Anda di halaman 1dari 3

BAB II

2.1 Anatomi Fisiologi Kelenjar Endokrin


Sel sekretoris kelenjar endokrin melepaskan produksnya, molekul pensinyal yang
disebut hormon, ke dalam kompartemen vaskular yang berdekatan untuk ambilan oleh kapiler
dan distribusi ke seluruh tubuh, bukan secara langsung ke dalam duktus epitelial seperti sel-
sel kelenjar endokrin. Sel endokrin biasanya beragregat sebagai korda., atau sebagai folikel
pada kasus kelenjar tiroid.

Distribusi melalui sirkulasi memungkinkan hormon bekerja pada sel target dengan
protein reseptor untuk hormon tersebut pada jarak tertentu dari tempat sekresinya. Sel
endookrin lain menghasilkan hormon yang bekerja sangat cepat pada jarak yang pendek. Hal
ini dapat melibatkan sekresi parakrin, dengan penyebaran setempat dalam cairan intertisial
atau melalui jalinan pendek pembuluh darah, seperti halnya ketika gastrin yang dibentuk sel
G pilorus mencapai sel target di kelenjar fundus, atau sekresi justakrin, dengan suatu molekul
pensinyal yang tetap berada di permukaan sel penyekresi atau mariks ekstrasel yang
berdekatan dan memengaruhi sel target ketika sel berkontak. Sinyal jukstakrin terutama
penting pada interaksi jaringan yang berkembang. Pada sekresi autokrin, sel dapat
menghasilkan molekul yang bekerja pada sel itu sendiri atau sel bertipe sama. Faktor
pertumbuhan yang mirip insulin (IGF) yang dibentuk sejumlah tipe sel dapat bekerja pada sel
yang sama yang menghasilkannya. Kelenjar endokrin juga sering menjadi organ target untuk
hormon lain. Hal ini membantu tubuh mengatur sekresi hormon melalui suatu mekanisme
umpan-balik dan menjaga kadar hormon darah dalam batas-batas yang sempit.

Hormon, seperti neutrotransmiter, sering berupa molekul hidroflik seperti protein,


gikoprotein, peptida atau asam amino yang termodifikasi. Prtein reseptor ini berada pada
permukaan sel target. Sebagai alternatif, steroid hidrofobik dan hormon tiroid harus beredar
pada protein pengangkut tetapi dapat berdifusi melalui membran sel dan mengaktifkan
reseptor protein sitoplasma pada sel target. (Anthony, L 2011)

2.2.1 Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid, yang berada di regio servikal di sebelah anterior laring, terdiri atas
dua lobus yang disatukan oleh isthmus. Pada masa emrionik awal, tiroid berkembang dan
endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah. Fungsinya adalah membuat hormon tiroid:
tiroksin (tetraiodotiroin atau T4), yang penting untuk pertumbuhan, diferensi sel, dan untuk
pengaturan laju metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di seluruh tubuh. Hormon tiroid
memengaruhi metabolisme protein, lipid, dan karbohidrat.

Parenkin tiroid yang terdiri atas jutaan struktur epitel bulat yang disebut folikel tiroid.
Setiap folikel terdiri atas selapis epitel dengan lumen sentral yang terisi dengan suatu
substansi gelatinosa yang disebut koloid. Tiroid adalah satu-satunya kelenjar endokrin
dengan sejumlah besar simpanan produk sekretoris. Selain itu, akumulasi tersebut berada di
luar sel, yaitu koloid folikel, yang juga tidak biasa. Pada manusia, terdapat sejumlah hormon
di folikel untuk menyuplai tubuh hingga selama tiga bulan tanpa sintesis tambahan. Koloid
tiroid mengandung glikoprotein besar, yakni tiroglobulin (600 kDa), prekursor untuk hormon
tiroid aktif.

Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa dan dari capsula ini, septa terjulur
kedalam parenkim, dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah, saraf,
dan pembuluh limfe. Folikel terkemas rapat, yang terpisah satu sama lain hanya oleh sebaran
jaringan ikat retikular. Stroma ini sangan tervaskularisasi dengan jalinan kapiler ekstensif
yang mengelilingi folikel, yang mempermudah transfer molekul antara sel folikel dan darah.

Sel folikel memiliki bentuk yang bervariasi dari skuamosa hingga kolumnar rendah
dan folikel memilii diameter yang cukup bervariasi. Ukuran dan gambaran selular folikel
tiroid bervariasi seuai aktivitas dan fungsionalnya. Kelenjar aktif memiliki lebih banyak
folikel yang terdiri atas epitel kolumnar rendah; kelenjar dengan sebagian besar sel folikular
skuamosa dianggap hipoaktif.

Seperti epitel folikel memiliki kompleks taut yang khas di aspeks dan berada di
laminan basal. Sel memperlihatkan organel yang mengindikasikan sintesis protein aktif dan
fagositosis dan pencernaan. Inti biasanya bulat dan berada di tengah sel. Di basal, sel di apeks
yang berhadapan dengan lumen folikel adalah kompleks Golgi, granula sekretoris yang terisi
dengan materi koloid, fagasom yang besar dan sejumlah besar lisosom. Membran sel kutub
apikal memiliki mikrovili dalam jumlah sedang. Mitokondria dan sisterna RE kasar tersenit
di seluruh sitoplasma.

Jenis sel endokrin lain, yaitu sel parafolikel atau sel C, juga terdapat dalam lamina
basal epitel folikel atau sebagai kelompok di antara folikel-folikel. Sel parafolikel berasal dari
krista neuralis yang bermigrasi ke sel folikel dan terpulas lebih lemah. Sel ini memiliki RE
kasar dalam jumlah yang lebih sedikit, kompleks Golgi besar dansejuah granual kecil
(berdiameter 100-180 nm) yang menyintesis dan menyekresi kalsitonin, yang salah satu
fungsinya menekan resorpsi tulang oleh osteoklas. Sekresi kalsitonin dipicu oleh peningkatan
kadar Ca2+¿ ¿. (Anthony, L.M 2011)

Sumber

Mescher, L.M. (2011). “Histologi Dasar Junoueira Teks dan Atlas ed 12”. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai