Oleh :
Anieq Bariroh
1
Pemeliharaan tekstil sebagai bahan busana adalah proses merawat bahan
tekstil/busana untuk mempertahankan penampilannya seperti baru khususnya kontruksi
busana, warna, dimensi, kehalusan, kelangsaian dan kerapiannya. Tujuan dilakukan
pemeliharaan diantaranya adalah:
1. Memelihara performa/penampilan kontruksi busana seperti baru
2. Membersihkan bahan tekstil dari segala kotoran
3. Memelihara kualitas performa/penampilan kontruksi kai
4. Memelihara kualitas warna, motif, tekstur dan pegangan kain
5. Memelihara kesehatan dan kenyamanan sipemakai
Informasi tentang bagaimana memelihara bahan tekstil ini diperlukan untuk
menentukan penggunaan dan cara pemeliharaan produk garmen (pakaian jadi). Informasi
ini biasanya dikemas dalam sebuah label yang dipasangkan pada produk busana agar dapat
membantu konsumen/pelanggan dalam merawat dan memelihara produk busana tersebut sesuai
dengan karakteristiknya. Label Perawatan pada produk pakaian jadi dari industri garmen
umumnya memuat petunjuk:
1. Pencucian basah (dengan air)
2. Pencucian kering
3. Penggunaan pemutih
4. Pengeringan
5. Penyeterikaan
Petunjuk perawatan adalah solusi sederhana untuk memecahkan masalah yang lebih
besar. Label petunjuk perawatan memberi panduan kepada para pelanggan mengenai cara
perawatan sebuah produk pakaian, serta cara mencuci yang paling tepat untuk bahan kain,
dekorasi benang dan teknik jahit jenis tertentu. Mengikuti panduan pada label petunjuk
perawatan akan memberi jaminan bahwa tampak luar dan bentuk produk garmen tetap terjaga
meski dicuci berulang kali.
Berikut beberapa informasi yang perlu diketahui tentang label petunjuk perawatan,
yaitu:
Negara tempat sebuah produk pakaian dijahit adalah negara asal yang tertulis pada
label petunjuk perawatan
Label petunjuk perawatan harus terpasang secara permanen agar mudah dilihat oleh
para pelanggan pada saat membeli produk pakaian tersebut. Pada umumnya, label ini
terdapat di bagian samping atau bagian dalam pakaian
Produsen atau pengimpor yang bersangkutan dengan produk pakaian ini
bertanggungjawab atas informasi yang terdapat dalam petunjuk perawatan
Sebuah produk pakaian mungkin diimpor tanpa label produk perawatan, namun tetap
harus diberi label petunjuk perawatan pada saat produk tersebut dijual
2
Terdapat banyak sistem pelabelan petunjuk perawatan yang telah berevolusi di
seluruh dunia. Terdapat lima sistem pelabelan petunjuk perawatan yang umumnya
digunakan pada label petunjuk perawatan. Kelima sistem ini adalah:
1. Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Internasional
Sistem pelabelan petunjuk perawatan international ditangani oleh Asosiasi
Internasional untuk Pelabelan Petunjuk Perawatan Tekstil (GINETEX) yaitu sebuah
badan dunia yang mengatur label petunjuk perawatan sejak tahun 1975. Negara-
negara anggota GINETEX ini adalah Belgia, Perancis, Jerman, Inggris, Belanda, Israel,
Austria, Swiss, dan Spanyol.
Lima simbol dasar yang digunakan dalam sistem pelabelan petunjuk
perawatan Internasional sesuai dengan aturan ini:
3
Gambar 2. Simbol Perawatan dalam Pencucian dengan Air Sistem Jepang
4
Gambar 5. Simbol Perawatan dalam Pencucian Kering Sistem Jepang
5
4. Sistem Pelabelan Petunjuk Perawatan Eropa
Lembaga independen Uni Eropa terus melakukan peninjauan terhadap standar label
petunjuk perawatan yang ada melalui kerja sama dengan berbagai lembaga
internasional lainnya agar dapat menciptakan sistem yang seragam sesuai dengan skema
ISO. Simbol-simbol yang digunakan di Eropa adalah merek dagang GENETEX dan
dikenai biaya merek dagang yang dibayarkan pada GENETEX, sebagai pemegang
merek dagang jika produk garmen tersebut akan dijual di negara-negara GENETEX.
Label petunjuk perawatan yang benar untuk negara-negara di Eropa harus terdiri dari
setidaknya empat atau kadang kala lima simbol dengan urutan berikut ini: 1)
Pencucian, 2) Pemutihan, 3) Penyetrikaan, 4) Pencucian Kering & 5) Pengeringan.
