prinsip yang pelaporan profit
center harus mematuhi:
* Konflik: Divisi keuntungan tidak harus ditingkatkan oleh tindakan yang mengurangi
total laba perusahaan.
* Kemerdekaan: laba Setiap divisi harus sebagai independen mungkin kinerja, efisiensi,
dan keputusan manajerial di tempat lain di perusahaan.
* Kontrol: laba Setiap divisi harus mencerminkan semua item yang dikenakan ke
tingkat substansial kontrol oleh manajer divisi atau bawahannya
Dalam Garber (2011) Solomon Model dalam pendekatannya hanya pendapatan,
biaya, dan modal dikendalikan oleh masing-masing pusat laba dimasukkan. Tidak ada
setara otoritatif makalah, artikel, atau buku yang dibuat publik yang mengatasi cara
terbaik untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan profit center (Garber, 2011).
Menurut Garber (2011) Ada beberapa pertimbangan dalam mendirikan sebuah
sistem akuntansi divisi modern dan akurat, tapi pertama-tama adalah kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, serta aturan Shillinglaw 's.
Sistem ini tidak hanya harus mengukur kinerja pusat laba, tetapi juga harus cukup
fleksibel untuk mengevaluasi kinerja pusat biaya (Garber, 2011).
Dalam Garber (2011) Sebagai Shillinglaw dan Solomon - dan Kaplan menunjukkan, Divisionalisasi menciptakan konflik alam, dan kecuali sistem akuntansi
alamat kondisi itu - terlepas dari apakah konflik timbul dari keuntungan atau pusat biaya
(departemen dukungan) - hasil dari sistem akan ditantang atau, lebih buruk lagi, sistem
itu sendiri akan rentan terhadap manipulasi. Menurut Garber (2011) pusat
laba akuntansi hanya belum muncul sebagai disiplin mengajar terpisah, meskipun
kecenderungan dimengerti usaha untuk mengorganisir diri di sekitar struktur
divisi. Fakta ini tidak bisa dijelaskan.
2. Laba langsung
Laba langsung mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead
umum serta laba perusahaan. Ukuran kinerja ini menggabungkan seluruh
pengeluaran pusat laba, baik yang dikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri secara
langsung ke pusat laba tanpa mempedulikan megenai pos-pos ini ada di dalam
kendali manajer pusat laba atau tidak dalam kendali.
Kelemahan pengukuran ini adalah bahwa ia tidak memasukkan unsur
manfaat motivasi serta biaya-biaya yang dimiliki kantor pusat.
5. Laba Bersih
Perusahaan mengukur kinerja menggunakan laba bersih setelah pajak.
Argument yang menentang:
a. Laba setelah pajak seringkali adalah persentase yang konstan atas laba
sebelum pajak, yang mana tidak terdapat manfaat dengan memasukkan pajak
penghasilan.
b. Dikarenakan banyaknya keputusan yang mempengaruhi pajak penghasilan
yang dibuat di kantor pusat, tidak tepat jika manajer laba menanggung
konsekuensi keputusan tersebut. Pajak omset dalam sebuah organisasi yang
gagal hanya akan menyebabkan tarif pajak yang lebih tinggi dan menambah
masalah (Morris and Old, 1993)
Pusat
laba
dapat
mempengaruhi
besar
pajak
penghasilan,
maka
mengalokasikan beban pajak ke pusat laba merupakan hal yang mudah, tidak
hanya mengukur laba ekonomis tetapi juda dapat memotivasi para manajer
umtuk memperkecil beban pajak.
Pendapatan
Pemilihan metode pengekuan pendapatan yang tepat merupakan hal yang sangat
penting, selain metode pengakuan hal-hal lain yang berkaitan dengan pendapatan
memerlukan pertimbangan. Idealnya untuk setiap pusat laba harus diberi nilai yang
sesuai dengan bagiannya dalam transaksi penjualan. Masalah yang dapat terjadi
kaitannya dengan pemberian nilai untuk pendapatan, misalnya unit bisnis A yang
mendapatkan pesanan tetapi barang yang di pesan merupakan produksi di unit bisnis B,
unit bisnis A kurang termotivasi menerima pesanan ini karena pendapatan yang
dihasilkan merupakan nilai bagi unit B.
Masalah ini belum mendapat perhatian khusus untuk penyelesaiannya. Hal ini
dikarenakan perusahaan memposisikan bahwa identifikasi tanggungjawab penciptaan
pendapatan merupakan suatu hal yang sulit dilakukan. Akan tetapi beberapa perusahaan
lain telah mencoba untuk menyelesaikan masalah ini dengan memberikan nilai pada
unit bisnis yang menerima pesanan produk yang dihasilkan oleh unit bisnis yang lain
dengan cara yaitu memberikan imbalan seperti komisi untuk pialang atau fee, misalanya
dalam kasus perbankan yaitu dengan memberikan nilai eksplisit pada bank yang
memberikan pelayanan bagi nasabah meskipun rekening nasabah tersebut ada di bank
lain.
Pertimbangan Manajemen
DAFTAR PUSTAKA