Anda di halaman 1dari 14

RESUME PBL

SKENARIO 1
“ BAB CAIR ’’

NAMA :
NPM :
KELOMPOK: 1A
TUTOR : dr. AMRI MUHARAM

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2020
SKENARIO 1

BAB Cair

Seorang perempuan usia 24 tahun datang ke IGD diantar oleh keluarganya dengan keluhan BAB
cair sejak ±4 hari yang lalu dengan frekuensi ±10x sehari. Keluhan BAB cair (+), lendir (+),
darah (-), ampas (+), warna coklat kehitaman (+). Keluhan disertai nausea, vomitus 4-5x sehari,
nyeri perut, malaise, nafsu makan menurun, dan oliguria. Menurut keluarga pasien, sebelumnya
pasien sempat mengonsumsi makanan yang sudah kadaluarsa. Pasien sudah mengonsumsi obat
warung, namun belum ada perubahan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen,
tanda vital tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 104x/menit, nadi teraba lemah, frekuensi
napas 28x/menit, suhu 37°C. Bibir tampak sangat kering, turgor kulit kembali sangat lambat,
nyeri tekan epigastrium (+), dan akral dingin. Dokter melakukan pemeriksaan dan tatalaksana
lebih lanjut.

STEP 1 - Klarifikasi Istilah

1. Nausea: Mual. perasaan tidak nyaman pada bagian tenggorok atau lambung yang dapat
mengakibatkan muntah. Sensasi mual yang meliputi keinginan untuk muntah
2. Oliguria: produksi urin yang berkurang
3. Malaise: perasaan sama berupa tubuh tidak nyaman dan lelah. Lemas
4. Vomitus: vomitus atau muntah, kondisi sel otot perut yang menyebabkan kontraksi dan
mendorong isi perut keluar dari perut.
5. Turgor kulit: turgor itu ketegangan jaringan yang disebabkan terlampau banyak terisi
darah, turgor kulit elastika kulit atau kemampuan kulit untuk berubah bentuk dan kembali
normal

STEP 2 - Rumusan Masalah

1. Mengapa pasien mengalami bab cair disertai dengan lendir, ampas, berwarna coklat
kehitaman?
2. Mengapa pasien dapat mengeluhkan nausea, vomitus, malaise, nafsu makan menurun,
dan oliguria?
3. Bagaimana pasien dapat mengalami bibir kering, turgor kulit lambat, dan nyeri tekan
epigastrium?
4. Apa saja penyebab yang dapat menyebabkan keluhan-keluhan tersebut?
5. Bagaimana pemeriksaan dan tatalaksana pada kasus tersebut?

STEP 3 - Analisis Masalah

1. Karena adanya kandungan air di dalam tinja yang melebihi normal, sehingga dapat
menyebabkan bab cair yang disebut dengan diare. Bab cair dapat dikatakan sebagai diare
(menurut who diare adalah pasase feses dengan konsistensi lebih encer dan frekuensi
lebih sering (>2x dalam satu hari). Definisi lain adalah pasase feses lebih dari 200 g/hari
pada dewasa atau I 0 mL/kg/hari pada bayi dan balita. Diare yang disertai darah dan
mukus pada feses disertai tenesmus, nyeri perut, dan demam disebut sindrom disentri).
Bab ada lendir pada saat terinfeksi mukosa usus nya irirtasi yang bisa menyebabkan
produksi mukus meningkat nanti fesesnya bisa ada lendirnya. Warna coklat kehitaman
bisa dipengaruhi beberapa hal, mengandung darah, kenapa karena ada infeksi sal cerna
bagian atas, bisa menyebabkan warna hitam karena zat makanan lain, obat obatan. Pada
kasus sudah dijelaskan bahwa pernah mengkonsumsi makanan kadaliarsa dan bisa jadi
pemicu diare tsb, akan menyebabkan vol cairan lumen usus meningkat sehingga bisa
menyebabkan diare.
2. Bisa disebabkan karena iritasi GI tract. Vomitus: otot lambung memberi kekuatan untuk
mengeluarkan isi lambung, bagian sfingter esofageal. pada saat terjadi diare akan
mengeluarkan natrium meningkat, menyebabkan natrium bikarbonat di plasma menurun,
pada saat tersebut terjadi metabolisme anaerob terjadi peningkatan as.laktat menyebabkan
asidosis, peningkatan as. lambung dan mengeluhkan tidak nafsu makan. Mual dan
muntah 2 gejala yang sering berkaitan, bisa karena rangsangan taktil, penyebab lain dari
GI tract nya infeksi atau inflamasi, nanti penyebab tersebut mengirimkan impuls aferen
ke pusat mual dan muntah lalu akan timbul rasa mual dan muntah.
3. Karena ada efek dari kehilangan banyak cairan, iritasi mukosa di abdomen saluran
pencernaan karena vol intravaslular nya menurun sehingga dapat menyebabkan dehidrasi
dan efek ke organ yang lainnya sepetri bibir, kulit, dan nyeri tekan epigastrium. Karena
pasien mengalami diare, yang kekurangan cairan atau dehidrasi, asupan oral nya terbatas
karena ada nasuea dan muntah, nanti akan bermanifestasi sebagai rasa haus yang
meningktat.
4. Faktor infeksi : virus bakteri jamur protozoa, non infeksi: malabsorpsi dan makanan
5. Nilai TTV, dilihat bercak pada kulit, apakah ada pembesaran tiroid, massa pada
abdomen. Bisa dilakukan penunjang kultur feses, pemeriksaan darah. Tatalaksana:
perbaiki cairan dari pasien (kristaloid intravena), perbaiki dari penyebabnya, simptomatik
diberi domperidon(mual muntah).

