Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Susunan Bumi


Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi kita yang telah berusia
sekitar 4,6 miliar tahun ini tersusun atas beberapa lapisan, bahan-bahan material
pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
Bentuk permukaan bumi berbeda-beda, mulai dari daratan, lautan, pegunungan,
perbukitan, danau, lembah, dan sebagainya. Bumi sebagai salah satu planet yang
termasuk dalam sistem tata surya di alam semesta selalu melakukan perputaran
pada porosnya (rotasi) dan bergerak mengelilingi matahari (revolusi) sebagai
pusat sistem tata surya.
Beberapa ilmuan meneliti serta menyimpulkan berbagai peristiwa
mengenai asal usul terbentuknya bumi dengan berbagai teori dan hipotesis
mereka. Salah satu teori yang paling terkenal adalah The Big Bang Theory
(Dentuman Besar). Teori ini tercetus pada tahun 1927 oleh George Lemaire yang
disempurnakan Edwin Hubble. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta berasal
dari ledakan besar sekitar 13.7 milyar tahun lalu. Semua materi dan energi yang
ada di alam terkumpul dalam satu titik yang tidak berdimensi dan berkerapatan
tidak terhingga. Seiring dengan berjalannya waktu, ruang angkasa mengembang,
dan ruang yang memisahkan antara benda-benda langit juga mengembang.
Bumi tersusun atas beberapa lapisan. Lapisan bumi mulai dari lapisan
terluar sampai terdalam yaitu kerak, selubung dan inti. Inti terdiri atas inti luar
dan inti dalam.

Gambar 1.1. Struktur lapisan bumi


(Sumber: Sri Mulyaningsih, 2018)

1
2

1. Kerak
Merupakan lapisan terluar yang tipis, terdiri batuan yang lebih ringan
dibandingkan dengan batuan mantel di bawahnya. Densitas rata-rata 2.7 gr/cc.
Ketebalannya tidak merata, perbedaan ketebalan ini menimbulkan perbedaan
elevasi antara benua dan samudera. Pada daerah pegunungan ketebalannya
lebih dari 50 km dan pada beberapa samudera kurang dari 5 km. Berdasarkan
data kegempaan dan komposisi material pembentuknya, para ahli membagi
menjadi kerak benua dan kerak samudera.
a. Kerak benua, terdiri dari batuan granitik, ketebalan rata-rata 45 km,
berkisar antara 30–50 km. Kaya akan unsur Si dan Al, maka disebut
juga sebagai lapisan SiAl.
b. Kerak samudera, terdiri dari batuan basaltik, tebalnya sekitar 7 km.
Kaya akan unsur Si dan Mg, maka disebut juga sebagai lapisan SiMa.
Tabel 1.1 Unsur-unsur utama penyusun kerak bumi
Unsur % Massa
Oksigen (O) 47%
Silikon (Si) 28%
Aluminium (Al) 8.%
Besi (Fe) 5%
Kalsium (Ca) 4%
Natrium (Na) 3%
Kalium (K) 3%
Magnesium (Mg) 2%

2. Selubung atau Mantel Bumi


Selubung atau mantel merupakan lapisan dibawah kerak yang tebalnya
mencapai 2.900 km. Mantel terletak diantara lapisan inti luar dengan kerak.
Lapisan ini terdiri atas magma kental yang bersuhu 1.400º C hingga 2.500º C.
Karena terdiri dari material cair, mantel bumi disebut sebagai
lapisan astenosfer. Lapisan ini merupakan tempat terjadinya pergerakan-
pergerakan lempeng yang disebabkan oleh gaya konveksi atau energi
3

dari panas bumi. Pergerakan tersebut sangat mempengaruhi bentuk muka


bumi dan proses geologi seperti pergeseran benua dan pembentukan rantai
pegunungan.
3. Inti Bumi
Inti bumi terletak mulai kedalaman sekitar 2900 km dari dasar kerak bumi
sampai ke pusat bumi. Inti bumi dapat dipisahkan menjadi inti bumi bagian
luar dan inti bumi bagian dalam. Batas antara selubung bumi dan inti bumi
ditandai dengan penurunan kecepatan gelombang P secara drastis dan
gelombang S yang tidak diteruskan.
Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya berat jenis material
penyusun inti bumi dan perubahan sifat materialnya dari yang bersifat padat
menjadi bersifat cair. Meningkatnya berat jenis disebabkan karena perubahan
dari material silikat yang menyusun selubung bumi menjadi material
campuran logam yang kaya akan besi (Fe) di inti bumi. Perubahan sifat
material menjadi cairan disebabkan karena turunnya titik lebur material yang
mengandung besi dibandingkan material yang kaya silikat. Itulah sebabnya
material yang menyusun inti bumi bagian luar berupa cairan yang kaya logam
Fe. Sebaliknya semakin bertambahnya tekanan ke bagian yang semakin dalam
akan mengakibatkan kan naiknya titik lebur material logam. Hal ini
menyebabkan material yang menyusun inti bumi bagian dalam merupakan
material logam yang bersifat padat.
Komposisi material penyusun inti bumi diketahui dengan perkiraan bahwa
unsur besi merupakan unsur yang banyak dijumpai pada kerak batuan
penyusun kerak bumi. Dengan meningkatnya berat jenis pada batuan yang
makin dalam letaknya, maka kadar besi juga akan semakin meningkat,
sehingga pada selubung bumi mempunyai kemungkinan mengandung kadar
besi yang lebih besar daripada kerak bumi. Berat jenis inti bumi bagian luar
yang disusun oleh material kaya besi yang cair sama dengan berat jenis berat
jenis besi dalam keadaan cair. Karena inti bumi bagian dalam disusun oleh
material kaya besi yang padat, maka batas antara inti bumi bagian luar dengan
inti bumi bagian dalam mempunyai temperatur sama dengan titik lebur besi
4

pada tekanan di tempat tersebut. Selain itu, komposisi penyusun inti bumi
juga diketahui dengan mendasarkan pada komposisi meteorit yang dijumpai
mengandung logam besi 90% dan nikel sebanyak sekitar 7% sampai 8%.
Sehingga diperkirakan material logam penyusun inti bumi adalah unsur besi
dan nikel.
1.2. Mineral
Mineral merupakan suatu zat padat homogen yang terdiri dari unsur atau
persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik,
mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-
atom secara beraturan didalamnya atau dikenal sebagai strukutur kristal. Dalam
keadaan padat mineral (kecuali beberapa jenis) memiliki sifat dan bentuk tertentu
sebagai perwujudan dari susunan yang teratur didalamnya. Berikut ini adalah
beberapa definisi mineral oleh para ahli:
1. A.W.R. Potter dan H.Robinso, 1977
Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposis
kimia tertentu atau dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap,
dibentuk dialam dan bukan hasil suatu kehidupan.
2. L.G. Berry dan B.Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat dialam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
3. D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks,1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktur homogen
mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang
anorganik. Berdasarkan beberapa sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh
mineral, maka mineral-mineral yang ada di alam ini dapat dikelompokkan
menjadi beberapa kelompok mineral. Bedasarkan hal tersebut, James D.
Dana, seorang Professor Yale University pada tahun 1873
mengelompokkan mineral dalam beberapa kelompok berdasarkan kemiripan
komposisi kimia dan struktur kristal menjadi 8 kelompok, yaitu mineral sulfida,
sulfat, karbonat, silika, oksida, halida, posfat, native mineral atau unsur murni.
5

