1. perut sebah ( arya ) : merasa sensasi penuh pada perut dan terlihat
besar (vina)
2. Mual (edwin) : sensasi rasa ingin muntah (assa
Sensasi rasa tidak enak pada peru ( azul
Rasa tidak nyaman pada bagian atas ( ginza
Trigger 2
dalam tinja penderita, kenaikan titer anti-HAV, kenaikan titer IgM anti-HAV).
Antibodi IgM untuk virus hepatitis A pada umumnya positif ketika gejala
muncul disertai kenaikan ALT (alanine aminotransferase) atau SGPT. IgM akan
positif selama 3-6 bulan setelah infeksi primer terjadi dan bertahan hingga 12
bulan dalam 25% pasien. IgG anti-HAV muncul setelah IgM turun dan biasanya
selalu disertai dengan adanya IgM anti-HAV. Sebagai anti-HAV IgG tetap
seumur hidup setelah infeksi akut, deteksi IgG anti-HAV saja menunjukkan
Untuk menunjang diagnosis dapat dilakukan tes biokimia fungsi hati (evaluasi
langsung, ALT atau SGPT, AST atau SGOT, fosfatase alkali, waktu protrombin,
protein total, albumin, IgG, IgA, IgM, hitung darah lengkap). Level bilirubin
naik setelah onset bilirubinuria diikuti peningkatan ALT dan AST. Individu yang
lebih tua dapat memiliki level bilirubin yang lebih tinggi. Fraksi direk dan
umumnya akan lebih tinggi dari bilirubin direk. Peningkatan level ALT dan AST
sangat sensitif untuk hepatitis A. Enzim liver ini dapat meningkat hingga
melebihi 10.000 mlU/ml dengan level ALT lebih tinggi dari AST yang nantinya
Phospatase terjadi selama penyakit akut dan dapat berkelanjutan selama fase
2. Etiologi Dx
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus Hepatitis A (HAV) diklasifikasikan
sebagai pikornavirus dan secara morfologi merupakan partikel sferis tidak
terbungkus yang berdiameter 27 nm dengan simetri ikosahedral. HAV stabil
pada suhu 4 C selama 20 jam, suhu -20 C selama 1,5 tahun. HAV hancur pada
air mendidih selama 15 menit, inefektit pada pendidihan 5 menit, pemanasan
600C selama 1 jam, eter denga pH 3, 1:4000 formalin pada suhu 370 selama 72
jam, dan chlorin 1ppm selama 30 menit, pemaparan sinar uv(Adirson,1988, dan
Silverman,2003).
Infeksi ini biasanya ditularkan lewat jalur fekal-oral dan memiliki masa inkubasi
sekitar 30 hari. Masa penularan tertinggi adalah pada minggu kedua segera
sebelum timbulnya ikterus dan selam masa prodrormal. 1-2 minggu sebelum
ikterus dan 2 minggu setelah ikterus(Klarisa,dan Irsan, 2014). Gejala hepatitis
A umumnya ringan. Antibodi IgM muncul dini pada fase akut, meningkat cepat,
dan menghilang selama masa penyembuhan. Antibodi IgG muncul lebih lambat
pada perjalanan penyakit, meningkat cepat, dan bertahan sepanjang hidup(Har
prett pall, 2005 dan Gilroy RK). Transmisi virus hepatitis a: kontak erat dengan
pasien(tinggal serumah, sex, penitipan anak), kontaminasi makanan dan
minuman(infeksi makanan oleh tangan, ikan laut), paparan darah walau
jarang(injeksi obat, dan transfusi).
dari orang ke orang, atau bisa tertular dari makanan atau air. Virus didapatkan
pada tinja penderita pada masa penularan mulai pada akhir masa inkubasi sampai
dengan fase permulaan prodromal. Transmisi HAV juga bisa terjadi melalui
parenteral, tetapi kasus ini kurang umum. Begitu juga dengan aktivitas seksual,
namun tidak menutup kemungkinan seseorang yang menderita HAV akut dapat
kemudian diangkut melalui aliran darah ke dalam hati, dimana tinggal di dalam
yang disebabkan oleh aktifitas T limfosit sitolitik terhadap target yaitu VAH
antigen yang ada dalam sitoplasma sel hati dengan akibat terjadi kerusakan sel
peningkatan bilirubin direk. Bila kerusakan hepar luas juga akan terjadi
gangguan proses perubahan bilirubin indirek menjadi direk, sehingga juga akan
Hepatitis memiliki masa inkubasi 15-40 hari dengan rata-rata 28-30 hari. Masa
infeksi virus hepatitis A berlangsung antara 3-5 minggu. Virus sudah berada di
dalam feces 1-2 minggu sebelum gejala pertama muncul dan dalam minggu
pertama timbulnya gejala. Setelah masa inkubasi biasanya diikuti dengan gejala-
gejala demam, kurang nafsu makan, mual, nyeri pada kuadran kanan atas perut,
dan dalam waktu beberapa hari kemudian timbul sakit kuning. Urin penderita
biasanya berwarna kuning gelap yang terjadi 1-5 hari sebelum timbulnya
sendiri(Mehta,2013)
Perjalanan penyakit yang simtomatik dibagi dalam 3 fase, fase preikterik, fase
berlangsung selama 5-7 hari yang ditandai dengan munculnya gejala seperti
nyeri perut sebelah kanan, mual dan muntah, demam, diare, urin berwarna coklat
gelap seperti air teh dan tinja yang pucat. Yang kedua fase ikterik biasanya
dimulai dalam waktu 10 hari gejala awal didahului urin yang berwarna coklat,
sklera kuning, kemudian seluruh badan menjadi kuning. Teradi puncak fase
ikterik dalam 1-2 minggu, hepatomegali ringan yang disertai dengan nyeri tekan.
