Anda di halaman 1dari 70

ANALISA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN PADA PASIEN

CORONARY ARTERY DISEASE (CAD) DENGAN INTERVENSI


INOVASI FOOT HAND MASSAGE DAN INHALASI DENGAN
AROMATERAPI MINYAK SEREH WANGI (CITRONELLA
OIL) TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI
DI RUANG INTENSIF CARDIAC CARE UNIT
(ICCU) RSUD ABDUL WAHAB SYAHRANIE
SAMARINDA

KARYA lLMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH

ZAHRATUL QOLBI ULA ALFITRI, S.Kep


17.11.10241.2.0077

PROGRAM STUDIPROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

SAMARINDA

2018
Analisa Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Coronary Artery Disease
(CAD) dengan IntervensiInovasi Foot Hand Massage dan Inhalasi dengan
Aromaterapi Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil) terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri di Ruang Intensif Cardiac Care Unit
(ICCU) RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda

KARYA lLMIAH AKHIR NERS

DISUSUN OLEH

Zahratul Qolbi Ula Alfitri, S.Kep


17.11.10241.2.0077

PROGRAM STUDIPROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

SAMARINDA

2018
Analisa Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien Coronary Artery Disease (CAD)
dengan Intervensi Inovasi Foot Hand Massage dan Inhalasi dengan Aromaterapi
Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil) terhadap Penurunan Intensitas
Nyeri di Ruang Intensif Cardiac Care Unit
(ICCU) RSUD Abdul Wahab Syahranie
Samarinda

Zahratul Qolbi Ula Alfitri1, Kartika2

INTISARI

Coronary Artery Deseases (CAD) adalah suatu keadaan dimana terjadi penyempitan, penyumbatan,
atau kelainan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran
darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri. Nyeri dada adalah suatu kondisi
seseorang mendapat serangan sakit dada di daerah tulang dada atau di bawah tulang dada (substernal)
atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti di tekan atau terasa berat yang sering kali menjalar ke
lengan kiri, kadang-kadang menjalar ke punggung, rahang, leher atau lengan kanan. Nyeri dada
tersebut biasanya timbul pada waktu melakukan dan segera hilang bila pasien menghentikan
aktivitasnya (Karson, 2012). Beberapa tindakan non-farmakologi untuk mengatasi nyeri salah satunya
berdasarkan bentuk relaksasi dengan teknik foot hand massage dan inhalasi aromaterapi minyak sereh
wangi (chymbopogom nardus). Foot Hand Massage adalah bentuk massage pada kaki atau tangan
yang di dasarkan pada premis bahwa ketidaknyamanan atau nyeri di area spesifik kaki atau tangan
berhubungan dengan bagian tubuh atau gangguan organ tertentu (Stilwell, 2011). Sedangkan terapi
inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi (hirupan) ke dalam saluran respiratorik
atau saluran pernapasan. Kandungan utama dalam sereh yaitu minyak asitri yang terdiri dari sitrat,
sitroneral, linalool, geraniol, apinen, kamfen, sabinen, mirsen, feladren beta, p-simen, limonen, cis-
osimen terpinol, sitronelal, borneol, dan farsenol, yang memiliki efek menenangkan,
menyeimbangkan, stimulansia, antidepresan dan efek vasodilator dari sereh dapat membantu dalam
peningkatan kualitas tidur (Price, 2008). Karya Ilmiah Akhir Ners ini bertujuan untuk menganalisa
teknik foot hand massage dan inhalasi aromaterapi sereh wangi yang diterapkan secara kontinyu pada
pasien coronary artery disease (CAD). Hasil analisa data menunjukan bahwa diperoleh hasil dengan
pemberian intervensi teknik foot hand massage dan inhalasi aromaterapi sereh wangi dapat digunakan
untuk penurunan intensitas nyeri dan memberikan rasa aman serta kenyamanan.

Kata kunci : Teknik Foot Hand Massage, Inhalasi, Aromaterapi, Sereh Wangi, Coronary Artery
Deseases (CAD).

1
Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda
2
Staf Dosen Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda
Pratical Analysis of Nursing Clinik to the Patient of Coronar Artery Disease (CAD) with
Intervetion Inovation of Foot Hand Message and Inhalation with Citronella Oil
Aromatherapyto Ward Reduction of Pain Intensity at the Room
Intensif Cardiac Care Unit (ICCU) RSUD
Abdul Wahab Syahrani
Samarinda

Zahratul Qolbi Ula Alfitri3, Kartika4

ABSTRACK

Coronary Artery Deseases (CAD) is a condition where occurs the constriction, retardation or coronary
artery deseases. These constriction or retardation can stop bloodstream to cardiac muscle that is often
marked by pain. Chest pain is a condition where a person gets a chest pain attack in the area of
sternum or under sternum (substernal) or specific left chest, that is like pressed or feels heavy which
frequently spread to the left arm, sometimes spread to the spine, jaw, neck or right arm. The chest pain
normally happens when doing activity and disappear immediately if the patient break up the activity
(Karson, 2012). Some non-pharmacology action to overcome the pain is one of the based on the
relaxation form with foot hand massage technique and inhalation of citronella oil aromatherapy
(chymbopogom nardus).Food hand massage is a form of message on the foot or hand based on the
premise that inconvenience or pain in specific areas of foot or hand associated with body parts or
certain organ disruption (Stilwell, 2011). Meanwhile, inhalation therapy is giving medicine which
conducted in inhalation (inhale) into respiratory tract. The main content on citronella were asitri oil
that consists of citrate, citroneral, linalool, geraniol, apinen, kamfen, sabinen, mirsen, feladren beta, p-
simen, limonen, cis-osimen terpinol, citronellal, borneol, and farsenol, which have effects calming,
balancing, stimulant, antidepressants and vasodilatory effect of citronella can helps improving the
quality of sleep (Price, 2008). The Final Scientific Work of Ners aims to analyze the foot hand
massage technique and inhalation of citronella aromatherapy that was applied continuously to the
patient of coronary artery disease (CAD). The result of data analysis showed that effect of giving
intervention of foot hand massage technique and inhalation citronella aromatherapy could be used for
reduction of pain intensity and provide sense of peaceful as well as comfortable.

Key Words : Foot Hand Massage Technique, Inhalation, Aromatherapy, Citronella, Coronary Artery
Deseases (CAD).

3
Mahasiswa Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda
4
Staf Dosen Program Profesi Ners Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur Samarinda
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

International Association for Study of Pain (IASP) menyebutkan bahwa

nyeri adalah perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya

kerusakan aktual maupun potensial. Perasaan nyeri pada setiap orang juga

berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah

yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Tetty,

2015).

Guyton & Hall, (1997) mengatakan nyeri sering kali dijelaskan dan istilah

destruktif jaringan seperti ditusuk-tusuk, panas terbakar, melilit, seperti emosi,

pada perasaan takut, mual dan mabuk. Terlebih lagi setiap perasaan nyeri dengan

intensitas sedang sampai kuat disertai oleh rasa cemas dan keinginan kuat untuk

melepaskan diri dari atau meniadakan perasaan itu.

Rasa nyeri tersebut merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang timbul

bila terdapat kerusakan jaringan dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi

dengan memindahkan stimulus nyeri. Sumber nyeri sering kali dirasakan oleh

penderitaCoronary Artery Deseases (CAD).Rasa sakit yang tidak enak seperti

ditindih beban berat di dada bagian tengah adalah keluhan klasik penderita

penyempitan pembuluh darah koroner (Guyton & Hall, 1997).


Menurut Riskesdas (2013) Coronary Artery Deseases (CAD) adalah

gangguan fungsi jantung akibat otot jantung kekurangan darah karena adanya

penyempitan pembuluh darah koroner. Secara klinis, ditandai dengan adanya rasa

nyeri di dada atau rasa tidak nyaman di bagian dada dan biasanya seperti

tertekan benda berat ketika sedang beraktivitas.

Kondisi seperti ini perlu diwaspadai jika rasa nyeri di dada muncul

mendadak dengan keluarnya keringat dingin yang berlangsung lebih dari 20

menit serta tidak berkurang dengan istirahat.Sebagian penderita Coronary Artery

Deseases (CAD) mengeluh rasa tidak nyaman di ulu hati, sesak nafas, dan

mengeluh rasa lemas bahkan pingsan (Yahya, 2010).

Coronary Artery Deseases (CAD) adalah penyakit kardiovaskular yang

saat ini merupakan salah satu penyebab utama dan pertama kematian di negara

maju dan berkembang, termasuk Indonesia.Pada tahun 2010, secara global

penyakit ini menjadi penyebab kematian pertama di negara berkembang,

menggantikan kematian akibat infeksi.

Diperkirakan bahwa diseluruh dunia, penyakit jantung coroner pada tahun

2020 menjadi pembunuh pertama tersering yakni sebesar 36% dari seluruh

kematian, angka ini dua kali lebih tinggi dari angka kematian akibat kanker.

Penyakit Coronary Artery Deseases (CAD) merupakan suatu keadaan

dimana terjadi penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pada pembuluh darah

koroner.Penyempitan atau penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke

otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri.


Menurut Bangun & Nur’aeni (2013), intervensi keperawatan mandiri

merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara mandiri

tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam pelaksanaanya perawat

dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri.

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk memandang

obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan nyeri. Namun banyak

aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat membantu menghilangkan

nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi memiliki resiko yang sangat

rendah.Meskipun tindakan tersebut bukan merupakan pengganti obat-obatan

(Smeltzer & Bare, 2002).

