Anda di halaman 1dari 27

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Baja Struktural

Baja yang digunakan dalam struktur dapat diklasifikasikan menjadi

karbon, baja paduan rendah mutu tinggi, dan baja paduan. Sifat – sifat

mekanik dari baja tersebut seperti tegangan leleh dan tegangan putusnya

diatur dalam ASTM A6/A6M.

2.1.1 Baja Karbon

Baja karbon dibagi menjadi tiga kategori tergantung dari

presentase kandungan karbonny, yaitu : baja karbon (C = 0,03 – 0,35 % ),

baja karbon medium (C = 0,35 – 0,50 %), dan baja karbon tinggi ( C =

0,55 – 1,70 % ). Baja yang sering digunakan dalam struktur adalah baja

karbon medium, misalnya baja BJ 37. Kandungan karbon baja medium

bervariasi dari 0,25 – 0,29 % tergantung ketebalan. Selain karbon, unsur

lain yang juga terdapat dalam baja karbon adalah mangan (0,25 – 1,50 % ,

silikon (0,25 – 0,30 % ), fosfor (maksimal 0,04 %) dan sulfur (0,05%).

Bja karbon menunjukan titik peralihan leleh yang jelas. Naiknya

persentase karbon meningkatkan tegangan leleh namun menurunkan

daktilitas, salah satu dampaknya adalah membuat pekerjaan las menjadi

4
5

lebih sulit. Baja karbon pada umumnya memiliki tegangan leleh (fy)

antara 210 – 250 Mpa.

2.1.2 Baja paduan rendah mutu tinggi

Yang termasuk dalam kategori baja paduan rendah mutu tinggi

(high-strenghlow- steel/HSLA) mempunyai tegangan leleh berkisar

antara 290 – 550 Mpa dengan tegangan putus (fu) antara 415-700 Mpa.

Penambahan sedikit bahan – bahan paduan seperti chromium ;

colombium, mangan, molybden, nikel, fosfor, vanadium atau zirkonium

dapat memperbaiki sifat – sifat mekaniknya. Jika baja karbon

mendapatkan kekuatannya seiring dengan penambahan presentase

karbon, maka bahan – bahan paduan ini mampu ini mampu memperbaiki

sifat mekanik baja dengen membentuk mikrostruktur dalam bahan baja

yang lebih halus.

2.1.3 Baja paduan

Baja paduan rendah (low alloy ) dapat di tempa dan dipanaskan

untuk memperoleh tegangan leleh antara 550 – 760 Mpa. Tegangan leleh

dari baja paduan biasanya ditentukan sebagai tegangan yang terjadi saat

timbul regangan permanen sebesar 0,2% atau dapat di tentukan pula

sebagai tegangan pada regangan mencapai 0,5%


6

2.2 Jenis baja

Menurut SNI 03-1729-2002, baja struktur dapat dibedakan berdasrkan

kekuatannya menjadi beberapa jenis, yaitu BJ 34, BJ 37, BJ 41, BJ 50 dan

BJ 55. Besarnya tegangan leleh (Fy) dan tegangan ultimate (Fu) berbagai

jenis baja struktur sesuai dengan SNI 03-1729-2002, disajikan dalam table

dibawah ini :

Tabel 2.1 Kuat tarik batas dan tegangan leleh


Jenis Baja Kuat Tarik Batas (fu)MPa Tegangan Leleh (fy)MPa
BJ 34 340 210
BJ 37 370 240
BJ 41 410 250
BJ 50 500 290
BJ 55 550 410
Sumber : SNI 03 – 1729 - 2002

2.3 Macam – macam Baja Struktural

2.3.1 Wide Flange

Gambar 2.1. Bentuk Baja WF


7

Keterangan Gambar :
H : tinggi badan
B : lebar sayap
t1 : tebal badan
t2 : tebal kaki sayap
r :radius sudut
Baja Wide Flang (WF) atau baja H-Beam ini biasanya

digunakan untuk membuat sebuah kolom, balok tiang, tiang pancang, top

dan botton choed member pada truss, composite beam atau coloum,

kanti liverkanopi, struktur atap, dan masih banyak lagi kegunaannya.

Ukuran dari baja WF dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Ukuran Baja WF

Ukuran penampang (mm)


Luas
Berat
Ukuran penampang
HxB t1 t2 r Kg/m
Nominal cm 3
346 x 174 6 9 14 52,68 41,4
350 x 175
350 x 175 7 11 14 63,14 49,6
350 x 250 340 x 175 9 14 20 101,5 79,7
398 x 199 7 11 16 72,68 56,6
400 x 200
400 x200 8 13 16 84,10 66,0
450 x 200 450 x 200 9 14 18 96,80 76,0
500 x 200 500 x 200 10 16 20 114,20 89,6
600 x 200 600 x 200 11 17 22 134,40 106,0
600 x 300 588 x 300 12 20 28 192,50 151,0
Sumber : SNI 07 – 7178-2006
8

2.3.2 Baja Kanal C ringan

Gambar 2.2. Gambar Penampang Baja Kanal C

Keterangan Gambar :
H : tinggi badan
A : Tinggi kaki
C : lebar kaki
t : tebal

Baja kanal C ringan adalah baja berpenampang C yang dibuat

dengan proses dingin dari pelat atau strip baja. Bentuk dan Ukuran

penampang lintang, luas penampang, berat per meter dan besaran

penampang dapat diliat dari tabel 2.3.

Tabel 2.3 Ukuran Baja Kanal C

No Luas
. Ukuran (cm) Berat
t penampang
Kg/m
HxAxC cm 2
1 200 x 75 x 20 3.2 11.81 9.27
9

2 150 x 75 x 20 4.5 13.97 11.0

3 150 x 65 x 20 3.2 9.567 7.51


4 150 x 50 x 20 4.5 11.72 9.20
5 150 x 50 x20 3.2 8.607 6.76
6 150 x 50 x 20 2.3 6.322 4.96
7 125 x 50 x 20 4.5 10.59 8.32
8 125 x 50 x20 4.0 9.548 7.50
9 125 x 50 x 20 3.2 7.807 6.13
10 125 x 50 x 20 2.3 5.747 4.51
Sumber : SNI-07-0138-1987

2.4 Sifat – sifat Mekanik Baja

Sifat mekanis suatu bahan adalah kemampuan bahan tersebut

memberikan perlawanan apabila diberikan beban pada bahan tersebut

atau dapt dikatakan sifat mekanis adalah kekuatan bahan memikul beban

yang berasal dari luar. Sifat penting pada baja adalah kuat tarik.

Pada waktu terjadi regangan awal, baja belum sampai berubah

bentuknya dan bila beban yang menyebabkan regangan tadi dilepas,

maka baja akan kembali ke bentuk sumula. Regangan ini disebut degan

regangan elastisitas karena sifat bahan masih elastis. Perbandingan

antara tegangan dengan regangan dalam keadaan elastisitas disebut

dengan modulus elastisitas.

Sifat-sifat mekanis baja structural untuk perencanaan ditetapkan

sebagai berikut :
10

1) Modulus Elastisitas : E = 200.000 MPa

2) Modulus Geser : G = 80.000 MPa

3) Nisbah Poisson μ= 0,3

4) Koefisien Pemuaian : á = 12 X 10 – 6 / 0C

2.5 Beban Struktur baja

Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Besar beban

yang bekerja pada suatu struktur di atur oleh peraturan pembebanan yang

berlaku, sedangkan masalah kombinasi dari beban – beban yang bekerja telah

diatur dalam SNI 03-1729-2002. Beberapa jenis beban yang sering di jumpai

antara lain :

2.5.1 Beban Mati ( struktur dan non-struktur )

Berat dari semua bagian suatu gedung/bangunan yang bersifat

tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur – unsur tambahan

finishing, mesin – mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak

terpisahkan dari gedung/bangunan tersebut. Termasuk dalam beban ini

adalah berat struktur, pipa –pipa, saluran listrik, AC, lampu – lampu,

penutup lantai, dan plafon. Beberapa contoh berat dari beberapa

komponen bangunan penting yang digunakan untuk menentukan

besarnya beban mati suatu gedung /bangunan diperlihatkan dalam tabel

2.4 berikut :

Tabel 2.4 Berat Sendiri Bahan Bangunan Dan Kamponen Gedung


11

Bahan bangunan Berat


Baja 7850 kg/m3
Beton 2200 kg/m3
Beton Bertulang 2400 kg/m3
Kayu (Kelas 1 ) 1000 kg/m3
Pasir Kering (Kering Udara) 1600 kg/m3

Komponen Bangunan

Spesi dari semen, per cm tebal 21 kg/m3


Dinding bata merah ½ bata 250 kg/m3
Penutup atap genting 50 kg/m3
Penutup lantai ubin semen per cm tebal 24 kg/m3
Sumber : Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983

2.5.2 Beban Hidup

Beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa layannya

dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Termasuk beban ini adalah

berat manusia, perabotan yang dapat di pindah – pindah, kendaraan,dan

barang – barang lain. Beban hidup pada atap gedung diatur pada

peraturan pembebanan indonesia untuk gedung 1983 sebagai berikut :

1. Beban hidup pada atap dan/ atau bagian atap serta pada

struktur canopy yang dapat dicapai dan dibebani oleh orang,

harus diambil minimum sebesar 100 kg/m2 bidang datar.

2. Beban hidup pada atap dan/atau bagian atap yang tidak dapat

dicapai dan dibebani oleh orang harus diambil nyang paling

menentukan di antara dua macam beban berikut :


12

a. Beban terbagi rata per m2 bidang datar berasal dari

beban air hujan sebesar (40 – 0,8 α) kg/m2

Di mana α adalah sudut kemiringan atap delam

derajat, dengan ketentuan bahwa beban tersebut

tidak perlu diambil lebih besar 20kg/m2 dan tidak

perlu ditinjau bila kemiringan atapnya adalah lebih

besar dari 500 .

b. Beban terpusat berasal dari seorang pekerja atau

seorang pemadam kebakaran dengan peralatnnya

sebesar minimum 100 kg.

2.5.3 Beban Angin

Beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan – tekanan dari

gerakan angin. Beban angin sangat tergantung dari lokasi dan ketinggian

dari struktur. besarnya tekanan tiup harus diambil minimum sebesar 25

kg/m2 , kecuali untuk bangunan – bangunan berikut :

1. Tekanan tiup di tepi laut hingga 5 km dari pantai harus dambil

minimum 40 kg/m2

2. Untuk bangunan di daerah lain yang kemungkinan tekanan

tiupnya lebih dari 40 kg/m2 , harus diambil sebesar p = V2 / 16

(kg/m2 ), dengan V adalah kecepatan angin dalam m/s


13

Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan di atas harus

dikalikan dengan suatu koefisien angin, untuk mendapatkan gaya resultan

yang bekerja pada bidang kontak tersebut.

2.5.4 Beban Gempa

Semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada struktur akibat

adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah vertikal

maupun harizontal. Namun pada umumnya percepatan tanah arah

horizontal lebih besar dari pada arah vertikalnya, sehingga pengaruh

gempa horizontal jauh lebih menentukan dari pada gempa vertikal.

2.5.5 Faktor dan Kombinasi Beban

Penjumlahan beban – beban kerja ini dinamakan sebagai

kombinasi pembebanan. Dalam peraturan baja indonesia, SNI 03-1729-

2002 mengenai kombinasi pembebanan, dinyatakan bahwa dalam

perencanaan suatu struktur baja haruslah diperhatikan jenis – jenis

kombinasi pembebanan berikut ini :

 1,4D (6.2-1)

 1,2D + 1,6L + 0,5 (La atau H) (6.2-2)

 1,2D + 1,6 (La atau H) + (γ L L atau 0,8W) (6.2-3)

 1,2D + 1,3W + γ L L + 0,5 (La atau H) (6.2-4)

 1,2D ± 1,0E + γ L L (6.2-5)

 0,9D ± (1,3W atau 1,0E) (6.2-6)

Keterangan:
14

D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi


permanen, termasuk dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap,
tangga, dan peralatan layan tetap.

L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung,


termasuk kejut, tetapi tidak termasuk beban lingkungan seperti
angin, hujan, dan lain-lain.

La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan


oleh pekerja, peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa
oleh orang dan benda bergerak

H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan


genangan air

W adalah beban angin.

E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03–


1726–1989, atau penggantinya Dengan :

γL = 0,5 bila L< 5 kPa, dan γ L = 1 bila L≥ 5 kPa.


Pengecualian: Faktor beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan
pada persamaan 6.2-3, 6.2-4, dan 6.2-5 harus sama dengan 1,0 untuk
garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum,
dansemua daerah di mana beban hidup lebih besar daripada 5 kPa.

2.6 Batang Tarik Struktur Baja

Material baja mempunyai kemampuan sama dalam memikul gaya

tarik atau gaya tekan. Mutu bahannya juga relatif tinggi, sehingga

dimensinya cenderung lansing. Untuk elemen struktur seperti itu maka

pemakaiaan material baja hanya efisien terhadap tarik. Batang tarik dijumpai

dalam banyak struktur baja, seperti struktur – struktur jembatan, rangka atap,
15

menara transmisi, ikatan angin, dan lain sebagainya. Batang tarik ini sangat

efektif dalam memikul beban . batang ini terdiri dari profil tunggal maupun

profil – profil tersusun.

2.6.1 Kuat Tarik Nominal

Kuat tarik rencana ϕt Pn , dengan ϕt sebagai faktor ketahanan tarik,

dan Pn sebagai kuat aksial nominal, adalah niali terkecil darti dua

tinjauan batas keruntuhan yang t sebagai kuat aksial nominal, adalah

niali terkecil darti dua tinjauan batas keruntuhan yang terjadi pada

penampang utuh, dan penampang berlubang (tempat sambungan).

Kuat tarik penampang utuh terhadap keruntuhan leleh ( yield) :

Pn = Fy . Ag

ϕt = 0.9 terhadap keruntuhan leleh

Ag = luas penampang utuh (gross)

Kuat tarik penampang berlubang (di tempat sambungan ) akan

memanfaatkan perilaku strain – hardeling ( peningkatan tegangan ) pada

kondisi regangan ineslastis yang dipicu oleh lonjakan tegangan

terkonsentrasi di sekitar lubang.

Pn = Fu . Ae = Fu . An . U

ϕt = 0.75 terhadap keruntuhan fraktur

An = luas penampang bersih (netto), dikurangi lubang

Ae = luas penampang efektif

U = faktor shear log


16

Nilai Fy dan Fu tergantung dari mutu material, yaitu kuat leleh dan

kuat tarik minimum (kuat batas ) dari bahannya. Keruntuhan leleh (yield)

tingkat daktilitasnya lebih tinggi dari keruntuhan fraktur, oleh sebab itu

maka faktor ketahanan tarik antara keduanya berbeda. Faktor keamanan

untuk fraktur tentunya lebih tinggi.

2.7 Batang Tekan Struktur Baja

Batang tekan ditunjukan untuk komponen struktur yang memikul

beban tekan sentris tepat pada titik berat penampang,atau kolom dengan

gaya aksial saja. Umumnya batang tekan ditempatkan pada konfigurasi

geometri berbentuk pola segitiga, agar tetap stabil. Jenis struktur yang secara

keseluruhan tersusun dalam pola segitiga disebut truss atau rangka batang.

2.7.1 Keruntuhan

Batang tekan dapat terjadi dalam 2 kategori, yaitu :

1 Keruntuhan yang diakibatkan terlampauinya tegangan leleh. Hal

ini umumnya terjadi pada batang tekan yang pendek.

2 Keruntuhan yang diakibatkan terjadinya tekuk. Hal ini terjadi pada

batang tekan yang langsing.


17

Gambar 2.4 Tipe Penampang Batang Tekan

2.7.2 Kelangsingan batang tekan

Kelangsingan batang tekan tergantung dari jari-jari kelembaman

dan panjang tekuk. Jari-jari kelembaman umumnya terdapat 2 harga λ,

dan yang menentukan adalah yang harga λ terbesar.Panjang tekuk juga

tergantung pada keadaan ujungnya, apakah sendi, jepit, bebas dan

sebagainya. Menurut SNI 03–1729–2002, untuk batangbatang yang

direncanakan terhadap tekan, angka perbandingan kelangsingan ë =Lk/r

dibatasi sebesar 200 mm. Untuk batang-batang yang direncanakan

terhadap tarik, angka perbandingan kelangsingan L/r dibatasi sebesar

300 mm untuk batang sekunder dan 240 mm untuk batang primer.

