Anda di halaman 1dari 20

GAMBARAN UMUM SISTEM ENDOKRIN

A. KOMPONEN SISTEM.
Sistem Endokrin di dalam tubuh terdiri atas beberapa organ endokrin, ialah :
- adenohipofisis.
- kelenjar tiroid.
- kelenjar adrenal.
- pulau-pulau jaringan endokrin di dalam kelenjar eksokrin, misalnya insula
pancreatica.
- dan beberapa sel endokrin dengan fungsi "DNES" di dalam mukosa saluran
pencernaan.
B. ASAL-USUL.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak memiliki saluran keluar (ductus
excretorius) yang berkembang sebagai invaginasi permukaan epitel, misalnya
ektoderm mulut (oral) atau endoderm usus, yang akhirnya terlepas, kehilangan kontak
(hubungannya) dengan epitel induknya.
C. STRUKTUR MIKROSKOPIK.
Kelenjar endokrin secara khas tersusun oleh sel sekretorik yang sangat banyak
jumlahnya yang tersusun sebagai alur (chorda), menggerombol atau folikel cekung
yang langsung kontak dengan kapiler darah atau sinusoid.
D. SEKRESI.
Sel endokrin melepaskan sekretnya, khususnya berupa hormon, ke dalam aliran darah.
Produk lainnya yang dilepaskan bukannya ke dalam aliran darah melainkan ke dalam
suatu saluran (ductus) (misalnya enzim dan serum albumin), namun kadang-kadang
juga dianggap sekresi hormon. Hormon merupakan molekul dengan efek/pengaruh
pengaturan khas pada sel target, jaringan atau organ tertentu yang letaknya jauh dari
letak kelenjar itu sendiri. Hormon, dengan kadar sangat kecil dapat membangkitkan
pengaruh yang dramatik dan khas, dan dapat mempengaruhi semua jaringan baik
secara. langsung maupun tidak langsung. Banyak di antara. hormon penting untuk
menjaga lingkungan dalam keadaan mantap. Hormon memainkan peranan penting di
dalam mengatur metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid; keseimbangan mineral
dan air di dalam cairan tubuh; pertumbuhan; perbedaan bentuk tubuh dan fungsi
seksual dalam kaitan dengan seks dan perilaku, sifat atau temperamen dan emosi.

Dikenal ada dua jenis hormon, ialah :


1. Hormon peptida.
Hormon protein, glikoprotein, atau peptida rantai pendek mengikat reseptor khusus
pada permukaan sel target. Hormon jenis ini kadang-kadang menstimulasi produksi
massenger intraseluler kedua, misalnya siklus Krebs (cyclic AMP) di dalam sel target.
2. Hormon steroid.
Hormon yang larut dalam lipid ini dengan mudah menembus plasma sel target dan
kemudian secara langsung mempengaruhi fungsi sel. Hormon ini mengikat pada
protein pengikat khusus di dalam sitoplasma dan nukleus.
E. SISTEM NEUROENDOKRIN.
Saling hubungan fungsi yang kompleks di antara sel, jaringan dan organ tubuh
diawasi dan dikoordinasi oleh dua sistem yang saling melengkapi ialah sistem syarafi
dan sistem endokrin. Dengan makin bertambahnya perhatian terhadap kedua sistem
ini, maka hal ini dipertimbangkan sebagai bagian sistem neuroendokrin tunggal. Salah
satu kelenjarnya disebut sebagai "master gland" karena kemampuannya mengatur
kelenjar endokrin dan sistem syaraf. Aktivitas sekretorik dua bagian hipofisis ini, ialah
neurohipofisis dan adenohipofisis, keduanya diatur oleh bagian lain otak yang
letaknya berdekatan ialah hipotalamus. Aktivitas hipotalamus sendiri diatur oleh
1. hubungan syarafi dengan bagian lain sistem syaraf dan
2. umpan-balik negatif ("negatif feedback") dari hormon yang dihasilkan oleh sel
target hipofisis.
Penyakit-penyakit yang berkaitan dengan hipofisis yang ada terutama sebagai akibat
hipersekresi atau hiposekresi hormon hipofisis; hyper maupun hiposekresi ini
disebabkan oleh kerusakan hipofisis, organ targetnya atau hipotalamus.
ORGANISASI UMUM & ASAL-USUL EMBRIONIK HIPOPISIS.
Hipofisis tersusun oleh 2 bagian besar, ialah :
- adenohipofisis, dan
- neurohipofisis.
Kedua bagian ini berbeda, baik asal-usulnya, struktur maupun fungsinya.
A. ADENOHIPOFISIS.
1. Asal
Dari evaginasi ke atas ektoderm yang melapisi rongga mulut primitif.
Bagian ini mengadakan kontak dan kemudian menyatu dengan neurohipofisis yang

tumbuh ke bawah.
2. Struktur umum.
Adenohipofisis tersusun oleh alur-alur sel epitel glanduler yang dipisahkan satu
dengan alur lainnya oleh kapiler sinusoidal yang banyak sekali jumlahnya dari plexus
capillaris secundarius. Adenohipofisis tidaklah dipersyarafi secara langsung oleh
syaraf hipotalamik.
3. Subdivisi.
Adenohipofisis terbagi-bagi menjadi:
- pars distalis (pars anterior), merupakan bagian terbesar.
- pars tuberalis, merupakan perluasan ke arah superior dari pars distalis, membentuk
bagian "lengan" yang merupakan selubung partial infundibulum. (neurohipofisis).
- pars intermedia, merupakan bagian berupa pita sempit jaringan hipofisis yang
berbatasan dengan neurohipofisis.
B. NEUROHIPOFISIS
1. Asal.
Neurohipofisis timbul sebagai pertumbuhan ke arah bawah ektoderm neural
hipotalamus dan oleh karenanya merupakan bagian otak.
2. Struktur umum.
Neurohipofisis mengandung sejumlah besar axon. Axon ini berasal dari badan sel
syaraf terutama pada nucleus supraopticus dan nucleus paraventricularis hypothalami.
3. Subdivisi.
Neurohipofisis terbagi menjadi infundibulum yang tersusun oleh "infundibular stem"
("neural stalk") dan eminentia mediana. "Infundibular stem" ini membawa axon dari
hipotalamus ke pars nervosa, dan mengandung kapiler dari plexus capillaris primarius.
Eminentia mediana dari tuber cinerium membentuk lantai hipotalamus. Pars nervosa
(processus infundibularis) merupakan perluasan lobus neurohipofisis; pars nervosa ini
mengandung axon terminal dan sejumlah besar kapiler darah.
ADENOHIPOFISIS
Setiap sel sekretorik di dalam adenohipofisis mensintesis dan menyimpan salah satu
hormon tersebut di bawah ialah:
* follicle-stimulating hormone (FSH).
* thyrotropin (thyroid stimulating hormone; TSH)
* luteinizing hormone (LH)
* adrenocorticotropic hormone (ACTH)

