Anda di halaman 1dari 14

Skinner : Behavioral Analysis

Nama Anggota

1 Hayu Tegar M 190110180066

2 Wenny Oktaverini L 190110180076

3 Cindy Debora 190110180086

4 Fadjrina Hapsari 190110180088

5 Meira Oryza V.U. 190110180092

6 Grace Kezia 190110180093

7 Nur Jauharotil Ailah 190110180104

Ntar diapusin yak bordernya wgwgw

BTW GUYS kenapa ya kusuka yang lada hitam enak bat ya Allah :(

A. Biografi
Burrhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di Susquehanna,
Pennsylvania, anak pertama dari William Skinner and Grace Mange Burrhus Skinner.
Ayahnya adalah seorang pengacara dan politisi yang menginspirasi dan Ibunya di rumah
menjaga dua anak. Skinner tumbuh di rumah yang nyaman, bahagia, dan kelas menengah
ke atas di mana orangtuanya mempraktikkan nilai-nilai kesederhanaan, pelayanan,
kejujuran, dan kerja keras. Keluarga Skinner adalah Presbyterian, tetapi Fred (panggilan
B.F. Skinner) mulai kehilangan kepercayaan selama sekolah menengah atas dan setelah itu
tidak pernah mempraktikkan agama.
Ketika Skinner berusia 2.5 tahun, adiknya ,Edward, lahir. Skinner merasa jika
Edward lebih disayang oleh kedua orangtuanya, tetapi ia juga tidak merasa tidak dicintai.
Setelah Edward meninggal, orangtuanya tidak ingin Skinner untuk pergi. Sebagai seorang
anak, Skinner cenderung ke arah musik dan sastra. Dari usia muda, dia tertarik menjadi
penulis professional.
Setelah Skinner selesai SMA, keluarganya pindah ke Scranton, Pennsylvania.
Setelah itu, Skinner masuk Hamilton College, sebuah sekolah seni liberal di Clinton, New
York. Setelah menjadi sarjana dalam bahasa Inggris, Skinner mulai mewujudkan ambisinya
menjadi seorang penulis dan memberitahukan Ayahnya mengenai keinginannya untuk
menghabiskan satu tahun di rumah tanpa mengerjakan apa pun kecuali menulis.
Skinner kembali ke rumah orang tuanya di Scranton, membangun ruang belajar di
loteng, dan setiap pagi iamenulis. Tetapi usahanya tidak membuahkan apa-apa. "Tahun
Gelap" ini menunjukkan kebingungan identitas yang kuat dalam kehidupan Skinner. Pada
akhir “Tahun Kegelapan”, Skinner menjadi seorang behavioris setelah membaca beberapa
karya Watson dan Pavlov.
Meskipun Skinner tidak pernah mengambil sarjana psikologi, Harvard menerimanya
sebagai mahasiswa pascasarjana di bidang psikologi. Setelah dia menyelesaikan PhD-nya
pada tahun 1931, Skinner menerima beasiswa dari Dewan Riset Nasional untuk
melanjutkan
penelitian laboratoriumnya di Harvard. Sekarang, Skinner yakin dengan perannya sebagai
seorang behavioris.
Pada tahun 1936, Skinner memulai posisi mengajar dan penelitian di Universitas
Minnesota. Segera setelah pindah ke Minneapolis, dia menikahi Yvonne Blue. The Skinners
mempunyai dua anak perempuan — Julie, lahir tahun 1938, dan Deborah (Debbie), lahir
tahun 1944. Saat berada di Minnesota, Skinner menerbitkan buku pertamanya, The
Behavior of Organisms (1938).
Project Pigeon Skinner adalah upaya yang cerdas untuk mengkondisikan merpati
agar sesuai mematuk kunci yang akan mengarahkan peluru kendali ke target musuh.
Sekitar 2 tahun sebelum Amerika Serikat memasuki perang, Skinner membeli kawanan
merpati dengan tujuan melatih mereka untuk membimbing rudal. Sayangnya, ia masih
kekurangan dukungan pemerintah. Dalam upaya mengamankan dana yang dibutuhkan, ia
menyiapkan film merpati yang terlatih. Setelah menonton film, pejabat pemerintah
menyalakan kembali minat mereka dan dianugerahi Jenderal Mills memberikan hibah
substansial untuk mengembangkan proyek.
Tak lama setelah Skinner meninggalkan Proyek Pigeon dan segera sebelum
kelahiran putri keduanya, Debbie, ia terlibat dalam bayi-tender. Tender bayi pada dasarnya
adalah tempat tidur bayi dengan jendela besar dan pasokan udara segar terus-menerus. Ini
memberikan lingkungan yang aman dan sehat untuk Debbie.
Di usia 40, Skinner masih bergantung secara finansial kepada Ayahnya, seperti
membiayai sekolah anaknya, liburan, dan rumah untuk keluarganya. Pada 1945, Skinner
meninggalkan Minnesota untuk menjadi ketua departemen psikologi di Indiana University.
Pada musim panas 1945, Skinner menulis Walden Two, sebuah novel utopis yang
menggambarkan di mana masalah masyarakat diselesaikan melalui teknik perilaku.
Perhatiannya terhadap kondisi manusia diuraikan dalam Science and Human Behavior
(1953) dan mencapai ekspresi filosofis dalam Beyond Freedom and Dignity (1971).
Pada 1948, Skinner kembali ke Harvard dan melanjutkan beberapa percobaan kecil
dengan merpati. Pada 1964, di usia 60, ia pensiun dari mengajar tetapi mempertahankan
status fakultas. Dia pensiun sebagai profesor psikologi pada tahun 1974 tetapi melanjutkan
sebagai profesor emeritus. Setelah dia pension dari mengajar, Skinner menulis beberapa
buku penting tentang perilaku manusia yang membantunya mencapai status psikolog
Amerika paling terkenal. Tambahan Beyond Freedom and Dignity (1971), ia menerbitkan
About Behaviorism (1974), Reflections on Behaviorism and Society (1978), dan Upon
Further Reflection (1987a). Selama periode ini, ia juga menulis autobiografi tiga jilid,
Particulars of My Life (1976a), The Shaping of a Behaviorist (1979), dan A Matter of
Consequences (1983).
Pada 18 Agustus 1990, Skinner meninggal dunia karena leukemia. Satu minggu
sebelum kematiannya, dia menyampaikan pesan kepada American Psychological
Association (APA) konvensi di mana ia melanjutkan pembelaannya terhadap
behaviorisme radikal. Dia menerima Citation for Outstanding Lifetime Contribution to
Psychology, satu-satunya orang yang menerima penghargaan seperti itu dalam
sejarah APA. Selama karirnya, Skinner mendapatkan banyak kehormatan dan
penghargaan.

Edward L. Thorndike (1931) mengamati bahwa pembelajaran terjadi sebagian besar karena
efek yang mengikuti respons, dan ia menyebut pengamatan ini the law of effect. Seperti yang
awalnya dipahami oleh Thorndike, the law of effect memiliki dua bagian. Yang pertama
menyatakan bahwa respons terhadap rangsangan yang diikuti segera oleh pemuas cenderung
"ditandai"; yang kedua berpendapat bahwa respons terhadap rangsangan yang diikuti segera
oleh pengganggu cenderung "dihilangkan." Thorndike kemudian mengamandemen the law
of effect dengan meminimalkan pentingnya pengganggu. Sedangkan imbalan (memuaskan)
memperkuat hubungan antara stimulus dan respons, hukuman (pengganggu) biasanya tidak
melemahkan koneksi ini. Artinya, menghukum suatu perilaku hanya menghambat perilaku
itu; itu tidak "menghilangkannya." Skinner (1954) mengakui bahwa the law of effect sangat
penting untuk mengendalikan perilaku dan melihat pekerjaannya memastikan bahwa efek itu
terjadi dalam kondisi yang optimal untuk pembelajaran. Dia juga setuju dengan Thorndike
bahwa efek penghargaan lebih dapat diprediksi daripada efek hukuman dalam membentuk
perilaku.

Pengaruh kedua dan lebih langsung pada Skinner adalah karya John B. Watson (J. B. Watson,
1913, 1925; J. B. Watson & Rayner, 1920). Dalam Psychology as the Behaviorist Views It,
Watson (1913) berpendapat bahwa perilaku manusia, seperti perilaku hewan dan mesin,
dapat dipelajari secara objektif. Dia menyerang tidak hanya kesadaran dan introspeksi tetapi
juga gagasan naluri, sensasi, persepsi, motivasi, kondisi mental, pikiran, dan citra. Setiap
konsep ini, tegasnya, berada di luar bidang psikologi ilmiah. Watson lebih lanjut berpendapat
bahwa tujuan psikologi adalah prediksi dan kontrol perilaku dan tujuan itu dapat dicapai
dengan membatasi psikologi pada studi objektif tentang kebiasaan yang dibentuk melalui
koneksi stimulus-respons.

B. Scientific Behavior

Behaviorisme ilmiah menyatakan bahwa perilaku dapat dipelajari dengan baik tanpa merujuk
pada kebutuhan, naluri, atau motif. Mengaitkan motivasi dengan perilaku manusia akan
seperti menghubungkan kehendak bebas dengan fenomena alam.

Skinner tidak setuju. Orang tidak makan karena lapar. Kelaparan adalah kondisi batin yang
tidak dapat diamati secara langsung. Para ilmuwan yang mengatakan bahwa orang makan
karena mereka lapar mengasumsikan kondisi mental yang tidak perlu dan tidak teramati
antara fakta fisik kekurangan dan fakta fisik makan. Asumsi ini meredupkan masalah dan
menurunkan sebagian besar psikologi ke bidang filsafat yang dikenal sebagai kosmologi, atau
masalah dengan sebab-akibat. Untuk menjadi ilmiah, Skinner (1953, 1987a) menegaskan,
psikologi harus menghindari faktor mental internal dan membatasi diri pada peristiwa fisik
yang dapat diamati.
Meskipun Skinner percaya bahwa keadaan internal berada di luar domain ilmu pengetahuan,
ia tidak menyangkal keberadaan mereka. Kondisi seperti kelaparan, emosi, nilai-nilai,
kepercayaan diri, kebutuhan agresif, keyakinan agama, dan dengki ada; tetapi itu bukan
penjelasan untuk perilaku. Menggunakannya sebagai penjelasan tidak hanya sia-sia tetapi
juga membatasi kemajuan behaviorisme ilmiah.

