net/publication/328703985
CITATIONS READS
0 1,462
1 author:
Salahuddin Husein
Universitas Gadjah Mada
101 PUBLICATIONS 86 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Studi Gelombang dan Geologi Struktur PLTG/MG/GU JAYAPURA-2 (100 MW) View project
All content following this page was uploaded by Salahuddin Husein on 02 November 2018.
ABSTRAK
Cekungan Ombilin adalah salah satu cekungan intra-pegunungan di Sumatera yang paling banyak
dikaji, karena dianggap sebagai contoh perkembangan cekungan Paleogen di Indonesia Barat. Model
tektonik pembentukan cekungannya didekati dengan model cekungan pisah-tarik Danau Singkarak
yang terletak di sebelah barat Cekungan Ombilin, dimana pengisian cekungan didominasi oleh proses
sedimentasi daratan dalam lingkungan kipas aluvial, danau, hingga fluvial. Penelitian ini meninjau
kembali konsep perkembangan cekungan yang ada, dengan mempertimbangkan data-data
sedimentologi, stratigrafi, dan struktur geologi yang dijumpai di lapangan, serta dengan
mengintegrasikannya terhadap citra satelit dan data bawah permukaan. Cekungan Ombilin terbentuk
pada Paleogen akibat regangan Oroklin Sunda dalam merespon kolisi India kepada Eurasia. Pola
sedimentasi pengisi cekungan sangat dipengaruhi oleh eustasi regional yang dikontrol oleh beberapa
peristiwa tektonik utama. Kondisi tersebut tampak terutama saat perubahan fasies sungai berkelok
Sawahlunto menjadi fasies sungai teranyam Sawahtambang yang sangat dipengaruhi oleh turunnya
muka laut regional akibat pembukaan Laut Tiongkok Selatan. Reaktifasi struktur Oroklin Sunda pada
batuan alas terjadi saat kolisi Australia terhadap bagian timur Paparan Sunda, menyebabkan deformasi
di Cekungan Ombilin serta penurunan deposenter Sinamar yang kemudian terisi oleh endapan laut
dangkal Ombilin. Pengangkatan isostatik Bukit Barisan di pertengahan Neogen yang mengimbangi
fase sagging Cekungan Belakang Busur Sumatra Tengah mengakhiri sedimentasi Formasi Ombilin
dan melipat seluruh sedimen pengisi sub-Cekungan Sinamar.
Kata Kunci : Cekungan Ombilin, cekungan pisah-tarik, Cekungan Sumatra Selatan
1. Pendahuluan
Cekungan Ombilin adalah salah satu cekungan intra-pegunungan (intramountain basin)
berpotensi migas di Sumatera yang paling banyak dikaji (Noeradi et al., 2005; Zaim et al.,
2012; Habrianta et al., 2018). Cekungan ini dianggap sebagai contoh perkembangan cekungan
Paleogen di Indonesia Barat, dimana pengisian cekungan didominasi oleh proses sedimentasi
daratan dalam lingkungan kipas aluvial, danau, hingga fluvial. Berdasarkan data seismik dan
sumur pemboran migas, ketebalan sedimen di Cekungan Ombilin mencapai 4600 m (Koning,
1985). Dari perspektif tektonik pembentukan cekungan yang dikontrol oleh tektonika pisah
tarik (pull-apart wrench tectonics) Sistem Patahan Sumatra (Situmorang et al., 1991;
Howells, 1997; Hastuti et al., 2001), cekungan ini sering pula didekati dengan analogi proses
pembentukan Danau Singkarak yang terletak berdampingan dengan Cekungan Ombilin, yang
kemudian mengontrol dinamika sedimentasi di dalamnya (Sihombing et al., 2016). Penelitian
ini mencoba memberikan perspektif baru terhadap proses pembentukan, sedimentasi dan
deformasi Cekungan Ombilin, berdasarkan data-data lapangan terhadap rekaman proses
geologi selama Kenozoikum, serta analoginya terhadap proses tektonika dan sedimentasi
modern di Danau Singkarak.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
Saat ini Cekungan Ombilin bersifat asimetris, dengan batas batuan alas yang landai di
bagian barat akibat sesar turun serta batas tegak di bagian timur akibat Sesar Naik Takung,
dan bagian tengah cekungan dipotong beberapa sesar turun dan sesar geser mendatar. Batuan
alas Pra-Kenozoikum terdiri dari batugamping Kuantan berumut Karbon, batuan gunungapi
Silungkang berumur Perm, dan batuan sedimenter berlapis Tuhur yang berumur Trias, dimana
semuanya diterobos oleh granit dan granodiorit berumur Kapur.
