Anda di halaman 1dari 17

Sistem Distribusi Tenaga Listrik di Indonesia dan

Sistem Penyalurannya

Nama : Mukhlis Ogam Wirabawa

NIM : 41418320028

Teknik Elektro

Universitas Mercu Buana

Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT, karena


berkat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah yang berjudul “Sistem Distribusi Tenaga
Listrik di Indonesia dan Sistem Penyalurannya” ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya.

Dalam menyusun makalah ini, penulis menghadapi berbagai kesulitan dan


rintangan karena keterbatasan yang dimiliki. Namun, berkat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................3
1.1 Latar belakang.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1 Konsep Dasar Jaringan Distribusi Tenaga Listrik..................................................4
2.2 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Pada Sistem Tenaga Listrik.............................5
2.2.1 Pembagian Jaringan Distribusi Tenaga Listrik...............................................6
2.2.2Jenis Saluran Distribusi Tenaga Listrik............................................................6
2.2.3Jenis Letak Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.................................................7
2.2.4 Jenis Arus Listrik Sistem Jaringan Distribusi..................................................8
2.3 Jaringan Distribusi Primer.....................................................................................9
2.3.1 Sistem Radial..................................................................................................9
2.3.2 Sistem Radial Paralel....................................................................................11
2.3.3 Konfigurasi Sistem Interkoneksi..................................................................12
2.4 Sistem Penyaluran..............................................................................................14
2.4.1 Penyaluran Distribusi Jaringan Listrik..........................................................14
BAB III............................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................16
3.1 Rangkuman.........................................................................................................16

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama yaitu:
pembangkit, saluran transmisi dan saluran distribusi. Pembangkit tenaga listrik dibangkitkan
di pusat-pusat tenaga listrik seperti: tenaga air (PLTA), tenaga panas bumi (PLTP), tenaga
gas (PLTG), tenaga uap (PLTU), dan tenaga gas uap (PLTGU).

Saluran transmisi berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk pusat
pembangkit ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. Karena tegangan generator
pada umumnya rendah, antara 6 kV sampai 24 kV, maka tegangan ini dinaikkan dengan
menggunakan transformator daya ke tingkat tegangan yang lebih tinggi antara 30 kV sampai
500 kV. Tingkat tegangan yang lebih tinggi ini, selain untuk memperbesar daya hantar
saluran juga untuk memperkecil rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran. Penurunan
tegangan dari tingkat tegangan transmisi pertama dilakukan pada gardu induk, dimana
tegangan diturunkan dari 500 kV ke 150 kV atau dari 150 kV ke 70 kV dan kedua pada gardu
induk distribusi dari 150 kV ke 20 kV atau dari 70 kV ke 20 kV.

Saluran distribusi berfungsi untuk menyalurkan dan mendistribusikan tenaga listrik


dari gardu induk ke konsumen. Penurunan tegangan menegah 20 kV ke tegangan rendah
220/380 V dilakukan melalui trafo distribusi. Penyaluran energi listrik yang berawal dari
pusat tenaga listrik ke konsumen melalui saluran transmisi dan distribusi dapat dilihat pada
gambar dibawah :

Penyaluran Energi Listrik

3
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Tenaga listrik merupakan bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan dan
didistribusikan kepada pelanggan/konsumen dan dimanfaatkan untuk segala macam
keperluan. Sistem tenaga listrik merupakan rangkaian instalasi tenaga listrik yang terdiri dari
sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi yang saling terintegrasi dan
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik bagi semua orang.

Sistem pembangkit tenaga listrik merupakan rangkaian instalasi yang terdiri dari
peralatanperalatan seperti generator yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik.
Pembangkit listrik bekerja dengan mengubah energi potensial menjadi energi mekanik yang
kemudian digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Energi potensial menggerakkan
turbin kemudian putaran turbin yang merupakan energi mekanik digunakan untuk memutar
generator listrik. Generator listrik mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik.

Sistem transmisi tenaga listrik merupakan penyaluran energi listrik dari suatu tempat
ke tempat lainnya atau dari pembangkit listrik ke gardu induk. Sebelum energi listrik
ditransmisikan, hal pertama yang harus dilakukan adalah menaikkan tegangan yang disuplai
dari generator menjadi 70 kV, 150 kV atau 500 kV, sebab tegangan yang dikeluarkan dari
generator hanya berkisar antara 6,6 kV sampai 24 kV. Menaikkan tegangan berfungsi untuk
mengurangi rugi daya pada saluran trasnmisi dan untuk mengimbangi jauhnya jarak saluran
transmisi. Energi listrik ditransmisikan melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) atau
melalui saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET).

Sistem distribusi merupakan penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen.
Terdapat 2 (dua) sistem distribusi yaitu distribusi primer dan distribusi sekunder. Distribusi
primer, penyalurannya dimulai dari gardu induk (sisi sekunder trafo daya) ke gardu distribusi
(sisi primer trafo distribusi) atau dari gardu induk langsung ke konsumen tegangan
menengah 20 kV.dimana tegangan tinggi terlebih dahulu diturunkan menjadi tegangan
menengah sebesar 20 kV melalui transformator step down. Distribusi sekunder,
penyalurannya dimulai dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo distribusi) ke konsumen
tegangan rendah. Energi tenaga listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa
saluran udara ataupun saluran kabel bawah tanah. Penyulang distribusi terletak di gardu
distribusi. Fungsi gardu distribusi untuk menurunkan tegangan distribusi primer menjadi
tegangan rendah atau tegangan distribusi sekunder sebesar 220/380 V.

Konsumen tenaga listrik disambung dari Jaringan Tegangan Rendah (JTR) melalui
Saluran Rumah (SR). Dari SR, energi listrik masuk ke Alat Pembatas dan Pengukur (APP)
terlebih dahulusebelum memasuki instalasi rumah milik konsumen. APP berfungsi
membatasi daya dan mengukur pemakaian energi listrik oleh konsumen. Jaringan distribusi
tenaga listrik adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang berhubungan langsung dengan

4
pelanggan. Sistem ini terdiri dari sistem distribusi tegangan menengah dan sistem distribusi
tegangan rendah. Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem
tenaga listrik yang menghubungkan Pusat Pembangkit Tenaga Listrik,Transmisi Tenaga
Listrik dan Gardu Induk dengan konsumen. Sistem distribusi tenaga listrik adalah sarana dari
sistem tenaga Listrik di dalam menyalurkan energi listrik ke konsumen. Dalam menyalurkan
tenaga listrik ke konsumen dari pusat beban, suatu sistem distribusi tenaga listrik harus
disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor beban, perkembangan
dimasa mendatang, kendala, serta ekonomisnya. Untuk lebih jelasnya, sistem tenaga listrik
dapat dilihat pada gambar 1.1 di bawah ini :

2.2 Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Pada Sistem Tenaga Listrik


Terdapat 3 (tiga) bagian utama yaitu :

1. Pusat Pembangkit Tenaga Listrik Merupakan tempat menghasilkan energi listrik yang
terdapat mesin membangkitkan tenaga listrik berupa generator, dilengkapi dengan
gardu induk penaik tegangan, dari tegangan rendah yang dihasilkan generator
dinaikan menjadi tegangan tertentu dengan transformator step up sebagai penaik
tegangan.
2. Saluran Transmisi Merupakan saluran penyalur energi listrik, berupa : Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)
berfungsi menyalurkan tenaga listrik dari gardu induk pusat pembangkit ke gardu
induk yang lain dengan jarak yang jauh.
3. Saluran Distribusi Saluran distribusi berfungsi menyalurkan dan mendistribusikan
tenaga listrik dari gardu induk ke kelompok beban berupa gardu distribusi dan
konsumen dengan mutu yang handal dan memadai. Untuk lebih jelasnya, sistem
tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 1.2 di bawah ini :

5
2.2.1 Pembagian Jaringan Distribusi Tenaga Listrik

Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan berdasarkan tegangan, arus dan
sistem penyaluran.

1. Tegangan

Berdasarkan besarnya tegangan listrik, jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) sistem, yaitu : sistem jaringan distribusi primer dan sistem jaringan distribusi
sekunder.

a. Sistem Jaringan Distribusi Primer


Sistem jaringan distribusi primer atau sering disebut jaringan distribusi tegangan
menengah (JDTM) terletak diantara gardu induk dengan gardu pembagi, yang
memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen.
Standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV
(sesuai standar PLN). Sedangkan di Amerika Serikat standar tegangan untuk jaringan
distribusi primer ini adalah 2,4 kV, 4,16 kV, dan 13,8 kV.
b. Sistem Jaringan Distribusi Sekunder
Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi tegangan
rendah (JDTR), merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur energi listrik dari gardu
pembagi (gardu distribusi) ke pusat beban (konsumen tenaga listrik). Besarnya standar
tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini adalah 127/220 V pada sistem lama, dan
220/380 V pada sistem baru untuk perumahan, serta 440/550 V untuk keperluan industri.

2.2.2Jenis Saluran Distribusi Tenaga Listrik


a. Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Merupakan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) atau Saluran Udara
Tegangan Menegah (SUTM). Sistem Distribusi ini menghubungkan trafo daya di gardu induk

6
menuju gardu distribusi, berdasarkan tegangan yang disalurkan adalah 6 kV, 12 kV atau 20
kV.
b. Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
Merupakan saluran kabel tegangan rendah yang salurannya biasa berupa
SKTM/SUTM, yang menghubungkan gardu distribusi / trafo distribusi ke konsumen.
Tegangan kerja pada sistem yang dipergunakan adalah 220 volt atau 380 volt.

2.2.3Jenis Letak Jaringan Distribusi Tenaga Listrik


a. Jaringan Distribusi Primer (Jaringan Tegangan Menengah)

Jaringan distribusi primer merupakan suatu jaringan yang letaknya sebelum gardu
distribusi dan berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik bertegangan menengah (sebesar : 6
kV atau 20 kV).
Kawat penghantar dapat berupa kabel dalam tanah atau saluran/kawat udara yang
menghubungkan gardu induk (sekunder trafo) dengan gardu distribusi atau gardu hubung
yang merupakan sisi primer dari trafo didtribusi.

b. Jaringan Distribusi Sekunder (Jaringan Tegangan Rendah)

Jaringan distribusi sekunder berupa jaringan yang letaknya setelah gardu distribusi,
yang berfungsi menyalurkan tenaga listrik bertegangan rendah sebesar : 220 V/380 V.
Kawat penghantarnya berupa kabel tanah atau kawat udara yang menghubungkan dari gardu
distribusi yang merupakan sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen/pelanggan atau
pemakai seperti : industri dan atau rumah.
Untuk lebih jelasnya, sistem jaringan tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 1.3 di bawah ini
:

Sistem PenyaluranTenaga Listrik

7
2.2.4 Jenis Arus Listrik Sistem Jaringan Distribusi
a. Jaringan Distribusi AC
Jaringan distribusi arus bolak-balik (AC) paling banyak digunakan. Penyaluran energi
listrik dari gardu induk ke konsumen tegangan menengah 20 kV menggunakan sistem 3 (tiga)
fasa sedangkan penyaluran energi listrik dari gardu distribusi ke konsumen tegangan rendah
seperti industri menggunakan sistem 3 fasa dengan tegangan 380 V, akan tetapi penyaluran
energi listrik ke perumahan menggunakan sistem 1 fasa yaitu 220 V.

Kelebihan :
 Dapat mengubah tegangannya, naik maupun turun.

 Dapat mengatasi kesulitan dalam menyalurkan tenaga listrik untuk jarak jauh.

 Dapat langsung digunakan untuk memparalelkan beberapa pusat pembangkit tenaga


listrik.
 Dapat menyalurkan tiga atau empat jenis tegangan dalam satu saluran, karena
menggunakan sistem tiga phasa.

Kelemahan :

 Untuk tegangan tinggi sering terjadi arus pemuatan (charging current).

 Memerlukan stabilitas tegangan untuk kondisi dan sifat beban yang berubah-ubah.

 Memerlukan tingkat isolasi yang tinggi untuk tegangan tinggi.

 Terjadinya efek kulit (skin effect) pada induktansi dan kapasitansi untuk tegangan
tinggi.

Sistem 3 phasa mempunyai kelebihan dibandingkan sistem 1 phasa, yaitu :

 Daya yang disalurkan lebih besar

 Nilai sesaat konstan

 Medan magnit putarnya mudah diadakan

b. Jaringan Distribusi DC

Jaringan distribusi arus searah (DC) jarang digunakan, walaupun ada untuk daerah
tertentu. Penggunaan jaringan DC ini dilakukan dengan jalan menyearahkan terlebih dahulu
arus AC (bolak-balik) ke arus DC (searah) dengan alat penyearah converter, sedangkan untuk
merubah kembali dari arus bolak-balik ke arus searah digunakan alat inverter. Dari kedua
sistem ini yang banyak digunakan adalah sistem distribusi arus bolak-balik (AC). Sistem
distribusi DC mempunyai keuntungan maupun kerugiannya, yaitu :

8
Kelebihan :

 Isolasinya lebih sederhana,

 Daya guna (efisiensi) lebih tinggi, karena faktor dayanya = 1

 Tidak ada masalah stabilisasi dan perubahan frekuensi untuk penyaluran jarak jauh.

 Tidak ada masalah arus pengisian (charging current) untuk tegangan tinggi,

 Dianggap ekonomis bila jarak penyaluran lebih besar dari 1000 km untuk saluran
udara, dan lebih besar 50 km untuk saluran bawah tanah

Kelemahan :

 Perubahan arus AC ke DC atau kebalikannya menggunakan peralatan converter atau


inverter, memerlukan biaya yang tinggi karena peralatan tersebut harganya mahal.

 Pada saat beban naik dan jarak penyaluran makin panjang, maka jatuh tegangan (drop
voltage) makin tinggi.

2.3 Jaringan Distribusi Primer

Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang bertegangan menengah
(20 kV). Jaringan distribusi primer tersebut merupakan jaringan penyulang. Jaringan
distribusi primer berawal dari sisi sekunder trafo daya yang terpasang pada gardu induk
hingga ke sisi primer trafo distribusi yang terpasang pada tiang-tiang saluran. Pola
konfigurasi jaringan pada distribusi primer terdiri dari 5 tipe yaitu sistem radial, sistem lup,
sistem spindel, sistem spot network dan sistem interkoneksi.

2.3.1 Sistem Radial

Sistem jaringan radial pada distribusi tenaga listrik paling banyak digunakan dan
paling sederhana dibandingkan dengan tipe jaringan yang lain. Tenaga listrik yang disalurkan
secara radial melalui gardu induk ke konsumen-konsumen dilakukan secara terpisah satu
sama lainnya. Dinamakan radial karena saluran ini ditarik secara radial dari suatu titik yang
merupakan sumber dari jaringan itu dan dicabang-cabangkan ke titik-titik beban yang
dilayani. Sistem radial terdiri atas fider (feeders) atau penyulang yang yang menyuplai
beberapa gardu distribusi secara radial. Konfigurasi jaringan sistem radial terbagi atas 2 (dua)
bagian yaitu sistem radial terbuka dan sistem radial paralel.

a. Sistem Radial Terbuka


Sistem radial terbuka ini paling tidak dapat diandalkan, karena penyaluran tenaga
listrik hanya dilakukan dengan menggunakan satu saluran saja. Jaringan model ini sewaktu
mendapat gangguan akan menghentikan penyaluran tenaga listrik cukup lama sebelum

9
gangguan tersebut diperbaiki kembali. Oleh sebab itu kontinuitas pelayanan pada sistem
radial terbuka ini kurang bisa diandalkan.

Selain itu makin panjang jarak saluran dari gardu induk ke konsumen, kondisi
tegangan makin tidak bisa diandalkan, justru bertambah buruk karena rugi-rugi tegangan
akan lebih besar. Berarti kapasitas pelayanan untuk sistem radial terbuka ini sangat terbatas.
Konfigurasi sistem jaringan radial terbuka terlihat pada gambar dibawah :

Konfigurasi Jaringan Sistem Radial Terbuka (1)

Konfigurasi Jaringan Sistem Radial Terbuka (2)

Kelebihan sistem radial terbuka:

 Konstruksinya lebih sederhana

10
 Material yang digunakan lebih sedikit, sehingga lebih murah

 Sistem pemeliharaannya lebih murah

 Untuk penyaluran jarak pendek akan lebih murah

Kelemahan sistem radial terbuka:

 Keandalan sistem ini lebih rendah

 Faktor penggunaan konduktor 100 %

 Makin panjang jaringan (dari gardu induk atau gardu hubung) kondisi tegangan tidak
dapat diandalkan
 Rugi-rugi tegangan lebih besar

 Kapasitas pelayanan terbatas

 Bila terjadi gangguan penyaluran daya terhenti.

2.3.2 Sistem Radial Paralel


Untuk memperbaiki kekurangan dari sistem radial terbuka diatas maka dipakai konfigurasi
sistem radial paralel, yang menyalurkan tenaga listrik melalui dua saluran yang diparalelkan. Pada
sistem ini titik beban dilayani oleh dua saluran, sehingga bila salah satu saluran mengalami
gangguan, maka saluran yang satu lagi dapat menggantikan, dengan demikian pemadaman tak perlu
terjadi. Kontinuitas pelayanan sistem radial paralel ini lebih terjamin dan kapasitas pelayanan bisa
lebih besar dan sanggup melayani beban puncak (peak load) dalam batas yang diinginkan. Kedua
saluran dapat dikerjakan untuk melayani titik beban bersama-sama. Biasanya titik beban hanya
dilayani oleh salah satu saluran saja. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas pelayanan pada
konsumen. Konfigurasi sistem jaringan radial paralel dapat dilihat pada gambar 2.4.

Kelebihan sistem radial paralel:


 Kontinuitas pelayanan lebih terjamin, karena menggunakan dua sumber

 Kapasitas pelayanan lebih baik dan dapat melayani beban maksimum

 Kedua saluran dapat melayani titik beban secara bersama

 Bila salah satu saluran mengalami gangguan, maka saluran yang satu lagi dapat
menggantikannya, sehingga pemadaman tak perlu terjadi.
 Dapat menyalurkan daya listrik melalui dua saluran yang diparalelkan

Kelemahan sistem radial paralel:

 Peralatan yang digunakan lebih banyak terutama peralatan proteksi

11
 Biaya pembangunan lebih mahal.

Konfigurasi Jaringan Sistem Radial Paralel

2.3.3 Konfigurasi Sistem Interkoneksi

Sistem interkoneksi ini merupakan perkembangan dari sistem spot network. Sistem
ini menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik yang
dikehendaki bekerja secara paralel. Sehingga penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung
terus menerus (tak terputus), walaupun daerah kepadatan beban cukup tinggi dan luas. Hanya
saja sistem ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan perencanaan yang cukup matang.
Untuk perkembangan dikemudian hari, sistem interkoneksi ini sangat baik, bisa diandalkan
dan merupakan sistem yang mempunyai kualitas yang cukup tinggi. Konfigurasi jaringan
sistem interkoneksi dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Konfigurasi Jaringan Sistem Interkoneksi

12
Pada sistem interkoneksi ini apabila salah satu pusat pembangkit tenaga listrik
mengalami kerusakan, maka penyaluran tenaga listrik dapat dialihkan ke pusat pembangkit
lain. Untuk pusat pembangkit yang mempunyai kapasitas kecil dapat dipergunakan sebagai
pembantu dari pusat pembangkit utama (yang mempunyai kapasitas tenaga listrik yang
besar). Apabila beban normal sehari-hari dapat diberikan oleh pusat pembangkit tenaga listrik
tersebut, sehingga ongkos pembangkitan dapat diperkecil.

Pada sistem interkoneksi ini pusat pembangkit tenaga listrik bekerja bergantian secara
teratur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sehingga tidak ada pusat pembangkit
yang bekerja terus-menerus. Cara ini akan dapat memperpanjang umur pusat pembangkit dan
dapat menjaga kestabilan sistem pembangkitan.
Kelebihan sistem interkoneksi:

 Merupakan pengembangan sistem spot network

 Dapat menyalurkan tenaga listrik dari beberapa pusat pembangkit tenaga listrik.

 Penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung terus-menerus (tanpa putus), walaupun


daerah kepadatan beban cukup tinggi dan luas.
 Memiliki keterandalan dan kualitas sistem yang tinggi.

 Apabila salah satu pembangkit mengalami kerusakan, maka penyaluran tenaga listrik
dapat dialihkan ke pusat pembangkit lainnya.
 Bagi pusat pembangkit yang memiliki kapasitas lebih kecil, dapat dipergunakan
sebagai cadangan atau pembantu bagi pusat pembangkit utama (yang memiliki
kapasitas tenaga listrik yang lebih besar).
 Ongkos pembangkitan dapat diperkecil

 Sistem ini dapat bekerja secara bergantian sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
 Dapat memperpanjang umur pusat pembangkit

 Dapat menjaga kestabilan sistem pembangkitan

 Keterandalannya lebih baik.

 Dapat di capai penghematan di dalam investasi

Kelemahan sistem interkoneksi:

 Memerlukan biaya yang cukup mahal.

 Memerlukan perencanaan yang lebih matang.

13
 Saat terjadi gangguan hubung singkat pada penghantar jaringan, maka semua pusat
pembangkit akan tergabung di dalam sistem dan akan ikut menyumbang arus hubung
singkat ke tempat gangguan tersebut.
 Jika terjadi unit-unit mesin pada pusat pembangkit terganggu, maka akan
mengakibatkan jatuhnya sebagian atau seluruh sistem.
2.4 Sistem Penyaluran

2.4.1 Penyaluran Distribusi Jaringan Listrik


a. Saluran Udara (Overhead Line)
Saluran udara merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat penghantar
yang ditompang pada tiang listrik.
Kelebihan :

 Lebih fleksibel dan leluasa dalam upaya untuk perluasan beban.