Philosophy of Science

Behaviorisme ilmiah memungkinkan untuk interpretasi perilaku tetapi tidak penjelasan


penyebabnya. Interpretasi memungkinkan seorang ilmuwan untuk menggeneralisasi dari
kondisi pembelajaran yang sederhana ke kondisi yang lebih kompleks. Sebagai contoh,
Skinner digeneralisasikan dari penelitian pada hewan untuk anak-anak dan kemudian ke
orang dewasa. Skinner (1978) menggunakan prinsip-prinsip yang berasal dari studi
laboratorium untuk menafsirkan perilaku manusia tetapi bersikeras bahwa interpretasi tidak
boleh dikacaukan dengan penjelasan mengapa orang berperilaku seperti itu.

Characteristics of Science

Menurut Skinner (1953), sains memiliki tiga karakteristik utama: Pertama, sains bersifat
kumulatif; kedua, itu adalah sikap yang menghargai observasi empiris; dan ketiga, sains
adalah pencarian keteraturan dan hubungan yang sah. Ilmu pengetahuan, berbeda dengan
seni, filsafat, dan sastra, berkembang secara kumulatif. Namun, pengetahuan kumulatif tidak
harus disamakan dengan kemajuan teknologi. Sains itu unik bukan karena teknologi tetapi
karena sikapnya.

Karakteristik sains yang kedua dan paling kritis adalah sikap yang menempatkan nilai
pada pengamatan empiris di atas segalanya. Secara khusus, ada tiga komponen sikap ilmiah:
Pertama, ia menolak otoritas — bahkan otoritasnya sendiri. Hanya karena beberapa orang
yang dihormati, seperti Einstein, mengatakan sesuatu, yang dengan sendirinya tidak membuat
pernyataan itu benar. Itu harus tahan uji observasi empiris.

Kedua, sains menuntut kejujuran intelektual, dan itu menuntut para ilmuwan untuk
menerima fakta bahkan ketika fakta-fakta ini bertentangan dengan keinginan mereka. Sikap
ini tidak berarti bahwa para ilmuwan secara inheren lebih jujur daripada orang lain. Para
ilmuwan telah diketahui membuat data dan salah mengartikan temuan mereka. Namun,
sebagai suatu disiplin, sains memberi nilai tinggi pada kejujuran intelektual hanya karena
jawaban yang tepat pada akhirnya akan ditemukan. Para ilmuwan tidak punya pilihan selain
melaporkan hasil yang bertentangan dengan harapan dan hipotesis mereka, karena jika tidak,
orang lain akan melakukannya, dan hasil baru akan menunjukkan bahwa para ilmuwan yang
salah mengartikan data salah. Tidak ada yang lebih merusak reputasi ilmuwan daripada
terburu-buru dalam mencetak temuan yang kurang diverifikasi dan diuji.

Ciri ketiga ilmu adalah pencarian keteraturan dan hubungan yang sah. Semua sains
dimulai dengan pengamatan peristiwa tunggal dan kemudian mencoba menyimpulkan prinsip
dan hukum umum dari peristiwa itu. Singkatnya, metode ilmiah terdiri dari prediksi, kontrol,
dan deskripsi. Seorang ilmuwan membuat pengamatan yang dipandu oleh asumsi teoritis,
mengembangkan hipotesis (membuat prediksi), menguji hipotesis ini melalui eksperimen
terkontrol, menjelaskan secara jujur dan akurat hasil, dan akhirnya memodifikasi teori untuk
mencocokkan dengan hasil empiris yang sebenarnya.

Skinner (1953) percaya bahwa prediksi, kontrol, dan deskripsi adalah mungkin dalam
behaviorisme ilmiah karena perilaku keduanya ditentukan dan halal. Perilaku manusia,
seperti halnya entitas fisik dan biologis, tidak aneh atau hasil dari kehendak bebas. Ini
ditentukan oleh variabel-variabel tertentu yang dapat diidentifikasi dan mengikuti prinsip-
prinsip hukum yang pasti, yang berpotensi dapat diketahui. Perilaku yang tampaknya
berubah-ubah atau ditentukan secara individu hanya di luar kapasitas ilmuwan saat ini untuk
memprediksi atau mengendalikan. Tapi, secara hipotesis, kondisi di mana itu terjadi dapat
ditemukan, sehingga memungkinkan prediksi dan kontrol serta deskripsi. Skinner
mencurahkan banyak waktunya untuk mencoba menemukan kondisi-kondisi ini,
menggunakan prosedur yang ia sebut operant conditioning.