Pengobatan non-farmakologi memiliki kelebihan dibandingkan pengobatan

farmakologi, pengobatan farmakologi seperti obat-obatan memiliki efek samping

yaitu ketergantungan akan obat, penurunan metabolisme pada lansia, penurunan

fungsi ginjal, dan menyebabkan kerusakan fungsi kognitif. Sedangkan dalam

pengobatan non farmakologi ada beberapa opsi teknik pengobatan, diantaranya

adalah aromaterapi sereh wangi (chymbopogom nardus)dan massage (Stanley,

2008).

Massage efektif dalam memberikan relaksasi fisik dan mental, mengurangi

nyeri dan meningkatkan keefektifan dalam pengobatan. Massage pada daerah

yang diinginkan selama 20 menit dapat merelaksasikan otot dan memberikan

istirahat yang tenang dan kenyamanan (Potter & Perry, 2010).


Cassileth dan Vickers (2004) melaporkan bahwa terdapat 50% penurunan

nyeri, kelelahan, stress atau kecemasan, mual dan muntah pada klien paska

operasi yang secara terus–menerus menggunakan terapi massagge (Potter &

Perry, 2010).

Dimana Foot Hand Massage adalah bentuk massage pada kaki atau tangan

yang di dasarkan pada premis bahwa ketidak nyamanan atau nyeri di area

spesifik kaki atau tangan berhubungan dengan bagian tubuh atau gangguan organ

tertentu (Stilwell, 2011).

Sedangkan terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara

inhalasi (hirupan) ke dalam saluran respiratorik atau saluran pernapasan.Menurut

Nanda Yudip (2012) pengguna terapi inhalasi ini sangat luas di bidang

respirologi (ilmu yang mempelajari tentang pernapasan) atau respiratory

medicine.Terapi inhalasi sebenarnya sudah dikenal lama dan dilakukan manusia

sejak lama.

Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan bau-

bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau harum

dan enak.

Minyak atsiri digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan

kesehatan dan kesejahteraan, sering digaungkan untuk menenangkan sentuhan

dengan sifat teraupetik dari minyak atsiri (Craig Hospital, 2013).

Dirumah Sakit Umum Abdul Wahab Syahranie Samarinda khususnya di

ruang Intensif Cardiac Care Unit (ICCU) angka kejadian penyakit


kardiovaskuler pada bulan Januari hingga Juli 2018 yaitu sebanyak 387 pasien,

angka kejadian penyakit pada pasien Coronary Artery Desease (CAD)

merupakan yang terbanyak dengan presentase tertinggi adalah 167 pasien atau

43,1%, ACS Stemi 96 pasien atau 24,8%, Congestif Hearth Failure (CHF) 89

pasien atau 22,9%, ACS Non Stemi 23 Pasien atau 3,1% dan UAP sebanyak 12

pasien atau 3,1%.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan (ASKEP) dengan menerapkan salah satu tindakan keperawatan

yaitu teknik relaksasi foot hand massage dan inhalasi aromaterapi sereh wangi.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah Karya Ilmiah

Akhir Ners (KIAN) ini adalah : “Bagaimanakah gambaran analisa pelaksanaan

asuhan keperawatan pada klien Coronary Artery Desease (CAD) dengan

intervensi inovasi foot hand massage dan inhalasi aromaterapi sereh wangi

(Cymbopogom Nardus) terhadap intensitas nyeri diruang ICCU RSUD Abdul

Wahab Syahranie Samarinda?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini bertujuan untuk

melakukan analisa terhadap kasus kelolaan dengan diagnosa medis Coronary


Artery Desease (CAD) dengan intervensi inovasi foot hand massage dan

inhalasi aromaterapi sereh wangi (Cymbopogom Nardus) terhadap intensitas

nyeri diruang ICCU RSUD Abdul Wahab Syahranie Samarinda.

2. Tujuan khusus

a. Menganalisis kasus kelolaan dengan diagnosa medis Coronary Artery

Desease (CAD)

b. Menganalisis intervensi inovasi foot hand massage dan inhalasi

aromaterapi sereh wangi (Cymbopogom Nardus) pada pasien kasus

kelolaan dengan diagnosa medis Coroary Artery Desease (CAD).

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pasien

Dapat menambah pengetahuan serta informasi sehingga pasien di

harapkan dapat memahami manajemen nyeri non-farmakologi dan dapat

melakukan secara mandiri pada penderita Coronary Artery Disease (CAD)

yang mengalami nyeri dada.

2. Bagi Perawat dan Tenaga Kesehatan

Dapat menjadi rujukan ilmu dalam menerapkan intervensi mandiri

perawat disamping intervensi medis

3. Bagi Penulis

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan, pengalaman dan

keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasienCoronary


Artery Disease (CAD) dengan mengaplikasikan terapi komplementer berupa

teknik non-farmakologi dengan foot hand massage dan inhalasi aromaterapi

sereh wangi terhadap intensitas nyeri.

4. Bagi pelayanan Keperawatan

a. Memberi gambaran dan bahan masukan bagi perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem kardiovaskuler

khususnya pasien dengan Coronary Artery Disease (CAD) dengan

intervensi non-farmakologi terhadap penurunan nyeri.

b. Memberikan gambaran perawat dalam penerapan tindakan keperawatan

berdasarkan kepada pembuktian / Evidance Based Nursing Practice

(EBNP) untuk memberikan keperawatan yang lebih luas.

c. Memberikan motivasi bagi perawat diruangan untuk dapat melakukan

inovasi di bidang keperawatan kardiovaskuler.

5. Bagi Pendidikan

a. Memberikan konstribusi bagi perkembangan ilmu keperawatan

khususnya ilmu keerawatan kardiovaskuler tentang upaya mengurangi

intensitas nyeri dengan teknik Foot Hand Massage dan inhalasi

aromaterapi sereh wangi pada Coronary Artery Disease (CAD), sehingga

menambah pengetahuan dan meningkatkan kualitas pendidikan di

institusi.

b. Memperkuat dukungan dalam menerapkan intervensi keperawatan,

memperkaya ilmu pengetahuan keperawatan, menambah wawasan dan


pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien Coronary Artery Disease (CAD).

6. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Diharapkan bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dijadikan

terapi non-farmakologi terhadap penurunan nyeri pada pasien Coronary

Artery Disease (CAD) sehingga dapat memberikan kepuasan pelanggan

dan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Coronary Artery Disease (CAD)

Coronary artery disease (CAD) terjadinya penyempitan pembuluh darah

coroner yaitu pembuluh darah yang mensuplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung

sebagai akibat penumpukan lemak pada dinding pembuluh darah akan

menyebabkan penyempitan lumen dan mengakibatkan penurunan suplai darah ke

otot jantung (Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2008).

Coronay artery disease (CAD) merupakan pembunuh nomor satu di negara-

negara maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang.Organisasi

kesehatan duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa Coronay artery

disease (CAD) merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor

penuaan.Diperkirakan bahwa jika insiden Coronay artery disease (CAD)

mencapai nol maka dapat meningkatkan harapan hidup 3 sampai 9%

(Shivaramakrishna. 2010).

1. Etiologi dan Faktor Resiko

Terjadinya coronary artery disease (CAD) adalah aterosklerosis serta

rupturnya plak aterosklerosis yang menyebabkan thrombosis intravaskuler

dan gangguan suplai darah miokard (Majid, 2008).


Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tak terduga berkaitan dengan

rupture plak dan langsung menyumbat ke arteri coroner. Proses tersebut

timbul karena beberapa faktor resiko (Myrtha, 2012).

Woods, et al., (2008) mengatakan bahwa perokok memiliki resiko dua

kali menderita miokard infark dari pada yang tidak merokok. Perokok

memiliki resiko peningkatan agrerasi trombosit serta ateroskelosis lebih cepat,

sehingga dapat menyebabkan trombosis koroner.

Individu dengan hipertensi (sistolik lebih rendah dari 140 mmHg dan

diastolic lebih dari 90 mmHg) memiliki resiko tiga kali menderita penyakit

jantung koroner. Kadar serum lipid dan lipoprotein meningkatkan resiko

terjadinya penyakit jantung koroner 1,6 kali pada perempuan dan 1,9 kali pada

laki-laki.

Berdasarkan aktivitas fisik, dimana wanita yang kurang beraktivitas dan

olahraga memiliki resiko 2 sampai 3 kali menderita penyakit jantung koroner

dibandingkan dengan wanita yang beraktivitas dan rajin berolahraga.

Penderita diabetes mellitus juga memiliki resiko tinggi menderita penyakit

jantung koroner.

2. Manifestasi Klinis

Adanya nyeri dada yang khas yang biasanya disertai dengan sesak nafas,

perubahan EKG, aneurisma ventrikel, distritmia, peningkatan enzim

(Muttaqin, 2009).
Selain itu juga dapat ditemukan tanda klinis seperti peningkatan tekanan

darah dan diaphoresis yang menunjukan adanya respon katekolamin, edema

dan peningkatan tekanan vena jugular yang menunjukan adanya gagal jantung

(Pramana, 2011).

3. Patofisiologi

Perubahan patologis yang terjadi pada arteri koroner sebagai penyebab

CAD dapat di jelaskan sebagai berikut: pada tahap awal terjadi penumpukan

atau endapan lemak pada tunika intima yang tampak bagian garis-garis lemak.

Timbunan lemak ini semakin bertambah banyak, terutama beta-

lipoprotein yang mengandung kolesterol. Proses ini berlanjut terus-menerus

sehingga timbul kompleks aterosklerosis (ateroma) yang terdiri dari

akumulasi lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris, seluler dan

kapiler.

Proses ini menyebabkan penyempitan lumen arteri koroner, sehingga

terjadi penurunan alirah darah koroner yang mensuplai darah ke otot jantung

(miokardium). Selain proses tersebut, proses degenerative juga turut berperan

yang mengakibatkan elastisitas pembuluh darah koroner menurun (Price &

Wilson, 2006).

Meskipun proses penyempitan lumen berlangsung progersif,

manisfestasi klinis tidak tampak sampai proses aterogenik mencapai tahap

lanjut. Lesi yang bermakna secara klinis, dan dapat mengakibatkan iskemik
serta disfungsi miokardium biasanya telah menyumbat lebih dari 75% lumen

arteri koroner (Price & Wilson, 2006).

Akan tetapi penemuan di klinik 97% pasien dengan angina tak stabil

mengalami penyempitan arteri kurang dari 70% (Trisnohadi, 2006).

Tahap akhir dari proses patologis yang dapat menimbulkan gejala klinis

secara signifikan ialah penyempitan lumen secara progresif akibat pembesaran

plak, obstruksi akibat rupture plak atau ateroma, pembentukan thrombus yang

diawali agregasi trombosit, embolisme thrombus dan spasme arteri koroner.

Oklusi subtotal atau total dapat terjadi secara tiba-tiba akibat rupture plak atau

ateroma, yang pada awalnya hanya mengalami penyempitan minimal (Price &

Wilson, 2009).

Trisnohadi (2008) mengatakan dari dua pertiga pembuluh darah koroner

mengalami yang mengalami rupture kurang dari 50% telah mengalami

penyempitan sebelumnya.
4. Pemeriksaan Penunjang

Schoenstadt (2008) mengatakan, Pemeriksaan penunjang diagnostic

CAD meliputi:

a. ECG

Menunjukan adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi,

gelombang T inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri dan

gelombang Q yang mencerminkan adanya nekrosis.

b. Foto Rontgen Dada

Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada tidaknya

pembesaran (Kardiomegali).Disamping itu dapat juga dilihat gambaran

paru.Kelainan pada coroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini.

c. Echokardiografi

Dapat menujukan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi /

struktur katub atau area penurunan kontarktilitas ventricular.

d. MRI Jantung

Tindakan penyuntikan fraksi dari memperkirakan pergerakan dinding.

e. Kateterisasi Jantung

Pemeriksaan dilakukan dengan memasukan kateter semacama selang

seukuran ujung lidi.Selang ini dimasukan langsung ke pembuluh nadi

(arteri).Bisa melalui pangkal paha, lipatan lengan, atau melalui pembuluh

darah di lengan bawah.


f. Pemeriksaan Laboratorium

1) Darah Lengkap

2) Elektrolit

3) Analisa Gas Darah

4) Kadar Enzim : CkK, CKMB

5) Fungsi Ginjal, Fungsi Hati

6) Profil Lipid

7) Troponin T

5. Komplikasi

a. Aritmia

Komplikasi yang paling sering ditemukan.Yaitu gangguan irama

jantung yang bisa menimbulkan perubahan elektrofisiologis otot-otot

jantung.

b. Gagal jantung kongestif

Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi

ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada

vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan

menimbulkan kongesti pada vena sistemik.

c. Syok Kardiogenik

Diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah mengalami

infark yang massif.Timbulnya lingkaran perubahan hemodinamik

progresif yang hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi, penurunan


perfusi coroner, peningkatan kongesti paru yang bisa berakhir dengan

kematian.

d. Ventrikuler Aneurisma

Biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek jantung. Aneurisma

ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setiap sistolik, teregang

secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat

manimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi

sitemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel refrakter.

e. Pericarditis

Infark transmural dapat membuat lapisan epicardium yang langsung

berkontrak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang

permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.

f. Emboli Paru

Emboli bisa menyebakan dyspnea, aritmia atau kematian

mendadak.Thrombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah

jantung kongestif yang parah.

Komplikasi penyakit jantung koroner lain yang dapat terjadi antara

lain (Darmawan, 2010).

a. Serangan jantung

Serangan jantung yang mengancam jiwa menyebabkan infark

myocardium (kematian otot jantung) karena persediaan darah tidak

cukup.
Arteroklerosis yang awalnya menumpuk di arteri korona ini akan

menyebabkan infark myokardium yaitu ke gagalan otot jantung akibat

kekurangan, namun sebelum mengalami infark biasanya tubuh

memberikan kode terlebih dahulu yaitu nyeri dada (angina perctorais) ,

nyeri dada ini ada 3 jenis yaitu angina stabil dan angina unstabil ,

angina variant.

Untuk mengatasi infark dan nyeri dada ini dengan menjaga pola

makanan terlebih dahulu untuk mencegah terbentuknya arteroklerosis

dan spasme (kejang).

b. Gagal Jantung

Dimana pada beberapa area jantung kekurangan oksigen dan

nutrisi secara kronis, jantung pun menjadi lemah untuk memompa

darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh anda. Kondisi ini

dikenal dengan gagal jantung.

c. Kematian Mendadak

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan penyakit jantung coroner dapat diterapkan

berdasarkan dari tujuan yang ingin dicapai, yaitu :

a. Menurunkan kerja otot jantung

Penurunan kerja otot jantung dilakukan dengan pemberian diuretic,

vasodilator dan betaadrenergic antagonis (beta bloker).Diuretic merupakan

pilihan pertama untuk menurunkan kerja otot jantung.Terapi ini diberikan


untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal (Smeltzer & Bare,

2008).

Pemberian vasodilator atau obat-obat vasoaktif dan menurunkan kerja

miokardial dengan menurunkan preload dan afterload sehingga

meningkatkan cardiac output (Black & Hawks, 2009).

b. Elevasi Kepala

Pemberian posisi high fowler bertujuan untuk mengurangi kongesti

pulmonal dan mengurangi sesak napas. Kaki pasien sebisa mungkin tetap

diposisikan dependen atau tidak dielevasi, meski kaki pasien edema

karena elevasi kaki dapat meningkatkan venous return yang akan

memperberat beban awal jantung (Black & Hawks, 2009).

c. Mengurangi Retensi Cairan

Black & Hawks, (2009) mengatakan bahwa dengan mengurangi

retensi cairan dapat dilakukan dengan mengontrol asupan natrium dan

pembatasan cairan. Pembatasan natrium digunakan dalam diet sehari-hari

untuk membantu mencegah, mengontrol, dan menghilangkan edema.

d. Pemberian Oksigen dan Kontrol Gangguan Irama Jantung

Black & Hawks, (2009) juga mengatakan pemberian oksigen dengan

nasal kanul bertujuan untuk mengurangi hipoksia, sesak napas dan

membantu pertukaran oksigen dan karbondioksida. Oksigenasi yang baik

dapat meminimalkan terjadinya gangguan irama jantung, salah satunya

aritmia.
e. Mencegah Miokardial Remodelling

Angiotensin Converting Enzyme inhibitor atau ACE inhibitor terbukti

dapat memperlambat proses remodeling pada gagal jantung ACE inhibitor

menurunkan afterload dengan memblok produksi angiotensin, yang

merupakan vasokonstriktor kuat.

Selain itu, ACE inhibitor juga meningkatkan aliran darah ke ginjal dan

menurunkan tahanan vaskular ginjal sehingga meningkatkan diuresis.

f. Merubah Gaya Hidup

Perubahan gaya hidup menjadi kunci utama untuk mempertahankan

fungsi jantung yang dimiliki dan mencegah kekambuhan. Penelitian

Subroto (2002, dalalm Damayanti, 2013) mendapatkan hubungan yang

bermakna antara faktor ketaatan diet, ketaatan berobat, dan intake cairan

dengan rehospitalisasi klien dekompensasi kordis.

Bradle (2009) mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya

rawat inap ulang pada pasien gagal jantung kongestif antara lain

kurangnya pendidikan kesehatan yang bagaimana perawatan diri di rumah

penggunaan obat-obatan yang tidak tepat, kurang komunikasi dari

pemberi pelayanan kesehatan, dan kurangnya perencanaan tindak lanjut

saat pasien pulang dari rumah sakit.


B. Konsep Nyeri

Nyeri merupakaan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda dalam hal skala atau tingkatannya,

dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri

yang dialaminya (Alimul, 2006).

Nyeri dada adalah suatu sindroma kronis dimana seseorang mendapat

serangan sakit dada di daerah tulang dada atau di bawah tulang dada (substernal)

atau dada sebelah kiri yang khas, yaitu seperti di tekan atau terasa berat di dada

yang sering kali menjalar ke lengan kiri, kadang-kadang menjalar ke punggung,

rahang, leher atau lengan kanan. Nyeri dada tersebut biasanya timbul pada waktu

pasien melakukan dan segera hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya

(Karson, 2012).

Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan

maupun berat.Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya

(Tamsuri, 2007). Menurut International Association for Study of Pain (IASP),

nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat

terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi

terjadinya kerusakan.

1. Teori Nyeri

a. Teori Intensitas (The Intensity Theory)


Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada receptor.Setiap

rangsangan sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika

intensitasnya cukup kuat (Saifullah, 2015).

b. Kontrol Pintu (The Gate Control Theory)

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) menyatakan bahwa

impuls nyeri dapat diatur dan dihambat oleh mekanisme pertahanan

disepanjang system saraf pusat, dimana impuls nyeri dihantarkan saat

sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan

ditutup (Andarmoyo, 2013).

c. Teori Pola (Pattern theory)

Teori pola diperkenalkan oleh Goldscheider (1989), Saifullah, (2015)

menjelaskan bahwa nyeri di sebabkan oleh berbagai reseptor sensori yang

di rangsang oleh pola tertentu, dimana nyeri ini merupakan akibat dari

stimulasi reseptor yang menghasilkan pola dari impuls saraf.