1. Mineral Silika
Hampir 90% mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini,
yang merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa
unsur metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90% dari berat
kerak bumi terdiri dari mineral silika. Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan
(metamorf). Kebanyakan mineral-mineral silikat terbentuk ketika cairan
magma mulai mendingin.
Proses pendinginan ini dapat terjadi dekat permukaan bumi atau
jauh di bawah permukaan bukit dimana tekanan dan temperatur
lingkungannya sangat tinggi. Lingkungan pengkristalan dan komposisi kimia
dari magma sangat mempengaruhi macam mineral yang terbentuk.
Contoh, mineral olivin mengkristal pada temperatur tinggi.
Sebaliknya kuarsa mengkristal pada temperatur yang rendah. Silikat
pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua kelompok
berdasarkan komposisi kimianya, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-
ferromagnesium.
a. Mineral ferromagnesian: mengandung unsur Fe atau Mg, berwarna
gelap. Contohnya, olivin, hornblende, biotit.
b. Mineral non feromagnesian: mineral silikat yang tidak mengandung
unsur besi dan magnesium, berwarna terang. Contohnya, muscovite,
feldspar, kuarsa

Gambar 1.2. Muscovite


6

(Sumber: anonim, 2018)

2. Mineral Oksida
Terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen dan
unsur tertentu. Banyak oksida berwarna hitam tetapi yang lain bisa sangat
berwarna-warni. Keragaman oksida diakibatkan oleh kelimpahan oksigen di
kerak bumi. Oksida mengandung ikatan ionik tertentu yang bisa dijadikan
patokan untuk membedakan golongan mineral oksida dengan kelompok
mineral lain di alam. Secara umum mineral oksida selalu berkesinambungan
dengan mineral hidroksida. Unsur yang paling utama dalam golongan oksida
adalah besi, mangan , timah dan alumunium.  Beberapa mineral oksida yang
paling umum adalah hematit (Fe2O3), kasiterit (SnO2), dan korundum (Al2O3).

Gambar 1.3. Hematit


(Sumber: anonim, 2018)

3. Mineral Oksida
Kelompok sulfida merupakan kombinasi antara logam atau semilogam
dengan sulfur/belerang (S). Biasanya terbentuk di sekitar wilayah gunung api
yang memiliki sulfur yang tinggi. Pembentukan mineral sulfida berawal dari
proses hidrotermal atau lokasi pembentukannya dekat dengan gunung api
yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Pembentukan mineralnya biasa
terjadi di bawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Contoh
mineralnya, argentite (Ag2S), kalkosit (Cu2S), pirit (FeS3), galena (PbS),
sphalerite (ZnS), dan cinnabar (HgS).
7

Gambar 1.4. Galena


(Sumber: Wiloso, 2022)

4. Mineral Sulfat
Mineral sulfat adalah kombinasi dari logam atau semi logam dengan
anion sulfat tersebut membentuk mineral sulfat. Pembentukan mineral
sulfat biasanya terjadi pada daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar
airnya, contohnya adalah danau atau pesisir, kemudian perlahan-lahan
menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Mineral sulfat jenisnya ada lebih dari 200 jenis dan merupakan
mineral yang langka. Beberapa mineral yang sering ditemukan yaitu, anhidrit
(CaSO4), barit (BaSO4), celestite (SrSO4), dan gipsum (CaSO4.2H20).
Perbedaan yang membedakan satu mineral dan mineral lainnya terletak pada
lingkungan pembentukannya.

Gambar 1.5. Barit


(Sumber: anonim, 2016)
8

5. Mineral Karbonat
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut karbonat.
Seumpama persenyawaan Ca dinamakan kalsium karbonat CaCO3 dikenal
sebagai mineral kalsit. Merupakan mineral utama pembentuk batuan sedimen.
Karbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitik dan pada daerah karst yang
membentuk gua, stalaktit dan stalagmit. Dalam kelas karbonat ini juga
termasuk nitrat dan borat. Beberapa contoh mineral yang termasuk dalam
kelompok karbonat adalah dolomit (CaMg(CO3)2, kalsit (CaCO3), dan
magnesit (MgCO3).

