No Kode: DAR2/Profesional/001/2018
MODUL 4 LITOSFER
Penulis:
2018
PENDAHULUAN
Objek material studi geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer,
hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Litosfer terdiri atas mineral dan batuan.
Meneral dan batuan memiliki arti yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Kesuburan
tanah dan potensi bahan tamabang sangat ditentukan oleh mineral dan batuan yang ada di
suatu wilayah.
Keadaan hidrologi juga sangat dipengaruhi oleh jenis batuan. Daerah yang terdiri
dari batuan vulkanik akan memiliki karakteristik hidrologis yang sangat berbeda dengan
daerah berbatuan kapur. Kesuburan tanah, potensi bahan tambang, dan keadaan hidrologi
akan menghasilkan karakteristik kehidupan flora, fauna, dan manusia di suatu wilayah.
Geografi mempelajari fenomena geosfer yang di dalamnya terdapat unsur fisik, biotik dan
manusia. Dengan memahami litosfer, termasuk di dalamnya mineral dan batuan akan
memudahkan Anda mengkaji suatu wilayah berdasarkan tinjauan geografi secara utuh.
Modul 1 ini membahas mengenai litosfer yang di dalamnya juga memuat tugas
untuk mengobservasi dan mengidentifikasi jenis-jenis batuan yang ada di wilayah Anda.
Pada akhir modul terdapat tes formatif yang harus dikerjakan. Skor yang diperoleh dari soal-
soal formatif tersebut menggambarkan penguasaan materi modul 1 mengenai litosfer.
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah modul ini sebaik-baiknya dengan cermat
2. Untuk memperkaya penguasaan materi, sebaiknya Anda mengkaji materi yang relevan
dari sumber-sumber yang lain.
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir modul ini dan cocokkan dengan
kunci jawaban yang tersedia. Belajar Anda diangap tuntas jika minimal skor yang
saudara peroleh 70 (minimal 7 soal harus dijawab dengan benar).
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan belum tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke modul berikutnya
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Dalam substansi keilmuan, setiap guru Geografi wajib menguasai pengetahuan Geografi
yang setara dengan pengetahuan Geografi yang dikuasai oleh Sarjana Geografi.
URAIAN MATERI.
nama bidang diskontinyu Mohorovicic. Bidang diskontinyu ini juga ditemukan pada
kedalaman 1.200 km dan 2.900 km di bawah permukaan bumi.
Lapisan-lapisan penyusun bumi dapat digambarkan sebagai berikut.
dikontinyu dari pada yang dikemukakan semula tetapi dia mengakui bahwa bidang-
bidang diskontinyu yang dikemukakan semula memang merupakan batas-batas yang
penting.
B. Litosfer
Litosfer merupakan bagian paling atas dari lapisan-lapisan penyusun bumi.
Litosfer berasal dari lithos (batuan) dan sphaira (lingkungan), jadi litosfer diartikan
sebagai lingkungan/lapisan batuan yang membungkus bola bumi. Menurut Suess dan
Wiechert, litosfer meliputi kerak bumi dengan tebal 30 sampai 70 km dan selubung bumi
bagian paling atas (upper most mantle)
Holmes membagi kerak bumi menjadi beberapa bagian sebagai berikut:
1. Bagian atas yang mempunyai tebal 15 km dengan berat jenis kurang lebih 2,7 dan
mempunyai tipe magma granit.
2. Bagian tengahyang mempunyai tebal 25 km dengan berat jenis 3,5 dan mempunyai
tipe magma basalt.
3. Bagian bawah yang mempunyai tebal 20 km dengan berat jenis 3,5 dan mempunyai
tipe magma peridotit dan magma eklogit.
Bagian atas dan bagian tengah kerak bumi disebut sial karena sebagian besar
substansinya terdiri dari silisium dan aluminium sedangkan bagian bawah disebut sima
karena sebagain besar terdiri dari silisium dan magnesium. Tebal sial dan sima pada
kerak bumi tidak sama. Di bawah kontinen (benua) lapisan sial lebih tebal daripada di
dasar samudera. Kerak bumi terutama tersusun dari mineral dan batuan. Oleh karena itu
untuk selanjutnya akan dibahas mengenai mineral dan batuan.