* growth hormone (GH), dan


* prolactin
Pelepasan hormon-hormon tersebut, yang mengatur aktivitas berbagai kelenjar lain,
diregulasi atau diatur oleh hormon "releasing" atau "inhibiting" khusus yang
diproduksi oleh hipotalamus dan diangkut ke adenohipofisis oleh darah di dalam
sistem portal hipofisis.
A. PARS DISTALIS.
Tersusun oleh dua kelompok sel, ialah :
1. Chromophobus. Sel ini tidak mengikat zat warna, sehingga tercat pucat, tampak
jernih atau putih pada sediaan mikroskopik jaringan. Sel chromophobus ini ada tiga
jenis, ketiga jenis sel ini merupakan 50% sel epithelial di dalam pars anterior. Ketiga
sel tersebut ialah :
a| sel non-sekretorik yang belum mengalami diferensiasi, kemungkinan merupakan sel
stem,
b| sel kromofilik yang sebagian mengalami degranulasi, yang mengandung granula
sedikit, dan
c| sel folikuler, merupakan jenis sel kromofob yang mendominasi membentuk
anyaman stroma yang menopang sel lain (kromofil). Sel berbentuk bintang (stelat) ini
dapat memiliki fungsi fagositik.
2. Chromophylus, Sel kromofil penghasil hormon ini mengikat dengan kuat zat warna,
karena di dalam sitoplasmanya mengandung sejumlah besar granula tempat hormon
ditimbun/disimpan. Terdapat jenis sel khusus untuk setiap hormon. Sel kromofil
berukuran lebih besar dibandingkan sel kromofob, dan dibagi menjadi dua kelas, yaitu
:
a. Asidofil.
Sel ini merupakan penghasil protein sederhana tercat kuat dengan eosin dan orange G,
namun tidak terwarnai dengan PAS. Sel ini mengelompok pada bagian tepi organ,
berukuran lebih kecil dibandingkan dengan sel basofil sedangkan granula
sitoplasmiknya lebih besar dan lebih banyak jumlahnya. Sel asidofil terdiri atas dua
jenis sel penghasil hormon, ialah somatotroys yang menghasilkan hormon
pertumbuhan (somatotropin = growth hormone), dan sel mammotrops, yang
menghasilkan prolaktin. Untuk mengingat-ingat hormon yang dihasilkan sel asidofil
ini sering disingkat menjadi GPA (Growth hormone, Prolaktin, Asidofil).
b. Basofil.

Sel basofil tercat dengan hematoksilin dan zat warna basis lainnya, dan bersifat PAS
positif. Lokasi sel ini pada bagian tengah organ, dengan ukuran lebih besar bila
dibandingkan dengan sel asidofil. Sel basofil ini tersusun oleh tiga jenis sel yang
memproduksi empat jenis hormon, ialah :
- Masing-masing sel dari 2 jenis sel gonadotrops menghasilkan gonadotropin yang
berbeda. Salah satu selnya memproduksi follicle stimulating hormone (FSH); sedang
sel lainnya menghasilkan luteinizing hormone (LH; disebut juga interstitial cellstimulating hormone = ICSH pada laki-laki).
- Sel kortikotrovik menghasilkan adrenocortitropin (ACTH) .
- Sel Tirotropi menghasilkan thyroid-stimulating hormone (TSH).
B. PARS TUBERALIS.
Pars tuberalis berbentuk seperti cerobong kapal dan merupakan perluasan ke arah atas
pars distalis yang mengelilingi "infundibular stem". Gambaran Histologiknya sama
dengan pars distalis, namun isinya sebagian besar adalah sel gonadotrops. Pars
tuberalis penuh dengan kapiler darah dari plexus capillaris primarius sistem portal
hipofiseal.
C. PARS INTERMEDIA.
Pars intermedia tampak seperti pita atau sabuk adenohipofisis di antara pars distalis
dan pars nervosa. Pada manusia tidak berkembang. Pars intermedia mengandung
Rathke's cysts. Rathke's cysts ini berupa ruang-ruang kecil, bentuk ireguler dan berisi
koloid, yang dilapisi epitel kuboid. Cysts/ Kista ini merupakan sisa-sisa kantong
Rathke (Rathke's pouch). Pars intermedia juga mengandung kelompok dan alur-alur
sel basofil atau melanotrops, yang memproduksi melanocyte-stimulating hormone
(BMSH).
D. VASKULARISASI DAN SISTEM PORTAL HIPOPISIS.
1. Plexus capillaris primarius.
Plexus ini terdapat di sebelah atas "infundibular stalk" = truncus infundibularis dan di
sebelah bawah emenentia medianal meluas ke dalam pars tuberalis. Plexus capillaris
ini menerima darah dari arteria hypo-physealis anterior dan posterior superior (dari
circulus Willisi) dan mengalir ke dalam yena portalis hypophysealis.
2. Vena Portalis hypophysealis.
Vena kecil-kecil maupun venula terutama terletak di bagian tengah dan di sebelah
bawah truncus infundibularis dan di dalam bagian pars tuberalis. Vena portalis ini

menerima darah dari plexus capillaris primarius dan secara langsung diangkut ke
plexus capillaris secundarius di dalam pars distalis. Pembuluh darah membawa darah
langsung dari satu plexus kapillaris tertentu ke plexus kapillaris lain tanpa kembali ke
sirkulasi induk, ialah pembuluh portal.
3. Plexus capillaris secundarius.
Plexus yang kaya kapiler-kapiler berlubang-lubang ini menempati seluruh bagian pars
distalis juga menembus pars tubelaris dan pars intermedia. Pada plexus ini juga
dijumpai beberapa hubungan di antara kapiler ini dan kapiler yang terdapat di dalam
pars nervosa. Kapiler yang terdapat di antara lajur sel-sel kelenjar di dalam pars
distalis, milik plexus ini, yang menerima darah langsung dari vena portalis dan darah
arterial dari arteria hypophysealis anterior-inferior. Darahnya mengalir dari vena
hypophysealis inferior ke dalam vena jugularis interna.
E. HORMON-HORMON RELEASING DAN INHIBITING HIPOTALAMUS.
Hormon peptida dengan berat molekul kecil ini disintesis di dalam neuron (badan sel
neurosekretorik) pada nukleus di hipotalamus dan dilepaskan dari akson terminalnya
ke dalam plexus kapilaris primer. Hormon tersebut mengalir melalui venula portalis
hypophysealis dan masuk ke dalam plexus venosus secundarius. Kemudian
menembus ke dalam adenohipofisis untuk menstimulasi atau menghambat pelepasan
hormon oleh sel asidofil dan basofil (endocrinocytus acidophilicus dan
endocrinocytus basophilicus).
1. Hormon "pembebas" = pemacu = "releasing hormone".
Termasuk hormon ini ialah :
a. "corticotropin-releasing hormone" (CRH) : merupakan hormone peptida yang
tersusun oleh 41 asam amifio dan disintesis di dalam nucleus paraventricularis serta
memacu sel korticotropik/kortikotrops menghasilkan hormon ACTH.
b. Gonadotropin-releasing hormone" (GnRHI). Tersusun oleh 10 macam asam amino,
disintesis di dalam nucleus preopticus dan nucleus arcuatus, memacu sel
gonadotropik/gonadotrops untuk memacu pelepasan hormon FSH dan LH.
c. "thyrotropin-releasing hormone" (TRH). Hormon peptida yang disusun oleh 3 asam
amino, memacu sel tirotropik/tirotrops melepaskan TH (tirotropin).
2. Hormon "inhibiting"/penghambat = "inhibiting hormone".
a. Somatostatin (GHIH "growth hormone-inhibiting hormone"),
merupakan hormon peptida yang disusun oleh 14 asam amino disintesis di dalam

nucleus suprachiasmaticus yang menghambat sel somatotropik/somatotrops penghasil


somatotropin (GH = "growth hormone"). Somatostatin ini juga menghambat sekresi
glukagon, insulin dan hormon-hormon lain yang berkaitan dengan saluran pencernaan
("gastrointestinal tract").
b. Dopamin ("prolactin-inhibiting hormone" = PIH),
suatu neurotransmiter yang disintesis di dalam nucleus arcuatus yang menghambat sel
mamotropik/mamotrops melepaskan prolaktin.
F. RINGKASAN TENTANG PRODUKSI HORMON ADENOHIPOFISIS.
1. Neuron dalam nucleus pada hipotalamus mensintesis hormon penghambat dan
hormon pemacu ("releasing" dan "inhibiting") dan mengkemasnya di dalam vesikal
neurosekretorik.
2. Neuron mengangkut vesikel neurosekretorik ini ke bawah di dalam akson tractus
tuberoinfundibularis dan tractus hypothalamohypophysealis ke axon terminal yang
mengelilingi kapiler-kapiler plexus primarius.
3. Stimulasi syarafi atau umpan-balik hormonal dari organ target adenohipofisis
menyebabkan syaraf-syaraf ini membangkitkan potensi-aksi ("action-potential") yang
melepaskan hormon penghambat atau hormon pemacu yang tepat dari axon terminal.
4. Hormon penghambat atau pemacu kemudian masuk ke dalam plexus capillaris
primarius dan mengalir lewat vena portae ke plexus capillaris secundarius.
5. Di dalam plexus capillaris secundarius ini, hormon merembes keluar dari lumen
kapiler melalui jendela-jendela atau lubang-lubang ("fenestratum") dan
memacu/menstimulasi atau menghambat pelepasan hormon adenohipofisis yang
tersimpan di dalamnya dari sel asidofil atau sel basofil.
6. Hormon adenohipofiseal masuk kapiler-kapiler plexus capillaris secundarius;
kemudian meninggalkan adenohipofisis melalui vena hypophysealis anterior-inferior
ke dalam sirkulasi besar.
G. HISTOFISIOLOGI HORMON-HORMON ADENOHIPOFISIS.
1. Somatotropin = GH = "growth hormone" (STH).
Somatotropin merupakan protein dengan molekul kecil, tersusun oleh 190 asam
amino dan tidak memiliki komponen karbohidrat. Hormon ini tidak memiliki "organ
target", namun berpengaruh terhadap sel-sel di seluruh tubuh; menaikkan ratio sintesis
protein. Pengaruh metabolik lainnya ialah menaikkan mobilitas asam lemak dari
jaringan adipose dan menurunkan rasio penggunaan glukosa. Pengaruh yang menonjol
ialah pada ratio pertumbuhan pada binatang muda. Tiadanya hormon ini menyebabkan

"pituitary dwarfism". Kelebihan hormon ini menyebabkan "pituitary gigantism".


Kelebihan produksi hormon ini disebabkan oleh adanya tumor pada pars distalis pada
masa dewasa menyebabkan acromegali, keadaan yang ditandai khas oleh adanya
penebalan-penebalan tulang yang tidak prorposional/tidak seimbang.
2. Prolaktin.
Merupakan protein dengan berat molekul 25.000 D dan tersusun oleh 205 asam
amino. Peranan utamanya ialah memacu perkembangan glandula mammaria dan
laktasi. Pada masa kehamilan, konsentrasi hormon ini meningkat cepat sekali, mulai
kehamilan lima minggu sampai kehamilan aterm.
3. Thyrotropin (thyroid stimulating hormone = TSH).
Termasuk hormon glikoprotein dengan berat molekul kira-kira 2.800 D. Hormon ini
mengadakan proteolisis tiroglobulin dan melepaskan hormon tiroid ke dalam darah.
Hormon ini juga dapat menyebabkan sel kelenjar menjadi hipertrofi dan
mengakibatkan ratio sintesis hormon tiroid naik.
4.Gonadotropin : FSH dan LH.
Kedua hormon ini diproduksi sel pars distalis hipofisis yang disebut gonadotrops.
FSH merupakan glikoprotein dengan berat molekul kira-kira 30.000 D. Pada wanita
hormon ini mengalami siklus sekresi yang naik turun setiap bulannya. Naiknya kadar
hormon ini merangsang perkembangan beberapa folikel di dalam ovarium dalam
persiapan untuk satu atau dua ovulasi pada pertengahan siklus. Sedangkan pada lakilaki FSH memainkan peranan penting di dalam memprakarsai spermatogenesis pada
masa pubertas. Peranan hormon ini pada manusia dewasa kurang jelas, namun tampak
memiliki peran terhadap sel sertoli (endocrinocytus interstitialis) pada tubulus
seminiferus, memacu sintesis hormon androgen terikat protein. LH, merupakan suatu
gikoprotein dengan berat molekul 26.000 D. Pada wanita pengaruhnya terhadap
ovarium menaikkan sekresi hormon estrogen dengan mengembangkan folikelfolikelnya. Hormon ini perlu untuk maturasi atau pemasakan folikel, dan pada
pertengahan siklus dengan naiknya kadar puncak hormon LH. Setelah ovulasi hormon
ini menyebabkan diferensiasi sel-sel lutein yang membentuk corpus luteum. Hormon
LH pada laki-laki memacu sel-sel interstisial pada testis mensekresi testosteron yang
penting untuk menjaga proses spermatogenesis.
5. Adrenokorticotropin = hormon adrenokortikotrop.
Hormon ini termasuk polipeptida dengan 39 rantai asam-amino, dengan berat molekul

kira-kira 4.500 D. Hormon ini memacu korteks kelenjar adrenal untuk


memproduksi/mensekresi hormon kortisol cortisol.
IV. NEUROHIPOFISIS
Neurohipofisis memiliki tiga komponen struktural, ialah:
A. AKSON SEL NEUROSEKRETORIK.
Neurohipofisis mengandung banyak, sekali serabut syaraf (akson) tanpa selubung
myelin (neurofibra nonmyelinata). Akson ini berasal dari badan sel syaraf (corpus
neurocyti) yang terletak terutama di dalam nucleus supraopticus dan nucleus
paraventricularis hypothalami. Axon ini menjalar dari kedua nukleus tersebut ke pars I
nervosa hipofisis, bersama-sama membentuk suatu tractus hypothalamo
hypophysealis. Axon ini mengandung granula neurosekretorik dam memperagakan
granula berisi neurosekret dengan ukuran besar disebut Herring bodies (corpusculum
neurosecretorium accumulatum). Material neurosekretorik yang terdapat di dalam
granula tersebut diproduksi dan di kemas di dalam dua nukleus tersebut.
1. Hormon neurohipofisial.
Neuron hipotalamus yang berterminasi di dalam neurohipofisis melepaskan hormon
oksitosin dan anti-diuretik, di sekitar kapiler darah di dalam bagian hipofisis tersebut.
a. Oksitosin merupakan peptida dengan 9 rantai asam amino, terutama disintesis oleh
sel-sel nucleus paraventricularis hypothalami. Hormon ini memacu keluarnya air susu
dari glandula mammae dan memacu kontraksi otot polos uterus pada waktu kopulasi
dan melahirkan anak.
b. Hormon anti diuretika = Antidiuretic hormone (ADH = arginine vasopressin).
Merupakan suatu peptida yang tersusun oleh 9 asam amino dan disintesis terutama
oleh sel-sel pada nucleus supraopticus. Hormon ini memacu reabsorpsi air oleh ductus
collectivus renalis.
2. Neurofisin sebagai pengikat-protein yang mengikat kedua hormon neurohipofisis
tersebut.
3. ATP = Adenosin triphosphate.
B. PLEXUS CAPILLARIS FENESTRATUM.
Terdapat mengelilingi axon terminalis. Kapiler-kapiler darah ini menerima produk
sekretorik dan membawanya ke sirkulasi besar.

C. PITUICYTUS.
Pituicytus ini merupakan sel glia yang bercabang-cabang, dan taju-tajunya
mengelilingi serta menopang axon tanpa selubung myelin.
D. RINGKASAN TENTANG PRODUKSI HORMON NEUROHIPOFISIS.
1. Neuron di dalam nucleus supraopticus dan nucleus paraventricularis hypothalami
masing-masing mensintesis hormone ADH dan oksitosin.
2. Neuron-neuronnya mengkemas kedua hormon dengan neurofisin dan ATP di dalam
vesikel neurosekretorik.
3. Vesikel-vesikel ini ditransportasikan oleh neuron dengan aksonnya menuju ke
bawah di dalam tractus hypothalamohypophysealis ke axon terminal di antara kapilerkapiler darah pars nervosa.
4. Pada stimulasi yang tepat, sel neurosekretorik membangkitkan potensi aksi
sepanjang akson-aksonnya, menyebabkan eksositosis isi vesikel pada akson terminal.
GLANDULA ADRENALIS
1. GAMBARAN UMUM SEL SEKRETORIK HORMONAL = endocrinocytus :
Hubungan struktur-fungsi. Pengetahuan tentang-struktur endocrinocytus memberikan
suatu prediksi atau praduga tentang struktur ultra endocrinocytus yang memproduksi
hormon steroid mengandung reticulum endoplasmicum nongranulosum lebih banyak
dibandingkan dengan reticulum endoplasmicum granulosumnya; sebaliknya
endocrinocytus yang memproduksi hormon peptida mengandung dalam jumlah
banyak reticulum endoplasmicum granulosum.
2. GLANDULA ADRENALIS = GLANDULA SUPRARENALIS.
Membentuk topi yang terdapat di atas ren (ginjal). Kelenjar ini terbagi-bagi menurut
asalnya, struktur dan fungsinya menjadi dua bagian pokok, ialah :
- cortex, dan
- medulla
A. KORTEKS ADRENAL.
1. Asal embrionik.
Korteks adrenal berasal dari mesoderm coelom intermedia.
2. Struktur kelenjar dewasa.
Sel-sel kelenjar pada korteks adrenal memiliki struktur khas sebagai sel penghasil
hormon steroid. Korteks adrenal dibagi menjadi tiga lapis, ialah :
- zona glomerulosa

- zona fasciculata, dan


- zona reticularis.
a. Zona glomerulosa.
Zona glomerulosa merupakan lapisan terluar kelenjar adrenal dan letaknya tepat di
bawah kapsul dan merupakan 15% volume kelenjar adrenal. Sel-selnya mengelompok
menyerupai busur (glomerulus) dikelilingi kapiler-kapiler darah. Endocrinocytus pada
zona ini memproduksi hormon mineralokortikoid.
b. Zona fasciculata.
Lapisan tengah korteks adrenal ini, menyusun kira-kira 65% isi kelenjar adrenal. Selselnya tersusun seperti lajur-lajur lurus membentuk fasciculus, yang arahnya tegak
lurus terhadap permukaan organ. Endocrin-ocytus pada organ ini memproduksi
gukokortikoid dan beberapa hormon androgen adrenal.
c. Zona reticularis.
Zona reticularis merupakan lapis paling dalam dan menyusun kira-kira 7% volume
adrenal. Sel-selnya tersusun menyerupai "chordal' atau tali tak teratur yang
mengadakan jalinan/anyaman anastomosis (reticulum). Selnya sendiri serupa sel pada
zona fasciculata, namun lebih kecil dan lebih asidofil. Sel-selnya mengandung lipid
yang sedikit kurang dibandingkan dengan sel di dalam zona fasciculata dan
mengandung lebih banyak mitochondrion dan mengandung banyak granula
lipofuscin. Zona reticularis dan zona fasciculata tampak membentuk zona fungsional
tunggal dengan zona reticularis memproduksi sebagian besar glukokortikoid dan
androgen adrenal, sedangkan zona fasciculata memainkan peran zona reserve yang
diaktivasi stimulasi berkepanjangan.
3. Fungsi normal.
Korteks adrenal memproduksi tiga jenis hormon steroid, ialah :
a. Mineralokortikoid.
Terutama tersusun oleh aldosteron, yang diproduksi oleh zona glomeru-losa dalam
responsnya terhadap stimulus/pacuan, terutama atas pacuan angiotensin II, namun
juga oleh ACTH. Aldosteron mengatur keseimbangan air dan elektrolit terutama
dengan cara memacu absorbsi Na oleh tubulus distalis renis, demi-kian juga
berpengaruh pada mukosa gastrika dan kelenjar saliva.
b. Glukokortikoid.
Terutama terdiri atas kortisol dan kortikosteron. Kedua hormon ini diproduksi oleh

zona reticularis atas pacuan ACTH dan diproduksi pula oleh zona fasciculata terhadap
stimulasi yang berkepanjangan. Glukokortikoid mengatur metabolisme karbohidrat,
terutama dengan cara menstimulasi sintesis karbohidrat pada hepar (hati).
Glukokortikoid memiliki peranan yang bertolak belakang pada jaringan lain; ialah
mengkatabolisme (degradasi) karbohidrat untuk mendapatkan material dasar
karbohidrat ini untuk hepar. Glukokortikoid juga menekan respons imun tubuh dengan
cara mengurangi jumlah sirkulasi limfosit dan eosinofil.
c. Androgen adrenal.
Androgen adrenal ini terutama tersusun oleh dehidro-epi-androsteron, yang disekresi
atas responsnya terhadap ACTH oleh zona reticularis dan mengikuti stimulasi
berkepanjangan, diproduksi pula oleh zona fasciculata. Pengaruh hormon ini ialah
sifat masculinis-asi dan anabolik sama dengan testosteron, namun sedikit kurang
patent.
4. Fungsi abnormal
a. Hipersekresi:
Sindroma Cushing = Cushing's syndrome merupakan salah satu contoh adanya
hipersekresi kortisol dan seringkali juga androgen. Gejalanya mencakup obesitas
truncus (badan), muka bulat ("moon face"), kadar gula darah tinggi, diabetes mellitus,
hirsutisme, amenorrhea, acne dan emosi yang labil.
b. Hipersekresi aldosteron,
misalnya sindroma Conn, menyebabkan retensi air dan Na, dan hipertensi.
Hiposekresi: Hipofungsional kronik korteks adrenal, misalnya penyakit Addison =
Addison's desease menyebabkan kadar gula darah, Na, Cl dan karbohidrat rendah dan
kadar K dalam serum tinggi. Hal ini mengakibatkan kelemahan tubuh, nausea = mual,
berat badan turun, dan naiknya kadar ACTH (menyebabkan hiperpigmentasi). Dalam
hal ini tidak ada kompensasi androgen dari testis, menurunnya sintesis androgen
adrenal pada wanita dapat menyebabkan hilangnya rambut pubes dan rambut ketiak.
5. Cortex foetalis atau cortex sementara = "Provisional cortex".
Lapisan adrenal paling tebal sebelum lahir, terletak di antara medulla dan kortex
immatura permanen yang tipis. Hal ini meyebabkan "sulfated androgen" yang
diaktivasi oleh placenta dan masuk sirkulasi material. Sesudah lahir, cortex foetalis
mengalami regresi, dan cortex permanen berkembang menjadi tiga lapis seperti
diuraikan di atas.

B. MEDULLA ADRENAL.
1. Asal. Medulla adrenal berasal dari crista neuralis
2. Struktur: tersusun oleh dua jenis sel utama ialah :
- sel kromafin, dan
- sel ganglion.
a. Sel kromafin.
Juga disebut phoechromocytus, merupakan jenis sel yang mendominasi medulla. Sel
ini merupakan modifikasi neuron postganglionik simpatis yang kehilangan axon dan
dendritnya. Sel ini memiliki nukleus besar, granula sekretorik bersifat padat elektron,
granula ini berisi katekolamin (epinefrin atau nore-pinefrin) . Complexus golgiensis
yang tumbuh baik, hanya beberapa reticulum endoplasmicum granulosum, dan
dijumpai banyak sekali mitokondrion berbentuk oval. Granula sekretoriknya memiliki
afinitas kuat terhadap zat warna kromium. Sel kromafin mensintesis dan melepaskan
kandungan katekolaminnya perantara neuron preganglionik simpatis.
b. Sel ganglion.
Beberapa sel ganglion parasimpatik yang ada memperagakan morfologik jenis sel
ganglion otonom khusus.
3. Fungsi normal.
Fungsi normal medulla adrenal mencakup produksi dua jenis katekolamin, yaitu
epinefrin dan norepinefrin, atas tanggapannya terhadap stimulasi ganglion simpatis
(misalnya stres) . Kedua hormon katekolamin ini menaikkan kadar glukosa darah
dengan cara menstimulasi glikogenolisis di dalam hepar; hormon ini juga menaikkan
aliran darah ke jantung.
a. Epinefrin,
menyebabkan debar jantung naik dan dilatasi pembuluh darah yang dibutuhkan organ
untuk mensiap-siagakan atau menghindarkan sties, seperti otot jantung dan otot skelet.
Mengadakan dilatasi bronchiolus dan mengadakan kontraksi pembuluh darah dalam
organ (misalnya pada kulit, saluran pencernaan, ginjal) yang tidak penting untuk
bereaksi terhadap stres.
b. Norepinefrin,
menyebabkan kontraksi pembuluh darah pada organ-organ tak penting. Menaikkan
resistensi perifer, sehingga menaikkan tekanan darah dan aliran darah ke jantung, otak
dan otot skelet.

4. Fungsi abnormal.
Hipersekresi tumor sel kromafin (pheochromocytoma) menyebabkah penambahan
respons stres (terutama hipertensi) meskipun tanpa adanya stres. Tumor sel ganglion
(neuroblastoma dan ganglion neuroma) lebih sering terjadi, terutama pada anak-anak
namun manifestasi secara klinik bermacam-macam.
C. VASCULARISASI ADRENAL
1. Arteri.
Tiga arteria utama mensuplai darah pada setiap kelenjar adrenal, ialah:
- A. suprarenalis superior, berasal dari a. phrenicus inferior,
- A. suprarenalis medialis dari aorta, dan
- A. suprarenalis inferior dari arteria renalis.
Ketiga arteria tersebut menembus kapsula secara terpisah, dan cabang-cabangnya
beranastomose membentuk plexus arteria subcapsularis. Plexus arteria subcapsularis.
Dari plexus ini timbul tiga kelompok arteria :
a. Arteria pada kapsul,
b. arteria pada corteks,
yang bercabang cabang membentuk kapiler kortikal yang berjalan di antara sel-sel
sekretorik dan mengalir ke dalam kapiler medularis; dan
c. arteria di medulla,
yang berjalan melalui kortex tanpa bercabang-cabang sampai mencapai medulla, dan
arteria ini membentuk kapiler medullaris.
2. Kapiler medullaris,
yang menerima darah ganda, ialah dari kedua arteria di korteks maupun medulla,
bertemu membentuk beberapa vena medullaris.
3. Vena medullaris,
Vena-vena medullaris ini saling bertemu membentuk satu vena suprarenalis besar.
4. Vena suprarenalis,
Terletak di tengah-tengah medulla, dan vena ini mengalir masuk ke dalam vena renalis
atau langsung masuk ke dalam vena cava inferior.
INSULA PANCREATICA
Insulae pancreaticae ini merupakan bangunan serupa sarang sel endokrin

(endocrinocytus) yang tersebar di seluruh pancreas. Setiap insula mengandung empat


jenis sel penghasil hormon peptida.
A. SEL ALFA = ALPHA CELL = ENDOCRINOCYTUS ALPHA.
Sel ini memproduksi hormon glukagon, berperan menaikkan kadar gula darah yang
rendah, dan kerja hormon ini merupakan kebalikan hormon insulin.
B. SEL BETA = BETA CELL = ENDOCRINOCYTUS BETA.
Sel ini terdapat dalam jumlah banyak di dalam insulae pancreaticae dan memproduksi
insulin. Insulin ini bekerja pada keadaan kadar gula darah tinggi dan sifatnya
menurunkan kadar yang tingi tersebut menjadi normal kembali. Insulin menaikkan
pengambilan glukosa darah oleh sebagian besar sel; menaikkan sintesis glikogen oleh
hepatocytus dan sintesis trigliserid oleh adipocytus. Malfungsi sel beta menyebabkan
penyakit diabetes mellitus, suatu kondisi sebagai perwujudan karena kadar glukosa
dalam darah yang berlebihan (hinerglikemia), yang dibuang melalui urina sehingga
terjadi glikosuria. Hiperplasia dan neoplasia sel beta dapat mengakibatkan sindroma
hiperinsulisme, ditandai khas dengan hinoglikemia.
C. SEL DELTA = D CELLS = ENDOCRINOCYTUS DELTA.
Somatostatin yang menekan pelepasan insulin, glukagon dan hormon pertumbuhan,
diproduksi oleh sel delta ini. Selain itu sel ini juga memproduksi gastrin, yang
memacu sekresi kelenjar di dalam mukosa saluran pencernaan. sindroma ZollingerEllison (gastrinoma) disebabkan oleh karena kelebihan asam. lambung yang
diproduksi sel parietal pada mukosa gaster/lambung, yang ditandai dengan ulcus
pepticum. Somastostatinoma merupakan tumor yang jarang dijumpai yang memiliki
berbagai macam akibat.
D. SEL F = PP CELL.
Sel ini mensekresi polipeptida pancreatika yang menghambat pars eksokrin pankreas
memproduksi enzim dan bikarbonat. Hormon ini juga menyebabkan relaksasi vesica
fellea dan mengurangi sekresi empedu.
GLANDULA THYROIDEA/KELENJAR TIROID
Lokasi pada leher, anterior larynx. Kelenjar tiroid ini terdiri atas dua lobus yang
dihubungkan oleh isthmus. Kelenjar ini tersusun oleh folikel-folikel dalam jumlah
banyak yang berbentuk sferis dan diselubungi oleh kapsul tipis yang menembus ke
dalam parenkim membentuk septa-septa.