STEP 4 - Sistematika Masalah

1. Bab cair: etiologi nya bisa karena langsung atau tak langsung, bisa karena virus bakteri
parasit, makanan. kalo yang tidak langsung malnutrisi. Diare osmotik: makanan yang
sulit utk diabsorspsi terjadi hiperosmolaritas sehingga terjadi perpindahan cairan dari
intra ke lume sehingga vol air nya naik pindah ke lumen usus, misal orang nya puasa atau
berhenti makan maka bakal berhenti. Diare sekretorik: sekresi nya banyak tapi yang
diserap nya ada masalah, ganggunanta di transport elektrolit, pada vibrio kolera terjadi
peningkatan camp nanti ikut sama air jika natrium meurun maka absorpsi air juga
menurun. Diare eksudat/inflamatorik: terjadi akibat inflamasi dan kerusakan mukosa
usus. Diare dapat disertai malabsorpsi lemak, cairan dan elektrolit serta hipersekresi dan
hipermtilitias akibat pelepasan sitokin pro inflamasi penyebabnya busa karena infeksi
bakteri ata non infeksi berupa gluten sensitive senterophaty, inflammatory bowl diease,
radiasi. Bisa terjadi karena gangguan osmotik: terjadi akibat makanan atau zat yang tidak
dapat diserap sehingga tidak dapat diserap, gangguan sekresi terjadi akibat rangsangan
seperti toksin sehingga terjadi peningkatan air, natrium. Terjadi karena hiperperlisaltik
usus, bila menurun bakteri nya bisa meningkat sehingga menyebabkan diare. Diare
osmotik: ketika makanan sudah mask ke usus, zat pelarut nya rendah zat terlarut nya
tinggi, osmosis terjadi terjadi karena perpindahan molekul tinggi ke rendah, dari usus zat
pelarut nya berpindah tapi yang zat terlalutnya susah buat pindah karena susah
diabsoprsi.
2. Nausea atau rasa mual merupakan perasaan ingin muntah. Keluhan ini dapat terjadi tanpa
diikuti oleh muntah atau dapat mendahului dan disertai gejala muntah. Lintasan saraf
yang spesifik untuk rasa mual belum diketahui, tetapi peningkatan salivasi, penurunan
aktivitas fungsional lambung, dan perubahan motilitas usus halus berkaitan dengan mual.
Rasa mual juga dapat distimulasikan oleh pusat yang 14 lebih tinggi di dalam otak. Mual
dapat disebabkan oleh impuls iritasi yang datang dari traktus gastrointestinalis, impuls
yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness, atau impuls
dari korteks serebri untuk memulai muntah. Vomitus atau muntah merupakan ekspulsi isi
lambung yang disemburkan keluar. Otot lambung memberikan kekuatan untuk
menyemburkan isi lambung. Bagian fundus lambung serta sfingter gastroesofageal
mengadakan relaksasi dan kontaksi diafragma serta otot dinding perut yang kuat
meningkatkan tekanan intra abdomen. Keadaan ini yang dikombinasikan dengan
kontraksi annulus pilorik lambung akan memaksa isi lambung masuk ke dalam esofagus.
Kemudian peningkatan tekanan intratorakal menggerakan isi lambung dari esofagus ke
mulut. PATOFISIOLOGI MUNTAH
Muntah dikontrol oleh dua buah pusat di dalam medulla oblongata pusat, muntah dan
zona pemicu kemoreseptor (chemoreceptore trigger zone, CTZ). Pusat muntah memulai
muntah yang sebenarnya. Pusat ini di stimulasi oleh traktus GI dan pusat yang lebih
tinggi di dalam batang otak serta korteks serebri dan CTZ. CTZ itu sendiri tidak dapat
menginduksi muntah. Berbagai stimulus dan obat, seperti apomorfin, levodopa, digitalis,
toksin bakteri, radiasi, dan kelainan metabolisme dapat mengaktifkan zona tersebut. Zona
yang sudah diaktifkan itu akan mengirim impuls saraf ke pusat muntah dalam medulla
oblongata. Vomitus: ekspulsi isi lambung: keadaan tersebut bakal menggerakan isi
lambung sehingga keluar isi lambung nya. Muntah: serabut GI dari pusat visual N.VIII
merangsang pusat muntah sehingga dihantarkan ke saluran pencernaan bagian atas,
trigersome tersebut ventrikel k4 mengawali muntah, kemoreseptror, melepas nya sretonin
intestial yang menyebabkan otot abdomennya interaksi dan isis usus distensi, naik ke
cavum thorax sehingga peningkatan cavum thorax. Maslah pada gi tract mengirimkan
impusl ke reseptor aferen sama, dikirim lagi melalui N vagus sehingga terjadi mual, dari
situ terjadi spasme diagphragma kebawah tapi otot abdomennya keatas sehingga terjadi
reaksi vase rethcing. Vase emersis, isi lambung nya keluar, tapi kalo yang retching itu
berturut-trurt bisa meneyebabkan emerssis. Oliguria: cairan menurun, penurunan volume
plasma darah, darah kan akan masuk ke jantung berkurang yang dikeluarkan juga
berkurang sehingga hipoperfusi, jika darah kurang maka urin juga bisa berkurang. Peran
saraf otonom dari cardio dan gi tract, jika simpatis meningkatkan dan parasimpatis
menurunkan namun pada gi tract sebaliknya.
3. Efek dari kehilangan banyak cairan terutama karena adanya iritasi pada mukosa di
abdomen yakni usus sebagai sal pencernaan karena vol intravaskular menururn sehingga
mneyebabkan dehidrasi yang berdamoak pada organ lainnya diantara bibir, kulit, dan
nyeri dibagian episgastrium.
4. Infeksi: virus: sering mual, menggigil diare singkat, bakteri: menginfesi usus halus
menyebabkan bab cair, inlflamasi, parasit: cacing ascaris lumricoides, penyebab diare
yang diesbabkan perikal, makanan terkontaminasi. Non infeksi: makanan basi atau
beracun menyebakan bakteri tumbuh. faktor fisiologis: pada anak dapat menyebabkan
diare kronik. Parasit: giardia, cryptosporydum. Infeksi diluar pencernaan: OMA,
tonsilitis, bronkopneuminia. Faktor malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein. Faktor
makanan yang basi mengandung toksin atau zat tertentu.
5. Pemeriksaan, sebelumnnya mengkonsumsi makanan apa, tempat lingkungan bersih atau
ngga, makanan yang dikonsumsi masih bersih atau gimnana, pf apakah ada mual munta
nyeri perut, pp agd, darah lengkap, urin lengkap, pemeriksaan tinja. Tatalaksana:
rehidrasi, jenis cairannya diare akut diberikan rinolaktat, jml cairan diberika sesuai
dengan cairan yang dikeluarkan. Pemberian cairannya bsa melalui iv. Pengobatan
simptomatik ada sifat nya antimorbilitas, defenoksilat, ant energilat: domperidone.
Analisis feses rutin pada diare inflamtorik akan menunjukkan peningkatan jumlah
leukosit feses, tes darah samar tinja positif, laktoferin dan ca/ciprotein positif.
Pemeriksaan telur dan parasit diindikasikan pada diare lebih 14 hari. Anamnesis: bab nya
ada darah atau ngga, warna nya seperti apa, PP: dibedakan lagi analisis feses nya, pem
darah: leukosit meningkat nta karena apa bakteri atau virus.