Batuan sedimenter Kenozoikum tertua adalah Formasi Sangkarewang, yang
kemungkinan berumur Paleosen dan tersusun atas batulempung lakustrin, serta menjemari
dengan konglomerat Formasi Brani yang terendapkan pada lingkungan kipas aluvial. Bagian
ujung dari kipas aluvial Brani sering berkembang menjadi fasies sungai teranyam, yang
dinamakan sebagai Anggota Kulampi. Diatas kedua formasi tersebut terendapkan Formasi
Sawahlunto yang berumur Eosen, tersusun atas perselingan batulempung, batubara dan
batupasir yang terendapkan di lingkungan sungai berkelok, dan bergradasi menjadi endapan
sungai teranyam Formasi Sawahtambang. Formasi ini berumur Oligosen, tersusun atas
batupasir-konglomerat kuarsa dengan struktur silang-siur. Bagian bawah Formasi
Sawahtambang adalah Anggota Rasau yang masih memiliki karakter endapan sungai
teranyam, serta bagian atasnya berkembang perlapisan batulempung dan batubara yang
disebut sebagai Anggota Poro. Unit stratigrafi terakhir pengisi Cekungan Ombilin adalah
batulempung kaya globigerina Formasi Ombilin yang berumur Miosen Awal.
Endapan awal (syn-rift) pengisi Cekungan Ombilin yang berumur Eosen ditandai dengan
batulempung heterolitik ritmis (varve layers) Formasi Sangkarewang yang berkembang
mengkasar ke atas dengan kehadiran batupasir endapan delta sumbu lakustrin (axial delta)
yang terpengaruh proses pasang-surut (Whateley and Jordan, 1989). Mereka secara setempat
dijumpai menjemari dengan konglomerat dan breksi Formasi Brani yang diendapkan oleh
kipas aluvial, dimana penyusunnya sangat tergantung dengan jenis batuan alas pada tinggian
struktural yang menjadi sumber sedimen (Gambar 4). Sikuen regresif yang berkembang di
lingkungan axial delta Sangkarewang terus berkembang hingga akhir Eosen dengan
menghadirkan sedimentasi sungai berkelok (meandering streams) kaya endapan batubara
Formasi Sawahlunto.
Peristiwa regresi paras muka laut regional dipicu oleh pembukaan Laut Cina Selatan pada
batas Eosen-Oligosen menyebabkan perubahan sedimentasi dari sungai berkelok Sawahlunto
menjadi sungai teranyam yang ditandai oleh batupasir konglomeratik Formasi
Sawahtambang, yang seiring dengan naiknya muka laut dan bertambahnya ruang akomodasi
akan dicirikan oleh karakter endapan menghalus ke atas serta pelamparan yang menutupi
tinggian batuan alas di sekitarnya (Gambar 4). Peristiwa kolisi Benua Australia terhadap
tepian timur Indonesia Barat pada batas Oligosen-Miosen menyebabkan reaktifasi sesar geser
dekstral di bagian selatan pada sub-Cekungan Sinamar, yang memberikan ruang akomodasi
bagi sedimentasi batulempung heterolitik Formasi Ombilin di lingkungan laguna, serta
mendeformasi secara liat (ductile) endapan Sangkarewang yang berada di atas zona sesar
berarah baratlaut-tenggara pada sub-Cekungan Talawi.