Gambar 1.6. Kalsit


(Sumber: anonim, 2018)

6. Mineral Halida atau Klorida


Kelompok ini dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogen
elektronegatif seperti, F- , Cl- , Br- dan I- . Pada umumnya memiliki berat
jenis yang rendah (<5). Halida adalah kelompok mineral yang memiliki anion
dasar halogen. Halogen adalah kelompok khusus dari unsur-unsur yang
biasanya memiliki muatan negatif ketika tergabung dalam satu ikatan kimia.
Mineral halida memiliki ciri khas lembut, terkadang transparan, umumnya
tidak terlalu padat, memiliki belahan yang baik, dan sering memiliki warna-
warna cerah. Contoh mineralnya adalah fluorit (CaF 2), halit (NaCl), silvit
(KCl).
9

Gambar 1.7. Fluorit


(Sumber: anonim, 2018)

7. Mineral Posfat
Mineral fosfat terbuat dari adanya proses persenyawaan logam fosfat.
Kelompok mineral ini sering dicirikan berkilap serta memiliki struktur kristal
berwarna yang indah. Contoh fosfat, yakni apatit, monasit dan turqoise.

Gambar 1.8. Monasit


(Sumber: Wiloso, 2022)
8. Mineral Murni
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang
dicirikan dengan hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja.
Mineral pada kelas ini tidak mengandung unsur lain selain unsur pembentuk
utamanya. Pada umumnya sifat dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable
yang jika ditempa dengan palu akan menjadi pipih, atau ductile yang jika
ditarik akan dapat memanjang, namun tidak akan kembali lagi seperti semula
jika dilepaskan.
10

Gambar 1.9. Perak


(Sumber: anonim, 2015)

1.3. Sifat Fisik Mineral


Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat fisik dan sifat
kimia tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral
dapat dikenal, sekaligus dapat diketahui susunan kimianya dalam batas-batas
tertentu.
1. Warna (Colour)
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang
mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap dan sebagian
akan dipantulkan. Warna penting untuk membedakan antara warna mineral
akibat pengotoran dan warna asli atau tetap yang berasal dari elemen utama
pada mineral disebut dengan nama idiochromatic. Misalnya, sulfur berwarna
kuning, magnetit berwarna hitam.
Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur lain, sehingga
memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut
dengan nama allochromatic. Misalnya pada mineral kuarsa yang tidak
berwarna, tetapi karena ada campuran dari unsur lain warna dapat berubah
menjadi violet (amethyst), merah muda, coklat.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna adalah:
a. Komposisi kimia
b. Struktur kristal dan ikatan atom
c. Pengotoran dari mineral lain
11

2. Perawakan kristal (Crystal habits)


Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka
mineral mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Tetapi mineral yang
dijumpai di alam bentuknya sering tidak berkembang sebagaimana mestinya,
sehingga sulit untuk mengelompokkan mineral ke dalam sistem kristalografi.
Bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk
bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Beberapa macamnya
sebagai berikut:
a. Meniang (collumnar)
Bentuk kristal prismatik yang menyerupai tiang. Contohnya,
tourmaline dan pyrolusite.

Gambar 1.10. Tourmaline


(Sumber: Sri Mulyaningsih, 2018)

b. Menyerat (fibrous)
Bentuk kristal menyerupai serat-serat kecil. Contohnya, asbestos dan
gipsum.

Gambar 1.11. Asbestos


12

(Sumber: Sri Mulyaningsih, 2018)


c. Menjarum (acicular)
Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil. Contohnya,
natrolite.

Gambar 1.12. Natrolite


(Sumber: Sri Mulyaningsih, 2018)

d. Membilah (bladed)
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu dengan
perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh. Contohnya, kyanit
dan kalaverit.

Gambar 1.13. Kyanit


(Sumber: Sri Mulyaningsih, 2018)

e. Memapan (tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan
tebal tidak terlalu jauh. Contohnya, barit dan hematit.
13

Gambar 1.14. Barit


(Sumber: Sri Mulyaningsih, 2018)

f. Membutir (granular)
Merupakan kelompok kristal kecil yang berbentuk butiran. Contohnya,
olivin, anhidrit, rhodochrosite, dan chromite.

