Tebal Perkerasan Jalan Sni 1732 1989 F PDF
Tebal Perkerasan Jalan Sni 1732 1989 F PDF
1
I. PENDAHULUAN
Definisi : Perkerasan jalan adalah suatu konstruksi jalan
yang disusun dengan material dan tebal lapisan tertentu
agar dapat menahan beban lalu lintas.
Dari philosophi pembebanan, kualitas material semakin
baik mendekati permukaan.
Perencanaan perkerasan jalan berdasarkan umur rencana.
Umur rencana adalah Jumlah waktu (tahun) sejak jalan
dibuka untuk lalu lintas sampai dengan diperlukan
perbaikan berat.
Umur rencana mempertimbangkan : klasifikasi jalan, Lalu
lintas, Nilai ekonomis (BCR, EIRR), Pola pembangunan dan
pengembangan wilayah.
Struktur perkerasan secara umum dibagi atas Flexible
pavement (Perkerasan Lentur) dan Rigid Pavement
(Perkerasan Kaku).
2
Klasifikasi Jalan
Sesuai Peruntukannya
Jalan Umum
Jalan Khusus
4
II. PHILOSOPHI PERENCANAAN DAN
PEMBEBANAN LALU LINTAS
Beban lalu lintas kendaraan disalurkan ke permukaan
perkerasan jalan melalui tekanan roda.
Terdiri dari satu macam beban: beban Hidup (LL)
Berat sendiri perkerasan dan tumbukan diabaikan
Beban rencana (untuk desain) BUKAN beban
kendaraan maksimum tetapi jumlah kendaraan
(dalam standard axle load 8.16 Ton) yang lewat
selama UR.
Bila Beban lewat > Beban rencana jalan tidak
collaps namun perlu overlay/reconstruction/perkuatan
(catatan : failure condition jalan berbeda dengan
jembatan dan bangunan)
5
Beban roda kendaraan mengakibatkan
tegangan dan regangan (stress & starin) pada
perkerasan jalan dengan daya rusak tertentu.
Untuk perhitungan daya rusak, beban
kendaraan di konversikan / diubah kedalam
beban sumbu standard.
Beban Sumbu Standar (Standard Axle
Load) adalah Beban Sumbu Kendaraan sebesar
18.000 lbs (8,16 ton = 8 ton) yang dianggap
mempunyai daya rusak sama dengan satu
satuan, dengan konfigurasi Single Axle-Dual
Wheels (satu sumbu 2 roda).
6
Berdasarkan nilai di atas diturunkan Konfigurasi
Beban Sumbu Standar (daya rusak sama dengan 1
satuan) sbb :
5.4 Ton
Single Axle, Single Wheel
(diadopsi dari Ausroad)
8.16
Ton
Single Axle, Dual Wheels
15.0
Ton
Double Axles, Dual Wheels
18.0
Ton
4
Beban Sumbu Kendaraan
VDF =
Beban Sumbu Standar
4 P
P
VDF =
5.4
P
4
P
VDF =
8.16
8
P
4 4
P P
VDF = = 0.086
15 8.16
P
4 4
P P
VDF = = 0.053
18 8.16
4 4
8.549 20.582
VDFB =
5.4
+ 15
= 10.30
8.549 ton 20.582 ton
10
MUATAN SUMBU TERBERAT
(MST)
(Legal Axle Limit)
Muatan berlebih (overloading) secara signifikan akan
meningkatkan daya rusak kendaraan, yang selanjutnya
memperpendek umur pelayanan jalan.
Untuk pengendalian beban berlebih, perlu pengaturan
melalui pembatasan beban lalu lintas dengan konsep
Muatan Sumbu Terberat (MST).
Muatan Sumbu Terberat (MST) adalah beban / tekanan
gandar maksimum yang diijinkan melalui perkerasan jalan
raya.
MST merupakan Dasar Hukum (Legal Aspect) pengendalian
dan pengawasan muatan kendaraan dan ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan keputusan Departemen Perhubungan, beban
kendaraan dibatasi dengan MST diatas 10 ton, MST = 10 ton
dan MST = 8 ton.