C. Mineral
1. Pengertian dan Pengenalan Mineral
Belahan merupakan sifat mineral untuk menjadi belah menurut bidang yang agak
sama licinnya jika di buat tekanan kejurusan tertentu pada suatu mineral. Belahan
mineral terbagi atas belahan baik sekali, baik, sedang, buruk dan tidak ada
belahan sama sekali. Contoh : mineral mika mempunyai belahan yang baik sekali
sedangkan feldspar menunjukkan belahan yang baik.
e. Kekerasan mineral
Kekerasan adalah daya tahan mineral terhadap goresan. Permukaan suatu mineral
akan tergores oleh mineral lain yang nilai kekerasanya lebih besar. Mosh telah
membuat skala kekerasan untuk beberapa mineral dengan skala 1 sampai dengan
10. Skala kekerasan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut (Putnam, 1964).
Tabel 2: Alat untuk Menguji Skala Tingkat Kerasan Mineral menurut Mosh
Kawat tembaga 3
Pecahan kaca 5,5 – 6
Pisau baja 5,5 - 6
Kikir baja 6,5 - 7
pelindungnya dalam bentuk aragonit dan kalsit. Radiolaria , diatome dan spons
mengeluarkan bahan silisium dan membentuk diatome, batu api, kalsedon dan
lain-lain.
b. Terbentuk dari magma.
Magma dapat membentuk mineral-mineral primer, antara lain mineral-mineral bijh
seperti magnetit, ilmenit, chromit, pyrrotit, chalcopyrit dan lain-lain.
c. Terbentuk melalui sublimasi.
Terbentuknya mineral melalui kristalisasi langsung dari uap atau gas dan juga
sebagai hasil dari interaksi antar gas atau antara gas dengan batuan. Sebagai contoh
adalah terbentuknya mineral belerang di lubang kepundan. Hematit juga bisa
terbentuk di lubang kepundan sebagai hasil interaksi antara ferriclorida dan uap air.
d. Terbentuk melalui metamorfosis.
Metamorfisis kontak dapat membentuk mineral-mineral, misalnya wolastonit,
visuvianit dan epidot pada umumnya terbentuk kalau batuan kapur yang tidak
murni mengalami metamorfosis karena persinggungan denganmagma.
3. Klasifikasi mineral
a. Berdasarkan komposisi mineral dan bentuk jaringan kristal
Dari analisis – analisis kimia yang telah dilakukan pada batuan terdapat delapan
element/unsur yang beperan penting sebagai pembentuk batuan penyusun kerak
bumi. Elemen tersebut bersenyawa membentuk berbagai macam mineral silikat dan
oksida yang merupakan mineral utama dalam batuan. Mineral yang merupakan
bagian penting dari suatu pembentukkan batuaan dinamakan rock forming (mineral
pembentuk batuan). Berdasarkan komposisi kimiawi dan bentuk jaringan kristalnya,
8 unsur yang berperan dalam pembentukkan batuan meliputi unsur mulia (native
element) , sulfida, halida, oksida dan hidroksida, karbonat, sulfat, fosfat, silikat.
1) Unsur mulia (native element)
Unsur – unsur mulia bukan unsur golongan mineral pembentuk batuan yang
sebenarnya. Terbentuknya berkaitan dengan pembekuan magma atau proses
kimiawi dengan temperatur dan tekanan tinggi. Mineral-mineral yang termasuk
unsur mulia meliputi antara lain Grafit, Intan, Emas, dan Platina.
2) Sulfida
Komposisi kimia sulfida merupakan kombinasi dari berbagai unsur dengan
belerang (sulfur). Terjadinya sulfida terutama berkaitan dengan pengendapan
dari larutan dingin walaupun jumlahnya sedikit. Jika ditinjau dari banyak
sedikitnya massa yang terdapat di lapisan kerak bumi, kelompok sulfida sebagai
mineral pembentuk batuan jumlahnya sedikit. Mineral yang termasuk kelompok
sulfida adalah pirit, kalkopirit, galena, sfalerit.
3) Halida
Halida mencakup sebagian besar dari mineral yg yg mengendap dari larutan.
Hanya beberapa yang merupakan rock-forming. Contoh: halit, Sylfite, Fluorite.