6
Gambar 10. Simbol Perawatan dalam Penyeterikaan Sistem Eropa
7
Gambar 12. Simbol Perawatan dalam Pengeringan Sistem Eropa
Sesuai dengan aturan Label Petunjuk Perawatan Komisi Perdagangan Federal, label
petunjuk perawatan harus terdiri dari kata-kata maupun simbol-simbol. Baik dalam
kata-kata, simbol-simbol ataupun keduanya, petunjuk perawatan harus ditulis dengan
urutan sebagai berikut ini:
a) Cuci mesin / cuci tangan / cuci kering
b) Suhu pencucian (panas / hangat / dingin)
c) Program mesin cuci (halus / permanent press / putaran normal)
d) Petunjuk pemutihan (jangan gunakan pemutih / gunakan pemutih berbahan dasar
non-klorin / gunakan pemutih berbahan dasar klorin)
e) Cara pengeringan (dengan mesin pengering / jemur / hamparkan / angin-
anginkan)
f) Penyetrikaan (jangan disetrika / setrika dengan suhu rendah / setrika
dengan suhu sedang / setrika dengan suhu panas)
g) Peringatan
8
Sejak bulan Desember 1996, sebuah sistem baru yang hanya menggunakan simbol dan
tanpa kata-kata digunakan di Amerika Serikat.
Simbol petunjuk perawatan yang telah direvisi ini dikembangkan oleh American
Society for Testing and Materials (ASTM) dengan penjelasan seperti berikut ini
9
Gambar 14 ; Intruksi Dalam Care Label
10
Gambar 15 ; Intruksi Dalam Care Label
11
Gambar 16 ; Intruksi Dalam Care Label
12
Gambar 17 ; Intruksi Dalam Care Label
Cara penanganan yang tidak sesuai dengan care label bisa menyebabkan kerusakan
pada garment, seperti luntur, printing rusak, dll. Berikut contoh lain dari care label
yang biasa terdapat pada produk.
13
Gambar 18 : Cara Membaca Label
Pada garment jadi sangatlah penting untuk memperhatikan proses penanganan dan
perawatan agar garment yang dibeli tidak rusak dan bertahan lama. Cara penanganan dan
perawatan ini dapat dilihat pada “care label/instruction” yang tertulis di hang tag.
Penanganan/ perawatan garment sangat ditentukan oleh bahan yang digunakan.
Untuk perawatan pakaian yang kita miliki tentu tidak hanya cukup informasi
yang ada dalam Label ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan yaitu:
1. Penggunaan sabun cuci dan zat-zat lainnya dalam proses perawatan pakaian
2. Pencucian dan Penjemuran manual (Jika diperlukan)
3. Proses Pelipatan
14
4. Proses Penyimpanan
Langkah langkah umum perawatan bahan tekstil untuk busana
1. Perhatikan jenis serat, warna dan konstruki kainnya serta label perawatan (jika ada)
2. Sortir /pilih bahan warna putih/muda dengan warna gelap, tingkat dan jenis kotoran yang
menempel dan kontruksi kainnya. Jika ada perbedaan mencolok pisahkan untuk diproses
tersendiri
3. Perendaman : beberapa jenis pakaian dengan tingkat luntur warana yang buruk tdak
perlu direndam terlebih dahulu/lama. Penambahan zat zat pencucian perlu diperhatikan
jumlah dan konsentrasinya
4. Pencucian: Proses pencucian sesuai dengan instruksi label perawatan harus dengan
cuci tanpa air (dry celan) atau pencucian dengan air. Jika diperlukan dengan suhu
tertentu dapat disesuaikan. Jika diperlukan untuk pencucian dari noda noda tertentu juga
perlu diperhatikan penggunaan zat-zat penghilang noda dan prose spencuciannya sehingga
noda dapat hilang dan tanpa merusak bahan itu sendiri dan bahan lainnya.
5. Pengeringan : Meliputi proses pemerasan dan penjemuran. Jika proses penjemuran terkena
matahari langsung perlu diperhatikan lamanya penjemuran dan sisi dalam diupayakan yang
kena Sinar Matahari
6. Penyeterikaan : Yang paling utama adalah pengaturan panas penyeterikaan harus
memperhatikan jenis serat dan kontruksi bahan serta petunjuk yang ada ada label
7. Pelipatan : Proses pelipatan sesuai dengan jenis produk busananya
8. Penyimpanan : Penyimpanan umumnya dalam lipatan (Fltat) beberapa jenis pakaianhar us
dengan digantung (hanging) . Kelembapan dan kekeringan tempat penyimpanan juga perlu
diperhatikan.
Beberapa jenis busana khususnya busana pesta seperti Jas, kebaya, gaun dan bahan
tekstil dari tenun tradisional dan batik tulis memerlukan prosedur perawatan dan penanganan
khusus umumnya dilakukan secara manual maupun dengan pencucian kering.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Latif Sulam. (2008). Teknik Pembuatan Benang dan Pembuatan Kain untuk SMK.
Jilid 1 . versi elektronik –BSE. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Abdul Latif Sulam. (2008). Teknik Pembuatan Benang dan Pembuatan Kain untuk SMK.
Jilid 2 . versi elektronik –BSE. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional
Ass Asmawati. (2008). Panduan Pembuatan Kemeja pada Industri Garmen Modern.
Materi Pelatihan Garmen.
Noerati, dkk. (2013). Teknologi Tekstil. Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Guru (PLPG).
Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Noor Fitrihana. ( 2011). Memilih Bahan Busana. KTSP. Klaten
Noor Fitrihana & Widihastuti (2014). Pengendalian Kualitas fashion. Yogyakarta: Bahan Ajar
PTBB FT UNY
16