Margono, (2014) mengatakan teori pola adalah rangsangan nyeri

masuk melalui akar ganglion dorsal medulla spinalis dan rangsangan

aktifitas sel T.

Hal ini mengakibatkan suatu respon yang merangsang bagian yang

lebih tinggi yaitu korteks serebri dan menimbulkan persepsi, lalu otot

berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.Persepsi dipengaruhi oleh

modalitas respon dari reaksi sel T.


d. Endogenous Opiat Theory

Teori ini dikembangkan oleh Avron Goldstein, ia mengemukakan

bahwa terdapat subtansi seperti opiet yang terjadi selama alami didalam

tubuh, subtansi ini disebut endorphine yang mempengaruhi transmisi

impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri.

Endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan

sebagai nyeri.Endorphine kemungkinan bertindak sebagai

neurotransmitter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi

dari pesan nyeri (Hidayat, 2014).

2. Sifat-Sifat Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sensasi tunggal yang

disebabkan oleh stimulus tertentu.Nyeri memiliki beberapa sifat antara lain

(Tamsuri, 2007).

a. Subjektif, sangat individual

b. Tidak menyenangkan

c. Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi

d. Melelahkan dan menuntut energi seseorang

e. Dapat menganggu hubungan seseorang

f. Tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan sinar-X

atau pemeriksaan dada.


3. Jenis Nyeri

Ada tiga macam jenis nyeri, antara lain :

a. Nyeri Perifer

Nyeri ini terdiri dari 3 macam, yaitu :

1) Nyeri superfisial, yaitu rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada

kulit dan mukosa.

2) Nyeri visceral, yaitu nyeri yang muncul akibat stimulus dari reseptor

nyeri di rongga abdomen, cranium dan toraks.

3) Nyeri alih, yaitu nyeri yang dirasakan pada daerah lain yang jauh dari

penyebab nyeri.

b. Nyeri Sentral

Nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak

dan thalamus.

c. Nyeri Psikogenik

Nyeri yang tidak diketahui penyebab fisiknya.Dengan kata lain, nyeri

ini timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri (Potter & Perry, 2006).

4. Klasifikasi Nyeri

a. Nyeri Akut

Nyeri ini biasanya tidak lebih dari enam bulan.Awitan gejala

mendadak, dan biasanya Penyebab serta lokasi byeri sudag

diketahui.Nyeri akut ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan

kecemasan yang keduanya meningkatkan presepsi nyeri.


b. Nyeri Kronis

Nyeri ini berlangsung lebih dari enam bulan.Sumber nyerinya bisa di

ketahui bisa tidak.

5. Nyeri berdasarkan sifatnya :

a. Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu menghilang.

b. Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam

waktu yang lama.

c. Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirrasakan berintensitas tinggi dan kuat

sekali. Nyeri tersebut biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang

kemudian timbul lagi.

Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri nosiseptif

dan neuropatik (Potter & Perry, 2005).

1) Nyeri Nosiseptif

Nosiseptif berasal dari kata “noxsious/harmful nature” dan dalam hal

ini ujung saraf nosiseptif, menerima informasi tentang stimulus yang

mampu merusak jaringan. Nyeri nosiseptif berdifat tajam, dan berdenyut

(Potter & Perry, 2005).

2) Nyeri Neuropatik

Nyeri neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel saraf.Nyeri

neuropatik terasa seperti terbakar kesemutan dan hipersensitif terhadap

sentuhan atau dingin. Nyeri spesifik terdiri atas beberapa macam, antara

lain nyeri somatik, nyeri yang umumnya bersumber dari kulit dan
jaringan di bawah kulit (superficial) pada otot dan tulang. Macam lainnya

adalah nyeri menjalar (referred pain) yaitu nyeri yang dirasakan di bagian

tubuh yang jauh letaknya dari jaringan yang menyebabkan rasa nyeri,

biasanya dari cidera organ visceral.Sedangkan nyeri visceral adalah nyeri

yang berasal dari bermacam-macam organ viscera dalam abdomen dan

dada (Guyton & Hall, 2008).

6. Fisiologi Nyeri

Kozier, dkk. (2009) mengatakan bahwa nyeri akan menyebabkan respon

tubuh meliputi aspek pisiologis dan psikologis, merangsang respon otonom

(simpatis dan parasimpatis respon simpatis akibat nyeri seperti peningkatan

tekanan darah, peningkatan denyut nadi, peningkatan pernapasan,

meningkatkan tegangan otot, dilatasi pupil, wajah pucat, diaphoresis,

sedangkan respon parasimpatis seperti nyeri dalam, berat, berakibat tekanan

darah turun nadi turun, mual dan muntah, kelemahan, kelelahan, dan pucat.

Apabila mekanisme tidak berhasil mengatasi stressor (nyeri) dapat

menimbulkan respon stress seperti turunnya sistem imun pada peradangan dan

menghambat penyembuhan dan kalau makin parah dapat terjadi syok ataupun

perilaku yang meladaptif (Potter & Perry, 2008).


7. Mengkaji Persepsi Nyeri

Tabel 2.1 Pengkajian Nyeri (BCGuidelines.ca, 2011)

Onset Kapan nyeri muncul?


Berapa lama nyeri?
Berapa sering nyeri muncul?

Proviking Apa yang menyebabkan nyeri?


Apa yang membuatnya berkurang?
Apa yang membuat nyeri bertambah parah?
Quality Bagaimana rasa nyeri yang dirasakan?
Bisakan di gambarkan?
Region Dimanakah lokasinya?
Apakah menyebar?
Severity Berapa skala nyerinya? (dari 0-10)
Treatment Pengobatan atau terapi apa yang digunakan?
Understanding Apa yang anda percayai tentang penyebab nyeri ini?
Bagaimana nyeri ini mempengaruhi anda atau keluarga
anda?
Values Apa pencapaian anda untuk nyeri ini?

8. Pengukuran Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri

dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh

dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri

dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon

fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.Namun, pengukuran dengan tehnik

ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri

(Tamsuri, 2007). Menurut Smeltzer & Bare (2002) adalah sebagai berikut :
a. Skala intensitas nyeri

b. Skala identitas nyeri numerik

c. Skala analog visual

d. Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :

0 :Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan

baik.

4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik.

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi nafas panjang dan distraksi.

10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,

memukul.

9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

a. Usia

Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri. Sebagai contoh

anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata mengalami

kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan rasa

nyarinya, sementara lansia mungkin tidak akan melaporkan nyerinya

dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang harus mereka terima (Potter

& Perry, 2006).

b. Jenis Kelamin

Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan mempengaruhi


jenis kelamin misalnya ada yang menganggap bahwa seorang anak laki-

laki harus berani dan tidak boleh menangis sedangkan seorang anak

perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Rahadhanie dalam

Andari, 2015).

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengruhi individu mengatasi

nyeri. Individu mempelajari apa yang ajarkan dan apa yang diterima oleh

kebudayaan mereka (Rahadhanie dalam Andari, 2015).

d. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri.Perhatian yang meningkat dihubungkan

dengan nyeri yang meningkat.Sedangkan upaya pengalihan (distraksi)

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun.

Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan di

berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik

imajinasi terbimbing (guided imaginary) dan mesase, dengan

memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain,

misalnya pengalihan pada distraksi (Fatmawati, 2011).

e. Ansietas

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri.Namun nyeri juga

dapat menimbulkan ansietas.Stimulus nyeri mengaktifkan bagian system


limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas

(Wijarnoko, 2012).

f. Kelemahan

Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri.Rasa kelelahan

menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan

koping (Fatmawati, 2011).

g. Pengalaman Masa Lalu

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri.Apabila individu sejak

lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh

maka ansietas atau rasa takut dapat muncul.

Sebaliknya jika individu mengalami jenis nyeri yang sama berulang-

ulang tetapi nyeri tersebut dengan berhasil dihilangkan akan lebih mudah

individu tersebut menginterpretasikan sensasi nyeri (Rahadhanie dalam

Andari, 2015).

h. Gaya koping

Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri.Sumber

koping individu diantaranya komunikasi dengan keluarga, atau melakukan

latihan atau menyanyi (Ekowati, 2012).

i. Dukungan Keluarga dan Sosial

Kehadiran dan sikap orang-orang terdekat sangat berpengaruh untuk

dapat memberikan dukungan, bantuan, perlindungan, dan meminimalkan

ketakutan akibat nyeri yang dirasakan, contohnya dukungan keluarga


(suami) dapat menurunkan nyeri kala I, hal ini dikarenakan ibu merasa

tidak sendiri, diperhatikan dan mempunyai semangat yang tinggi

(Widjanarko, 2012).

j. Makna Nyeri

Individu akan berbeda-beda dalam mempersepsikan nyeri apabila

nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan hukuman dan

tantangan. Misalnya seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan

nyeri yang berbeda dengan wanita yang mengalami nyeri cidera kepala

akibat dipukul pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan

klien berhubungan dengan makna nyeri (Potter & Perry, 2006).