A. FOLIKEL TIROID.
Setiap folikel tersusun oleh epithelium simplex cuboideum/epitel kuboid selapis yang
mengelilingi/membatasi suatu lumen yang berisi koloid. Folikel-folikel ini memiliki
berbagai ukuran, membesar/membengkak selama ada stimulasi.
B. SEL FOLIKEL TIROID.
1. Struktur.
Sel folikel tiroid yang berasal dari endoderm, struktur ultranya memperagakan sel
khas penghasil hormon peptida. Ukuran sel berkisar dari pipih pada kelenjar yang
tidak aktif sampai kolumner selama ada stimulasi.
2. Fungsi normal.
Sel folikel tiroid ini berbeda dari sel kelenjar endokrin lainnya yang menyimpan
hormon berbentuk setengah jadi (intermediate) (thyroglobulin) secara ekstra selluler
ialah di dalam koloid, namun tidak disimpan di dalam granula sitoplasmiknya.
Stimulasi oleh TSH, yang umumnya diikuti penambahan kebutuhan energi, sintesis
dan sekresinya bertambah.
a. Sintesis dan Penyimpanan tiroglobulin,
Langkah yang dibutuhkan proses ini adalah :
* Sintesis protein kaya tirosin = tiroglobulin, pada reticulum endoplasmicum
granulosum.
* Glikosilasi protein di dalam reticulum endoplasmicum dan complexus golgiensis.
* Pengkemasan di dalam vesikel pada complexus golgiensis, dan
* Fusi vesikel-vesikel pada apex membrana sel, menghasilkan eksositosis tiroglobulin
ke dalam koloid pada lumen folikel.
b. Penyerapan dan oksidasi iodid.
Pompa molekuler di dalam membrana plasma sel-sel folikuler memindahkan
jodium/iodid di dalam sirkulasi ke dalam sitoplasma. Iodid ini dioksidasi oleh
peroksidase dan kemudian dipindahkan ke apex sel. Penyerapan iodid juga dipacu
oleh TSH.
c. Iodinasi tiroglobulin dan pembentukan hormon tiroid.
Enzim yang terdapat pada ujung-ujung mikrovili plasma membrana memproyeksi ke
dalam koloid mengkatalase iodinasi sisa/residu tirosin dalam tiroglobulin. Reaksi
yang terjadi antar pada permukaan mikrovilus yang berkelok-kelok. Satu molekul

iodid ditambahkan pada tirosin, membentuk monoiodotyrosine (MIT). Molekul iodid


kedua kemudian ditambahkan ke dalam beberapa residu tirosin, membentuk
diiodotyrosine (DIT). Pasangan dua tirosin yang telah diiodisasi membentuk molekul
tironin. Gabungan 2 molekul DIT membentuk tetra-iodo-thyronine (tyroxine; T4),
sedangkan gabungan satu MIT dan satu DIT membentuk triiodothyronine (T3).
Meskipun T4 merupakan penghasil 90% hormon tiroid, hormon ini tidaklah sekuat
umumnya.
d. Sekresi hormon tiroid.
Stimulasi oleh TSH menyebabkan sel-sel folikuler mengadakan pinositosis bagian
koloid, membentuk vesikel yang mengandung tiroglobulin yang telah diiodinasi.
Vesikel-vesikel ini mengadakan fusi dengan lisosoma yang mengandung enzim yang
memecah tiroglobulin. T3 dan T4 terlepas menyebar keluar dari lisosoma sekunder.
Vesikel ini menembus sitoplasma dan menembus membrana plasma untuk mencapai
aliran darah.
e. Target dan pengaruh hormon tiroid.
T3 dan T4 berpengaruh pada sel seluruh tubuh, ialah meningkatkan ratio basal
metabolisme (ialah ratio pada waktu sel menggunakan glukosa), menaikkan
pertumbuhan sel, meningkatkan debar jantung, menaikkan fungsi sel-penggunaenergi. Hormon ini juga berpengaruh pada sel penghasil-TRH pada hipotalamus dan
thyrotrops pada adenohipofisis untuk mengurangi sekresi TSH (negative feedback).
3. Fungsi abnormal.
a. Hipertiroidisme.
Produksi berlebihan hormon tiroid juga dikenal sebagai tirotoksikosis, menyebabkan
beberapa gejala, misalnya kegelisahan ("nervousness"), palpitasi, pols yang cepat,
kelemahan ("weakness") otot, keletihan (fatigue). Kehilangan berat badan dengan
nafsu makan baik, berkeringat banyak sekali, tak tahan sengatan sinar matahari dan
emosi yang labil. Hiperaktif folikel tiroid karena bertambah panjangnya ukuran epitel
folikel dan bertambahnya pengendapan tiroglobulin menyebabkan membengkaknya
kelenjar tiroid ini disebut gondok-goiter.
b. Hipotiroidisme.
Disebut cretinisme pada anak-anak dan myxedema = miksoedema pada orang dewasa,
hipotiroidisme ini menyebabkan penggunaan glukosa yang kurang. Gejala yang
timbul antara lain "lethargy" = kelesuan; tidak tahan udara dingin; intelektual dan

ketrampilan motorik lamban; penimbunan glikosamino-glikan pada dermis (kulit)