4) Oksida dan Hidroksida
Dalam kelompok ini terdapat mineral – mineral yang merupakan kombinasi dari
berbagai unsur yaitu oksigen, hidroksida dan unsur lain. Kelompok oksida dan
Hidroksida terdiri dari mineral paling banyak jumlahnya dari mineral yang ada
5) Karbonat
Kelompok mineral karbonat sebagian di antaranya berasal dari endapan dan
metamorfosis. Ciri khas dari karbonat adalah bereaksi dengan hydroclorid acid
(H Cl) yang menghasilkan buih karbon dioksida (CO2). Ketika berasosiasi
dengan HCl, seolah-olah mineral tersebut menindih. Contoh mineral karbonat
antara lain kalsit, aragonit, dolomit, dan malachid.
6) Sulfat
Sebagian besar mineral kelompok sulfat merupakan pembentuk batuan yang
berasal dari batuan endapan. Proses pembentukannya sebagai akibat dari
pengendapan dari air ataupun merupakan produk oksidasi sulfida. Contoh dari
mineral kelompok ini adalah gipsum.
7) Fosfat
Kelompok fosfat tidak banyak berperan dalam pembentukan batuan, karena
jarang ditemukan. Contoh dari mineral kelompok ini adalah apatit. Hampir
semua batuan mengandung mineral ini.
8) Silikat
Sebagian besar mineral penyusun kerak bumi termasuk golongan mineral silikat.
Silikat membentuk 90% dari litosfer (Isbandi Djoko, 1986). Silikat merupakan
komponen dari batuan yang sebagian besar terbentuk selama proses pembekuan
magma, dan sebagian terbentuk dari batuan endapan dan batuan metamorfosa.
Beberapa mineal yang termasuk kelompok ini antara lain olivine, mika, talk
serpentin, kaolin, ortoklas, dan feldspar.
b. Berdasarkan peranannya sebagai penyusun bantuan
Berdasarkan peranannya sebagai pembentuk batuan, mineral dapat dibedakan
menjadi mineral utama, sekunder dan aksesor.
1) Mineral utama
Mineral utama merupakan mineral yang penting dalam fungsinya sebagai
mineral pembentuk batuan yang mendominasi batuan di permukaan bumi.
Mineral tersebut adalah kuarsa, kalsedon, feldspar, ortoklas, plagioklas, nefelin,
leusit, muskofit, biolit, ambifol, piroksin, olivine, dan kalsit.
2) Mineral sekunder
Mineral sekunder adalah mineral – mineral yang dibentuk kemudian dari
mineral primer (utama), misalnya oleh proses pelapukan. Contohnya mineral
khlorit yang terbentuk dari mineral biotit karena pelapukan. Jadi dapat di
simpulkan bahwa mineral sekunder pasti terdapat pada batuan yang telah lapuk,
tetapi belum tentu batuan yang telah lapuk terdapat mineral sekunder. Ada juga
mineral sekunder yang terdapat dalam batuan metamorfik.
3) Mineral aksesor
Mineral ini tidak terdapat dalam jumlah banyak tetapi hampir terdapat pada
semua batuan sebagai contoh magnetit.
Sejumlah mineral yang pada umumnya terdapat dalam batuan dapat dilihat pada
tabel berikut. (Sukandarrumidi, dkk. 2014).
D. BATUAN
1. Pengertian Batuan
Batuan merupakan himpunan mineral, baik sejenis atau tidak sejenis, antara satu
dengan yang lain terikat secara padat atau gembur yang memiliki arti penting sebagai
penyusun kerak bumi. Dari pengertian tesebut dapat dipahami bahwa batuan tidak
harus keras sebagaimana anggapan masyarakat pada umumnya. Pasir yang terhampar
luas di pantai, secara geologis dapat disebut sebagai batuan.
Himpunan mineral penyusun batuan bisa terdiri dari satu jenis mineral atau
bermacam-macam. Batuan yang terbentuk dari himpunan mineral yang sejenis
dinamakan mono mineral rock, sedangkan yang tersusun dari berbagai jenis mineral
dinamakan poly mineral rock. Batuan gamping secara dominan tersusun dari mineral
CaCO3. Pada daerah karst banyak ditemukan diaklas/retakan-retakan pada batuan.
Aliran air yang melalui retakan tersebut akan melarutkan CaCO3 dan
mengendapkannya ditempat lain seperti pada atap dan dinding gua membentuk
kristal-kristal kalsit. Pada fenomea ini kalsit disebut sebagai mineral.