Gambar 1.15. Rhodochrosite


(Sumber: Sri Mulyaningsih, 2018)

3. Kilap (Luster)
Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah
mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan refleksi dan
pembiasan (refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeksi bias dari
mineral, apabila makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah
cahaya yang dipantulkan.
a. Kilap logam (metallic luster), yaitu apabila mineral tersebut
mempunyai kilap atau kilapan seperti logam. Contoh mineral yang
mempunyai kilap logam adalah emas dan galena.
14

Gambar 1.16. Emas


(Sumber: anonim, 2019)

b. Kilap sub-logam, tidak terlalu mengkilap seperti logam. Contohnya,


cuprite, hematite, dan cinnabar.

Gambar 1.17. Hematit


(Sumber: anonim, 2019)

c. Kilap bukan logam, biasanya dari mineral yang goresnya tidak


berwarna atau berwarna terang. Kilap non logam dibedakan menjadi:
1) Kilap kaca, kilap yang ditimbulkan oleh permukaan kaca atau
gelas. Contohnya, kuarsa, garnet, korundum, dan halit.

Gambar 1.18. Kuarsa


(Sumber: anonim, 2019)
2) Kilap intan, kilap yang sangat cemerlang seperti kilap intan atau
15

permata. Contohnya, intan, cassiterite, sulfur, dan zircon.

Gambar 1.19. Zircon


(Sumber: anonim, 2019)

3) Kilap lilin, kilap seperti sebagaimana lilin yang khas. Contohnya,


serpentine dan serargirit.

Gambar 1.20. Serpentine


(Sumber: anonim, 2019)

4) Kilap sutera, kilap yang terdapat pada mineral-mineral yang


paralel atau berserabut. Contohnya, asbes, serpentine, dan
selenite.

Gambar 1.21. Selenite


(Sumber: anonim, 2019)
16

5) Kilap tanah, kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan
sinar yang masuk tidak dipantulkan kembali. Contohnya, kaolinit
dan pirolusit.

Gambar 1.22. Kaolinit


(Sumber: anonim, 2017)

4. Kekerasan (hardness)
Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral
terhadap goresan. Penentuan kekerasan relatif mineral adalah dengan
menggoreskan permukaan mineral pada mineral standar kekerasan dari skala
mohs yang sudah diketahui kekerasannya, seperti baja yang kekerasannya 6,5
SM.
Tabel 1.2. Skala Mohs
Skala Mohs Mineral
1 Talk
2 Gipsum
3 Kalsit
4 Fluorit
5 Apatit
6 Feldspar Ortoklas
7 Kuarsa
8 Topaz
9 Korundum
10 Intan

5. Gores (Streak)
Gores adalah warna asli dari mineral yang tampak apabila mineral
ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan karena
stabil dan penting untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama tapi
17

goresnya berbeda. Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral


pada permukaan keping porselin.

Gambar 1.23. Perbedaan warna dan cerat pada mineral


(Sumber: Ir. Dwi Indah Purnamawati, 2022)

6. Belahan (Cleavage)
Apabila mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastisitas dan
plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah mengikuti arah
belahannya. Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan
kristal. Belahan tersebut akan menghasilkan kristal menjadi bagian-bagian
yang kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Setiap
mineral memiliki arah belahan tersendiri.
a. Belahan sempurna
Yaitu jika mineral mudah terbelah melalu arah belahannya yang
merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain melalui bidang
belahannya. Contohnya, kalsit dan muskovit.
b. Baik
Apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata,
tetapi dapat juga terbelah memotong atau tidak melalui bidang
belahannya. Contohnya, feldspar dan augit.
c. Jelas
Yaitu apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi
mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan
tidak rata. Contohnya hornblende dan scheelite.
18