11
MUATAN SUMBU TERBERAT (MST) DI INDONESIA
PP No. 43 Th. 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan
12
Besaran MST bervariasi untuk berbagai negara
tergantung dari nature dan kemampuan
keuangan,
Belgia : MST = 12.000 kg
Denmark : MST = 10.000 kg
Jerman : MST = 11.000 kg
Finland : MST = 10.000 kg
Perancis : MST = 13.000 kg
Inggris : MST = 10.170 kg
Itali : MST = 12.000 kg
Belanda : MST = 11.500 kg
Portugal : MST = 12.000 kg
Spanyol : MST = 11.000 kg
Kesepakatan MEE : MST = 13.000 kg
Emirat Arab : MST TIDAK TERBATAS (UNLIMITED)
13
KONFIGURASI BEBAN MST 8 TON
GOLONGAN KONFIGURASI VDF
6B
(trailer 2 sumbu) 1.716
1.2H
5 ton 8 ton
7A
(trailer 3 sumbu) 1.774
1.2.2
5 ton 15 ton
7C1
(trailer 4 sumbu) 2.316
1.2+2.2
5 ton 7 ton 15 ton
7C2
(trailer 5 sumbu) 3.246
1.2+2.2.2
7C3 5 ton 7 ton 20 ton
(trailer 6 sumbu)
1.2.2+2.2. 3.687
2 5 ton 15 ton 20 ton
14
KONFIGURASI BEBAN MST 10 TON
GOLONGAN KONFIGURASI VDF
6B
(trailer 2 sumbu) 3.898
1.2H
6 ton 10 ton
7A
(trailer 3 sumbu) 3.679
1.2.2
6 ton 18 ton
7C1
(trailer 4 sumbu) 5.934
1.2+2.2
6 ton 10 ton 18 ton
7C2
(trailer 5 sumbu) 6.222
1.2+2.2.2
7C3 6 ton 10 ton 21 ton
(trailer 6 sumbu)
1.2.2+2.2. 6.003
2 6 ton 18 ton 21 ton
15
CASE STUDY OVERLOADING
PANTURA DAN JALINTIM
(Desember 2007)
18
GRAFIK HASIL SURVEY BEBAN SUMBU DENGAN ALAT WIM
JALINTIM SUMATERA
19
III. PERKERASAN JALAN
Aspal Beton
Beton- Semen
Semen
LPA Lean concrete
Tanah dasar 20
III. PERKERASAN LENTUR
1. EMPIRIKAL
Berdasar pengalaman dan penelitian dan
pengamatan dilapangan
Aplikasi metode empiris dibatasi kondisi
sub tropis.
B. Metode Mekanistik
TAI (The Asphalt Institute) Full Depth Asphalt (hanya aspal
22
Perkerasan lentur terdiri dari :
- Subbase Course (LPB),
- Base Course (LPA) dan
- Surface Course (lapis permukaan)
25
Bahan (Spec Bina Marga) :
Type Campuran Panas (Hot mix):
LATASIR (SAND SHET) Kelas A dan B LL ringan,
bersifat non struktural
LATASTON (HRS): HRS –Wearing Course dan HRS –
Base LL ringan, bersifat struktural
LASTON (AC) : LASTON lapisan aus AC-WC,
LASTON lapis pengikat AC-BC dan laston Pondasi
AC-Base LL berat; bersifat struktural.
Lapis perata
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, setiap jenis
campuran dapat digunakan sebagai lapisan
perata.
Semua ketentuan Spesifikasi yang harus berlaku,
disebut HRS-WC(L), HRS-Base (L), AC-WC(L), AC-
BC(L) dan AC-Base (L)
Fungsi untuk membentuk chambers dan 26
meratakan jalan
Struktur Lapis Permukaan:
Asphaltic concrete : dimulai AC-base (ATB ??), AC-
binder dan AC-WC atau bila dana terkendala bisa AC
binder dan AC-WC
Hot rolled sheet: HRS-base, HRS-WC. Kalau dana
kurang diatas base bisa HRS-WC .
Lapis permukaan selalu diakhiri dengan wearing
course (lapis penutup)
Tebal Nominal dan toleransi sbb:
28
Flexible Vs Rigid
Aspek Flexible Rigid
Lapisan Multi Layer Single layer
Penyebaran Terbatas Meluas
gaya Tebal lapisan dan Tebal beton
Kekuatan
subgrade
Kurang panjang Panjang
Umur Rencana Mahal Murah
Pemeliharaan murah Mahal
Investasi
31
PERSAMBUNGAN
Sambungan pada beton semen ditujukan untuk:
Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang
berdiameter 16 mm
32
V. PERENCANAAN TEBAL
PERKERASAN LENTUR
(DENGAN ANALISA KOMPONEN)
33
1. SUBGRADE STABILITY
(STABILITAS TANAH DASAR)
Subgrade adalah bagian yang mendukung Lalu
Lintas dan menyediakan landasan yang rata dan
stabil bagi struktur diatasnya (formation level).
Subgrade dapat berupa tanah asli, tanah galian
atau timbunan.
Subgrade memikul beban mati (dead load) yaitu
berat pavement dan beban hidup (live load) yaitu
beban lalu lintas.
Soil classification tidak terkait langsung dengan
soil underloading (tanah dibawah permukaan)
maka digunakan nilai CBR.
34
CBR (california Bearing Ration) digunakan sebagai
respon terhadap loading
Dalam CBR test bekerja beban statik, sementara
realitas tanah memikul beban dinamis. Maka
direpresentasikan dalam Nilai Modulus (E).
E = tg ξ= σ/ε
E >> kemampuan tanah memikul beban lebih
besar (σ) >>
Tanah bersifat elastoplastis (plastis yang tertunda)
percobaan CBR bila piston diangkat dr tanah, mk
tanah berbekas arti tanah kembali tetapi tidak
bisa persis keposisi semula)
Sifat elastoplastis tanah ditunjukkan oleh modulus
tanah dasar (Resilient modulus = stiffness modulus)
35
E = C x CBR
Nilai CBR bergantung pada kadar air
Bila jalan diatas timbunan, maka CBR yang diukur
CBR Laboratorium
Bila jalan dibangun diatas jalan yang sudah ada
CBR yang diukur adalah CBR lapangan dengan alat
DCP (Dynamic Cone Penetrometer)
Definisi : CBR adalah perbandingan beban penetrasi
suatu bahan terhadap beban standard dengan
kecepatan dan kedalaman penetrasi yang sama
CBR = 100 % (crushed stone) = beban standard
Dalam perencanaan ambil / ukur kekuatan tanah
dalam kondisi “terjelek” (setelah direndam 4 hari).
36
Daya Dukung Tanah (DDT)
37
Gambar grafik x-y (sumbu Y : % sama atau > dan
sumbu x nilai CBR
Ambil 90% diperoleh CBR design = 2.4 %
Cara statistik
CBR design = CBR (rata2) – σ
σ = standard deviasi = 1.3 (catatan : angka 1.3
diperoleh dari tabel distribusi normal (statistik)
untuk penyimpangan (deviasi 10 %)
CBR rata2 = 3.75
CBR design = 2.45
masing masing
Nilai CBR desain adalah garis yang mewakili angka 90
%
CBR Jlh sama atau > % sama atau >
2 8 8/8 x 100% = 100
3 7 7/8 x 100 % = 87.5
3 -
4 5 62.5
4 -
4 -
5 2 25
5 - 40
LEP (Lintas Ekivalen Permulaan) = jlh lintas equivalent
harian rata2 sumbu tunggal (single axle load = 8,16 ton)
pada jalur rencana yang diperkirakan pada awal UR
(jalan mulai dibuka) satuan sumbu standard/hari/lajur
LEA (Lintas Ekivalen Akhir) = jlh lintas equivalent
harian rata2 sumbu tunggal (single axle load = 8,16 ton)
pada jalur rencana yang diperkirakan pada akhir UR
(jalan perlu perbaikan berat).
LEP = LHRj x Cj x Ej
LHRj = Lalu Lintas Harian Rata-Rata (pada jalur rencana
j)
Cj = Koef Distribusi Kendaraan
Untuk 2 lajur 2 arah Kend ringan 2 arah C = 0.5; kend
berat 2 arah C = 0.5
Kend ringan < 5 Ton; kend berat > 5 ton
Ej = angka equivalent yang digunakan untuk mengubah 41
beban suatu jenis kendaraan menjadi beban standard =
LEA = LEP (1+i) UR
Lintas Ekivalen Tengah LET = ½ (LEP + LEA)
Lintas Ekivalen Rencana LER = LET X FP
(FP = faktor penyesuaian)
3. ENVIRONMENT (LINGKUNGAN)
Kondisi Lingkungan ditentukan oleh FR (faktor
Regional)
FR adalah faktor setempat terkait dengan kondisi
medan (landai), cuaca (iklim) yang mempengaruhi
pembebanan oleh kend (berat).
Pada persimpangan, pemberhentian dan tikungan
tajam (R=30 m), nilai FR ditambah 0.5
Pada daerah rawa, nilai FR ditambah 1.0
Misal: curah hujan 800 mm/tahun, kelandaian 6.5
%; data traffic % kend berat (≥5 ton) (400 + 50 42
+30)/ 2080 < 30 %, maka dari tabel FR = 1.0
Tabel Faktor Regional (R)
Iklim I 1.0 –
0.5 1.0 1.5 – 2.0 1.5 2.0 – 2.5
< 900 mm/th 1.5
Iklim II 2.0 –
1.5 2.0 2.5 – 3.0 2.5 3.0 – 3.5
> 900 mm/th 2.5
44
Tabel Koefisien Kekuatan Relatif dan Tebal Minimal Lapis Perkerasan
Koef. Kekuatan Relatif Kekuatan Bahan Tebal
minimum Jenis Lapis Perkerasan
a1 a2 a3 MS Kt CBR (cm)
(Kg) (kg/cm) (%)
46
Tentukan IPt (Indeks permukaan Akhir)
adalah angka yang menyatakan
CATATAN:
Kondisi pelayanan permukaan jalan :
Catatan : * Nilai ini dapat diturunkan menjadi 15 cm bila bahan lapis pondasi bawah adalah material berbutir kasar.
PENGGUNAAN NOMOGRAM
TENTUKAN LEBIH DAHULU 5 INPUT PARAMETER
cari nilai DDT dan LER dari perhitungan
Dari nilai DDT (yang diperoleh dari CBR subgrade) dan
LER (dari Traffic), tarik garis lurus sehingga memotong
garis ITP (Indeks Tebal Perkerasan) diperoleh nilai ITP
Dari nilai ITP dan FR (input parameter), tarik garis
sehingga memotong garis ITP’ (Indeks tebal perkerasan
desain) diperoleh nilai ITP’
Tanah Dasar
240.97
Menghitung Lintas Ekivalen Akhir (pd akhir Umur rencana)
LEA = LHRj xCj x Ej
Kend Ringan 2 Ton = 5057.5 x 0.5 x 0.0004 = 1.001
Bus (8 ton) = 1264.3 x 0.5 x 0.1593 = 100.7
Truk as 13 ton = 632.2 x 0.5 x 1.0648 = 336.6
Truk 3 as 20 ton = 158 x 0.5 x 1.0375 = 81.9
= 520.01
Menghitung LET = ½ (LEP +LEA) = 380.6 = 381
Menghitung LER = LET x UR/10 ; UR = 10 tahun
LER = 381 x (1/1) = 381
Menghitung Koefisien Distribusi (Cj) Daftar II SNI 1989
Jalan 2 lajur, 2 arah (2 lane, 2 ways)
Kend ringan < 5 ton C = 0.5
Kend berat ≥ 5 ton C = 0.5
54
Tanah Dasar : CBR design = 6 % DDT = 5
Gunakan nomogram 1:
DDT = 5; LER = 381 ITP = 8.5
Faktor Regional ambil 1 (bergantung kondisi iklim)
Diperoleh ITP’ = 8.6
Dari bahan yang dipilih, tentukan nilai koef kekuatan relatif:
Lapis Permukaan Laston AC (MS 744) a1 = 0.4
LPA Aggr kelas A a.2 = 0.14
LPB Aggr kelas B a.3 = 0.12
Catatan : Bina Marga umumnya menggunakan aggregate
kelas B sebagai sub base
ITP’ = a1 + a2.D2 + a3.D3
8.6 = 0.4 (D1) + 0.14(D2) + 0.12 (D3)
ambil D2 = 15 cm dan D3 = 20 cm maka D1 = 10,25 cm atau 11 cm.
4 cm
7 cm
15 cm
20 cm
Subgrade
56
57
Soal Latihan
Perencanaan Tebal
Perkerasan Flexible
Soal 1
Sebutkan apa yang anda ketahui tentang
“standard axle load” dan muatan sumbu terberat
Soal 2
Secara umum perkerasan jalan dapat dibagi
atas “flexible pavement” dan “rigid pavement”.
Jelaskan secara detail masing-masing tipe dan
sebutkan perbedaan keduanya. 58
Soal 3.
LHR pada awal umur rencana
Kend ringan 2 T = 4000 kend
Kend 8 ton = 550 kend
Kend 2 as 13 T = 75 kend
Kend 3 as 20 ton = 45 kend
Failure condition ; Ipt = 2.0 ; Ipo = 3.9
CBR = 6 %
Environment
Curah hujan = 1000 mm/th
Kelandaian 6.5 %
Material dipilih
Permukaan AC (MS 744)
Base : agregate kelas A (CBR 100)
Sub base : Aggregate Kelas B (CBR 30)
UR 10 tahun direncanakan jalan 2 lajur 2 arah
Tentukan tebal lapisan untuk perkerasan lentur.
59