 Dapat digunakan untuk penyaluran tenaga listrik pada tegangan diatas 66 kV.

 Lebih mudah dalam pemasangannya.

 Bila terjadi gangguan hubung singkat, mudah diatasi dan dideteksi

Kelemahan :

 Mudah terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon.

 Untuk wilayah yang penuh dengan bangunan yang tinggi, sukar untuk menempatkan
saluran,
 Masalah efek kulit, induktansi, dan kapasitansi yang terjadi, akan mengakibatkan
tegangan drop lebih tinggi
 Ongkos pemeliharaan lebih mahal, karena perlu jadwal pengecatan dan penggantian
material listrik bila terjadi kerusakan.

b. Saluran Bawah Tanah (Underground Cable)

Saluran bawah tanah merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kabel yang
ditanamkan di dalam tanah.
Kelebihan :
 Tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon, dsb.

 Tidak mengganggu pandangan, bila adanya bangunan yang tinggi,

 Dari segi keindahan, saluran bawah tanah lebih sempurna dan lebih indah dipandang,

 Mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara,

 Ongkos pemeliharaan lebih murah, karena tidak perlu adanya pengecatan.

14
 Tegangan drop lebih rendah karena masalah induktansi bisa diabaikan.

Kelemahan :
 Biaya investasi pembangunan lebih mahal dibandingkan dengan saluran udara.

 Saat terjadi gangguan hubung singkat, usaha pencarian titik gangguan tidak mudah
(susah).
 Perlu pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam di dalam perencanaan,
khususnya untuk kondisi tanah yang dilalui.
 Hanya tidak dapat menghindari bila terjadi bencana banjir, desakan akar pohon, dan
ketidakstabilan tanah.

15
BAB III PENUTUP

3.1 Rangkuman

Tenaga listrik merupakan bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan


dan didistribusikan kepada pelanggan/konsumen dan dimanfaatkan untuk segala macam
keperluan. Sistem tenaga listrik merupakan rangkaian instalasi tenaga listrik yang terdiri dari
sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi yang saling terintegrasi dan
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan energi listrik bagi semua orang.
Sistem distribusi merupakan penyaluran energi listrik dari gardu induk ke konsumen.
Terdapat 2 (dua) sistem distribusi yaitu distribusi primer dan distribusi sekunder. Distribusi
primer, penyalurannya dimulai dari gardu induk (sisi sekunder trafo daya) ke gardu distribusi
(sisi primer trafo distribusi) atau dari gardu induk langsung ke konsumen tegangan menengah
20 kV.dimana tegangan tinggi terlebih dahulu diturunkan menjadi tegangan menengah
sebesar 20 kV melalui transformator step down. Distribusi sekunder, penyalurannya dimulai
dari gardu distribusi (sisi sekunder trafo distribusi) ke konsumen tegangan rendah. Energi
tenaga listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang terdapat pada gardu distribusi.
Fungsi gardu distribusi untuk menurunkan tegangan distribusi primer menjadi tegangan
rendah atau tegangan distribusi sekunder sebesar 220/380 V.

Sistem penyalurannya jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
saluran udara dan saluran bawah tanah. Saluran udara merupakan sistem penyaluran tenaga
listrik melalui kawat penghantar yang ditompang pada tiang listrik. Saluran bawah tanah
merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kabel yang ditanamkan di dalam tanah.

Berdasarkan sumber arus listrik maka sistem jaringan distribusi dapat dibedakan
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : jaringan distribusi AC dan jaringan distribusi DC. Jaringan
distribusi arus bolak-balik (AC) paling banyak digunakan daripada jaringan distribusi DC
karena dapat menggunakan sistem 3 phasa sehingga daya yang disalurkan besar dan dapat
menyalurkan tiga atau empat jenis tegangan dalam satu saluran. Selain itu pada peralatan
jaringan distribusi DC harganya sangat mahal. Penggunaan jaringan DC dilakukan dengan
jalan menyearahkan terlebih dahulu arus AC (bolak-balik) ke arus DC (searah) dengan alat
penyearah converter, sedangkan untuk merubah kembali dari arus bolak-balik ke arus searah
digunakan alat inverter. Jaringan distribusi DC dianggap ekonomis bila jarak penyaluran
lebih besar dari 1000 km untuk saluran udara, dan lebih besar 50 km untuk saluran bawah
tanah.

16

Anda mungkin juga menyukai