MIND MAP
gastroentritis

faktor-faktor yang
penegakan dapat
etiologi patofisiologi tatalaksana
diagnosis menyebabkan
gastroentritis

anamnesis,
pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan
penunjang

STEP 5 – Sasaran Belajar

1. Etilogi dan definisi gastroenteritis


2. Patofisologi gastroenteritis dihubungkan dengan etiologi, manifestasi klinis
3. Penegakan diagnosis gastroenteritis
4. Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi)
5. Komplikasi dan prognosis gastroentritis
6. Klasifikasi dehidrasi (anak dan dewasa)
7. Gangguan keseimbangan asam basa pada gastroentritis

REFLEKSI DIRI

Alhamdulilah PBL berjalan lancar

STEP 6 – Belajar Mandiri

- BELAJAR MANDIRI

STEP 7 – Penjelasan
A. Gastroenteritis

1. Pengertian
. Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang
di tandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit
yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit
2. Etiologi
Menurut Mansjoer etiologi gastroenteritis adalah :
a. Faktor infeksi
1) Infeksi Internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis. meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli,
Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus
(Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E.
hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans)
2) Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan gastroenteritis. seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak.
c. Faktor Makanan
Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.
d. Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis ( rasa takut dan cemas ).

3. Patofisiologi
Gastroenteritis dapat terjadi akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung. Mikroorganisme tersebut
berkembang baik, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi
toksin. Enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (seperti E.coli dan Vibrio cholera)
akan memberikan efek langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam
lumen gastrointestinal. Beberapa agen bakteri bisa memproduksi sitotoksin (seperti
Shigella dysenteriae,Vibrio parahaemolitikus, Clostridium difficile, enterohemorrhagic
E.coli) yang menghasilkan kerusakan sel-sel mukosa, serta menyebabkan feses
bercampur darah dan lendir bekas sisa sel-sel yang terinflamasi. Invasi enterosit
dilakukan beberapa mikroba seperti Shigella, organisme campylobacter, dan enterovasif
E.coli yang menyebabkan terjadinya destruksi,serta inflamasi
Pada manifestasi lanjut dari diare dan hilangnya cairan, elektrolit memberikan
manifestasi pada ketidakseimbanganan asam basa (metabolik asidosis). Hal ini terjadi
karena kehilangan Na-Bikarbonat bersama feses. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh dan terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anoreksia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
kerana tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya
pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler
Respon patologis penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah
dehidrasi,yaitu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi
intake. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai
gangguan elektrolit.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis klien dengan gangguan gastroenteritis adalah :
a. Diare yang berlangsung lama ( berhari-hari atau berminggu-minggu) baik secara
menetap atau berulang à panderita akan mengalami penurunan berat badan.
b. BAB kadang bercampur dengan darah.
c. Tinja yang berbuih.
d. Konsistensi tinja tampak berlendir.
e. Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak
f. Penderita merasakan sekit perut.
g. Rasa kembung.
h. Mual, kadang-kadang sampai muntah.
i. Kadang-kadang demam.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis yang tepat
sehingga tepat juga dalam memberikan obat. Adapun pemeriksaan yang perlu
dikerjakan adalah :
a. Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman untuk
mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik serta untuk
mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosaa.
b. Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca,K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena
malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi kronis)
peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah
untuk mengetahui faal ginjal.
c. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat
d. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik
6. Klasifikasi
Klasifikasi gastroenteritis menurut depkes RI 1999, diare diklasifikasikan menjadi
diare akut dan kronis.
a. Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14
hari. Diare akut diklasifikasikkan kembali secara klinis menjadi:
1) Diare non-inflamasi
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare menjadi
cair dengan volume besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang
terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak
mendapatkan cairan yang seseuai sebagai pengganti. Tidak ditemukan leukosit
pada pemeriksaaan feses rutin.
2) Diare inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di
kolon. Gejala klinis ditandai dengan adanya mulas sampai dengan nyeri kolik,
mual, muntah, demam, tenesmus, tanda dan gejala dehidrasi.
Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses rutin dan
secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorphonuklear (PMN).
b. Diare kronis berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronis diklasifikasikkan kembali
secara klinis menjadi:
1) Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak yang biasanya disebabkan
oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi
air dan elektrolit namun kemampuan absorbs mukosa usus ke dalam usus
menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri seperti toksin kolera, pengaruh
garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif non osmotic dan hormone
intestinal (gastrin vasoaktif intestinal polypeptide (VIP))2)
2) Diare osmotic
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorbsi oleh usus
sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari dalam plasma ke
lumen usus sehingga terjadilah diare. Misalnya malabsorbsi karbohidrat
akibat defisiensi lactase atau akibat garam magnesium.
3) Diare eksdatif
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun
usus besar. Inflamasi dan eksudat dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau
bersifat non-infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflammatory bowel
disease ataupun akibat radiasi. Kelompok lain akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu transit makanan dan minuman diusus menjadi lebih
cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes mellitus
dapat muncul diare ini.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis meliputi:
1) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.

a) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan
glukosa untuk diare akut.
b) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung
berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
(1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg
BB /oral.
(2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg
BB /hari.
(3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit
(inperset 1 ml : 20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per
oral.
2) Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras, dsb ).

a) Obat Anti sekresi


Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
b) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora, opium
loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat pengeras
tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada manfaatnya untuk
mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
c) Antibiotic
Umumnya antibiotic tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB /
hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA,
faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
B. Klasifikasi Dehidrasi
Klasifikasi
Klasifikasi dehidrasi berdasarkan derajatnya adalah sebagai berikut
a. Dehidrasi berat, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Pengeluaran / kehilangan cairan sebanyak 4-6 liter.
2) Serum natrium mencapai 159-166 mEq/liter.
3) Hipotensi.
4) Turgor kulit buruk.
5) Oliguria.
6) Nadi dan pernapasan meningkat.
7) Kehilangan cairan mencapai > 10% BB.
b. Dehidrasi sedang, dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB.
2) Serum natrium mencapai 152-158 mEq/liter.
3) Mata cekung.
c. Dehidrasi ringan, dengan ciri-ciri kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 liter.
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-6. Jilid 1.
Jakarta; Interna Publishing; 2017
2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:
EGC; 2013.

Anda mungkin juga menyukai