Viremia berakhir tak lama setelahnya, meskipun tinja tetap menular selama 1 - 2
Yang etrakhir fase Masa penyembuhan/ konvalense, pada fase ini keluhan
WHO,2010).
5. Tatalaksana
1. Terapi farmakologis
Berupa pemberian analgetik, antiemetik, maupun antipruritus.
Pemberian antemetik berupa metoklopramid, atau domperidon
tidak merupakan kontraindikasi, tetapi dianjurkan dosisnya tidak
melebihi 3-4 gram/hari(Klarisa,dan Irsan, 2014).
1. Suportif:
o Rejuvit berisi palecatechu 200 mg; lecithin 200 mg; turmeric 75 mg;
milk thistle 35 mg; dandelion root 15 mg, termasuk dalam golongan
suplemen, dan berfungsi untuk memelihara kesehatan pencernaan
dan hati(liver protector).
o Hepamerz berisi L-ornithine-L-aspartate. Indikasi sebagai
detoksifikasi pada hati (misalnya pada sirosis hepatik). Ensefalopati
hepatik. Gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin <= 3 mg/100
mL). Mual, muntah, rasa panas, dan palpitasi
o Renosan: Per 500 ml: L-threonine 2.25 g, L-serine 2.5 g, L-proline 4
g, L-cysteine HCL monohidrat 0.2 g, glycine 4.5 g, L-alanine 3.75
g, L-valine 4.2 g, L-methionine 0.5 g, L-isoleucine 4.5 g, L-leucine
5.5 g, L-phenylalanine 0.5 g, L-tryptophan 0.35 g, L-histidine HCL
monohidrat 1.6 g, Lysine HCL 3.8 g, L-arginine 3.65 g, Na bisulfat
0.15 g, Cl⁻ 94 mEq/L, Na⁺ 14 mEq/L. Osmolarity: 700 mOsm/L.
INDIKASI: pengobatan ensefalopati hepatik pada pasien dengan
penyakit hati kronis. KEMASAN Infus softbag 500 ml x 1's. DOSIS
Dewasa: 500-1000 ml/dosis dengan infus IV. Jumlah infus perifer:
500 ml over 180-300 minimum (approx 25-40 tetes/menit). Total
parenteral nutrition: 500-1000 ml dengan dekstrosa/glukosa atau
larutan lain over 24 jam via pembuluh darah pusat.
o PPI: lansoprazol, pantoprazol, omeprazol
Ada beberapa cara untuk mencegah penularan hepatitis A, Menurut WHO antara
lain melalui hidup bersih dan sehat dan pemberian vaksinasi. Hampir semua
dilakukan dengan hygiene perorangan yang baik, standar kualitas tinggi untuk
persediaan air publik dan pembuangan limbah saniter, serta sanitasi lingkungan
yang baik. Dalam rumah tangga, kebersihan pribadi yang baik, termasuk tangan
sering dan mencuci setelah buang air besar dan sebelum menyiapkan makanan,
imun globulin (ISG), dibuat dari plasma populasi umum, memberi 80-90%
Dalam beberapa kasus, infeksi terjadi, namun tidak muncul gejala klinis dari
hepatitis A. Saat ini, ISG harus diberikan pada orang yang intensif kontak
pasien hepatitis A dan orang yang diketahui telah makan makanan mentah yang
diolah atau ditangani oleh individu yang terinfeksi. Begitu muncul gejala klinis,
host sudah memproduksi antibodi. Orang dari daerah endemisitas rendah yang
menerima ISG sebelum keberangkatan dan pada interval 3-4 bulan asalkan
potensial paparan berat terus berlanjut, tetapi imunisasi aktif adalah lebih
baik(WHO,2010).
7. Imunisasi aktif merupakan vaksin hidup yang telah dilemahkan dan telah
secara oral. Penggunaan vaksin ini lebih baik daripada pasif profilaksis bagi
A diberikan 2 kali dengan jarak 6-12 bulan. Vaksin sudah mulai bekerja 2
2 minggu yang berarti vaksin masih belum bekerja maka dapat diberikan
imunoglobulin(WHO,2010).
Hingga sekarang belum ada pengobatan spesifik hepatitis virus akut. Terapi
simtomatis dan penambahan vitamin dengan makanan tinggi kalori protein dapat
jika keluhan atau gejala berkurang, bilirubin dan transaminase serum menurun.
laboratorium normal(WHO,2010).
Tidak ada diet khusus bagi penderita hepatitis A, yang penting adalah jumlah
pemasukan nutrisi dan cairan kurang akibat mual dan muntah, sehingga perlu
8. Kompilkasi
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan
hepatitis A infeksi sembuh sendiri. Umumnya pasien akan membaik secara
sempurna tanpa ada sekuel klinis. Sekitar 10-15% kasus dapat mengalami
relaps dalam 6 bulan setelah fase akut selesai, namun tidak potensi untuk
menjadi kronis. Komplikasi akibat Hepatitis A hampir tidak ada, kecuali pada
lansia atau seseorang yang memang sudah mengidap penyakit hati kronis
atau sirosis. Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosis hepatik akut
fatal(Silverman,2003, dan Previsani,2000). Meski sangat jarang, risiko
hepatitis fulminan (gagal hati akut) ditemukan meningkat pada individu
atau dengan penyerta penyakit hati lanjut. Gagal hati akut merupakan
kondisi penurunan fungsi hati secara cepat dan masif, ditandai dengan
perubahan status mental (ensefalopati) dan koagulopati (INR>1,5) yang
terjadi 8 minggu setelah awitan penyakit hati. Angka mortalitas sangat
tinggi pada kasus fulminan.
9. Pski
Steato hepatitis ( hepatitis saat kelebihan alkohol ) tambahan di baca
TUGAS