10. Jenis-Jenis Manajemen Nyeri

a. Manajemen Nyeri Farmakologi

Teknik farmakologi adalah cara yang paling efektif untuk

menghilangkan nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri

terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam-

jam atau bahkan berhari-hari. Metode yang paling umum digunakan untuk

mengatasi nyeri adalah analgesic (Strong, Unruh, Wright & Baxter, 2002).

Menurut Smeltzer & Bare (2002), ada tiga jenis analgesik yakni:

1) Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan

nyeri ringan dan sedang. NSAID dapat sangat berguna bagi pasien

yang rentan terhadap efek pendepresi pernafasan.


2) Analgesik narkotik atau opiad: analgesik ini umumnya diresepkan

untuk nyeri yang sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi.

Efek samping dari opiad ini dapat menyebabkan depresi pernafasan,

sedasi, konstipasi, mual muntah.

3) Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): ajuvant seperti sedative,

anti cemas, dan relaksan otot meningkatkan control nyeri atau

menghilangkan gejala lain terkait dengan nyeri seperti depresi dan

mual (Potter & Perry, 2006).

b. Manajemen Nyeri Non-Farmakologi

Intervensi keperawatan mandiri menurut Bangun & Nur’aeni (2013),

merupakan tindakan pereda nyeri yang dapat dilakukan perawat secara

mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain dimana dalam

pelaksanaanya perawat dengan pertimbangan dan keputusannya sendiri.

Banyak pasien dan anggota tim kesehatan cenderung untuk

memandang obat sebagai satu-satunya metode untuk menghilangkan

nyeri. Namun banyak aktifitas keperawatan nonfarmakologi yang dapat

membantu menghilangkan nyeri, metode pereda nyeri nonfarmakologi

memiliki resiko yang sangat rendah.Meskipun tidakan tersebut bukan

merupakan pengganti obat-obatan (Smeltzer & Bare, 2002).

1) Massage

Massage adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum. Massage

dapat membuat pasien lebih nyaman (Smeltzer & Bare, 2002).


Massage kulit memberikan efek penurunan kecemasan dan ketegangan

otot. Rangsangan massage otot ini di percaya akan merangsang

serabut berdiameter besar, sehingga mampu memblok atau

menurunkan implus nyeri. Massage kulit yang dilakukan selama 10-15

menit efektif untuk menghilangkan nyeri, bekerja dengan cara

melepaskan endofrin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri

(Potter & Perry, 2006).

2) Hidroterapi Rendam Kaki Air Hangat

Salah satu terapi nonfarmakologi adalah hidroterapi rendam kaki

air hangat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti pada

tahun 2015 tentang pengaruh hidroterapi rendam kaki air hangat

terhadap 17 pasien post operasi di RS Islam Sultan Agung Semarang

terdapat penurunan intensitas nyeri dari sebelum diberikan 4,06 dan

setelah diberikan intensitas nyeri menjadi 2,71 dan terdapat pengaruh

hodroterapi rendam kaki air hangat terhadap penurunan nyeri pasien

post operasi dengan nilai p value 0,003 (p value <0,05).

3) Teknik Relaksasi Nafas Dalam

Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan

keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas

secara perlahan, selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik


relaksasi bernafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah.

Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan

meminimalkan aktivitas simpatik dalam system saraf otonom (Fitriani,

2013).

Pasien dapat memejamkan matanya dan bernapas dengan

perlahan dan nyaman.Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan

menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi (hirup) dan

ekhalasi (hembus) (Smeltzer & Bare, 2002).

Menurut Huges dkk dalam Fatmawati (2011), teknik relaksasi

melalui olah nafas merupakan salah satu keadaan yang mampu

merangsang tubuh untuk membentuk sistem penekan nyeri yang

akhirnya menyebabkan penurunan nyeri.

Selain itu juga bermanfaat untuk pengobatan penyakit dari dalam

tubuh meningkatkan kemampuan fisik dan keseimbangan tubuh dan

pikiran, karena olah nafas dianggap membuat tubuh menjadi rileks

sehingga berdampak pada keseimbangan tubuh dan pengontrolan

tekanan darah.

4) Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery)

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi seseorang

dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek

positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi


dan meredakan nyeri dapat terdiri atas penggabungan nafas berirama

lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan

(Smeltzer & Bare, 2002).

Prosedurnya yaitu ciptakan lingkungan yang tenang, jaga privasi

pasien, usahakan tangan dan kaki pasien dalam keadaan rileks, minta

pasien untuk memejamkan mata dan usahakan agar pasien

berkonsentrasi, minta pasien menarik nafas melalui hidung secara

perlahan-lahan sambil menghitung dalam hati “hirup, dua, tiga”.

Selama pasien memejamkan mata kemudian minta pasien untuk

membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau keindahan, minta

pasien untuk menghembuskan udara melalui mulut dan membuka

mata secara perlahan-lahan sambil menghitung dalam hati

“hembuskan, dua, tiga”, minta pasien untuk mengulangi lagi sama

seperti prosedur sebelumnya sebanyak tiga kali selama lima menit

(Patasik, Tangka & Rottie, 2013).

5) Tehnik Akupresur

Terapi non farmakologi yang juga sering disebut sebagai terapi

komplementer, salah satunya adalah teknik akupresur titik pada

tangan, memiliki banyak kelebihan antara lain mudah diterapkan dan

cukup aman (tidak menimbulkan resiko) dibanding terapi farmakologi.


Akupresur disebut juga akupunktur tanpa jarum, atau pijat

akupunktur.Teknik ini menggunakan tenik penekanan, pemijatan, dan

pengurutan sepanjang meridian tubuh atau garis aliran energi.

Teknik akupresur ini dapat menurunkan nyeri.Sedangkan teknik

akupresur titik pada tangan yaitu dilakukan pada titik yang terletak

sepanjang lipatan tangan ketika jari-jari menyatu pada telapak

tangan.Titik ini membantu pelepasan endorphin ke dalam tubuh

sehingga sangat membantu untuk menurunkan nyeri saat kontraksi

(Suroso, 2013).

Menurut Wang dkk dalam Triastuti (2013), akuplesur telah

terbukti sebanding ibuprofen (NSAID’s) selain itu, akuplesur dapat

memberikan manfaat preventif dan kuratif, mudah, murah, efektif,

dapat dilakukan siapa saja bahkan oleh diri sendiri dan kapan saja.

6) Aromaterapi

Primadiati, (2002) mengatakan bahwa aromaterapi yang menggunakan

ekstrak minyak esensial tumbuhan yang digunakan untuk

memperbaiki mood dan kesehatan.efek menenangkan,

menyeimbangkan, stimulansia, antidepresan dan efek vasodilator dari

sereh juga dapat membantu dalam peningkatan kualitas tidur (Price,

2007).

Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia

berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan


sistem penciuman.Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis,

daya ingat, dan emosi seseorang.

Beberapa jenis aromaterapi yang digunakan dalam menurunkan

intensitas nyeri.

C. Konsep Aromaterapi

Aromaterapi adalah salah satu terapi yang menggunakan essensial oil

atau sari minyak murni sebagai media untuk membantu memperbaiki menjaga

kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan dan membangkitkan jiwa

dan raga.Essensial oil yang digunakan berupa cairan hasil sulingan dari

berbagai jenis akar, pohon, biji, getah, daun dan rempah-rempah yang

berfungsi untuk mengobati (Dewi, 2013).

Tumbuhan aromatik menghasilkan minyak aromatik.Apabila disuling,

senyawa yang manjur ini perlu ditangani secara hati-hati. Sebagian besar

senyawa ini akan menimbulkan reaksi kulit, tetapi jika digunakan secara tepat,

senyawa ini memilki nilai teraupetik. Senyawa ini dapat dihirup, digunakan

dalam kompres, dalam air mandi, atau dalam minyak pijat (Jones, 2006, hlm.

191).

Sedangkan menurut Sharma (2009, hlm. 7) aromaterapi berarti

pengobatan menggunakan wangi-wangian.Istilah ini merujuk pada

penggunaan minyak esensial merupakan terapi komplementer dalam


penyembuhan holistik untuk memperbaiki kesehatan dan kenyamanan

emosional dan dalam mengembalikan keseimbangan badan.

Terapi komplementer (pelengkap), seperti homoeopati, aromaterapi dan

akupuntur harus dilakukan seiring dengan pengobatan konvensional (Jones,

2006, hlm. 190).

Pada abad ke 19 dimana ilmu kedokteran mulai terkenal, beberapa

dokter pada zaman itu tetap memakai minyak esensial dalam praktek sehari-

hari mereka. Pada zaman aromaterapi modern, aromaterapi digali oleh Robert

Tisserand yang meniulis buku The Art Of Aromatherapy (Poerwadi, 2006,

hlm.1). Riset kedokteran pada tahun-tahun belakangan ini mengungkapkan

fakta bahwa bau yang kita cium memiliki dampak penting pada perasaan kita.

Menurut hasil penelitian ilmiah yang dilakukan Sharma, (2009, hlm.

13), bau berpengaruh secara langsung terhadap otak seperti

obat.Meningkatkan frekuensi gelombang alfa terhadap kepala bagian

belakang dan keadaan ini dikaitkan dengan relaksasi.

1. Minyak Esensial

Poerwadi (2008, hlm. 8) mengatakan bahwa tanaman teraupetik yang

beraroma mengandung minyak esensial di tubuhnya.Struktur minyak

esensial sangat lah rumit, terdiri dari berbagai unsure senyawa kimia yang

masing-masing mempunyai khasiat teraupetik serta unsur aroma tersendiri

dari setiap tanaman.