Ketentuan di atas tidak berlaku untuk batang bulat dalam tarik. Batang-

batang yang ditentukan oleh gaya tarik, namun dapat berubah menjadi

tekan yang tidak dominan pada kombinasi pembebanan yang lain, tidak

perlu memenuhi batas kelangsingan batang tekan.

2.7.3 Panjang tekuk

Nilai faktor panjang tekuk (kc) bergantung pada kekangan rotasi

dan translasi pada ujung-ujung komponen struktur.Untuk komponen


18

struktur takbergoyang, kekangan translasi ujungnya dianggap tak-hingga,

sedangkan untuk komponen struktur bergoyang, kekangan translasi

ujungnya dianggap nol. Nilai faktor panjang tekuk (kc) yang digunakan

untuk komponen struktur dengan ujung-ujung ideal ditunjukkan pada

Gambar 2.3.

Gambar 2.5 Faktor Panjang Efektif Pada Kondisi Ideal

2.8 Sambungan Struktur Baja

Jenis – jenis alat sambungan pada kontruksi baja adalah paku keling (rivet),

baut dan las. Sambungan untuk fabrikasi adalah las, yang relatif murah dan

kekuatannya sangat baik bila dapat dikerjakan di bawah kontrol yang tepat.

Alternatif alat sambung lainnya saat ini adalah mutu tinggi, yang dari segi

biaya, kepraktisan dan kinerjannya sudah mengungguli paku keling.


19

Fungsi sambungan adalah mengalihkan gaya momen internal dari

suatu komponen struktur ke komponen lain sehingga pembebanan dapat

diteruskan.

2.8.1 Sambungan Las

Las (welding) jika dilakukan secara benar, merupakan suatu cara

penyambungan logam yang relatif sempurna. Definisi las adalah proses

pwnyambungan logam dengan membuat bagian yang disambung melebur

(coalescance) menjadi satu kesatuan dengan cara memanasinya sampai

temperatur tertentu, dengan atau tanpa tekanan.

Beberapa jenis sambungan yang sering ditemui dalam sambungan

las adalah :

1. Sambungan sebidang (butt joint), untuk pelat – pelat datar

dengan ketebalan sama atau hampir sama.

2. Sambungan lewatan (lap joint), jenis sambungan ini paling

banyak dijumpai karena sambungan ini mudah disesuaikan

keadaan di lapangan dan juga penyambungnya relatif lebih

muda.

3. Sambungan tegak (tee joint), sambungan ini banyak dipakai

untuk penampang tersusun seperti bentuk I, pelat girder.

4. Sambungan sudut (corner joint ), dipakai untuk penampang

tersusun berbentuk kotak yang digunakan untuk kolom dan

balok yang menerima torsi yang besar.


20

2.8.2 Sambungan Baut

Baut biasa disebut juga baut hitam atau baut mnesin, terbuat dari

baja kadar karbon rendah dengan kuat tarik minimum 60 ksi atau 414

Mpa (ASTM A307-03). Baut dipasang dengan kunci pas biasa tanpa

prategang, dipakai untuk profil hot-rolled atau cold-formed dengan

beban statis tanpa beban kejut, atau beban kejut, atau beban dinamik.

Baut mutu tinggi ada dua, yaitu A325 atau A490. Baut A325

punya kuat tarik minimum 830 Mpa (ASTM A325M-04), jenisnya Tipe

1 (medium carbon) dan Tipe 3 (weathering steel). Baut A490 punya kuat

tarik antara 1040 – 1210 Mpa (ASTM A490M-04), dan jenisnya juga

tipe 1 dan tipe 3. Baut tersedia dalam unit imperial (inch) dari ϕ ½ in – ϕ

1 ½ in ; atau metrik (mm) dari M16 – M36.

Untuk menghindari banyaknya variasi, dibuat standarisasi oleh

AISC (2010). Untuk diameter lubang baut yang lain disajikan secara

presisi dalam tabel berikut :

Tabel 2.5 Standarisasi Diameter Lubang Baut ( Metrik)

Standard Oversize Slot – pendek Slot – panjang


Φ Baut, mm
(dia.) (dia.) (b x h ) (b x h )
M16 18 20 18 x 22 18 x 40
M20 22 24 22 x 26 18 x 40
M22 24 28 24 x 30 24 x 55
M24 27 30 27 x 32 27 x 60
M27 30 35 30 x 37 30 x 67
M30 33 38 33 x 40 33 x 75
≥M36 d+3 d+8 (d + 3 ) x ( d + 10) (d + 3) x (2 ½ d )
Sumber : AISC (2010)
21

Kuat baut terhadap tarik dan geser memiliki distribusi gaya- gaya

yang bekerja bervariasi, sesuai konfigurasi dari tata letaknya. Kuat

nominal baut dan alat sambung berulir (seperti baut) untuk perencanaan

sambngan tipe tarik dan tipe geser adalah sebagai berikut ;

Tabel 2.6 Kuat nominal baut dan batang ulir

Baut Atau Alat Sambung Tarik Fnt Geser Fnv Keterangan


Berulir (Mpa) (Mpa)
A307 (baut mutu biasa) 310 188 Non – Struktur
A325 (baut mutu tinggi) Geser pada ulir
372
Jenis baut di Grup A drat
620
Geser pada grip
457
polos
A490 (baut mutu tinggi) Geser pada ulir
457
jenis baut di Grup B drat
780
Geser pada grip
579
polos
alat sambung dengan ulir Geser pada ulir
0,45 Fu
(misal : baut angkur) drat
0,75 Fu
Geser pada grip
0,563 Fu
polos
Sumber : AISC (2010)

2.9 Aplikasi SAP2000

Seri program SAP merupakan salah satu program analisis dan

perancangan struktur yang telah dipakai secara luas diseluruh dunia, program ini

merupakan hasil penelitian dan pengembangan oleh tim dari University of

California, yang dipimpin Prof.Edward L. Wilson selama lebih dari 25 tahun.


22

Program pertama kali diluncurkan pada tahun 1970 dengan berbasis teks

(DOS). Setelah versi SAP90, mulai dipasarkan versi SAP2000 yang sudah

berbasis grafis dan beroperasi dalam sistem windows. Sistem yang berbasis

grafis membuat proses pembuatan model, pemeriksaan, dan penampilan hasil

dapat dilakukan secara interaktif pada layar.

Gambar 2.5. Tampilan layar SAP2000

2.9.1 Fasilitas SAP2000

1. Model, Analisis, & Desain

Untuk memudahkan dalam pemodelan, SAP2000 telah

menyediakan beberapa variasi template (model siap pakai) dari suatu tipe

struktur. Untuk membuat model struktur pengguna cukup memodifikasi

seperlunya sehingga proses pemodelan dan analisis menjadi lebih cepat.

SAP2000 sudah terintegrasi untuk melakukan proses analisis dan desain.

Setelah analisis selesai dilakukan dan didapat hasil yang benar

selanjutnya dapat langsung dilakukan desain untuk memperoleh dimensi


23

profil atau tulangan baja yang mencukupi. Analisis ulang dan redesain

dapat dilakukan dengan mudah dengan SAP2000.

Gambar 2.6. Kotak dialog new model pada SAP2000

Model struktur pada SAP2000 dapat diidealisasikan dalam berbagai

macam elemen, antara lain elemen joint (titik), frame (batang), shell

(pelat), sampi pada elemen solid (pias elemen 3 dimensi untuk pemodelan

elemen hingga/finite element), sebagai aktualisasi elemen sebenarnya.

Misalnya balok dan kolom pada bangunan bertingkat dimodelkan sebagai

elemen frame, pelat jembatan atau dinding geser sebagai shell, tubuh

bendung dibagi-bagi dalam pias-pias kecil elemen solid, dan lain- lain.

2.9.2 Dasar-Dasar SAP2000

1. Sistem Koordinat Global dan Sistem Koordinat Lokal

Sistem Koordinat Global

Sistem koordinat Global merupakan koordinat dalam tiga dimensi,


24

mengikuti aturan tangan kanan (right handed). Tiga sumbu dengan

notasi X, Y, dan Z ialah sumbu yang saling tegak lurus sesuai dengan

aturan tangan kanan. Letak dan orientasi sumbu Global tersebut dapat

berubah-ubah, asalkan sesuai dengan aturan tangan kanan.

Lokasi pada sistem koordinat Global dapat ditentukan

menggunakan variabel x, y, z. veektor dalam sistem koordinat Global

dapat ditentukan dengan memberikan lokasi dua titik, sepasang sudut,

atau dengan memberikan arah koordinat. Arah koordinat ditunjukkan

dengan nilai X , Y dan Z . Sebagai contoh X+ menunjukkan vektor

sejajar dan searah dengan sumbu X positif. Semua sistem koordinat yang

lain pada model ditentukan berdasarkan sistem koordinat Global ini.

SAP2000 selalu mengasumsikan sumbu Z arahnya vertikal,

dengan Z+ arah ke atas. Sistem koordinat lokal untuk joint, elemen, dan

gaya percepatan tanah ditentukan berdasarkan arah ke atas tersebut.

Beban berat sendiri arahnya selalu ke bawah, pada arah Z-.

Bidang X-Y merupakan bidang hirizontal, dengan sumbu X+

merupakan sumbu utama. Sudut pada bidang horizontal diukur dari

sumbu positif X, dengan sudut positif ialah berlawanan arah dengan arah

putaran jarum jam.

Sistem Koordinat Lokal

Pada setiap elemen frame mempunyai sistem koordinat lokal

yang digunakan untuk menentukan potongan Property, beban dan gaya-

gaya keluaran. sumbu--sumbu koordinat lokal ini dinyatakan dengan


25

simbol 1, 2, dan 3. Sumbu 1 arahnya ialah searah sumbu elemen, dua

sumbu yang lain tegak lurus dengan elemen tersebut dan arahnya dapat

ditentukan sendiri oleh pengguna. Yang peru diketahi pengguna ialah

bagaimana menentukan koordinat lokal 1-2-3 dan hubungannya dengan

koordinat Global X-Y-Z. kedua sistem koordinat ini menggunakan

aturan tangan kanan. Untuk koordinat lokal pengguna bebas menentukan

arahnya selama hal tersebut memudahkan dalam memasukkan data dan

menginterpretasikan hasilnya.

2
1 3

3 2

Gambar 2.7.. Sumbu lokal frame

Untuk menentukan sistem koordinat lokal elemen yang umum dapat

menggunakan orientasi default dan sudut koordinat elemen frame, yang

dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Sumbu lokal 1 arahnya selalu memanjang arah sumbu elemen,

arah positif aialah dari ujung i ke ujung j.


26

b. Orientasi default sumbu lokal 2 dan 3 ditentukan oleh

hubungannya diantara sumbu lokal 1 dan sumbu Global Z

sebagai berikut:

• Jika sumbu lokal 1 arahnya horizontal, maka bidang 1-2

dibuat sejajar dengan sumbu Z

• Jika sumbu lokal satu arahnya ke atas (Z+), maka arah

sumbu lokal 2 sejajar dengan sumbu X+

• Sumbu lokal 3 arahnya selalu horizontal searah bidang X-Y

2. Derajat Kebebasan (DOF)

Derajat kebebasan (Degree of Freedom, DOF) menyatakan jenis

pergerakan pada model struktur yang memungkinkan. Untuk memahami

derajat kebebasan, sebelumnya perlu diketahui jenis pergerakan yang ada

dalam SAP2000, yaitu:

 Translasi (U), gerakan perpindahan, sejajar dengan sumbu

 Rotasi (R), gerakan putaran, memutari sumbu yang berkaitan

Sedangakan elemen arah pada SAP2000 ada tiga, yaitu:

1) Arah sumbu X

2) Arah sumbu Y

3) Arah sumbu Z

Untuk gerakan searah sumbu, memiliki nilai positif,

sedangkan berlawanan sumbu memiliki nilai negatif. Perlu

diketahui pula, untuk rotasi dan momen juga menggunakan

kaidah tangan kanan, di mana ibu jari menunjuk arah sumbu, dan
27

empat jari lain menunjukkan arah putaran rotasi/momen.