C. CONDITIONING
Classical Conditioning
Dalam classical conditioning, sebuah stimulus netral (atau bisa juga disebut conditioned
stimulus) dipasangkan dengan unconditioned stimulus beberapa kali hingga stimulus netral
tersebut dapat memunculkan unconditioned response, yang akhirnya dilabeli dengan
conditioned response.

Operant Conditioning

Kunci dari operant conditioning adalah pemberian reinforcement dengan segera. Operant
conditioning mengubah frekuensi dari respon dan kemungkinan suatu respon akan muncul.
Reinforcement tidak menyebabkan terjadinya suatu perilaku tetapi meningkatkan
kemungkinan suatu perilaku akan diulang.

Shaping
Penguatan setiap urutan perilaku baru yang berhasil dicapai dari perkiraan keberhasilan
yang mendekati tujuan utama dan lambat laun akan membentuk suatu perilaku yang lebih
kompleks.
3 Kondisi yang muncul dari operant conditioning :
1. The Antecendent
Mengacu pada linkungan/setting dimana suatu perilaku muncul.
2. The Behavior
Mengacu pada perilaku yang dilakukan oleh seseorang.
3. The Consequence
Mengacu pada konsekuensi sesudah melakukan perilaku tersebut.
Perilaku merupakan proses yang berkelanjutan. Maka dari itu, seseorang dapat melampaui
respon yang sebelumnya telah diperkuat dan hal ini dapat menjadi standar minimum untuk
reinforcement.
Operant conditioning selalu terjadi di beberapa lingkungan dan lingkungan memiliki peran
dalam shaping dan memelihara perilaku. Setiap kita memiliki pengalaman saat diberikan
reinforcement terhadap beberapa elemen di lingkungan kita tetapi orang lain tidak.
Pengalaman yang berbeda dari pemberian reinforcement ini disebut operant discrimination.
Respon terhadap lingkungan yang sama tanpa adanya reinforcement sebelumnya disebut
stimulus generalization. Jadi seseorang tidak mengeneralisasikan dari satu situasi ke situasi
lainnya tetapi kita bereaksi terhadap situasi baru yang sama dengan situasi sebelumnya
yang memiliki elemen yang sama. Skinner mengatakan bahwa reinforcement dari suatu
respon meningkatkan probabilitas dari semua respon yang mengandung elemen yang
sama.

Reinforcement
Reinforcement memiliki 2 efek yaitu memperkuat suatu perilaku dan memberikan hadiah
kepada seseorang. Reinforcers ada di lingkungan dan bukan merupakan sesuatu yang
dirasakan oleh seseorang. Semua perilaku yang meningkatkan probabilitas dari
spesies/individu akan cenderung menguat. Dapat dibagi ke dalam 2 kondisi :
1. Positive Reinforcement
Segala stimulus yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Kebanyakan perilaku manusia dan hewan ditentukan oleh positive reinforcement. Di
bawah kondisi yang terkontrol, Skinner dapat melatih binatang untuk melakukan
tugas-tugas yang kompleks. Sedangkan, reinforcement yang dilakukan pada
manusia membuat belajar itu menjadi tidak efisien. Selain itu, mengondisikan
manusia bergantung pada konsekuensi mana yang memberikan penguatan dan
mana yang tidak.
2. Negative Reinforcement
Menghapus stimulus yang tidak menyenangkan dari sebuah situasi sehingga
meningkatkan kemunculan suatu perilaku Efek dari negative reinforcement dengan
positif reinforcement sama yaitu memperkuat suatu perilaku.

Punishment
Negatif reinforcement berfungsi untuk menghilangkan, mengurangi, atau menghindari
stimulus aversif sedangkan punishment merupakan presentasi dari stimulus aversif atau
menghilangkan stimulus positif. Punishment tidak memperkuat respon dan melemahkannya.
Skinner mengatakan bahwa efek dari punishment tidak bisa diprediksi dibandingkan dengan
reward.
Punishment biasanya dipaksakan dan bertujuan untuk mencegah seseorang melakukan
sesuatu. Ketika hal itu berhasil, orang akan berhenti untuk berperilaku tersebut tetapi
perilaku mereka selanjutnya tidak bisa diprediksi karena punishment tidak memberitahukan
apa yang harus mereka lakukan selanjutnya dan menekan kecenderungan untuk berperilaku
yang tidak diinginkan.
Efek lainnya dari punishment adalah pengondisian perilaku negatif dengan mengasosiasi
stimulus aversif dengan perilaku yang menjadi hukuman. Efek yang terakhir dari punishment
adalah penyebaran efek dari punishment itu sendiri. Setiap stimulus yang diasosiasikan
dengan punishment akan ditekan atau dihindari. Skinner mengakui defense mechanism dari
Freud menjadi efektif untuk menghindari rasa sakit dan kecemasan.