Berdasarkan pengalamanlah, para ahli aromaterapi menentukan secara

tepat bagian tanaman yang terbaik.

Cara aman menggunakan aromaterapi sepertinya tidak berbahaya,

massage dengan minyak esensial atau menghirup wanginya.Tapi minyak

esensial memiliki efek yang kuat pada tubuh, sehingga harus digunakan

dengan hati-hat i karena bersifat pekat.

2. Penggunaan Minyak Esensial

Menurut Poerwadi (2006, hlm. 15) aroma dan kelembutan minyak

esensial dapat mengatasi keluhan fisik dan psikis. Minyak esensial diserap

oleh tubuh melalui 2 cara yaitu :

a. Melalui indra penciuman

Yang paling sederhana adalah melalui indra penciuman, dengan

mencium aroma dari minyak esensial. Oleh sebab itu terapi ini disebut

aroma-terapi.

Indra penciuman yang merangsang daya ingat kita yang bersifat

emosional dengan memberikan reaksi fisik berupa tingkah laku.Aroma

yang sangat lembut dan menyenangkan dapat membangkitkan

semangat maupun perasaan tenang dan santai.

Menurut Price Shirley dan Price Len (1997, hlm. 105) akses

lewat jalur nasal jelas merupakan cara yang paling cepat dan efektif

untuk pengobatan permasalan emosional seperti stres serta depresi

(dan juga beberapa tipe nyeri kepala).


Hal ini terjadi karena hidung mempunyai hubungan langsung

dengan otak yang bertanggung jawab dalam memicu efek minyak

esensial tanpa mempedulikan jalur yang dipakai untuk mencapai otak.

Hidung sendiri bukan organ pembau tetapi mengubah suhu serta

kelembaban udara yang dihirup dan mengumpulkan setiap benda asing

yang terhirup masuk bersama udara pernapasan. Kalau minyak

esensial dihirup, molekul-molekul atsiri dalam minyak tersebut akan

terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung.

Pada langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus (silia) yang

menjulur dari sel-sel reseptor ke dalam saluran hidung. Kalau molekul

minyak terkunci pada bulu-buli ini, suatu pesan elektromagnetik

(implus) akan ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius dan traktus

olfaktorius ke dalam sistem limbik.

Proses ini akan memicu respons memori dan emosional yang

lewat hipotalamus yang bekerja sebagai pemancar serta regulator

menyebabkan pesan tersebut dikirim ke bagian otak yang lain badan

bagian tubuh lainnya.

Pesan yang diterima akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi

pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat euforik, relaksan, sedatif

atau stimulan menurut keperluannya.


b. Penyerapan melalui kulit

Poerwadi, (2006, hlm.18) mengatakan saat kita membalurkan

minyak esensial yang telah dicampur dengan minyak dasar pada kulit

kita, minyak tersebut akan diserap oleh pori-pori dan diedarkan oleh

pembuluh darah ke seluruh tubuh. Proses penyerapan ini terjadi sekitar

20 menit.

3. Teknik pemberian Aromaterapi

Teknik pemberian aromaterapi bisa digunakan dengan cara (McLain

DE, 2009) :

a. Inhalasi

Dianjurkan untuk masalah pernafasan dan dapat dilakukan dengan

menjatuhkan beberapa tetes minyak essensial ke dalam mangkuk air

mengepul kemudian uap tersebut di hirup selama beberapa saat.

b. Massage / pijat

Menggunakan minyak essensial aromaterapi dikombinasikan

dengan minyak dasar yang dapat menenangkan atau merangsang,

tergantung pada minyak yang digunakan.Pijat menggunakan minyak

essensial dapat diterapkan ke area masalah tertentu atau keseluruh

tubuh.

c. Kompres

Panas atau dingin yang mengandung minyak essensial dapat

digunakan untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit kepala.
d. Perendaman

Mandi yang mengandung minyak essensial dan berlangsung

selama 10 sampai 20 menit yang direkomendasikan untuk masalah

kulit dan menenangkan saraf (Craig Hospital, 2013).

D. Konsep Sereh Wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt)

1. Sereh Wangi

Sereh wangi (Cymbopogon winterianus Jowitt) merupakan tanaman

berupa rumput-rumputan tegak, dan mempunyai akar yang sangat dalam dan

kuat, batangnya tegak, membentuk rumpun.

Menurut Segawa, (2007) tanaman ini dapat tumbuh hingga tinggi 1

sampai 1,5 meter. Daunnya merupakan daun tunggal, lengkap dan pelepah

daunnya silindris, gundul, seringkali bagian permukaan dalam berwarna

merah, ujung berlidah, dengan panjang hingga 70-80 cm dan lebar 2-5 cm.

Minyak sereh wangi yang sering juga disebut sebagai minyak citronella,

merupakan minyak hasil ekstraksi dengan metode destilasi uap dari daun dan

batang tanaman Cymbopogon winterianus Jowitt.

Tanaman ini merupakan tanaman asli Indonesia dan dibudidayakan serta

dapat tumbuh liar di pekarangan.Tanaman ini memang berasal dari selatan

India atau Srilanka, dan sekarang sudah banyak tumbuh di Asia, Amerika dan

Afrika (Fatimah, 2012).


Pada pengobatan non-farmakologi memiliki kelebihan dibandingkan

farmakologi, pengobatan farmakologi seperti obat-obatan memiliki efek

samping yaitu ketergantungan akan obat, penurunan metabolisme pada lansia,

penurunan fungsi ginjal, dan menyebabkan kerusakan fungsi kognitif.

Sedangkan dalam pengobatan non-farmakologi ada beberapa opsi teknik

pengobatan, diantaranya ada aromaterapi sereh dan masase (Stanley, 2008).

Aromaterapi sereh merupakan salah satu terapi komplementer yang dapat

juga digunakan dalam mengatasi insomnia (Kaina, 2008).Sereh merupakan

jenis rempah-rempah yang digolongkan seperti jenis rumput-rumputan, bisa

bermanfaat juga sebagai obat tanaman herbal.

Kandungan utama dalam sereh yaitu minyak asitri yang terdiri dari sitrat,

sitroneral, linalool, geraniol, apinen, kamfen, sabinen, mirsen, feladren beta,

p-simen, limonen, cis-osimen terpinol, sitronelal, borneol, dan farsenol, yang

memiliki efek menenangkan, menyeimbangkan, stimulansia, antidepresan dan

efek vasodilator dari sereh dapat membantu dalam peningkatan kualitas tidur

(Price, 2008). Kandungan bahan diatas memberikan efek hangat, meredakan

kejang-kejang, dan melemaskan otot (Nuraini, 2014).

E. Konsep Inhalasi

1. Teori Inhalasi

Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang dilakukan secara inhalasi

(hirupan) ke dalam saluran respiratorik atau saluran pernapasan.Menurut

Nanda Yudip (2012) Pengguna terapi inhalasi sangat luas di bidang


respirologi (ilmu yang mempelajari tentang pernapasan) atau respiratory

medicine.Terapi inhalasi sebenarnya sudah dikenal lama dan dilakukan

manusia sejak lama.

Prinsip dasar terapi inhalasi adalah menciptakan partikel kecil aerasol

(respirable aerasol) yang dapat mencapai sasarannya, tergantung tujuan terapi

melalui proses hirupan (inhalasi). Sasaran meliputi seluruh bagian dari sistem

respiratorik, mulai dari hidung, trakea, bronkus, hingga saluran terkecil

(bronkiolus), bahkan bisa mencapai alveolus.Aerasol adalah dispersi dari

partikel kecil cair atau padat dalam bentuk uap/kabut yang dihasilkan melalui

tekanan atau tenaga dari hirupan napas.

Dalam menggunakan aromaterapi secara inhalasi, dapat dicampur dengan

air, dengan komposisi 4 tetes aromaterapi untuk 20 ml air (Kohatsu 2008,

dalam Wahyuningsih 2014).

Pemakaian aromaterapi dapat menggunakan anglo pemanas agar

mendapatkan uap dari aromaterapi sehingga tercium aroma yang wangi dan

dapat menimbulkan efek relaksasi dapat menyegarkan pikiran.

Aromaterapi juga dapta dihirup secara langsung, caranya dengan

mencampur 3 hingga 5 tetes ke dalam mangkuk stainless steel atau kaca

berisikan air panas lalu hirup uapnya dalam-dalam.Cara ini dapat membuat

tubuh terasa seimbang dan pikirsn terasa lega karena lepas dari tekanan emosi

(Mansjoer, dkk 2009).


F. Konsep Foot Hand Massage

1. Pengertian Massage

Menurut Toru Namikoshi (2007:8) massage adalah suatu metode

preventif dalam perawatan kesehatan untuk meningkatkan gairah hidup,

menghilangkan rasa letih dan merangsang daya penyembuhan tubuh secara

alamiah dengan jalan memijat titik-titik tertentu pada tubuh.

Pijatan / Massage merupakan sentuhan yang dilakukan pada bagian

tubuh yang dapat mengurangi ketegangan otot dan memperlancar perederan

darah.

Pijat merupakan teknik integritas sensori yang mempengaruhi aktivitas

system syaraf otonom.Pijat harus dilakukan selama 10-15 menit supaya dapat

memberikan efek teraupetik yaitu dengan mengendurkan otot yang tegang

sehingga dapat membuka aliran darah yang sempit (Dalimartha, 2008).

Menurut Tarumetor (2015) massage adalah suatu metode refleksiologi

yang bertujuan untuk memperlancarkan kembali aliran darah, dengan

penekanan-penekanan atau pijatan-pijatan kembali aliran darah pada titik-titik

sentra refleks.