d. Tidak Jelas
Yaitu apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan
untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar. Contohnya, beryl,
emas, dan platina.
e. Tidak sempurna
Apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahnnya, dan mineral akan
pecah dengan permukaan yang tidak rata. Contohnya, kasiterit, sulfur,
dan apatit.
7. Pecahan (Fracture)
Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas plastisitas
dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah, pecahan dapat dibagi
menjadi:
a. Conchoidal, yaitu pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol
atau kulit bawang. Contohnya, kuarsa.
b. Hackly, pecahan mineral runcing-runcing tajam serta kasar tak
beraturan seperti bergerigi. Contohnya, emas, perak, dan tembaga.
c. Even, pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil
dengan ujung pecahan masih mendekati bidang datar. Contohnya.
Muscovite, talk, biotite.
d. Uneven, pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang
pecahnya kasar dan tidak teratur. Contohnya, kalsit dan chromite.

Gambar 1.23. Macam-macam pecahan (fracture) pada mineral


(Sumber: Wiloso, 2022)
19

8. Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)


Tenacitiy adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan,
pemotongan, pemukulan, atau gaya. Macam-macamnya sebagai berikut:
a. Brittle, apabila mineral mudah hancur menjadi tepung. Contohnya,
kalsit dan kuarsa.
b. Sectile, mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang
menjadi tepung. Contohnya, gipsum dan serargirit.
c. Malleable, mudah ditempa. Contohnya, tembaga dan emas.
d. Ductile, dapat ditarik seperti kawat. Jika ditarik bertambah panjang
dan bila dilepaskan akan kembali ke bentuk semula. Contohnya,
olivin, tembaga, dan perak.
e. Flexible, mineral dapat dilengkungkan ke segala arah dengan mudah.
Contohnya, talk dan gipsum.
9. Kemagnetan
Berdasarkan sifat kemagnetannya mineral dapat dibedakan menjadi 3
kelompok:
a. Ferromagnetik, yaitu mineral yang memiliki sifat kemagnetan tinggi
sehingga tertarik oleh medan magnet yang relatif rendah sekalipun.
Contohnya, besi dan nikel.
b. Paramagnetik, yaitu mineral yang yang sifat kemagnetannya rendah
dan hanya akan memberi respon terhadap medan magnet yang besar.
Contohnya, biotit dan hornblende.
c. Diamagnetik, yaitu mineral yang tidak memiliki sifat kemagnetan,
artinya tidak dapat tertarik oleh medan magnet. Contohnya, kuarsa,
muskovit.
10. Rasa dan bau (Taste and odour)
Disamping dari sifat-sifat yang sudah dibahas diatas, beberapa mineral
mempunyai rasa dan bau, kedua sifat ini merupakan sifat khas dari mineral.
Salah satu contohnya adalah mineral sulfur atau belerang.
a. Astringet, rasa yang umum dimiliki oleh sejenis logam.
b. Sweetisist Astinget, rasa seperti pada tawas.
20

c. Saline, rasa yang dimiliki seperti pada garam.


d. Alkaline, rasa yang dimiliki seperti pad rasa soda.
e. Bitter, rasa separti garam pahit.
f. Cooling, rasa seperti rasa sendawa.
g. Sour, rasa seperti asam belerang.
Melalui gesekan dan penghilangan dari beberapa zat yang bersifat
volatile melalui pemanasan atau melalaui penambahan suatu asam, maka
kadan-kadang bau (odour) akan menjadi ciri-ciri yang has dari suatu mineral.
a. Alliaceous, bau seperti bawang, proses pereaksi dan
arsenopyrite akan menimbulkan bau yang khas.
b. Horse Radish Odour, bau seperti lobak kuda yang menjadi busuk
(biji selenit yang dipanasi).
c. Sulphurous, bau yang ditimbulkan oleh proses pereaksian pint atau
pemanasan mineral yang mengandung unsur sulfida.
d. Bituminous, bau seperti bau aspal.
e. Fetid, bau yang ditimbulkan oleh asam sulfia atau bau busuk seperti
bau busuk seperti telor busuk.
f. Argillaceous, bau seperi lempung basah, seperti seperti serpentin
yang mengalami pemanasan.

Anda mungkin juga menyukai