(dengan konsekwensinya kulit menjadi mengembung) dan kadang-kadang berat badan
naik. Oleh karena iodid diperlukan untuk fungsi normal tiroid , kekurangan iodid pada
diet makanan mengurangi produksi tiroksin fungsional dan sering menyebabkan
cretinisme dan myxedema. Oleh karena tiroksin yang tidak diiodinasi disebabkan oleh
defisiensi iodid tidak memberikan umpan balik negatif ("negative feed-back") pada
produksi TSH, pelebaran folikel dan goiter sering mengiringi jenis hipotiroidisme ini.
C. SEL PARAFOLIKULER = SEL C.
Sel ini dijumpai pada kelenjar tiroid, tersebar di antara sel folikuler atau
menggerombol di antara sel folikuler. Pada manusia sitoplasma sel parafolikuler tercat
pucat dengan zat warna standar dan khas tampak jernih atau putih. Struktur ultra sel
ini penuh granula sekretorik kecil-kecil. Sel C menghasilkan calcitonin yang berperan
menaikkan kadar Ca (kalsium) darah. Calcitonin menyebabkan penyerapan Ca oleh
sel dan menambah deposisi Ca pada tulang, sehingga menyebabkan turunnya kadar
Ca darah.
GLANDULA PARATHYROIDEA
Kelenjar paratiroid ada empat buah, berlokasi di permukaan posterior kelenjar tiroid;
berasal dari endoderm (kantong pharynx ke 3 dan ke 4). Pada orang dewasa kelenjar
ini tersusun oleh dua jenis sel pokok, ialah chief cell = cellula Principalis dan sel
oksifil atau oxyphil cell = cellula oxyphylus.
A. CHIEF CELL = CELLULA PRINCIPALIS.
Merupakan sel parenkim dalam jumlah melimpah.
1. Struktur.
Sel ini berukuran kecil (kira-kira berdiameter 4-8 mikron), berbentuk poligonal dan
struktur ultra memperagakan jenis sel penghasil hormon peptida. Sel sitoplasma yang
tercat pucat ini penuh mengandung granula sekretorik kecil-kecil.
2. Fungsi normal.
Sel prinsipal ini mensekresi hormon paratiroid (PTH = parathyroid hormone) dalam
respon-snya terhadap stimulasi berupa kadar Ca darah yang rendah dengan tiga
tempat target, ialah :
a. Pada tulang, PTH menaikkan resorpsi tulang
b. Pada ginial, menaikkan ekskresi fosfat dan reabsorpsi Ca serta menyebabkan
aktivasi pendahulu (precursor) vitamin D.

c. Pada usus (intestinum), PTH (mungkin adanya aktivasi vitamin D) menyebabkan


kenaikan absorpsi Ca dari makanan oleh mukosa usus.
3. Fungsi abnormal.
a. Hiperparatiroidisme.
Sekresi PTH yang berlebihan menaikkan Ca serum (hiperfosfatemia) dan menurunkan
kadar fosfat serum (hipofosfatemia). Pengaruh tersebut termasuk menaikkan Ca urine,
pengendapan Ca yang tidak lazim di dalam arteri dan ginjal, dan kehilangan Ca dari
tulang yang berlebih mengakibatkan osteomalacia dan osteitis fibrosa cytica.
b. Hipoparatiroidisme.
Insufisiensi sekresi PTH mengganggu fungsi neuromuskuler. Akibat kadar Ca darah
rendah mengarah timbulnya potensi aksi spontan dan percikan potensi aksi tidak
terkendali. Pada syaraf tepi hal ini dapat menyebabkan kontraksi otot spontik disebut
tetanus. Percikan spontan neuron pada otak dapat menyebabkan pengaruh terhadap
perilaku.
B. SEL OKSIFIL.
Sel ini berukuran lebih besar dibanding dengan sel prinsipal, namun jumlah sedikit
kurang. Sel ini mengandung mitochondrion banyak sehingga bersifat sangat asidofil.
Fungsi sel ini belum diketahui dengan jelas.
EPIPHYSIS CEREBRI
Organ kecil berukuran 3-5 mm X 5-8 mm berbentuk konus/kerucut (disebut pula
epiphysis cerebri) melekat dengan tangkai-nya pada atap diencephalon di dekat
ventriculus tertius cerebri (aspek posteriornya). Piamater yang menyelubungi organ
ini menembus masuk ke dalam organ membawa pembuluh darah dan membentuk
septa-septa. Epiphysis cerebri mengandung bangunan globuler bersifat basofil dan
mengapur meng-gerombol disebut brain sand = pasir otak atau, corpora arena-cea,
yang bertambah jumlah dan ukurannya serta pengapurannya selaras dengan
bertambahnya umur.
Epiphysis cerebri mengandung dua jenis sel utama ialah :
- Pinealocytus, dan
- Sel astroglia.
A. PINEALOCYTUS.
1. Struktur.

Sel ini memiliki nukleus dengan ukuran besar dan bentuk ireguler serta memiliki
nukleolus yang tampak jelas/menonjol dan sitoplasma bersifat basofil pucat. Dengan
metode pewarnaan perak menurut Del Rio Hortega, sel ini memperagakan taju-taju
sitoplasmik panjang-panjang yang berterminasi sebagai gelembung-gelembung pada
septa di dekat pembuluh darah. Peranan inervasi epiphysis cerebri ini (baik simpatis
maupun melalui tangkainya dari commissura posterior) tidaklah diketahui.
2. Fungsi normal.
Pinealocytus mensekresi melatonin. Siklus perubahan-perubahan kadar melatonin di
dalam plasma darah mengikuti perubahan-perubahan penyinaran lingkungan, namun
tepatnya hubungan ini belumlah diketahui. Melatonin mungkin membantu
menentukan ritme circardian dan memiliki pengaruh antigonadotropik yang
mengundurkan waktu timbulnya maturitas seksual sampai pubertas. Produksi
pinealocytus lainnya ialah "arginine vasotocin" dan kemungkinan penambahan
substansi yang menggunakan pengaruh antigonadotropik melalui sumbu
hypothalamo-hypophysealis.
3. Fungsi abnormal.
Kerusakan glandula. pinealis ini sebagian besar terjadi pada orang-laki-laki muda dan
dapat menyebabkan pubertas precox dan pengunduran maturitas seksual. Oleh karena
lokasi organ ini, tumor pineal dapat membatasi/menghalangi aliran cairan
cerebrospinalis melalui aqueductus Sylvii, sehingga menyebabkan hidrocephalus dan
gejala-gejala yang mengikutinya.
B. SEL ASTROGLIAL.
Sel ini juga disebut sel interstitial, sel serupa glia ini memiliki nukleus heterokromatik
memanjang dan taju-taju sitoplasmik panjang-panjang yang mengandung filamentum
intermedium. Sel ini umumnya. terdapat di sekitar pembuluh darah dan di antara
kelompok-kelompok pinealocytus.

Anda mungkin juga menyukai