Massage merupakan salah satu cara perawatan tubuh paling tua dan

paling bermanfaat dalam perawatan fisik (badan). Massage mengarahkan

penerapan manipulasi (penanganan) perawatan dari bagian luar tubuh yang

dilakukan dengan perantara tangan atau dengan bantuan alat-alat listrik

(mekanik) seperti steamer facial, vibrator dan yang lainnya.


Bagian tubuh yang didapat dimassage terutama pada bagian :

a. Kulit Kepala.

b. Wajah, leher dan bahu.

c. Punggung dan dada bagian atas.

d. Tangan dan lengan.

e. Kaki dan telapak kaki.

2. Fisiologi Foot Hand Massage

Pamungkas (2009) mengatakan bahwa terapi pijat refleksi adalah cara

pengobatan yang memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat yang

sudah dipetakan sesuai zona terapi.

Pada zona-zona ini, ada sesuatu batas atau letak reflek-reflek yang

berhubungan dengan organ tubuh manusia, dimana setiap organ atau bagian

tubuh terletak dalam jalur yang sama berdasarkan fungsi system saraf.

Potter & Perry, (2009) menegaskan bahwa pemberian sentuhan

teraupetik dengan menggunakan tangan akan memberikan aliran energy yang

menciptakan tubuh menjadi relaksasi, nyaman, nyeri berkurang, aktif dan

membantu tubuh untuk segar kembali.

Apabila titik tekan dipijat atau disentuh dan diberi aliran energy maka

system cerebral akan menekan besarnya sinyal nyeri yang masuk kedalam

system saraf yaitu dengan mengaktifkan system nyeri yang disebut analgesia

(Guyton & Hall, 2007).


Ketika pijatan menimbulkan sinyal nyeri, maka tubuh akan

mengeluarkan morfin yang diseksresi oleh system cerebral sehingga

menghilangkan nyeri dan menimbulkan perasaan nyaman (euphoria).

Reaksi pijat refleksi terhadap tubuh tersebut akan mengeluarkan

neutransmitter yang terlibat dalam system analgesia khususnya enkafalin dan

endorphin yang berperan menghambat impuls nyeri dengan memblok

transmisi impuls ini di dalam system serebral dan medulla spinalis (Guyton &

Hall, 2007).

3. Pengertian Foot Hand Massage

Massage dapat diartikan sebagai pijat yang telah disempurnakan dengan

ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang mekanis

terhadap tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-macam bentuk

pegangan atau tekhnik (Trisnowiyanto, 2012).

Menurut Stillwell (2011) Foot Hand Massage disebut juga sebagai

refleksiologi dalam bentuk massage pada kaki dan tangan yang didasarkan

pada premis bahwa ketidaknyamanan atau nyeri di area spesifik kaki atau

tangan berhubungan dengan bagian tubuh atau gangguan.

4. Tujuan Massage

Adapun tujuan dari massage (Sulistyowati, 2014) adalah :

a. Melancarkan peredaran darah terutama perederan darah vena (pembuluh

balik) dan peredaran getah bening (air limpe).


b. Mengancurkan pengumpulan sisa-sisa pembakaran didalam sel-sel otot

yang telah mengeras yang disebut mio-gelosis (asam laktat).

c. Menyempurnakan pertukaran gas dan zat didalam jaringan atau

memperbaiki proses metabolisme.

d. Menyempurnakan pembagian zat makanan ke seluruh tubuh.

e. Menyempurnakan proses pencernaan makanan.

f. Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat,

menambah tonus otot, efisiensi otot (kemampuan guna otot) dan elasitas

otot (kekenyalan otot)

g. Merangsang jaringan syaraf, mengaktifkan syaraf sadar dan kerja syaraf

otonomi (syaraf tak sadar).

h. Membersihkan dan mengaluskan kulit.

i. Memberikan rasa nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh.

5. Manfaat Massage

Manfaat massage anatara lain :

a. Meredakan stress.

b. Menjadikan tubuh lebih rileks.

c. Melancarkan sirkulasi darah.

d. Mengurangi rasa nyeri.

6. Manfaat Foot Hand Massage

Menurut Stiwell (2011) penekanan pada area spesifik kaki atau tangan

diduga melepaskan hambatan pada area tersebut dan memungkinkan energy


mengalir bebas melalui tubuh tersebut sehingga pada titik yang tepat pada

kaki dan tangan yang di massage dapat mengatasi gejala nyeri.

7. Teknik Pemijatan

Gambar 2.2 Tehnik Pemijatan Kaki Dan Tangan Diambil Dari


Buku Pijat Relksi (Barbara And Kevin Kunz, 2012)
8. Manfaat Titik Acupoint pada Kaki dan Tangan
Gambar 2.3 Titik-titik acupoint pada kaki dan tangan

(Barbara And Kevin Kunz, 2012)

a. Fungsi Titik Syaraf Refleksi di Daerah Kepala

1) Titik refleksi Kepala/otak besar kanan dan kiri: Untuk mengobati sakit

kepala secara umum, migrain, pusing, kepala berat, stress, linglung,

pikun, pelupa, susah tidur dan kecerdasan otak.

2) Titik refleksi dahi kanan dan kiri: Untuk mengatasi sakit kepala depan,

peredaran darah kepala, sakit pada dahi dan mengobati vertigo.


3) Titik refleksi otak kecil kanan dan kiri: Untuk mengobati sakit kepala

belakang, stroke, darah tinggi, sakit leher dan tengkuk, susah tidur,

stress dan lainnya.

4) Titik refleksi kelenjar dibawah otaksebelah kanan dan kiri: Sebagai

kontrol dan kendali tubuh, mengatur pertumbuhan, mengatasi

kelumpuhan, sebagai pengatur kelenjar tiroid dan reproduksi.

5) Titik syaraf trigeminus yang berpusat dipelipis kanan dan kiri: Untuk

meringankan sakit kepala migrain, mengatasi penyebaran virus,

mengobati alergi, sebagai kontrol syaraf sensoris wajah, hidung dan

rongga mulut

6) Titik refleksi hidung: Berfungsi untuk mengobati penyakit yang

berhubungan dengan hidung seperti pilek atau flu, polip dan sinusitis

dan lainnya.

7) Titik syaraf leher: Untuk mengatasi masalah leher secara umum seperti

kaku, tengeng atau leher sulit digerakkan kekanan dan kekiri.

8) Titik refleksi syaraf mata kanan dan kiri: Berfungsi untuk mengobati

masalah mata seperti mata belekan, berair, mata minus, silinder, rabun

jauh dan dekat, mata merah, mata perih dan lainnya.

9) Titik syaraf kuping kanan dan kiri: Untuk mengatasi sakit pada

telinga, telinga mendenging, kopokan, berlendir, kurang pendengaran

dan mengatasi masalah keseimbangan tubuh.


b. Fungsi titik syaraf refleksi bagian dada dan pundak

10) Titik refleksi bahu kanan dan kiri: Berfungsi untuk mengatasi capek

dan pegal pada bahu, sakit pada sendi bahu.

11) Titik syaraf otot trapezius yang berada di pundak dan leher: Untuk

mengatasi sakit pada pundak dan leher.

12) Titik refleksi kelenjar tiroid: Untuk mengobati penyakit gondok,

memperlancar metabolisme tubuh, menyembuhkan sakit tenggorokan,

mengatasi masalah pada saluran pernafasan, masalah kegemukan dan

lainnya.

13) Titik syaraf kelenjar paratiroid: Berfungsi untuk mengontrol kadar

kalsium didalam darah dan tulang, untuk mengobati penyakit rematik,

masalah sendi dan tulang, asam urat dan lainnya.

14) Titik refleksi paru-paru kanan dan kiri: fungsinya untuk mengobati

penyakit paru-paru secara umum seperti sesak nafas, infeksi dan

radang paru-paru, batuk dan lainnya.

c. Fungsi titik refleksi organ Perut

15) Titik refleksi lambung: Untuk mengobati sakit lambung, maag, perut

kembung, masuk angin, diare, mual dan muntah dan masalah yang

berhubungan dengan lambung lainnya.


16) Titik refleksi Usus 12 jari (Duodenum): Fungsinya untuk

memaksimalkan proses pencernaan makanan dan penyerapan zat-zat

yang diperlukan tubuh.

17) Titik refleksi kelenjar pankreas: Fungsinya untuk membantu

pencernaan, mengatur keasaman pada lambung dan mengobati

penyakit maag.

18) Titik refleksi liver atau hati: fungsinya untuk mengobati penyakit

hepatitis, penyakit kuning, keracunan dan banyak lagi.

19) Titik refleksi Empedu: Untuk mengobati diabetes, membantu

pencernaan.

20) Titik refleksi serabut syaraf lambung: fungsinya untuk menormalkan

kinerja lambung dan mengatasi masalah lambung secara umum.

21) Titik refleksi kelenjar adrenal: fungsinya untuk mengatur kadar gula

dalam darah, meningkatkan energi tubuh dan mengatur hormon sex.

d. Titik refleksi bagian sistem pembuangan sisa metabolisme

22) Titik refleksi Ginjal kanan dan kiri: Fungsinya untuk mengobati

penyakit yang berhubungan dengan ginjal seperti batu ginjal, radang

dan infeksi ginjal, mengatasi penyakit asam urat, gagal gijal dan

lainnya.

23) Titik refleksi saluran kencing (Ureter): Berfungsi untuk mengobati

sulit kencing, infeksi saluran kencing dll.