Punishment and reinforcement compared

Punishment dan reinforcement memiliki persamaan, yaitu:


● Pertama, keduanya sama-sama memiliki dua tipe, yaitu positif - yang
memunculkan suatu stimuli - dan negatif - yang mengambil suatu stimuli.
Punishment positif memunculkan suatu stimuli yang berefek negatif bagi
penerima, contohnya: rasa sakit yang diterima ketika seseorang dicakar oleh
kucing yang ia ganggu. Punishment negatif mengambil suatu stimuli yang
berefek positif bagi penerima, contohnya: menyita konsol game ketika
seseorang terlalu lama memainkannya.
● Kedua, punishment dan reinforcement sama-sama dapat terjadi secara
natural atau karena intervensi dari manusia.
● Ketiga, keduanya memiliki tujuan untuk mengontrol perilaku.

Conditioned and Generalized Reinforcers

Conditioned reinforcer, atau secondary reinforcers, adalah stimuli yang pada


dasarnya tidak memberikan kepuasan, tetapi karena diasosiasikan dengan primary
reinforcers, maka mereka dipersepsikan sebagai pemberi kepuasan oleh
penerimanya.
Sementara itu, generalized reinforcer adalah conditioned reinforcer yang
diasosiasikan dengan banyak primary reinforcer, contohnya uang. Skinner
menemukan 5 generalized reinforcer penting yang membentuk perilaku manusia:
● Attention, atau perhatian
● Approval, atau persetujuan
● Affection, atau afeksi
● Submission of other, atau rasa patuh dari orang lain
● Tokens (money), atau uang
Contoh dari penerapan salah satunya adalah, ketika seseorang diberikan perhatian,
perhatian tersebut dapat diasosiasikan dengan primary reinforcer berupa makanan -
dimana seorang anak yang sedang diberi makan artinya sedang diberi perhatian -
dan kontak fisik.
Terkadang, atensi sendiri sudah memberikan kepuasan terhadap penerimanya
tanpa ia mengekspektasikan makanan atau kontak fisik. Hal yang sama juga berlaku
bagi 4 generalized reinforcer lainnya.
Schedules of Reinforcement

Perilaku yang kemudian diikuti oleh adanya reinforcement - positif maupun negatif -
cenderung terjadi lebih sering. Tapi, frekuensi dari perilaku tersebut juga tergantung
pada bermacam-macam schedule of reinforcement.
Reinforcement dapat menyusul perilaku dengan continuous schedule, atau
intermittent schedule.
Continuous schedule adalah kondisi dimana seseorang diberikan reinforcement dari
tiap respons yang ia lakukan; cara yang efektif meningkatkan frekuensi perilaku,
tetapi tidak efisien dalam memberi reinforcement.
Intermittent schedule adalah kondisi dimana seseorang hanya diberi reinforcement
pada saat-saat tertentu dalam tiap respons yang ia lakukan; cara yang lebih efisien
dalam memberi reinforcement, serta memperkuat perilaku yang tidak rentan
terhadap extinction.
4 intermittent schedule yang paling dasar adalah:
● Fixed-Ratio: seseorang diberikan reinforcement tergantung dari jumlah
respons yang dia lakukan.
● Variable-Ratio: seseorang diberikan reinforcement tiap respons ke-n. Dimulai
dari continuous reinforcement, tiap respons kemudian diberi jarak sebelum
diberikan reinforcement.
● Fixed-Interval: seseorang diberikan reinforcement untuk respons pertama
yang dia lakukan, setelah adanya periode waktu tertentu.
● Variable-Interval: seseorang diberikan reinforcement untuk respons yang ia
lakukan, setelah adanya selang waktu yang acak atau bervariasi.
Extinctions

Suatu perilaku dapat hilang dikarekanakan oleh setidaknya 4 alasan:


● Dilupakan pada suatu waktu
● Dikarenakan adanya pembelajaran sebelum atau sesudahnya
● Adanya punishment
● Terjadinya extinction
Extinction adalah tendensi melemahnya suatu respons yang telah dipelajari secara
progresif, dikarenakan oleh nonreinforcement.
Operant extinction terjadi ketika eksperimenter secara sistematis menahan
reinforcement dari suatu respons yang telah dipelajari, sehingga kemungkinan
terjadinya respons tersebut menjadi nol. Hal ini sangat tergantung pada schedule of
reinforcement.
Perilaku yang dilatih dengan intermittent schedule lebih tahan dari extinction.
Extinction jarang digunakan secara sistematis untuk perilaku manusia, kecuali pada
saar terapi atau modifikasi perilaku.
D. The Human Organism
Skinner berpendapat bahwa sains seharusnya dimulai dari hal yang sederhana
menuju hal yang kompleks, oleh karena itu beliau memulai penelitiannya dari hewan.
Menurut Skinner, perilaku dan kepribadian manusia terbentuk dari 3 faktor : (1) seleksi alam,
(2) tradisi dari kebudayaannya, dan (3) sejarah individu terhadap reinforcement.
Natural Selection
Kepribadian manusia merupakan suatu produk dari proses evolusi yang panjang.
Sebagai individu, manusia memiliki komponen genetik dan sejarah pribadi yang menjadi
pembentuk kepribadian, namun sebagai sebuah spesies manusia berkembang akibat
keharusan untuk bertahan hidup. Karena itu, seleksi alam menjadi faktor penting dalam
pembentukan kepribadian manusia.
Sebuah perilaku yang terus menerus diberi reinforcement akan bertahan, sama
dengan proses seleksi alam. Perilaku atau kebiasaan yang dapat membuat manusia
bertahan hidup akan terus diwariskan. Sebagai contoh makhluk hidup yang memiliki pupil
mata yang mampu menyesuaikan diri terhadap cahaya lebih mampu meneruskan
keturunannya. Contoh lainnya adalah bayi yang menggerakan kepalanya jika diberi usapan
halus pada pipinya (rooting reflex) dapat menyusu lebih mungkin untuk bertahan hidup.
Kedua contoh tersebut merupakan refleks yang masih dimiliki oleh bayi. Beberapa refleks
seperti pada pupil mata terus memiliki keuntungan dalam pertahanan hidup, sementara
rooting reflex mengalami penurunan dalam fungsi.
Tidak semua kebiasaan memiliki nilai pertahanan hidup, contohnya makan secara
berlebihan. Dahulu makan dengan berlebihan merupakan hal yang baik karena sulitnya
mencari makanan, namun saat makanan mudah didapatkan kebiasaan tersebut
menyebabkan penyakit obesitas.
Seleksi alam hanya memberikan sedikit pengaruh pada perilaku manusia, menurut
Skinner hal yang paling berpengaruh adalah reinforcement yang membentuk kebudayaan
manusia.
Cultural Evolution
Skinner berkata seleksi berpengaruh dalam menentukan tradisi yang bertahan dalam
suatu kebudayaan. Manusia tidak membuat keputusan terbaik untuk masyarakat, tetapi
manusia yang memutuskan untuk bekerja sama dengan masyarakat cenderung bertahan
hidup. Praktik kebudayaan membuat alat dan perilaku verbal dimulai saat seorang individu
diperkuat untuk membuat sebuah alat atau mengucapkan suatu suara yang khas. Akhirnya
praktik kebudayaan tersebut berkembang menjadi sesuatu yang menguatkan bagi sebuah
kelompok, meskipun hal ini mungkin tidak berlaku untuk beberapa individu. Sebagai contoh,
pembuatan alat dan bahasa berguna bagi kelompok, tetapi ada beberapa individu yang
tidak melakukannya.
Tidak semua praktik kebudayaan bersifat adaptif, contohnya pada masa pra industri
perang merupakan hal yang berguna untuk masyarakat tertentu, namun sekarang perang
merupakan hal yang mengancam keberadaan manusia.
Inner States
Skinner tidak menolak adanya kondisi internal seperti kecemasan, cinta, atau
ketakutan. Kondisi internal masih dapat diamati meskipun terbatas.
Self-Awareness
Skinner percaya bahwa bukan hanya memiliki kesadaran, manusia juga sadar akan
kesadaran tersebut. Bukan hanya sadar akan lingkungan, mereka juga sadar akan diri
mereka sebagai bagian dari lingkungan tersebut. Bukan hanya mengamati stimulus
eksternal, mereka juga sadar bahwa mereka sedang mengamati stimulus tersebut.
Perilaku merupakan fungsi dari lingkungan, dan bagian dari lingkungan tersebut
dalam diri seseorang. Setiap orang secara subjektif sadar akan pemikiran, perasaan, intensi
dan ingatannya masing-masing. Self-awareness dan kejadian pribadi dapat digambarkan
sebagai berikut : seorang pegawai kantor bercerita kepada temannya, “saya merasa sangat
frustasi hari ini sampai saya hampir berhenti dari pekerjaan saya.” Dari pernyataan ini, dapat
diambil beberapa fakta. Yang pertama, laporan yang diberikan merupakan perilaku verbal,
sehingga dapat dipelajari sama seperti perilaku lain. Yang kedua, sang pelapor menyatakan
dirinya hampir keluar dari pekerjaannya bukan merupakan perilaku. Ketiga, kejadian dimana
dia merasa frustasi merupakan kejadian pribadi. Kalimat “saya hampir keluar dari pekerjaan
saya” secara sains dapat dijelaskan menjadi “saya mengobservasi adanya kenaikan rasa
frustasi secara terus menerus dalam diri saya yang meningkatkan probabilitas saya berkata
kepada atasan saya bahwa saya akan berhenti bekerja”.
Drives
Skinner berpendapat dorongan (drives) merupakan efek dari kekurangan dan
pemuasan dan probabilitas sebuah organisme akan merespon kebutuhan tersebut. Untuk
mengurangi makanan seseorang akan meningkatkan kemungkinan orang tersebut akan
makan, dan begitu pula sebaliknya. Jika seorang psikolog memiliki pengetahuan yang cukup
tentang tiga perilaku dasar (antecedent, perilaku, konsekuensi), maka mereka akan
mengetahui mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu , atau dorongan apa yang
berhubungan dengan perilaku tertentu. Untuk saat ini, penjelasan yang didasari konstruk
fiksional seperti dorongan atau kebutuhan hanya merupakan hipotesis yang tidak dapat diuji.
Emotions
Skinner menyadari adanya emosi namun beliau berpendapat perilaku tidak boleh
diatribusikan kepada emosi. Emosi hanya merupakan kontingensi pertahanan hidup dan
kontingensi dari reinforcement. Sebagai contoh, orang yang memiliki emosi takut atau
marah merupakan orang yang lebih mungkin untuk terhindar dari bahaya.
Purpose and Intention
Skinner berkata tujuan dan intensi ada namun tidak dapat diatribusikan kepada
perilaku. Tujuan dan intensi ada dalam tubuh tapi tidak dapat diobservasi dari luar. Sebagai
contoh, jika seseorang percaya tujuan mereka melakukan lari pagi adalah untuk menjadi
lebih sehat, tujuan tersebut dapat dianggap sebagai sebuah reinforcement . Seseorang
mungkin berintensi untuk menonton film pada hari Rabu karena saat menonton film yang
serupa memberikan dia reinforcement. Apa yang disebut dengan tujuan dan intensi adalah
sebuah stimulus fisik dalam organisme dan bukan merupakan kejadian mental yang
mendasari perilaku.

Complex Behavior
Skinner perilaku manusia yang abstrak dan kompleks terbentuk dari seleksi alam, evolusi
budaya dan sejarah penguatan manusia itu. Namun Skinner tidak menyangkal adanya
proses mental yang lebih tinggi seperti kognisi, akal dan juga ingatan, serta tidak
mengabaikan usaha manusia yang kompleks seperti kreatifitas, perilaku tidak sadar, mimpi
dan social behavior.

Higher Mental Processes


Skinner (1974) mengakui bahwa pikiran manusia adalah hal yang paling sulit untuk
dianalisis tetapi masih dapat dipahami selama tidak menggunakan diksi “mind”. Berpikir,
Problem solving dan mengingat terjadi di dalam tubuh tapi tidak di dalam pikiran (?)mind
(help guys wgwgw).

Creativity
Bagaimana seorang behaviorist menjelaskan tentang kreativitas? Skinner menjawabnya
dengan membandingkan perilaku kreatif dengan seleksi alam dalam teori evolusi. Konsep
mutasi sangat penting untuk seleksi alam dan perilaku kreatif. Penulis kreatif mengubah
lingkungan mereka, sehingga menghasilkan respons yang memiliki peluang diperkuat.
Ketika "kreativitas mereka mengering," mereka dapat pindah ke lokasi yang berbeda,
bepergian, membaca, berbicara dengan orang lain, menaruh kata-kata di komputer mereka
dengan sedikit harapan bahwa mereka akan menghasilkan suatu produk. Bagi Skinner,
kreativitas hanyalah hasil dari perilaku acak atau tidak sengaja (terbuka atau terselubung)
yang kebetulan dihargai.

Unconscious Behavior
Skinner tidak mengakui emosi tidak sadar tetapi dia menerima gagasan Unconscious
behavior. Dalam pengertian yang lebih terbatas, perilaku dikatakan unconscious ketika
orang tidak lagi memikirkannya karena telah di-repress melalui hukuman. Perilaku yang
memiliki konsekuensi negatif cenderung diabaikan atau tidak dipikirkan.

Dreams
Skinner setuju dengan pandangan Freud tentang mimpi sebagai bentuk simbolis dari tujuan
wish-fulfillment. Perilaku mimpi semakin menguat ketika rangsangan seksual atau
rangsangan agresif diizinkan untuk diungkapkan. Di dalam mimpi perilaku itu dapat
dinyatakan secara simbolis dan tanpa hukuman yang menyertainya.
Social Behavior
Groups do not behave; only individuals do. Individu membentuk kelompok sebagai upaya
agar merasa aman ketika di lingkungan. Anggota suatu kelompok tidak selalu menguat
namun, setidaknya untuk tiga alasan, beberapa orang tetap menjadi anggota grup. Pertama,
orang mungkin tetap dalam kelompok yang melecehkan mereka karena beberapa anggota
kelompok memperkuat mereka; Kedua, beberapa orang, terutama anak-anak, mungkin tidak
memiliki cara untuk meninggalkan kelompok; dan ketiga, reinforcement muncul secara
bergantian. Jika reinforcement positif cukup kuat, efeknya akan lebih kuat daripada
hukuman.

Control of Human Behavior


Pada akhirnya, perilaku seseorang dikendalikan oleh kemungkinan lingkungan, tetapi
lingkungan, bukan kehendak bebas, bertanggung jawab atas perilaku.

Social Control
Social Control dapat dicapai dengan empat cara yaitu (1) Operant conditioning, (2)
describing contingencies, (3) deprivation and satiation a person, dan ( 4)physical restraint
(Skinner, 1953).
Masyarakat melakukan kontrol terhadap anggotanya melalui empat metode utama Operant
Conditioning: Positive reinforcement, Negative reinforcement, dan dua teknik Punishment
(menambahkan stimulus yang negatif dan menghilangkan yang positif).
Teknik kontrol sosial yang kedua adalah mendeskripsikan kepada seseorang kemungkinan-
kemungkinan reinforcement, menjelaskan tentang konsekuensi dari perilaku mereka. Ketiga,
perilaku dapat dikontrol dengan deprivation atau dengan memuaskan mereka dengan
reinforcement. Orang dapat dikontrol melalui pengekangan fisik seperti menempatkan
pelaku kejahatan di dalam penjara.