2. Klasifikasi Batuan
Ada beberapa cara terbentuknya batuan. Berdasarkan proses-proses yang
mempengaruhinya batuan dapat terjadi dengan cara sebagai berikut.
- Sebagai akibat proses-proses kimia yang menyebabkan timbulnya endapan kimia.
- Sebagai akibat proses-proses kimia – fisis, yang didalamnya tidak hanya benda-
benda yang bereaksi yang berpengaruh, akan tetapi juga temperatur dan tekanan
yang tinggi.
- Sebagai akibat proses-proses fisis, termasuk semua gerakan yang mengakibatkan
bertambah banyaknya (akumulasi) mineral yang selanjutnya terjadi pengkristalan
pada suhu rendah, baik oleh turunnya suhu ataupun menguapnya sebagian dari
pelarutnya
- Sebagai akibat proses-proses biologi, baik yang bersifat phytogin maupun zoogin
- Karena berubahnya batuan yang telah ada oleh berbagai proses.
Atas dasar bermacam-macam cara terbentuknya batuan seperti di atas maka batuan
dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.
a. Batuan Beku
1) Pengertian batuan beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma. Magma
adalah bahan cair pijar dengan temperatur tinggi yang terdapat di dalam kerak
bumi (dapur magma). Magma yang telah keluar di permukaan bumi disebut
lava. Magma maupun lava jika mengalami pendinginan akan membeku dan
membentuk batuan beku. Batuan beku dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, antara lain sebagai berikut.
Sifat utama dari batuan sedimen yang dibentuk oleh air dalam kondisi
normal ialah berlapis-lapis secara horisontal. Aliran air yang berubah-ubah arah,
terjadinya pengikisan dan pengendapan silih berganti, menyebabkan lapisan-lapisan
yang dibentuk tidak lagi mendatar. Perlapisan batuan juga terbentuk oleh tenaga
angin. Pengendapan oleh angin akan mengikuti kontur topografi tempat sedimen
tersebut diendapkan dan arah lapisan sangat ditentukan pula oleh arah angin
bertiup. Batuan endapan yang dibentuk oleh aktivitas organisme pada umumnya
tidak membentuk perlapisan.
Di beberapa tempat terdapat batuan endapan yang terbentuk dalam susunan
tumpang tindih. Hal ini terjadi karena pada waktu proses pengendapan mengalami
perubahan kondisi sehingga menghasilkan lapisan-lapisan batuan yang berbeda
dalam hal komposisi, warna, ukuran dan kepadatan butir-butir penyusunnya.
Perlapisan simpang siur menunjukkan adanya perubahan arah arus selama
sedimentasi.
Batuan kapur yang berasal dari aktivitas organik akan mengandung sisa-sisa
kerangka organisme. Jika kerangka organisme yang membentuk kapur dapat
diidentifikasi, maka sisa kerangka tersebut akan menjadi nama batu kapur,
misalnya batu kapur koral, batu kapur fusulina, batu kapur brachiopod, batu
kapur kerang (coquina), dan lain-lain. Batu kapur yang proses
pembentukannya berlatar belakang kimia adalah sebagai berikut.
- Batu kapur oolit yaitu agregasi-agregasi (mengumpul menjadi satu)
butiran-butiran padat yang halus dengan struktur konkoidal dan agregasi
tersebut tersementasi oleh kalkarius (kasar-pisolit)
lignit, berwarna hitam dengan kandungan karbon 71% - 82%. Pada stadium ini
tidak dapat dilihat lagi struktur dari tumbuh-tumbuhan. Jika tekanan dan
temperatur meningkat lagi, batubara akan mengalami metamorfosis menjadi
antrasit nerupa massa padat dan keras, berwarna hitam keabu-abuan, kandungan
karbonnya meningkat sampai 95%. Stadium terakhir dari pembentukan batubara
dinamakan grafit dengan kandungan karbon mencapai 99% dan sangat keras.
Diatome terbentuk dari akumulasi endapan kerangka tumbuhan bersel satu
diatomae yang tumbuh pada dasar laut atau danau berair asin. Endapan diatomae
ini dapat ditemukan di dom Sangiran. Karang dibangun oleh organisme koral dan
algae calcareous. Syarat hidup koral adalah dasar laut dapat ditembus oleh cahaya
matahari, yaitu dengan kedalaman kurang dari 50 meter, temperatur air sekitar 21 -
26°C, dan airnya jernih. Karang tumbuh dari dasar laut menuju ke atas. Dengan
demikian ketebalan maksimun karang adalah sekitar 50 meter. Pada kenyataannya
dapat ditemukan lapisan batuan kapur ketebalannya lebih dari 50 meter. Hal
inimerupakan indikator bahwa selama pembentukan karang tersebut dasar laut
mengalami penurunan sebelum kemudian terangkat menjadi sebuah pegunungan.
Bahan-bahan semen (perekat) bisa berupa silisium, kapur atau material yang
mengandung besi. Apabila fragmen-fragmen tersebut terdiri dari batu-batu bulat
disebut konglomerat. Apabila fragmen penyusunnya berasal dari jenis batu yang
sama dinamakan konglomerat monomix dan jika terdiri dari bermacam-macam
jenis batuan dinamakan konglomerat polymix. Bahan konglomerat yang terdiri
dari batuan vulkanik secara spesifik disebut angglomerat
b) Psammitic rock, merupakan batuan sedimen mekanik yang terdiri dari fragmen-
fragmen dengan diameter antara 0,05 – 2 mm, contohnya pasir dan batu pasir.
Diantara fragmen-fragmen batu pasir, komposisi terdiri dari kwarsa, feldspar,
mika, glaukonit, dan lain-lain. Salah satu mineral yang paling dominan sebagai
penyusunnya akan menentukan nama pasir tersebut, antara lain pasir kwarsa
dan pasir feldfar. Pemberian nama batuan pasir juga berdasarkan bahan yang
menjadi perekatnya (semen) misalnya batu pasir ferriginous, batuan pasir
c. Batuan Metamorf
Secara umum, batuan metamorf terbentuk karena adanya panas, tekanan, dan
aktivitas zat-zat kimia baik bekerja secara sendiri-sendi maupun secara bersama-sama.
Batuan metamorf dapat berasal dari batuan yang sebelumnya sudah ada, yaitu batuan
beku, batuan sedimen, atau batuan metamrf. Perubahan batuan tidak hanya terjadi
secara fisik tetapi juga bisa terjadi secara kimiawi sehingga berbeda dengan batuan
asalnya. Berdasarkan hal ini metamorfosis dapat dibedakan 3 macam, yaitu
metamorfosis thermal (sentuh), metamorfosis dinamo, dan metamorfosis regional.
1) Metamorfosis Sentuh
Pada metamorfosis sentuh disebut juga metamorfosis termal. Pada proses ini
temperatur yang tinggi merupakan faktor utama sebagai penyebabnya. Temperatur
yang tinggi ini bisa berasal dari intrusi, atau masuknya cairan atau gas panas ke
dalam lapisan batuan. Apabila pada proses ini temperatur tinggi yang berperan
dinamakan proses pyrometamorfosis, sedangkan jika larutan panas yang berperan
dinamakan metamorfosis hydrothermal, dan jika larutan panas yang berperan
disebut pneumatolysis.
Metamorfosis sentuh terbentuk karena adanya magma yang masuk dalam lapisan
sedimen ataupun batuan lain sehingga mengubah batuan yang dimasukinya akibat
terkena panas. Fenomena metamorfosis sentuh dapat ditemukan pada perbatasan
antara batuan sedimen yang umurnya lebih tua dengan batuan beku. Ini terjadi
ketika intrusi menerobos batuan sedimen tersebut. Batuan gamping yang
terpengaruh oleh intrusi dapat berubah menjadi batuan marmer. Fenomena ini dapat
ditemukan di Besole Kabupaten tulungagung.
terbentuk milonit atau breksi pergeseran yang disebabkan oleh gesekan antar
batuan. Milonit kadang-kadang hancur menjadi tepung yang dinamakan
ultramilonit. Pada waktu pergeseran batuan, akibat meningkatnya temperatur,
ultramilonit akan melebur dan membentuk pseudotachylit.