24) Titik refleksi Kandung kencing/kemih: Mengatasi penyakit prostat dan

kencing batu.

25) Titik refleksi usus kecil: Untuk mengatasi penyakit tifus dan disentri.

26) Titik refleksi usus buntu: Mengatasi penyakit dan radang pada usus

buntu.

27) Titik refleksi katup ileo sekal yang berada di akhir usus kecil:

fungsinya sebagai penyaring usus buntu.

28) Titik refleksi Usus besar naik (Asendens): untuk memperlancar sistem

pembuangan sisa metabolisme, mengatasi hernia, mencret, radang

pada usus dll.

29) Titik refleksi usus besar melintang (Transversus): untuk mengobati

sakit sembelit, radang pada usus, diare.

30) Titik refleksi Usus besar Menurun (Desendens): untuk mengobati

diare, sembelit dan sakit perut bagian bawah.

31) Titik refleksi rektum: Fungsinya untuk mengobati ambeien, mengatasi

sembelit dan mencret, BAB berdarah dll.

32) Titik syaraf refleksi anus: Untuk mengatasi ambeien, pendaraan saat

buang air besar, sembelit dll.

e. Titik refleksi antibodi dan sirkulasi darah

33) Titik refleksi Jantung: Titik refleksi ini hanya ada di telapak kaki kiri

fungsinya untuk mengatasi sakit jantung, jantung koroner, lemah


jantung, berdebar-debar, memperlancar peredaran darah,

membangunkan orang pingsan.

34) Titik refleksi limpa: Fungsinya untuk meningkatkan dayatahan tubuh

dari berbagai virus, mengatasi berkembangan kanker dan tumor,

mengobati badan yang demam dll

f. Fungsi titik Refleksi sendi lutut

35) Titik refleksi lutut: dengan melakukan pemijatan pada titik ini akan

mengobati sakit pada sendi lutut, sakit asam urat pada lutut dan

lainnya

g. Refleksi kesuburan Pria dan wanita

36) Titik refleksi reproduksi: Terletak di telapak kaki bawah tumit dan di

bawah mata kaki kanan dan kiri, fungsinya untuk kesuburan pria dan

wanita, memperbaiki kualitas sperma pada laki-laki dan indung telur

pada wanita, mengatasi mandul, Mengobati ejakulasi d1ni dan lemah

syahwat. (Pamungkas, Refalino. 2009. Jari Refleksi Pijat Refleksi

Dengan Jari. Yogyakarta : Lafal Indonesia).


BAB III

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

BAB IV

ANALISA SITUASI

SILAHKAN KUNJUNGI

PERPUSTAKAAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

KALIMANTAN TIMUR
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kasus Kelolaan

Berdasarkan asuhan keverawatan yang dilakukan pada Tn. A dengan

diagnose medis Coronary Artery Disease (CAD) sejak tanggal 4 sampai 7 Juli

2018 di ruang ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a. Tn. A mengatakan nyeri dada sebelah kiri dengan skala 5, nyeri dirasakan

menjalar ke ulu hati, nyeri yang dirasakan severti tertekan benda berat,

nyeri yang di rasakan hilang timbul dengan durasi ±10 menit, nyeri

bertambah jika sedang beraktifitas dan beristirahat.

b. Masalah yang muncul pada Tn. A yang sesuai berdasarkan Diagnosa

NANDA adalah :

1) Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan perubahan

kontraktilitas miokardial.

2) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis

3) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan kapasitas

vital
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan O2.

5) Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan

kegagalan melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko.

c. Intervensi yang diberikan sesuai dengan standar menggunakan Nursing

Outcomes Classification (NOC) dan Nursing Interventions Classification

(NIC).

d. Implementasi dilakukan sejak tanggal 4 sampai 7 Juli 2018, dengan

intervensi inovasi foot hand massage dan inhalasi aromaterapi sereh

wangi terhadap penurunan intensitas nyeri pada klien dengan diagnose

Coronary Artery Disease (CAD) di ruang ICCU RSUD Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda Tahun 2018.

2. Intervensi Inovasi

Intervensi inovasi yang dilakukan pada Tn. A dengan diagnosa Coronary

Artery Disease (CAD) sejak tanggal 4 sampai 7 Juli 2018 di ruang ICCU

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dengan teknik foot hand massage

dan inhalasi aromaterapi sereh wangi terhadap penurunan intensitas nyeri dan

didapatkan hasil terjadi penurunan intensitas nyeri dada dari skala 5 (nyeri

sedang) menjadi skala 2 yang tergolong (nyeri ringan).


B. Saran

1. Bagi pasien

Diharapkan mampu melakukan tindakan non-farmakologi apabila

timbul serangan nyeri dengan teknik foot hand massage dan inhalasi

aromaterapi sereh wangi.

2. Bagi perawat

Diharapkan perawat hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan

dalam penanganan nyeri non-farmakologis pada pasien dengan Coronary

Artery Disease (CAD) diruang perawatan rumah sakit dengan berbagai

macam terapi. Selain itu perawat juga bisa menerapkan berbagai teknik

meditasi lainnya sesuai transkultural yang ada

3. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat mensosialisasikan teknik relaksasi foot hand massage

dan inhalasi menggunakan aromatherapi sereh wangi untuk mengatasi nyeri

dimana dapat di kolaborasikan antara tindakan non-farmakologi dan tindakan

farmakologi. Sehingga dapat mempermudah pelaksanaannya di lapangan.

4. Bagi Dunia Keperawatan

Mengembangkan intervensi inovasi sebagai tindakan mandiri perawat

yang davit diunggulkan. Sehingga seluruh tenaga pelayanan medis dapat

mengaplikasikan teknik foot hand massage dan inhalasi menggunakan

aromaterapi sereh wangi dalam pemberian intervensi non-farmakologi pada

intensitas nyeri.
5. Peneliti

Untuk peneliti selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam melakukan

penelitian yang lebih spesifik terkait penangan menyeluruh terhadap pasien

jantung.
DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Ar-Ruzz,


Yogyakarta.

Anwar, Bahri. 2004. Dislipidemia Sebagai Faktor Resiko Jantung Koroner.

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Black, M. J. & Hawks, H .J., 2009. Medical surgical nursing : clinical

management for continuity of care, 8th ed. Philadephia : W.B. Saunders

Company.

Brunner, Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta :

ECG

Cassileth, B. and Vickers, A. (2004) Massage Therapy for Sympton Outcome

Study at a Major Cancer Center. Journal Pain Sympton Manage, 28,

244-249.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 2009. Coronary Artery

Disease (CAD). CDC. USA. Available:

http://www.cdc.gov/heartdisease/coronary_ ad.htm. Tanggal 12 Januari

2014.
Craigh Hospital, (2013). Aromatherapy. Retrieved from,

http:///www.craighospital.org/repository/documents/Heathinfo/PDFs/801.

C AM.Aromatherapy.pdf. Diakses tanggal 3 Desember 2014.

Darmawan, A., 2010. Penyakit Jantung Koroner. Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah. Yogyakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2007. Pharmaceutical Care untuk Pasien

Penyakit Jantung Koroner: Fokus Sindrom Koroner Akut. Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Dep.Kes RI. Jakarta. Direktorat

Hamm C.W., et al., 2011. Guideline for the management of acute coronary

syndromes in patients presenting without persistent ST-segment

elevation. The task Force for the management of of acute coronary

syndromes in patients presenting without persistent ST-segment

elevation of the European Society of Cardiology. Eur Heart J 2011;

32:3004-3022.

Kabo, P., 2010, Bagaimana Menggunakan obat-obat kardiovaskuler secara

rasional,Jakarta, Balai Penerbit FKUI.

Karson, 2011. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler. Yogyakarta: Nuha

Medika.
Kemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS, Balitbang

Kemenkes RI, Jakarta.

Kumar, A., Cannon, C.P., 2009. Acute Coronary Syndromes: Diagnosis and

Management Part I. Mayo Clin Proc. 84 (10): 917-938. Available from :

http://www.mayoclinicproceedings.com/content/84/10/917.full.pd[Accese

d 24 April 2013].

Majid, A. 2008. Penyakit Jantung Koroner: Patofisiologi, Pencegahan, Dan

Pengobatan Terkini. Fakultas Kedokteran. Sumatera Utara; Medan, 4

Agustus 2007. Hlm 1-53 Mangoenprasodjo, A. Setiono. 2005. Makanan

Berkhasiat Agar Jantung Sehat. Think Fresh. Yogyakarta.

Muttaqin, 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan

system kardiovaskuler . Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Myrtha, R., 2012. Patofisiologi Sindrom Koroner Akut. Cermin Dunia

Kedokteran 4 (39): 261-264.

Potter, P.A. & Perry, A.G. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi

Keempat. Jakarta: EGC.

Price, S.A. 2006. Patofisologi edisi 6. Volume 2. Jakarta: EGC.

Shivaramakrishna. 2010. Risk Factors of Coronary Heart Disease among

Bank Employees of Belgaum City-Cross-Sectional Study (online),


(http://ajms. alameenmedical.org/ article_ Vol.3-2-apr-jun

2010/AJMS.3.2.152-159.pdf).

Smeltzer, S.C. Bare, B.G. Hinkle, J.L & Cheever , K.H. (2008). Tex Book Of

Surgical Medical Nursing. Ed12. Philadelpia: Lippincott William &

Wilkins.

Tamsuri, 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC. Jakarta.

Trisnohadi, HB., 2006, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid

III,Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

WHO. 2015. Cardiovaskuler Disease Fact Sheets.

http:///who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/.

Anda mungkin juga menyukai