Gambar 2.8. Kaidah tangan kanan

3. Objek dan Elemen

Elemen dasar yang digunakan untuk pemodelan SAP2000 adalah:

 Joint (titik nodal), berupa elemn titik / nodal

 Frame (batang), berupa elemen garis (1 dimensi)

 Area, merupakan elemen luasan (2 dimensi)

 Solid, merupakan elemen ruang (3 dimensi)

4. End Offset

Elemen frame dimodelkan sebagai elemen garis yang

dihubungkan pada joint (titik kumpul/pertemuan). Padahal sebenarnya

penampang elemen yang digunakan mempunyai dimensi potongan

tertentu. Apabila dua buah elemen bertemu, misalnya balok dan kolom,

pada pertemuan tersebut akan terjadi overlap potongan penampangnya.

Untuk struktur yang dimensi penampangnya cukup besar, maka panjang

overlap itu cukup signifikan untuk diperhitungkan End offset dapat

dihitung secara otomatis oleh program SAP 2000 untuk pilihan yang
28

didasarkan pada dimensi penampang maksimum untuk semua elemen

lain yang berhubungan dengan elemen tersebut pada salah satu joint yang

ditinjau. Jika end offset yang diberikan menyebabkan panjang bersih

elemen kurang dari 1% panjang total elemen, program akan memberikan

peringatan dan akan mereduksi end offset sesuai proporsi dengan

memberikan panjang bersih elemen sebesar 1% dari panjang total elemen.

Kondisi normalnya, besarnya end offset ini harus lebih kecil dari proporsi

panjang totalnya. Pengaruh dari pemberian end offset ini ialah semua

keluaran gaya-gaya dalam dan momen diberikan pada permukaan

dukungan dan pada sepanjang bentang bersih elemen. Pada daerah end

offset keluaran gaya-gaya dalam ini tidak akan dikeluarkan.

5. Automesh

Elemen shell yang dipakai untuk memodelkan pelat lantai perlu

untuk dibagi ke dalam pias-pias kecil sejumlah tertentu. Hal ini

disebabkan alasan konvergensi, yaitu penyebaran gaya dari pelat ke

balok disekitarnya akan semakin baik jika terdapat makin banyak pias

pada pelat lantai. Jika jumlah pias terlalu sedikit, atau tidak dilakukan

pembagian pias, hasil yang didapatkan relatif kasar (misal output

lendutan atau momen yang terlalu besar atau kecil). Tentu saja juga

terdapat suatu jumlah pias optimum yang tergantung kepada tipe

strukturnya, karena bila terlalu banyak pias menyebabkan ukuran file

dan waktu analisis akan bertambah besar.

Pembagian pada elemen shell bisa dilakukan dalam dua metode,


29

yaitu secara fisik (pelat memang dibagi dalam jumlah pias tertentu),

atau secara internal (pelat masih satu kesatuan namun dalam analisis

SAP2000 akan membaginya secara otomatis. Untuk metode pertama

bisa diakses lewat menu Edit > Edit Areas > Divide Areas …, sedang

cara kedua lewat menu Assign > Area > Automatic Area Mesh ….

Metode pertama memang akan langsung terlihat efek pembagian pelat

dalam pias-pias, namun bila akan dilakukan perubahan jumlah

pembagian pias, maka pelat harus dibuat lagi dari awal. Sedangkan

dengan metode kedua, walaupun hasil pembagian pias baru akan

terlihat setelah proses analisis selesai, namun lebih bisa fleksibel dalam

penentuan jumlah pias, karena tidak dilakukan secara fisik langsung.

Dengan alasan tersebut pada video tutorial ini akan digunakan metode

kedua

6. Tinjauan Perilaku Struktur dan Elemen

Pada bab sebelumnya disebutkan bahwa akibat beban yang

bekerja pada struktur akan timbul gaya dalam antara lain:

 Momen (M), berupa momen lentur dan atau momen puntir. Dalam

perhitungan dan aplikasinya pada struktur dikenal dengan momen

positif dan momen negatif. Momen positif terjadi apabila serat

bawah elemen / struktur tertarik dan serat atas tertekan. Sedang

momen negatif terjadi apabila serat bawah elemen / struktur

tertekan dan serat atas tertarik.

 Gaya lintang / geser (D) adalah gaya dalam yang bekerja tegak
30

lurus sumbu longitudional / serat elemen.

 Gaya normal / aksial (N) adalah gaya dalam yang bekerja sejajar

sumbu longitudional / serat elemen.

7. Tahap Analisis Pada SAP2000

Gambar 2.9. Tahap analisis SAP2000

Anda mungkin juga menyukai