5) Marmer; di samping sebagai hasil metmorfosis termal, marmer juga bisa terjadi
melalui metamorfosis regional. Marmer mengandung mineral kalsit dengan
berkomposisi CaCO3, merupakan kristalin yang secara kasar sebanding dengan
batuan kapur yang pada umumnya berasal dari bahan organik. Marmer merupakan
contoh yang baik dari batuan metamorf yang mengalami transformasi secara fisik
tanpa memerlukan perubahan secara drastis komposisi mineralnya. Di bawah
tekanan dan temperatur yang cukup tinggi limestone mengalami kristalisasi. Jika
proses ini berlangsung secara terus-menerus akan menghasilkan batuan berupa
kristal kalsit. Marmer yang berasal dari kalsit berwarna putih, namun bisa berbeda
warnanya jika terpengaruh dengan mineral lain.
3. Siklus Batuan
Berdasarkan teori tentang pembentukannya, bumi berasal dari gas, lalu berubah
menjadi bola cair pijar, dan kemudian membeku di bagian luarnya. Pembekuan pertama
dari cairan tersebut merupakan batuan beku yang tertua. Batuan beku tertua yang pernah
ditemukan terdapat dalam bentuk intrusi pada pada batuan yang lebih tua lagi. Batuan
tersebut meskipun sekarang tergolong batuan metamorfosis, sebelumnya tentu merupakan
batuan sedimen. Sedimen tua ini sebelumnya pasti berasal dari batuan beku yang lebih tua
lagi sebagai hasil penghancuran iklim atau pelapukan. Batuan beku tertua itu merupakan
dasar tempat batuan sedimen dibentuk, akan tetapi batuan dasar demikian telah lama
hilang disebabkan oleh fusi atau penelanan kembali batuan tersebut menjadi magma.
Banyak ahli berpendapat bahwa kemungkinan besar batuan sedimen dan batuan metamorf
menjadi magma karena penurunan yang sangat dalam. Semua batuan beku berasal dari
magma yang kemudian kembali ke kerak bumi menjadi magma kembali, dengan cara
disintegrasi mineral-mineral radioaktif dan cairan-cairan panas yang memasuki batuan-
batuan beku menjadi panas dan mencair.
Jika siklus batuan dimulai dari batuan beku, maka batuan akan terbentuk dari
magma melalui proses pendinginan. Batuan beku tadi akan mengalami proses-proses
kimia fisika oleh gaya-gaya geologi. Dari ini terbentuk sedimen klastik berupa endapan-
endapan yang tidak larut. Material-material yang larut dengan pertolongan organisme
membentuk sedimen organik, sedangkan larutan lain karena proses penguapan,
konsentrasi serta Pengendapan kimia membentuk sedimen kimia. Batuan beku dan batuan
sedimen tersebut karena proses tekanan, temperatur dan aktivitas zat kimia akan diubah
menjadi batuan metamorfosis. Seluruh perubahan tersebut berlangsung dalam jutaan
tahun. Batuan metamorfosis mungkin akan menjadi magma, karena magma dapat menelan
dan menyerap kembali batuan metamorf yang berada jauh di dalam bumi karena adanya
tekanan dan panas dari magma didekatnya.
Secara sederhana, siklus batuan dapat digambarkan seperi pada gambar 3.3 di
bawah ini.
Rangkuman
Planet bumi tersusun dari tiga lapisan utama, yaitu bagian inti, selubung, dan litosfer.
Masing-masing lapisan memiliki krakteristik yang berbeda. Secara umum, bagian inti
merupakan lapisan yang paling berat dan semakin ringan ke arah permukaan bumi. Lapisan
paling penting bagi kehidupan manusia adalah litosfer, karena pada lapisan itulah manusia
melakukan aktivitasnya dalam kehidupannya sehari-hari.
Litosfer terdiri dari mineral dan batuan. Batuan merupakan himpunan dari mineral,
oleh karenanya dalam mempelajari batuan pemahaman mengenai mineral harus dimiliki
terlebih dahulu. Salah satu pengenalan mineral didasarkan atas fisiknya yang antara lain
meliputi warna, kilapan, bentuk, belahan dan kekerasannya.
Mineral terbentuk melalui 4 cara, yaitu berasal dari larutan, magma, sublimasi, dan
metamorfosis. Berdasarkan komposisi kimianya, mineral dapat dibedakan menjadi 8 unsur,
yaitu unsur mulia (native element), sulfida, halida, oksida dan hidroksida, karbonat, sulfat,
fosfat, dan silikat. Selanjutnya, berdasarkan peranannya sebagai penyusun bantuan
dapat dibedakan menjadi mineral utama, sekunder dan aksesor.
Berdasarkan cara terbentuknya batuan dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu
batuan beku, sedimen dan metamorf. Batuan beku berasal dari pembekuan magma, sedimen
berasal dari endapan, dan metamorf berasal dari batuan yang telah ada yang telah mengalami
perubahan bentuk.
Berdasarkan kandungan kwarsa (silikon oksida), ada 4 macam batuan beku, yaitu
batuan beku asam (Acid Rocks), menengah (intermidiert rock), basa (basic rocks), dan ultra-
basa (ultra basic rocks). Dilihat dari tempat terbentuknya ada tiga macam batuan beku, yaitu
batuan beku luar, gang, dan dalam. Bedasarkan ukuran teksturnya, ada tiga macam batuan
beku, yaitu fanerik, afanitik, dan porfiritik.
Batuan sedimen dibentuk oleh tenaga geologi yang berupa air, angin, es, maupun
makhluk hidup. Sifat utama dari sebagian besar batuan sedimen adalah berlapis-lapis.
Berdasarkan cara terbentuknya, batuan sedimen dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam
yaitu sedimen kimia, sedimen klastika, dan sedimen organik. Batuan sedimen juga dapat
TUGAS
Untuk lebih mendalami materi modul, kerjakanah tugas-tugas sebagai berikut.
1. Buatlah peta konsep yang mencakup seluruh materi litosfer!.
2. Adakan pengamatan terhadap batuan yang ada di sekitar tempat tinggal Anda dan lakukan
hal-hal sebagai berikut.
a. Identifikasi jenis batuan apa saja yang Anda temukan (batuan beku, sedimen atau
metamorf)!
b. Jika terdapat batuan beku, identifikasi batuan tersebut termasuk golongan yang mana
berdasarkan (1) tempat terbentuknya, (2) tingkat keasamannya, dan (3) teksturnya!
c. Jika terdapat batuan sedimen, identifikasi batuan tersebut termasuk golongan yang mana
berdasarkan (1) proses terjadinya, (1) tempat terdapatnya, dan (3) ukuran butirnya!
d. Jika terdapat batuan metamorf, identifikasi batuan tersebut termasuk golongan yang mana
berdasarkan cara terbentuknya!
3. Adakan pengamatan, apakah potensi kekayaan mineral dan batuan yang ada di sekitar Anda
sudah dimanfaatkan? Jika sudah bagaimanakah pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat
dan kelestarian alam di wilayah Anda?
DAFTAR PUSTAKA
Adjat Sudradjat. TT. Seputar Gunungapi dan gempabumi. Jakarta: Adjat Sudradjat
Alzwar. M, H. Samodra, J.I. Tarigan. Pengantar Dasar Ilmu Gunung Api. Bandung: Nova.
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yokyakarta: Gajah
mada.
Bemmelen, R.W. 1949, The Geology of Indonesia, The Hague: Martinus Nijhhoff.
Christopherson, Robert W. 2000. Geosystems. Sixth Edition. New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Doddy Setya Graha. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova
Hamilton, W.R. Woolley, A.R. Bishop, A.C. 1984. Mineral. Rocks and Fosil. U.K: The hamlyn
Publ. Group.
Isbandi, Djoko. 1986. Mineralogi Yogyakarta: Nur cahaya.
Katili, JA dan P. Marks. 1963. Geologi. Jakarta: Departemen Urusan Research Nasional
Lange,O,M.Ivanova, N.Lebedeva. TT. General geology. Moscow: Foreign Languages
Publishing House.
Mulayaningsih, Sri. 2010. Pengantar Geologi Lingkungan. Yogyakarta.: Panduan.
Munir. Moch. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Jakarta: Pustaka Jaya
Putnam. 1966. Geology. Newyork: Oxford University Press.
Seyhan, Ersin. 1990. Dasar – dasar Hidrologi. Jakarta: Gadjah Mada University Pers.
Sukandarrumidi, Herry Zadrak Kotta, FW. Maulana. 2014. Geologi Umum Bagian Pertama.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tarbuck, Edward J. and Frederick K. Lutgens. 1998. GEODe II - Geologic Explorations On Disk
. New Jersey: Tasa Graphic Arts, Inc. and Prentice Hall.
William, 1942, The Geology of Crater Lake National Park. Oregon: Carnege Inst. Of
Washington Publ.