Selanjutnya memasuki Miosen Tengah dimana proses pengangkatan isostatik Bukit
Barisan yang mengimbangi fase sagging Cekungan Belakang Busur Sumatra Tengah
mengakhiri sedimentasi Formasi Ombilin, melipat seluruh sedimen pengisi sub-Cekungan
Sinamar, dan memberi kesempatan jutaan tahun semenjak pertengahan Neogen sampai hari
ini bagi proses erosi fluvial untuk mulai menggerus formasi sedimenter yang ada hingga
menyingkapkan sebagian besar tinggian batuan alas yang pernah ditutupi mereka.
4. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika sedimentasi Cekungan Ombilin terkontrol
oleh tektonika regional dan eustasi global. Mekanisme pembentukannya lebih kompleks
daripada pembentukan Danau Singkarak modern yang selama ini dipergunakan sebagai model
analog, demikian juga dengan tatanan tektonik serta reologi batuan alas keduanya yang sangat
berbeda. Cekungan Ombilin terbentuk dalam respon sutur dan busur magmatik purba Paparan
Sunda terhadap kolisi India kepada Eurasia, yang secara regional terhubung dalam Oroklin
Sunda. Sebaran cekungannya jauh lebih luas dari yang diduga selama ini, dimana Cekungan
Ombilin terhubung dengan Cekungan Payakumbuh dalam geometri dog-legs, serta juga
terhubung dengan Cekungan Sumatra Tengah yang kini menjadi cekungan belakang busur.
Daftar Pustaka
Habrianta, L., Matthew, G., Fakhrurozi, F., Auliansyah, D., Andhika, I.P. (2018) A Semi-
Regional Play Analysis of the Ombilin Basin to Understand the Tectono-Stratigraphic
Framework and Identification of Potential Exploration Opportunities. Proceedings
Indonesian Petroleum Association 42nd Annual Convention, IPA18-482-G, 22 pp.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 1. Distribusi cekungan sedimenter di Indonesia barat, ditampalkan pada peta free-air gravity (Smith
and Sandwell, 1997). Garis merah putus-putus menunjukkan indikasi kehadiran struktur Oroklin Sunda, yaitu
terputarnya sutur dan busur magmatik purba akibat kolisi India dan Australia terhadap tepian Paparan Sunda
(McCarthy and Elders, 1997; Husein, 2018). Peta ini menunjukkan hubungan geometris yang jelas antara
Oroklin Sunda dan persebaran cekungan sedimenter di Paparan Sunda.
Gambar 2. Hubungan struktural antara struktur Oroklin Sunda (garis merah putus-putus) dan Sistem Sesar
Sumatra (garis kuning tegas). Regangan pada lengkungan terluar (extrados) Oroklin Sunda (arah gerak relatif
ditunjukkan panah merah) saat terjadinya rotasi Paleogen menyebabkan terbentuknya cekungan sedimenter.
Cekungan Ombilin terhubungkan dengan Cekungan Payakumbuh melalui geometri struktur dog-leg yang
berkembang pada struktur oroklin. Sistem Sesar Sumatra hanya didominasi oleh satu zona sesar geser yang
mulai aktif semenjak Neogen akhir, yang menyebabkan terbentuknya beberapa graben.
PROCEEDING, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-11
PERSPEKTIF ILMU KEBUMIAN DALAM KAJIAN BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA
5 – 6 SEPTEMBER 2018, GRHA SABHA PRAMANA
Gambar 3. Mekanisme pembentukan Cekungan Ombilin dan Cekungan Sumatra Tengah akibat regangan
extrados Oroklin Sunda. Sub-Cekungan Talawi tidak berkembang secara struktural, relatif dangkal dan
didominasi oleh penyesaran bongkah. Mekanisme flexural lebih dominan dalam pembentukan sub-Cekungan
Sinamar, sehingga mampu lebih berkembang hingga membentuk deposenter. Model Cekungan Sumatra Tengah
yang berbentuk dog-legs mengacu pada model sub-Cekungan Bengkalis (Moulds, 1984).
Gambar 4. Model konseptual struktur dan stratigrafi Cekungan Ombilin. Sesar Takung dan Sesar Tanjung
Ampalo berperan penting dalam pembentukan sub-Cekungan Sinamar.