Self Control
Menurut Skinner seseorang dapat mengubah variabel di lingkungannya sendiri untuk
melakukan self control. Orang dapat mengubah lingkungannya, sehingga meningkatkan
kemungkinan perilaku yang diinginkan. Misalnya, seorang siswa yang ingin berkonsentrasi
pada studinya dapat mematikan televisi yang mengganggu.

The Unhealthy Personality


Self-control dan social control terkadang menimbulkan efek yang mengakibatkan perilaku
yang tidak pantas dan perkembangan kepribadian yang tidak sehat.

Counteracting Strategies
Ketika kontrol sosial berlebihan, ada tiga strategi dasar untuk menangkalnya yaitu,
melarikan diri, memberontak, atau melakukan perlawanan pasif. (Skinner,1953). orang yang
melarikan diri cenderung menarik diri dari kontrol sosial, ia akan kesulitan terlibat dalam
hubungan yang lebih intim, sulit percaya pada orang lain, lebih memilih untuk tidak terlibat.
Orang yang memberontak dalam melawan kontol sosial akan cenderung melakukan
perlawanan lebih aktif, dan melakukan serangan balik terhadap kontrol. Dan orang yang
melawan kontrol dengan perlawanan pasif akan lebih halus daripada yang memberontak
namun lebih menjengkelkan daripada yang menarik diri. Skinner percaya bahwa resistansi
pasif dilakukan saat melarikan diri, ketika pemberontakan telah gagal. Ciri mencolok dari
resistansi pasif adalah keras kepala, seseorang akan mencari banyak alasan supaya tidak
melakukan suatu hal.

Inappropriate Behavior
Perilaku yang tidak pantas terjadi atas penangkalan terhadap kontrol sosial atau upaya
kontrol diri yang gagal, terutama jika kegagalannya disertai emosi yang kuat. Inappropriate
behavior dibentuk oleh positif dan negatif reinforcement dan terutama akibat dari hukuman.
Termasuk perilaku yang terlihat tidak masuk akal namun mungkin masuk akal dalam sejarah
di masa lalu, dan termasuk perilaku yang terkendali yang dilakukan orang untuk
menghindari hukuman. Bentuk perilaku tidak pantas salah satunya dengan tidak
mempedulikan stimulus terkait hal yang tidak disukai, bentuk lainnya yaitu dari pengetahuan
diri yang rusak yang dimanifestasikan dengan rasionalisasi atau membual. Perilaku lainnya
yaitu self-punishment yang bisa disebabkan contoh dari lingkungan yang langsung
menghukum diri sendiri atau yang mengatur variabel lingkungan sehingga seakan-akan
dihukum oleh orang lain.

Kritik
Seorang psikolog, Hans J. Eysenck (1988) pernah mengkritik Skinner karena
mengabaikan perbedaan individu, kecerdasan, faktor genetik, dan seluruh bidang
kepribadian. Kritik tersebut sebagian benar, karena Skinner mengenali faktor genetik, dan
dia memang membuat definisi kepribadian sebagai sesuatu yang agak tidak antusias.
Bagaimana teori milik Skinner memenuhi enam kriteria sebagai teori yang berguna?
Pertama, teori ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan banyak penelitian.
Kedua, sebagian besar ide Skinner dapat dipalsukan atau diverifikasi, jadi kami menilai
teorinya tinggi pada kepalsuan.
Ketiga, pendekatan Skinner adalah untuk menggambarkan perilaku dan kontinjensi
lingkungan di mana itu terjadi dengan tujuannya untuk menyatukan fakta-fakta deskriptif
kemudian menggeneralisasikannya. Banyak kepribadian sifat-sifat, seperti model Lima-
Faktor, dapat dipertanggungjawabkan dengan prinsip-prinsip pengkondisian operan.
Namun, konsep lain seperti wawasan, kreativitas, motivasi, inspirasi, dan self-efficacy tidak
mudah masuk ke dalam pengkondisian operan kerangka.
Keempat, sebagai panduan untuk bertindak, kami menilai teori Skinner sangat tinggi.
Banyaknya penelitian deskriptif oleh Skinner dan pengikutnya telah membuat prosedur yang
sangat praktis. Bahkan, teori Skinnerian dapat diterapkan ke hampir semua bidang
pelatihan, pengajaran, dan psikoterapi.
Kriteria kelima adalah konsistensi internal, dan nilai teori Skinnerian sangat tinggi.
Skinner mendefinisikan istilahnya dengan tepat dan secara operasional.
Pada kriteria terakhir ini, teori ini bebas dari konstruksi hipotesis yang rumit, tetapi di
sisi lain, ia menuntut ekspresi novel dari frasa sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai