Anda di halaman 1dari 75

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN


PERSEDIAAN SPARE PART MESIN
DI UNIT PRODUKSI I PT. PETROKIMIA GRESIK
MENGGUNAKAN KEBIJAKAN CAN-ORDER

Skripsi
Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

ALFAN ZALDIANSYAH
NIM. I 0308030

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Alfan Zaldiansyah, NIM : I0308030, PERENCANAAN DAN


PENGENDALIAN PERSEDIAAN SPARE PART MESIN DI UNIT
PRODUKSI 1 PT. PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN
KEBIJAKAN CAN-ORDER. Skripsi. Surakarta : Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, September 2012

PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu industri yang bergerak di


bidang produksi pupuk, bahan kimia, dan jasa lainnya. Penelitian ini akan
difokuskan pada pengendalian persediaan spare part mesin di Unit Produksi 1 PT.
Petrokimia Gresik. Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan pengendalian
spare part mesin yaitu pemesanan spare part mesin yang dilakukan secara
terpisah, sehingga menyebabkan biaya persediaan dan frekuensi pemesanan
menjadi cukup tinggi. Pada penelitian ini akan dilakukan perbaikan sistem
pengendalian persediaan pada spare part mesin item kelas RO di Unit Produksi 1
PT. Petrokimia Gresik menggunakan sistem koordinasi pemesanan dengan model
kebijakan can-order. Kebijakan can-order merupakan model pengendalian
persediaan yang mengakomodasi keterkaitan antar item dalam sistem
pemesanannya.
Tahapan penelitian dilakukan dalam 4 tahap. Tahap pertama, dilakukan
pemilihan item spare part kelas RO yang dipesan pada satu supplier. Tahap
kedua, dilakukan pengumpulan data terkait item spare part terpilih untuk
dijadikan input perhitungan parameter kebijakan can-order. Selanjutnya,
dilakukan perhitungan parameter kebijakan can-order menggunakan algoritma
kebijakan can-order. Tahap terakhir, dilakukan perhitungan biaya total persediaan
berdasarkan parameter can-order yang akan dibandingkan dengan sistem
eksisting perusahaan menggunakan simulasi Monte Carlo.
Penelitian yang dilakukan pada 7 item spare part mesin kelas RO yang
dipesan dalam PT. Petrokopindo Cipta Selaras ini menghasilkan tingkat
persediaan optimal dengan menggunakan perhitungan kebijakan can-order. Hasil
perbandingan menunjukkan bahwa model kebijakan can-order lebih efisien dalam
mengendalikan persediaan spare part mesin dengan memberikan penghematan
sebesar 52% dari total biaya persediaan jika dibandingkan dengan sistem yang
digunakan oleh perusahaan saat ini.

Kata kunci: kebijakan can-order, simulasi Monte Carlo, sistem koordinasi


pemesanan, spare part mesin, total biaya persediaan.

xix + 61 halaman; 10 gambar; 25 tabel; 1 lampiran


Daftar pustaka : 9 (1974-2011)

`
vii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRACT

Alfan Zaldiansyah, NIM : I0308030, PLANNING AND CONTROLLING


INVENTORY OF MACHINE SPARE PARTS IN PRODUCTION UNIT 1
PT. PETROKIMIA GRESIK USING CAN-ORDER POLICY. Thesis.
Surakarta: Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Sebelas Maret
University, September 2011.

PT. Petrokimia Gresik is one of the industry engaged in the production of


fertilizers, chemicals, and other services. This study focuses on controlling
machine spare parts at Production Unit 1 PT. Petrokimia Gresik. The company
usually control the spare parts individually which consequence the results in
higher inventory cost, especially ordering cost. This research proposes a can-order
policy to jointly manage the spare parts inventory level. Can-order policy is one of
the inventory policy that accommodate the interconnection of the multi items
system.
Stages of this research carried out in four stages. The first stage is
selecting the spare parts which is ordered from a single supplier. The second stage
is collecting the spare parts data to be used in calculating the inventory leven in
can-order policy. Subsequently, can-order’s parameters are calculated using can-
order algorithm. The last stage is calculate the total cost of inventory based on
can-order parameters and compare existing company system with proposed
system.
This research conducted on 7 RO class item of machine spare parts which
ordered from PT. Petrokopindo Cipta Selaras and generates optimal inventory
levels using the can-order policy calculation. The result from the research
indicated that the proposed system resulted in a lower total cost (52% saving)
compared to the existing system.

Keywords: can-order policy, Monte Carlo simulation, joint replenishment,


machine spare parts, total cost.

xix + 61 pages; 10 figures; 25 tables; 1 appendixes


Bibliography : 9 (1974-2011)

`
viii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan skripsi ini. Penyusunan laporan skripsi ini tentu tidak
terlepas dari peran banyak pihak, baik dalam hal materi maupun dorongan
semangat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala kemudahan dan kekuatan yang besar
sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini.
2. Kedua orang tua, Papa dan Mama. Terima kasih atas motivasi, do’a dan kasih
sayang yang tak henti-hentinya diberikan.
3. Arsyad dan Fidah. Terima kasih telah menjadi saudara yang terus memberikan
dorongan dan semangat.
4. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret.
5. Bapak Wakhid Ahmad Jauhari, ST, MT selaku dosen pembimbing I atas
masukan, saran, serta waktu bimbingan yang diberikan. Terima kasih telah
memberikan semangat yang luar biasa dalam menyelesaikan laporan skripsi
ini.
6. Ibu Azizah Aisyati, ST, MT selaku dosen pembimbing II atas kesabaran dan
waktu yang diberikan selama masa pengerjaan laporan skripsi. Terima kasih
atas segala bentuk motivasi yang diberikan kepada penulis.
7. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT dan Bapak Taufiq Rochman, STP, MT
selaku dosen penguji I dan dosen penguji II yang telah memberikan kritik dan
saran yang membangun demi terwujudnya hasil skripsi yang lebih baik.
8. Ibu Rahmaniyah Dwi Astuti, ST, MT selaku Pembimbing Akademis atas
bantuan dan dorongan yang diberikan sejak mengikuti masa perkuliahan
hingga penyelesaian skripsi.
9. Bapak Andreas dan seluruh karyawan PT. Petrokimia Gresik atas kesempatan,
kemudahan, dan kenyamanan yang diberikan selama menjalani penelitian
skripsi di perusahaan.
10. Seluruh dosen Teknik Industri yang telah memberikan ilmu-ilmu teknik
industri yang bermanfaat, baik dalam konsep maupun praktek.

v
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11. Mbak Yayuk, mbak Rina, mbak Tutik dan karyawan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret atas kerjasama, dukungan dan bantuannya selama
menjalani masa-masa kuliah.
12. Sahabat-sahabat seperjuangan, Raga, Ayu, Kinanti, Sonny, Rio, Dhonny yang
senantiasa menemani dalam segala bentuk keceriaan dan suntikan
semangatnya. Semoga kita semua jadi orang-orang sukses kedepannya.
13. Teman-teman kost, Nova, Hery, Arif, Topik, terima kasih atas segala canda
tawa dan dorongan semangat selama menjadi mahasiswa.
14. Teman-teman angkatan 2008 Teknik Industri, Mira, Dikun, Nandi, Pungky,
dan seluruh teman-teman yang lain atas dukungan dan kebersamaan selama
ini. Semoga kita bertemu kembali sebagai orang-orang yang sukses
kedepannya.
15. Adik tingkat Teknik Industri angkatan 2010 yang telah memberikan warna
berbeda semasa masa kuliah. Terima kasih atas segala bentuk keceriaan dan
kebebasan berekspresi selama ini.
16. Semua pihak yang belum tertulis di atas, yang telah membantu dalam proses
pengerjaan tugas akhir ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana


mestinya bagi siapa saja yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala saran
dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

Surakarta, 24 September 2012

Penulis

vi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. ......... i


LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... ........ ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH ............. ....... iii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.................... ....... iv
KATA PENGANTAR............................................................................ ........ v
ABSTRAK ............................................................................................. ...... vii
ABSTRACT........................................................................................... ..... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ....... ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. ..... xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................. …. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... ...... xv
DAFTAR PERSAMAAN.................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................... I-1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... I-4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... I-4

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... I-4

1.5 Batasan Masalah ........................................................................ I-5

1.6 Asumsi ...................................................................................... I-5

1.7 Sistematika Penulisan................................................................. I-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil PT. Petrokimia Gresik......................................................II-1

2.1.1 Sejarah Singkat PT. Petrokimia Gresik ..............................II-1

2.1.2 Visi dan Misi PT. Petrokimia Gresik .................................II-2

2.1.3 Struktur Organisasi PT. Petrokimia Gresik ........................II-2

2.1.4 Produk dan Jasa PT. Petrokimia Gresik .............................II-3

ix
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1.5 Ruang Lingkup Kegiatan PT. Petrokimia Gresik................II-3

2.1.5 Departemen PGM PT. Petrokimia Gresik ..........................II-3

2.2 Manajemen Persediaan..............................................................II-5

2.2.1 Definisi Persediaan ...........................................................II-5

2.2.2 Biaya Persediaan ..............................................................II-6

2.2.3 Manajemen Persediaan Spare Part Mesin..........................II-7

2.3 Manajemen Persediaan Spare Part Mesin PT Petrokimia Gresik II-9

2.4 Kebijakan Can-order .............................................................. II-10

2.5 Simulasi Monte Carlo ............................................................. II-16

2.6 Penelitian Sebelumnya ............................................................ II-17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian ........................................ III-1

3.2 Penjelasan Diagram Alir Metodologi Penelitian ....................... III-2

3.2.1 Tahap Identifikasi Masalah ............................................. III-2

3.2.2 Tahap Pengumpulan Data ............................................... III-4

3.2.2.1 Pemilihan Item Spare Part Mesin ........................ III-4

3.2.2.2 Pengumpulan Data Item Spare Part Mesin ........... III-5

3.2.3 Tahap Pengolahan Data .................................................. III-5

3.2.3.1 Pengujian Distribusi Data Permintaan Spare Part Mesin


Terpilih ............................................................... III-5

3.2.3.2 Penentuan Parameter (S,c,s) dan Total Biaya Persediaan


Berdasarkan Kebijakan Can-order ....................... III-6

3.2.3.3 Penentuan Total Biaya Persediaan Berdasarkan


Kebijakan Perusahaan ......................................... III-8

3.2.3.4 Perbandingan Hasil Kebijakan Can-order dengan Hasil


Simulasi Monte Carlo.........................................III-10

3.2.4 Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil .............................III-10

x
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3.2.5 Tahap Penarikan Kesimpulan dan Saran .........................III-10

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data .................................................................. IV-1

4.1.1 Pemilihan Item Spare Part Mesin.................................... IV-1

4.1.2 Data Permintaan Spare Part Mesin ................................. IV-2

4.1.3 Data Harga Spare Part Mesin ......................................... IV-2

4.1.4 Data Lead Time Spare Part Mesin................................... IV-3

4.1.5 Data Biaya Spare Part Mesin.......................................... IV-3

4.1.5.1 Biaya Pemesanan ................................................ IV-3

4.1.5.2 Biaya Penyimpanan............................................. IV-4

4.2 Pengolahan Data ..................................................................... IV-4

4.2.1 Pengujian Distribusi Data Permintaan Spare Part Mesin.. IV-4

4.2.2 Penentuan Parameter dan Total Biaya Persediaan dengan


Menggunakan Kebijakan Can-order................................ IV-5

4.2.2.1 Perhitungan Parameter Kebijakan Can-order ....... IV-5

4.2.2.2 Perhitungan Total Biaya Persediaan ................... IV-10

4.2.3 Penentuan Total Biaya Persediaan Menggunakan Kebijakan


Perusahaan (Simulasi Monte Carlo) .............................. IV-11

4.2.4 Perbandingan Total Biaya Persediaan Menggunakan Kebijakan


Can-order dan Kebijakan Perusahaan............................ IV-16

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

5.1 Analisis Kebijakan Can-order Terhadap Kebijakan Perusahaan. V-1

5.1.1 Perbandingan Parameter Kebijakan .................................. V-1

5.1.2 Perbandingan Biaya Persediaan Spare Part Mesin ............ V-2

5.2 Analisis Sensitivitas ................................................................. V-4

5.2.1 Analisis Perubahan Rata-Rata Permintaan ........................ V-4

5.2.2 Analisis Perubahan Biaya Pesan....................................... V-7

xi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan............................................................................. VI-1

6.2 Saran ...................................................................................... VI-1

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ xvii

LAMPIRAN............................................................................................. xviii

xii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Petrokimia Gresik.................................... II-2


Gambar 2.2 Proses Bisnis Departemen PGM PT. Petrokimia Gresik.......... ..... II-5
Gambar 2.3 Pengendalian Persediaan Spare Part Mesin............................ ..... II-8
Gambar 2.4 Kebijakan Can-order ............................................................ ... II-12
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian ........................................................... .... III-1
Gambar 3.2 Algoritma Penentuan Parameter Kebijakan Can-order ........... .... III-7
Gambar 5.1 Diagram Prosentase Penghematan Total Biaya Masing-masing Spare
Part Mesin ............................................................................ ..... V-4
Gambar 5.2 Grafik Perubahan Total Biaya Persediaan Akibat Perubahan Rata-rata
Permintaan ............................................................................ ..... V-5
Gambar 5.3 Grafik Perubahan Parameter Kebijakan.................................. ..... V-7
Gambar 5.4 Grafik Perubahan Total Biaya Persediaan Akibat Perubahan Biaya
Pemesanan ............................................................................ ..... V-8

xiii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Notasi Dasar Model Kebijakan Can-order...................................... II-13


Tabel 2.2 Parameter Kontrol untuk L=0 dan L>0............................................. II-15
Tabel 4.1 Daftar Spare Part Mesin Terpilih .............................................. ... IV-2
Tabel 4.2 Data Permintaan Spare Part Mesin Terpilih .............................. ... IV-2
Tabel 4.3 Data Harga Spare Part Mesin Terpilih ...................................... ... IV-2
Tabel 4.4 Data Lead Time Spare Part Mesin............................................. ... IV-3
Tabel 4.5 Data Biaya Minor Spare Part Mesin ......................................... ... IV-4
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Distribusi Data Permintaan..................................... IV-5
Tabel 4.7 Input Perhitungan Parameter Kebijakan Can-order.......................... IV-5
Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Nilai S(i) dan NT(i) pada Iterasi 1……............. ... IV-6
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Nilai µ(i) dan ρ(i) pada Iterasi 1 ....................... ... IV-7
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Nilai EC1 Spare Part Mesin 50523.7 ............... IV-8
Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Nilai c(i) pada iterasi 1 ....................................... IV-8
Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Nilai S(i) pada iterasi 1……………………........ IV-9
Tabel 4.13 Hasil Iterasi Spare Part 50523.7 ............................................. ... IV-9
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Parameter Kebijakan Can-order (S,c,s)…....... IV-10
Tabel 4.15 Total Biaya Persediaan Perhitungan Kebijakan Can-order.......... IV-10
Tabel 4.16 Probabilitas Kumulatif Spare Part Mesin 50523.7....................... IV-12
Tabel 4.17 Penentuan Bilangan Random Spare Part Mesin 50523.7............. IV-12
Tabel 4.18 Hasil Simulasi Spare Part Mesin 50523.7……………...……..... IV-15
Tabel 4.19 Rekapitulasi Total Biaya Persediaan Simulasi Monte Carlo......... IV-15
Tabel 4.20 Perbandingan Total Biaya Persediaan.......................................... IV-16
Tabel 5.1 Perbandingan Parameter Kebijakan Can-order dengan Kebijakan
Perusahaan............................................................................... ..... V-1
Tabel 5.2 Penghematan Total Biaya Persediaan Kebijakan Usulan dengan
Perusahaan............................................................................... ..... V-3
Tabel 5.3 Total Biaya Persediaan Berdasarkan Peningkatan dan Penurunan
Jumlah Permintaan Spare Part Mesin ....................................... ..... V-6
Tabel 5.4 Total Biaya Persediaan Berdasarkan Peningkatan dan Penurunan Biaya
Pesan Spare Part Mesin ........................................................... ..... V-8

xiv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

L.1 Data Permintaan Bulanan Spare Part Mesin 50523.7 ................................. L-1
L.2 Data Permintaan Bulanan Spare Part Mesin 49427.6 ................................. L-1
L.3 Data Permintaan Bulanan Spare Part Mesin 49423.9 .......................... ..... L-1
L.4 Data Permintaan Bulanan Spare Part Mesin 49421.5 .......................... ..... L-2
L.5 Data Permintaan Bulanan Spare Part Mesin 49416.1 .......................... …. L-2
L.6 Data Permintaan Bulanan Spare Part Mesin 45208.7 .......................... ..... L-2
L.7 Data Permintaan Bulanan Spare Part Mesin 10370.6 .......................... ..... L-3
L.8 Data Permintaan Harian Spare Part Mesin 50523.7 ........................... ..... L-3
L.9 Data Permintaan Harian Spare Part Mesin 49427.6 ............................ ..... L-4
L.10 Data Permintaan Harian Spare Part Mesin 49423.9 .......................... ..... L-4
L.11 Data Permintaan Harian Spare Part Mesin 49421.5 ......................... ..... L-5
L.12 Data Permintaan Harian Spare Part Mesin 49416.1 .......................... ..... L-5
L.13 Data Permintaan Harian Spare Part Mesin 45208.7 .......................... ..... L-6
L.14 Data Permintaan Harian Spare Part Mesin 10370.6 .......................... ..... L-6
L.15 Input Parameter Iterasi 2 Perhitungan Kebijakan Can-order ...…………. L-6
L.16 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 50523.7 Iterasi 2.............. L-6
L.17 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49427.6 Iterasi 2.............. L-7
L.18 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49423.9 Iterasi 2.............. L-7
L.19 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49421.5 Iterasi 2…...…... L-8
L.20 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49416.1 Iterasi 2.............. L-8
L.21 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 45208.7 Iterasi 2.............. L-9
L.22 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 10370.6 Iterasi 2 ....... ..... L-9
L.23 Input Parameter Iterasi 3 Perhitungan Kebijakan Can-order............... ..... L-9
L.24 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 50523.7 Iterasi 3 ....... ..... L-9
L.25 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49427.6 Iterasi 3 ....... ..... L-9
L.26 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49423.9 Iterasi 3............ L-10
L.27 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49421.5 Iterasi 3............ L-10
L.28 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49416.1 Iterasi 3 ....... ... L-10
L.29 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 45208.7 Iterasi 3 ....... ... L-10
L.30 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 10370.6 Iterasi 3 ....... ... L-11

xv
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

L.31 Input Parameter Iterasi 4 Perhitungan Kebijakan Can-order............... ... L-11


L.32 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 50523.7 Iterasi 4 ....... ... L-11
L.33 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49427.6 Iterasi 4 ....... ... L-11
L.34 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49423.9 Iterasi 4 ....... ... L-12
L.35 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49421.5 Iterasi 4 ....... ... L-12
L.36 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49416.1 Iterasi 4 ...... ... L-12
L.37 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 45208.7 Iterasi 4 ....... ... L-12
L.38 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 10370.6 Iterasi 4 ....... ... L-13
L.39 Input Parameter Iterasi 5 Perhitungan Kebijakan Can-order .............. ... L-13
L.40 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 50523.7 Iterasi 5 …...... L-13
L.41 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49427.6 Iterasi 5............ L-13
L.42 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49423.9 Iterasi 5............ L-13
L.43 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49421.5 Iterasi 5 ....... ... L-14
L.44 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 49416.1 Iterasi 5 ....... ... L-14
L.45 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 45208.7 Iterasi 5 ....... ... L-14
L.46 Hasil Perhitungan Nilai ECi Spare Part Mesin 10370.6 Iterasi 5 ....... ... L-14
L.47 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Parameter Kebijakan Can-order ........ ... L-15
L.48 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai s Kebijakan Can-order ............. ... L-16
L.49 Probabilitas Kumulatif Spare Part Mesin 50523.7 ............................ ... L-16
L.50 Probabilitas Kumulatif Spare Part Mesin 49427.6 ............................ ... L-16
L.51 Probabilitas Kumulatif Spare Part Mesin 49423.9................................... L-17
L.52 Probabilitas Kumulatif Spare Part Mesin 49421.5................................... L-17
L.53 Probabilitas Kumulatif Spare Part Mesin 49416.1 ............................ ... L-17
L.54 Probabilitas Kumulatif Spare Part Mesin 45208.7 ............................ ... L-17
L.55 Probabilitas Kumulatif Spare Part Mesin 10370.6 ............................ ... L-17
L.56 Hasil Simulasi Monte Carlo Spare Part Mesin 50523.7..................... ... L-18
L.57 Hasil Simulasi Monte Carlo Spare Part Mesin 49427.6..................... ... L-22
L.58 Perubahan Parameter (S,c,s) Berdasarkan Peningkatan Jumlah Permintaan
Spare Part Mesin ............................................................................ ... L-26
L.59 Perubahan Parameter (S,c,s) Berdasarkan Penurunan Jumlah Permintaan
Spare Part Mesin ............................................................................ ... L-26

xvi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan 2.1 Rumus perhitungan total biaya persediaan EOQ multi-item ... II-11
Persamaan 2.2 Rumus jumlah optimal pemesanan........................................... II-12
Persamaan 2.3 Rumus frekuensi pemesanan untuk unit ke-i ...................... ... II-12
Persamaan 2.4 Rumus total biaya persediaan kebijakan can-order............. ... II-14
Persamaan 2.5 Rumus perhitungan nilai ρ(i) .............................................. ... II-14
Persamaan 2.6 Rumus jumlah pemesanan yang dipicu item i pertahun ....... ... II-14
Persamaan 2.7 Rumus perhitungan nilai Ŝ(c).............................................. ... II-14
Persamaan 2.8 Rumus perhitungan nilai S........................................................ II-14
Persamaan 2.9 Rumus perhitungan total biaya persediaan L>0 .................. ... II-15
Persamaan 2.10 Rumus perhitungan nilai ECi........................................... ... II-15
Persamaan 2.11 Rumus rata-rata persediaan item i L>0................................... II-17
Persamaan 2.12 Rumus perhitungan ECi untuk L>0........................................ II-17
Persamaan 2.13 Rumus perhitungan tingkat ketersediaan persediaan .…........ II-17
Persamaan 2.14 Rumus probabilitas tidak terjadi shortage ........................ ... II-17
Persamaan 2.15 Rumus probabilitas tidak terjadi shortage dengan s terkecil.. II-18
Persamaan 2.16 Rumus perhitungan fraksi demand ........................................ II-18
Persamaan 2.17 Rumus perhitungan fraksi demand dengan s terkecil ............ II-18
Persamaan 3.1 Penentuan jumlah posisi persediaan …………………............. III-9
Persamaan 3.2 Penentuan banyaknya shortage …...…………………............. III-9
Persamaan 3.1 Penentuan total biaya persediaan …….………………........... III-10

xvii
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
Bab pendahuluan ini berisi tentang hal-hal yang mendasari dilakukannya

penelitian serta identifikasi masalah penelitian. Komponen-komponen yang

terdapat dalam bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi, dan

sistematika penulisan.

1.1 LATAR BELAKANG


Pengelolaan persediaan (inventory management) merupakan salah satu

kegiatan yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Persediaan tersebut


menjadi sangat penting untuk dikelola agar tujuan efektifitas dan efisiensi

perusahaan dapat tercapai. Dalam manajemen persediaan, jika pengelolaannya

kurang baik maka akan menimbulkan kondisi yang menyebabkan peningkatan


biaya dalam suatu perusahaan (Bahagia, 2006). Pengelolaan persediaan yang

kurang baik diindikasikan dengan adanya tingkat persediaan yang terlalu banyak

atau terlalu sedikit. Jika persediaan terlalu banyak, perusahaan akan mengalami

kerugian karena harus menanggung biaya kerusakan dan penyimpanan, biaya dari

bunga yang tertanam dalam persediaan, biaya gudang, biaya perawatan,

administrasi, asuransi, dan lain-lain. Jika persediaan terlalu sedikit, perusahaan

akan mengalami kerugian dikarenakan jumlah persediaan yang tidak bisa


memenuhi kapasitas sehingga proses produksi dapat berhenti.

PT. Petrokimia Gresik merupakan salah satu industri yang bergerak di

bidang produksi pupuk, bahan kimia, dan jasa lainnya. Pupuk merupakan produk

utama yang diproduksi oleh PT. Petrokimia Gresik. Jenis pupuk yang diproduksi

oleh PT. Petrokimia Gresik antara lain adalah Zwavelzuur Amonium (ZA), Super

Phospate (SP), Phonska dan Urea.

I-1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Untuk menjaga kelancaran jalannya proses produksi, PT. Petrokimia

Gresik selalu berupaya dalam memperhatikan keandalan mesin produksi. Dalam


mempertahankan keandalan mesin, penentuan kegiatan perawatan yang tepat

merupakan suatu hal yang sangat penting dalam mendukung terciptanya

produktivitas perusahaan. Dalam melakukan kegiatan perawatan diperlukan


adanya spare part mesin yang merupakan komponen pendukung dari mesin

utama. Setiap kali mesin tersebut mengalami kerusakan, maka ketersediaan spare

part mesin menjadi hal yang penting.


PT. Petrokimia Gresik membagi spare part mesin produksi pupuk menjadi

5 kelas item. 5 kelas item spare part mesin tersebut yaitu item kelas re-order level

(RO), item kelas surplus (E), item kelas non stock item (H), item kelas intransit
(I), dan item kelas insurance (Z). Item kelas re-order level (RO) merupakan spare
part mesin yang mempunyai pemakaian rutin dan harus tersedia di gudang untuk

menjamin kelancaran proses produksi. Item kelas surplus (E) merupakan spare

part mesin yang tidak dapat digunakan lagi dan disimpan di gudang. Item kelas

non stock item (H) merupakan jenis spare part mesin yang tidak disimpan di

gudang. Item kelas intransit (I) merupakan jenis spare part mesin yang akan
dipesan sesuai permintaan user. Item kelas insurance (Z) merupakan spare part
mesin yang mempunyai peranan penting dan harus tersedia di gudang walaupun

belum tentu pengambilannya karena jika tidak tersedia akan membuat mesin

produksi di pabrik tidak bisa beroperasi.

Jenis item spare part mesin Unit Produksi 1 PT. Petrokimia Gresik yang

terdapat pada gudang adalah sejumlah 9199 jenis, dengan pembagian 70 jenis item

kelas RO (re-order level), 1334 jenis item kelas E (surplus), 1262 jenis item kelas

H (non stock item), 6122 jenis item kelas I (intransit), dan 411 jenis item kelas Z
(insurance). Dari kelima kelas item tersebut, kelas RO (re-order level) akan

menjadi objek penelitian karena menjadi fokus utama perusahaan pada saat ini.

I-2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Spare part mesin kelas RO memiliki frekuensi permintaan yang cukup tinggi dan

harus selalu tersedia di gudang untuk menjamin jalannya operasional mesin


selama berproduksi sehingga perlu perhatian khusus dalam hal pengendalian

persediaannya. Dari hasil penelitian awal di perusahaan, penggunaan item spare

part mesin kelas RO memiliki tingkat permintaan yang lebih tinggi dari item kelas
yang lain. Permasalahan yang terjadi di PT. Petrokimia Gresik berkaitan dengan

pengendalian spare part mesin yaitu pemesanan spare part mesin yang dilakukan

secara terpisah. Pemesanan akan dilakukan apabila persediaan spare part mesin
untuk masing-masing item sudah mencapai atau melewati batas reorder level,

sehingga frekuensi pemesanan spare part mesin menjadi cukup tinggi. Hal

tersebut menyebabkan biaya pemesanan dan biaya pengendalian persediaan yang


cukup besar karena biaya pesan yang relatif tinggi.
Dengan adanya permasalahan yang dialami oleh perusahaan, perlu adanya

pengendalian persediaan yang baik dan bertujuan untuk menghemat biaya serta

menyederhanakan pengendalian persediaan tersebut. Salah satu sistem

pengendalian yang dapat digunakan untuk memperkecil frekuensi pemesanan,

mempermudah manajemen persediaan, dan menghemat biaya pesan adalah sistem


koordinasi pemesanan. Sistem koordinasi pemesanan dapat memperkecil
frekuensi pemesanan dan menghemat biaya pemesanan karena pemesanan

dilakukan secara bersama-sama (joint replenishment). Model koordinasi

pemesanan terdiri dari dua, yaitu model deterministik dan model stokastik. Model

deterministik didasarkan pada permintaan yang bersifat relatif tetap, sedangkan

model stokastik didasarkan pada permintaan yang bersifat random. Model

stokastik terbagi menjadi 2 metode, yaitu metode periodic review dan continuous

review. Salah satu model continuous review yang dapat digunakan dalam sistem
koordinasi pemesanan adalah model kebijakan can-order. Kebijakan can-order

merupakan salah satu kebijakan dalam pengendalian pemesanan yang

I-3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

mengakomodasi keterkaitan antar item (Balintfy, 1964). Secara spesifik kebijakan

can-order bertujuan untuk menghasilkan penghematan biaya tetap dengan


mengurangi frekuensi pemesanan yang cukup tinggi. Pengendalian yang

dilakukan dalam sistem ini didasarkan pada suatu joint parameters yang dikenal

dengan sistem (S,c,s). s merupakan titik must order, yaitu titik dimana harus
dilakukan pemesanan kembali terhadap item. c merupakan titik can-order, yaitu

titik dimana item dapat diikutsertakan dalam pemesanan yang dilakukan.

Sedangkan S merupakan titik order up to level, yaitu titik maksimum persediaan


pada setiap periode peninjauan persediaan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah bagaimana menentukan tingkat persediaan spare part mesin di Unit

Produksi 1 PT. Petrokimia Gresik dengan menggunakan kebijakan can-order.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menghasilkan parameter tingkat persediaan (S,c,s) yang optimal dengan

menggunakan kebijakan can-order.

2. Melakukan perbandingan antara sistem persediaan kebijakan can-order

dengan model single item yang digunakan PT. Petrokimia Gresik.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Meminimalkan total biaya persediaan spare part mesin Unit Produksi 1 PT.
Petrokimia Gresik.
2. Menjamin ketersediaan spare part mesin Unit Produksi 1 PT. Petrokimia

Gresik.

I-4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1.5 BATASAN MASALAH


Batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian hanya dilakukan terhadap spare part mesin yang tergolong kelas

RO dan dipesan dari supplier PT. Petrokopindo Cipta Selaras.

2. Data yang digunakan adalah data selama 4 tahun, yaitu Januari 2008 sampai
Desember 2011.

1.6 ASUMSI
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lead time pengiriman spare part mesin bersifat tetap.

2. Harga spare part mesin yang digunakan dalam penelitian merupakan harga
pada tahun 2011.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN


Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan Penelitian
Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang mengenai permasalahan yang akan

dibahas, perumusan masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin

dicapai, manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian, batasan masalah

dan asumsi yang digunakan, serta sistematika penulisan yang

menjabarkan kerangka penulisan dari penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Berisikan landasan teori yang merupakan penjelasan secara terperinci

mengenai teori-teori yang digunakan, sebagai landasan pemecahan

masalah, serta memberikan penjelasan secara garis besar metode yang

digunakan oleh Penulis sebagai kerangka pemecahan masalah. Tinjauan

pustaka ini diambil dari berbagai sumber.

I-5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Bab ini merupakan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses
pelaksanaan penelitian yang digambarkan dalam bentuk flowchart dan

tiap tahapnya diberi penjelasan.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


Bab ini menguraikan data-data yang diperlukan untuk penyelesaian masalah

dan cara pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL


Bab ini berisi analisis dan interpretasi hasil pengolahan data sesuai

permasalahan yang dirumuskan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi penarikan kesimpulan dari pengolahan data dan analisis
yang telah dilakukan dan pengusulan saran kepada perusahaan serta

untuk kemajuan penelitian selanjutnya.

I-6

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan profil perusahaan dan dasar teori yang akan

digunakan sebagai acuan dalam penelitian tugas akhir ini. Tinjuan pustaka yang

dilakukan pada penelitian tugas akhir ini meliputi manajemen persediaan spare

part mesin dan metode pengendalian persediaan spare part mesin menggunakan
model single item dan koordinasi pemesanan.

2.1 PROFIL PT. PETROKIMIA GRESIK


2.1.1 Sejarah Singkat PT. Petrokimia Gresik
PT. Petrokimia Gresik didirikan tanggal 10 Juli 1972. Sebelumnya, pada
tahun 1963 disebut proyek Petrokimia Surabaya yang merupakan proyek dalam

Pola Pembangunan Proyek Semesta Berencana Tahap I (1956-1960), melalui TAP

MPRS No. II/MPRS/1960 dan Surat Keputusan Presiden RI No. 260 Tahun 1960.

Percobaan pertama penggunaan pabrik dilakukan pada Maret 1970 dan peresmian

penggunaan dilakukan pada 10 Juli 1972 yang kemudian diabadikan sebagai hari
jadi PT. Petrokimia Gresik.

Nama Petrokimia diambil dari bahan baku dasar produk perusahaan yakni

minyak bumi (Petrochemical). Produk utama dari PT. Petrokimia Gresik adalah

urea, ZA, SP-36, PHONSKA. Logo PT. Petrokimia Gresik adalah kerbau karena

kerbau adalah sahabat petani yang paling jujur. Oleh karena itu PT. Petrokimia

Gresik mempunyai motto “Sahabat Petani”. Warna kerbau adalah emas (warna
kejayaan) yang melambangkan penghormatan terhadap area yang ditempati pabrik

(area Kebomas). Sedangkan warna hijau (warna kesuburan) berarti bahwa PT.

Petrokimia Gresik mengharapkan bahwa pelanggan pabrik adalah petani yang

selalu mengalami kesuburan dan kejayaan.

II-1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1.2 Visi dan Misi PT. Petrokimia Gresik


1. Visi PT. Petrokimia Gresik
Menjadi produsen pupuk dan produk kimia lainnya yang berdaya saing

tinggi dan produknya paling diminati konsumen.

2. Misi PT. Petrokimia Gresik

a. Mendukung penyediaan pupuk nasional untuk tercapainya program


swasembada pangan.
b. Meningkatkan hasil usaha untuk menunjang kelancaran kegiatan
operasional dan pengembangan usaha perusahaan.

c. Mengembangkan potensi usaha untuk mendukung industri kimia

nasional dan berperan aktif dalam community development.

2.1.3 Struktur Organisasi PT. Petrokimia Gresik


Struktur organisasi bertujuan untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas dari

tiap karyawan, unit kerja melalui program kerja dan kegiatan operasional yang

terperinci, serta jelas agar dapat sukses dalam mencapai tujuan organisasi. Berikut

ini merupakan struktur organisasi di PT. Petrokimia Gresik :

STRUKTUR ORGANISASI
PT. PETROKIMIA GRESIK

DIREKTUR UTAMA

DIR SDM
DIRPROD DIRTEK&BANG DIRSAR DIRKEU
& UMUM

KAKOMP. KAKOMP. KAKOMP. STAF KAKOMP.


PROD I ENGRING SAR UTAMA SDM

KAKOMP
KAKOMP. KAKOMP. KAKOMP.
RENDAL SESPER
PROD Ii BANG PW I
USAHA

KAKOMP. KAKOMP. KAKOMP. KAKOMP.


SPI
PROD III DAAN PW II ADM KEU

Gambar 2.1 Struktur organisasi PT. Petrokimia Gresik


Sumber: Data Perusahaan, 2012

II-2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1.4 Produk dan Jasa PT. Petrokimia Gresik


Produk pupuk yang dihasilkan oleh PT. Petrokimia Gresik antara lain
Phonska, Superphos, Urea, ZA, Petroganik, TSP, SP-36, DAP, NPK Kebomas,

ZK, KCI, Rock Phosphate, Ammonium Phosphate, Petrobio, Petro Kalimas.

Untuk produk non pupuk yang diproduksi PT. Petrokimia Gresik adalah

Amoniak, Asam Fosfat, Asam Sulfat, Alumunium Flourida, Gypsum, Cement


Retarder, CO2 Cair, Dry Ice, Asam Klorida, Kapur Pertanian, Gypsum, Petroseed.
Sedangkan jasa yang dihasilkan oleh PT. Petrokimia Gresik adalah rancang
bangun dan perekayasaan, fabrikasi dan konstruksi, machining spare part and

equipment, pengoprasian pabrik, pemeliharaan pabrik, analisa uji kimia, analisa

uji mekanik dan elektronik, komputerisasi, pendidikan dan latihan, pemeriksaan


teknik dan korosi.

2.1.5 Ruang Lingkup Kegiatan PT. Petrokimia Gresik


PT. Petrokimia Gresik bergerak dalam bidang industri pupuk dan bahan

kimia. Dalam menjalankan proses produksinya, perusahaan membagi unit

produksinya menjadi 3 yakni Unit Produksi I, Unit Produksi II dan Unit Produksi

III.
1. Unit Produksi I, memproduksi Ammonia, CO2 cair, O2, N2 cair, ZA I, ZA

III, Urea.

2. Unit Produksi II, memproduksi SP-36, PHONSKA, NPK Kebomas, TSP,

DAP, ZK, HCl.

3. Unit Produksi III, memproduksi H2SO4, H3PO4, CR, AlF3, ZA II.

2.1.6 Departemen Perencanaan dan Gudang Material (PGM) PT. Petrokimia

Gresik
1. Fungsi Pokok Departemen PGM

Bertanggung jawab atas terselenggaranya fungsi perencanaan dan

pengendalian pengadaan serta pengelolaan gudang material untuk

II-3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

memastikan kesesuaian spesifikasi yang telah ditetapkan dan tersedianya

bahan, barang, dan kebutuhan operasional lainnya dengan tingkat persediaan


yang minimal.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Departemen PGM

Departemen PGM bertanggung jawab atas:

a. Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh atasan langsung di bidang


perencanaan dan pengendalian pengadaan serta penyimpanan bahan,
barang, dan kebutuhan operasional lainnya untuk memastikan kesesuaian
spesifikasi dan tercapainya optimasi persediaan.

b. Penyusunan dan implementasi program kerja dan anggaran untuk

kegiatan operasional di bidang perencanaan dan pengendalian pengadaan


serta pengelolaan gudang material untuk mencapai target yang telah

ditetapkan dalam sasaran performance Departemen PGM.


c. Implementasi prosedur dan ketentuan/peraturan perusahaan di bidang

perencanaan dan pengendalian pengadaan/persediaan barang, antara lain

meliputi :

· penentuan jumlah kebutuhan/permintaan

· pengecekan spesifikasi

· pemantauan persediaan
· penentuan delivery time
d. Pengelolaan sarana gudang material yang meliputi kegiatan penerimaan,

penyimpanan, pemeliharaan, serta pengeluaran barang/material sesuai

dengan ketentuan yang berlaku dan melaksanakan evaluasi terhadap

hambatan-hambatan yang timbul.

e. Pengelolaan administrasi penyimpanan barang/material agar terdapat

kesesuaian antara jumlah persediaan pada catatan akuntansi dengan


jumlah fisik barang/material yang tersimpan di gudang.

II-4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3. Proses Bisnis Departemen PGM

Departemen PGM yang bertanggung jawab atas terselenggaranya fungsi


perencanaan dan pengendalian pengadaan serta pengelolaan gudang material

memiliki proses bisnis yang tergambar pada gambar berikut ini.

Identifikasi Pembuatan PR Permintaan Penawaran Harga Evaluasi

&Pembuatan P/N berdasar MMR Penawaran Harga (Quot.) Penawaran

Penyimpanan Penerimaan Pengiriman Purchase Klarifikasi


barang&distribu Barang(Receiv.& Barang (Deliv.) Order(PO) /Negosiasi

Keterangan : Lingkup Departemen PGM


Lingkup Departemen Pengadaan

Gambar 2.2 Proses Bisnis Departemen PGM PT. Petrokimia Gresik


Sumber: Data Perusahaan, 2012
2.2 MANAJEMEN PERSEDIAAN

2.6.1 Definisi Persediaan


Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan dan akan digunakan

untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,
untuk dijual kembali, serta untuk suku cadang dan suatu peralatan atau mesin

(Herjanto, 1999). Sedangkan menurut Pujawan (2005), jumlah uang yang

tertanam dalam bentuk persediaan biasanya sangat besar sehingga persediaan

merupakan aset terpenting dalam supply chain. Banyak perusahaan yang memiliki

nilai persediaan melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset yang dimiliki. Dari

beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan merupakan


sumber daya atau bahan material yang menganggur, baik berupa material, bahan
setengah jadi, dan produk jadi, yang disimpan di tempat tertentu dan dalam jangka

waktu tertentu untuk diproses lebih lanjut. Sementara inventory control atau

pengendalian persediaan adalah semua aktivitas yang digunakan untuk

mengendalikan jumlah item yang distok.

II-5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.6.2 Biaya Persediaan


Komponen biaya utama dalam pengelolaan persediaan adalah ordering cost,
carrying cost, dan shortage cost.

1. Biaya pembelian (purchasing cost)

Biaya pembelian merupakan harga pembelian per unit item bila item tersebut

diperoleh dari sumber eksternal atau biaya produksi per unit bila item
tersebut diproduksi secara internal.
2. Biaya pengadaan
Biaya pengadaan dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Biaya pemesanan (ordering cost) yaitu semua pengeluaran yang timbul

untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya yang terkandung di


dalamnya seperti biaya telepon, biaya internet, biaya print, biaya

ekspedisi, biaya pengiriman ke gudang, dll.


b. Biaya pembuatan (setup cost) yaitu semua pengeluaran yang timbul

dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya yang terkandung di

dalamnya antara lain seperti biaya penyiapan tenaga kerja langsung,

biaya schedulling, dll.


3. Biaya penyimpanan (holding cost)

Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk


menyimpan suatu barang. Biaya yang tercakup di dalamnya antara lain

meliputi biaya fasilitas penyimpanan, biaya modal, biaya keusangan, biaya

kerusakan dan penyusutan barang, biaya kadaluarsa, biaya asuransi dan

biaya administrasi dan pemindahan.

4. Biaya kekurangan persediaan (shortage cost)

Biaya kekurangan persediaan yaitu biaya atas kerugian karena terganggunya

proses produksi dan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan


akibat tidak adanya persediaan. Biaya ini dapat diukur dari:

II-6

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi, diukur dari keuntungan yang hilang

karena tidak dapat memenuhi permintaan atau kerugian akibat


terhentinya proses produksi.

b. Waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk

memenuhi gudang dengan satuan waktu.

c. Biaya pengadaan darurat, yaitu biaya yang ditimbulkan akibat


dilakukannya pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang
lebih besar dari pengadaan normal.
2.6.3 Manajemen Persediaan Spare Part Mesin

Spare part mesin adalah bagian dari suatu sistem yang memiliki fungsi dan

karakteristik tertentu yang mempengaruhi suatu performansi dari sistem yang


ditempati. Spare part mesin merupakan komponen pendukung dari suatu mesin.

Menurut bisa tidaknya diperbaiki, spare part mesin dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Non repairable item

Adalah suatu item yang tidak dapat diperbaiki setelah mengalami satu kali

kerusakan.

2. Partially repairable item


Dalam suatu item terdapat part yang diperbaiki atau harus diganti apabila

terjadi kerusakan untuk mengembalikan ke performansi semula.


3. Fully repairable item

Ketika suatu item mengalami kerusakan maka item tersebut dapat diperbaiki

sampai kriteria tertentu.

Pengendalian persediaan spare part mesin merupakan tugas manajemen

logistik dalam suatu perusahaan untuk memberi dukungan dalam hal pengadaan

barang bagi seluruh keperluan pemeliharaan peralatan yang digunakan dalam

proses produksi. Pengendalian spare part mesin sangat penting dalam hal-hal
seperti penentuan keputusan suatu barang diperlukan, termasuk perlu atau

II-7

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tidaknya melakukan penyimpanan, kepada siapa pembelian dilakukan, kapan

dilakukan pemesanan, apa dan berapa yang dipesan, tingkat dan jaminan mutu
spare part mesin yang diperlukan, anggaran spare part mesin, dan sebagainya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan spare part mesin adalah

penyimpanan stok tidak melebihi batas maksimum maupun minimum dari

kebutuhan. Jumlah maksimum dan minimum penyimpanan spare part mesin


harus ditentukan secermat mungkin. Batas tersebut dapat ditentukan berdasarkan
pengalaman dan kebutuhan nyata. Model pengendalian persediaan dapat dilihat
pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pengendalian persediaan spare part mesin

Faktor-faktor penting yang mendasari pengontrolan spare part mesin, yaitu:


a. Stok maksimum persediaan.

Menunjukkan batas tertinggi penyimpanan spare part mesin dengan jumlah

yang menguntungkan secara ekonomi.

b. Stok minimum persediaan.

Menunjukkan batas terendah penyimpanan spare part mesin dengan batas

yang aman untuk mengatasi kebutuhan spare part mesin di atas batas normal.
c. Standart pemesanan.

Menunjukkan jumlah barang atau spare part mesin yang dibeli pada setiap

pemesanan.

II-8

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Batas pemesanan kembali.

Menunjukkan jumlah barang yang dapat dipakai selama waktu pengadaannya


kembali.

2.3 MANAJEMEN PERSEDIAAN SPARE PART MESIN DI PT.

PETROKIMIA GRESIK
Persediaan spare part mesin yang ada di PT. Petrokimia Gresik dibagi

menjadi 5 item kelas, yakni :

1. RO (Rutin)
Spare part mesin yang mempunyai pemakaian rutin dan harus tersedia di

gudang untuk menjamin kelancaran proses produksi. Spare part mesin jenis
ini merupakan beberapa item usulan dari user.

2. Z (Insurance)

Spare part mesin yang mempunyai peranan penting/vital terhadap

operasional pabrik. Spare part mesin tersebut apabila tidak ada dapat

mematikan pabrik cukup lama dan pengadaannya pun cukup lama dan susah
karena harus import/pembuatan terlebih dahulu.

3. I (In Transit)

Spare part mesin yang dibeli atas dasar permintaan user yang untuk

sementara berada di gudang, menunggu pengambilan (pemakaian) oleh user

sesuai dengan program kerjanya. User melakukan pemesanan terlebih

dahulu terhadap jenis spare part mesin yang diinginkan.


4. E (Surplus)

Spare part mesin di gudang yang tidak dapat dipakai dan dimanfaatkan lagi

dikarenakan beberapa hal seperti :

a. Unit/Equipment/Plant-nya sudah tidak beroperasi lagi.

b. Fisiknya rusak karena lamanya penyimpanan (expired).

II-9

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. H (Non stocked item)

Spare part mesin yang tidak disimpan di gudang.


Untuk pembelian pengadaan spare part mesin, PT Petrokimia Gresik

mempunyai beberapa alternatif yakni :

1. Menggunakan sarana e-procurement dan e-auction.

2. Pembelian Luar Negeri (FOB, CNF, CIF).


3. Struktur Organisasi didasarkan pada komodciti barang (Commodity base).
4. Pembelian Dalam Negeri (Franco).
Manajemen persediaan spare part mesin yang ada di PT. Petrokimia Gresik

menggunakan metode minimum maksimum level, dimana apabila jumlah

persediaan sudah mencapai batas reorder level (ROL), maka akan dilakukan
pemesanan kembali terhadap spare part mesin tersebut. Pemesanan spare part

mesin tersebut dilakukan secara terpisah, dimana jika terdapat 1 item yang telah
berada pada titik ROL, makan akan dilakukan pemesanan terhadap item spare

part mesin tersebut.

2.4 KOORDINASI PEMESANAN


Kebijakan ini berkaitan dengan sistem persediaan dimana terdapat beberapa
macam item yang berbeda dan hanya terdapat satu supplier. Untuk persediaan

yang demikian maka suatu koordinaasi perlu dilakukan agar lebih efisien dalam
hal biaya. Biaya pemesanan nantinya terdiri dari suatu biaya pemesanan major

dan biaya minor masing-masing item yang diikutsertakan dalam pemesanan.

Dalam berbagai literatur inventory permasalahan ini dikenal dengan The Joint

Replenishment Problem (JRP).

2.4.1 EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) MULTI-ITEM

Dalam dunia nyata, sangat sedikit perusahaan yang memiliki hanya satu

macam item saja dalam persediaannya. Model statis EOQ multi-item merupakan

II-10

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

model EOQ untuk pemesanan secara bersama (joint replenishment) terhadap

beberapa jenis item, dengan asumsi:


1. Tingkat permintaan untuk setiap item bersifat konstan dan diketahui dengan

pasti, lead time juga diketahui dengan pasti.

2. Lead time untuk semua item adalah sama.

3. Holding cost, harga per-unit (unit cost) dan ordering cost untuk setiap item
diketahui. Tidak ada perubahan dalam biaya per-unit (seperti quantity
discount), ordering cost dan holding cost.
Model EOQ multi-item merupakan pengembang lanjutan dari model model

EOQ single-item. Asumsi yang dipergunakan tidak berbeda dengan model EOQ

single-item akan tetapi ada dua buah asumsi tambahan yaitu :


1. Biaya pesan untuk masing-masing jenis persediaan adalah sama.

2. Biaya penyimpanan yang dinyatakan dalam persen (%) dari nilai rata-rata
persediaan adalah sama.

Beberapa notasi dasar yang digunakan dalam perhitungan menggunakan

EOQ Multi-item adalah sebagai berikut :


Di : Permintaan barang ke-i
Ci : Harga barang ke-i per unit
Qi : Jumlah barang ke-i (optimal)
H : Biaya penyimpanan dalam % dari nilai rata-rata persediaan
S : Biaya setiap kali pemesanan

Dengan rumus perhitungan total biaya persediaan :


%) ). )
\O. =  ∑) + ∑) ……………………………………………...(2-1)
)

dimana :
%) %)
Biaya pemesanan : ∑)  =  ∑)
) )

). ) ). )
Biaya penyimpanan : ∑) = ∑)

II-11

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dari formulasi TIC (total biaya persediaan) dapat diturunkan untuk memperoleh

jumlah optimal yang dipesan yaitu :


.%).
e(jted) = …………………………………………………………...(2-2)
).

Ni atau frekuensi pesanan untuk unit ke i adalah :


%) %)
e= =
) . .
.

%). .)
e= ………………………………………………………………….(2-3)

2.4.2 KEBIJAKAN CAN-ORDER


Kebijakan can-order merupakan salah satu kebijakan yang terdapat dalam

sistem koordinasi pemesanan (joint replenishment problem). Kebijakan can-order

adalah kebijakan untuk bisa melakukan pemesanan apabila suatu item i sudah
berada atau dibawah tingkat c (tingkat untuk bisa melakukan pemesanan).

Kebijakan can-order pertama kali diperkenalkan oleh Balintfy (1964), kebijakan


tersebut bisa ditinjau dengan peninjauan persediaan kontinu atau dengan

peninjauan persediaan periodik. Kebijakan can-order yang akan ditinjau disini

adalah kebijakan can-order dengan peninjauan persediaan periodik dimana proses

melakukan order ketika item i sudah mencapai atau dibawah titik s, dan item lain
yang berada pada tingkat can-order (c) juga diikutsertakan dalam pemesanan

dilakukan setiap periode peninjauan setiap periode peninjauan persediaan hingga


persediaan mencapai titik S. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Kebijakan can-order.

Silver (1974) memperkenalkan model kebijakan can-order dengan

mengasumsikan permintaan dengan distribusi poisson serta lead time pemesanan

II-12

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

konstan. Distribusi poisson dipakai karena merupakan sebuah pendekatan pada

keadaan nyata, dimana cocok untuk digunakan untuk kasus small customers (Tsai,
2009). Notasi dasar yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:
Tabel 2.1 Notasi dasar model kebijakan can-order
Notasi Keterangan
Ak Biaya major (fixed cost) untuk setiap pemesanan pada supplier k (rupiah)
ai Biaya minor (line cost) per komponen yang diikutkan dalam pemesanan
(rupiah)
L Lead time pengiriman komponen (tahun)
r Fraksi biaya penyimpanan
ECi Expected relevant cost per unit waktu untuk item i (rupiah/tahun)
Si Titik kuantitas maksimal (order up to level) item i
ci Titik pengikutsertaan pemesanan (can order) item i
si Titik kuantitas minimum (must order) item i
vi Harga per unit item i (rupiah)
λi Rata-rata permintaan (demand) item i (unit/tahun)
NTi Jumlah pemesanan yang dipicu oleh item i
Pi Probabilitas tidak ada shortage per siklus pemesanan untuk item i
Ppo (xo|λL) Probabilitas variabel poisson dengan parameter λL (sama dengan nilai xo)
Ppo ≤ (xo|λL) Probabilitas variabel poisson dengan parameter λL (dengan nilai kurang
dari sama dengan nilai xo)

Dalam problem koordinasi pemesanan, akan dibahas terlebih dahulu

mengenai single item yang solusinya akan menjadi kunci dari algoritma untuk

menentukan parameter kebijakan can-order dalam permasalahan lead time=0.

Dengan mempertimbangkan single item, i, di dalam kelompok item akan

dikoordinasikan dengan item lain tanpa mempertimbangkan lead time pengiriman


(lead time=0). Dengan asumsi tersebut, maka si = 0 karena tidak ada titik

pemesanan sampai level persediaanya mencapai posisi 0.

II-13

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Item i pada waktu ke waktu berikutnya akan mendapatkan kesempatan joint

replenishment sehingga dapat mengurangi biaya pemesanan (dipicu dari


pemesanan item lain). Item tersebut akan memicu pemesanan ketika

persediaannya mencapai level 0. Dengan demikian, akan diketahui nilai S(i) dan

c(i) yang akan meminimalkan expected relevant cost per unit waktu dari item

tersebut melalui persamaan:



1−
−  + + 1 Ǵ − 1− Ǵ
 −1 
.e = { −  + 1− } { + + + ō}
2 1−
....(2-4)
dimana :

) = …………………………………………………………….(2-5)

Jumlah pemesanan yang dipicu oleh item i per tahun dihitung melalui
persamaan sebagai berikut:

\e= /[ −  + ] …………………………………………..(2-6)

Friend (1961) memberikan urutan langkah untuk menghitung nilai S(i) dan

c(i) untuk meminimalkan nilai ECi pada persamaan (2-4) dengan prosedur sebagai

berikut:

Langkah 1 :

Ŝ() =  − + () / …………………………………………...(2-7)

dimana :

= ( + − ) (1 − ) )(1 + ) )/ 1 − ) ²…………. (2-8)

Hasil persamaan diatas dapat bernilai negatif, sehingga nilai Ŝ(c)

akan sama dengan nilai c. Hal ini memperlihatkan bahwa titik can-order

sama dengan titik order up to level yang berarti item tersebut akan selalu

diikutsertakan dalam pemesanan yang dipicu oleh item lain.

Langkah 2 :

II-14

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Melakukan subtitusi persamaan (2-7) ke persamaan (2-4), sehingga

menghasilkan nilai:

.e  = )Ǵ [Ŝ  + ] ……………………………………………….(2-9)

Jika berlaku nilai Ŝ(c)=c, maka dilakukan subtitusi persamaan

ȆĈe = { 1− /(1 − )} { + + ō} …………(2-10)


Langkah 3

Mencari nilai c yang merupakan nilai diantara 0 dan EOQi.


Tabel 2.2 Parameter kontrol untuk L=0 dan L>0
L=0 L>0
Independent control
Order up to level EOQ s + EOQ
Must-order point 0 s

Coordinated control
Order-up-to-level S s +S
Can-order point c s+c
Must-order point 0 s

Untuk lead time = 0 (L=0)

Notasi :
( )
) = menunjukkan nilai c dari edr i di iterasi k

( )
) = menunjukkan nilai S dari edr i di iterasi k

) = menunjukkan nilai dari µ yang digunakan untuk

( ) ( )
mengevaluasi ) dan )

dan ) =

Urutan langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Langkah 1 (Inisialisasi)

S(i) dan c(i) merupakan hasi perhitungan dari S dan c pada item i. Nilai c(i) awal

adalah:

II-15

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

( )
()) = 0 e = 1,2, … , t

Dan inisiasi nilai Si adalah subtitusi pada persamaan (2-8). Sedangkan subtitusi
persamaan tersebut dengan nilai c=1 adalah nilai EOQi (Economic Order

Quantity) pada item i, dengan rumus perhitungan:

()) = ()) = √( ) e = 1, 2, … , t

Lalu lanjutkan k=2

Langkah 2

( )
= \e
)

NT1 dan EC1 dievaluasi dengan menggunakan persamaan (2-6) dan (2-4)
( )
= \e
)
Sehingga untuk item n, maka

( )
= \e
)

NTn dan ECn dievaluasi dengan menggunakan persamaan (2-6) dan (2-4)

Langkah 3
Melakukan evaluasi dengan melihat apakah nilai
( ) ( ) ( )
) sama dengan nilai ) untuk semua i dan apakah nilai ) sama dengan

( ) ( )
nilai ) untuk semua item i. Jika nilai tersebut sama, maka nilai ) dan nilai

( )
) terakhir yang akan digunakan. Akan tetapi jika nilai tersebut tidak sama,

maka akan dibandingkan nilai EC yang terakhir dengan nilai sebelumnya pada

iterasi terakhir. Jika penurunan nilai EC lebih kecil dari x% (dimana nilai x

ditetapkan oleh user), maka perhitungan berakhir. Tetapi jika tidak, maka k=k+1

dan kembali ke langkah 2.

II-16

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Untuk lead time > 0 (L>0)

Pada tabel 2.1, titik must-order untuk item i yang mempunyai lead time>0 adalah
si, sedangkan nilai can-order nya adalah si + ci, dan nilai order-up-to-level nya

adalah si + Si, dimana nilai ci dan Si merupakan output perhitungan algoritma

untuk kasus L=0.

Selanjutnya, dalam penentuan parameter kebijakan can-order adalah menentukan


nilai si dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini:
1. Nilai NT i’s dan Ni’s untuk L>0 akan sama dengan nilai pada saat L=0. Oleh
karena itu, expected replenishment cost per unit akan tetap sama.

2. Item i akan dipesan ketika persediaannya pada titik si lebih besar nilainya pada

kasus L>0 daripada L=0. Akan tetapi, kuantitas λiL akan dihabiskan terlebih
dahulu sebelum pemesanan tiba. Sehingga

Ǵōdō − Ǵōdō 6rǴ rueōōtedr e jtdj 8 > 0 =


Ǵōdō − Ǵōdō 6rǴ rueōōt8 = 0 + ( ) − ) 8) ) Ǵ ………………………(2-11)
3. Dari pernyataan pada langkah 1 dan 2 diatas, didapatkan nilai ECi untuk kasus

L>0 yaitu

.) jtdj 8 > 0 = .) jtdj 8 = 0 + ( ) − ) 8) ) Ǵ ……………(2-12)


Dengan nilai ECi (untuk L=0) pada persamaan (2-9)

Tingkat ketersediaan persediaan (w) ketika item dipesan dimana nilai w adalah
variabel random dengan distribusi geometrik, yaitu:
) )
1− ) ) = + 1, + 2, … , + 
6) ( )= )
…………..(2-13)
) = ,

Dengan nilai ρi dan μi yang merupakan output algoritma L=0

Pengukuran service dapat dilakukan dengan 2 cara :

1. Probabilitas (P1) tidak terjadi shortage per cycle


) ) )
∑ )6 ≤ ( | ) 8)6 ≥ ……………………………….…..(2-14)

Pilih nilai s terkecil

II-17

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(1 − 6 ≤

+ | 8 − 6 + 1| 8 − ∑ 6 | 8 ≥ ( > 0)

………………………………………………………………………..…..(2-15)

2. Fraksi demand (P2) yang dipenuhi secara langsung dari gudang


) ) )
∑ )∑ − 6 ( | ) 8)6 ≤ Ǭe(1 − ) ………(2-16)

Pilih nilai s terkecil maka

[ 8− − 86 ≤ − 1| 8 + 6 ≤
| 8] + 1 − ∑ [ 8− − 86 − 1| 8 +
6 ≤ ( )] ≤ [ −  + (1 − )/(1 − )](1 − ).......................(2-17)

2.5 SIMULASI MONTE CARLO


Simulasi Monte Carlo merupakan bentuk simulasi probabilistik dimana

suatu masalah diberikan berdasarkan proses randomisasi (acak). Proses acak ini
melibatkan suatu distribusi probabilitas dari variabel variabel data yang

dikumpulkan berdasarkan data masa lalu maupun distribusi probabilitas teoritis.

Bilangan acak digunakan untuk menjelaskan kejadian acak setiap waktu dari
variabel acak dan secara berurutan menikuti perubahan-perubahan yang terjadi

dalam proses simulasi (Tarsine, 1994).

Metode simulasi ini memiliki sifat dasar probabilistik yang artinya metode
ini berdasarkan pada penggunaan angka-angka yang bersifat acak dan

kemungkinan untuk mengidentifikasikan sebuah masalah, metode ini sebelumnya

digunakan untuk menyelesaikan permasalahan kuantitatif dengan proses fisik,

seperti pelemparan dadu atau pengocokan kartu menurut sampel. Monte Carlo itu

sendiri merupakan penemuan dari Stanislaw Ulam pada tahun 1947. Penggunaan

metode ini melibatkan beberapa parameter yang nantinya dilakukan sebuah

perhitungan. Tiap-tiap perhitungan yang dilakukan melibatkan sebuah variabel


acak, maka dari itu tingkat ketelitian metode ini tergantung pada banyaknya iterasi

II-18

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang dilakukan, semakin banyak iterasi yang dilakukan maka akan semakin teliti

pula hasil yang didapatkan.


Dasar dari penggunaan simulasi Monte Carlo adalah percobaan elemen

kemungkinan dengan menggunakan sampel random (acak). Metode dalam

simulasi Monte Carlo terbagi dalam 5 tahapan sebagai berikut :

1. Membuat probabilitas distribusi untuk variabel yang akan diuji.


2. Membangun distribusi kumulatif untuk variable yang akan diuji di tahap
pertama.
3. Membuat sampel random dari kumulatif probabilitas distribusi untuk

menentikan nilai spesifik variabel untuk digunakan dalam simulasi.

4. Membuat bilangan random acak untuk dimasukkan ke distribusi


kumulatif dan menentukan nilai spesifik variabel untuk setiap observasi.

5. Membuat simulasi dari rangkaian percobaan.

2.6 PENELITIAN SEBELUMNYA


Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian mengenai sistem
pengendalian persediaan baik menggunakan model single item maupun kebijakan

can-order. Penelitian Tugas Akhir terkait pengendalian persediaan spare part

mesin dilakukan Ranidya (2011) dengan topik pengendalian persediaan suku

cadang dengan pendekatan model continuous review. Metode yang digunakan

bertujuan untuk menentukan jumlah pemesanan yang dapat meminimalkan total

biaya persediaan dan menentukan titik pemesanan ulang yang dapat


meminimalkan total biaya persediaan.

Penelitian terhadap sistem pengendalian pesediaan secara joint

replenishment menggunakan model kebijakan can-order dilakukan pertama kali

oleh Balintfy (1964). Perbandingan biaya dan keputusan yang sederhana

ditunjukkan untuk joint replenishment dengan pemesanan individu. Kebijakan

yang digunakan yaitu “random joint order policy” dengan hasil reorder range

II-19

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

yang optimal. Silver (1974) melakukan pengembangan terhadap penelitian

Balintfy dengan menyusun algoritma untuk menentukan parameter can-order


policy dengan mengasumsikan demand berdistribusi poisson dan lead time

konstan. Penelitian tersebut membandingkan antara individual replenishment

dengan joint replenishment dan hasilnya adalah dengan menggunakan can-order

policy dapat menghasilkan saving biaya sebesar 18,8%.


Penelitian terkait pengembangan model kebijakan can-order juga dilakukan
oleh Tsai, dkk. (2009). Penelitian dilakukan pada sekelompok item yang
sebelumnya telah diklusterkan ke dalam kelompok-kelompok tertentu. Kelompok

item yang diklusterkan harus memiliki hubungan keterkaitan antar itemnya

sehingga proses koordinasi dapat dilakukan pada setiap kluster. Model yang
dipakai oleh Tsai, dkk. tersebut mengacu pada model yang dibuat oleh Silver

(1974).
Dari beberapa penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa pengendalian

spare part dapat dilihat dari berbagai faktor, baik dengan menggunakan

pendekatan continuous review (s,Q) maupun dengan menggunkan koordinasi

pemesanan seperti kebijakan can-order (S,c,s).


Pada penelitian ini dilakukan perancangan kebijakan can-order dengan

penentuan parameter menggunakan model kebijakan can-order yang merujuk


pada jurnal internasional oleh Silver (1974). Selanjutnya dilakukan perbandingan

biaya total persediaan menggunakan kebijakan can-order dengan sistem eksisting

yang ada di perusahaan.

II-20

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN


Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai tahapan-tahapan yang

dilakukan dalam penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan tampak pada


gambar 3.1.

III-1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tahap
Pengolahan Data
Pengujian distribusi data permintaan
spare part mesin terpilih

Penentuan parameter (S,c,s) dan total biaya persediaan


berdasarkan kebijakan can-order : Penentuan total biaya persediaan berdasarkan
1. Penentuan nilai Si kebijakan perusahaan (menggunakan simulasi
2. Penentuan nilai NTi monte carlo) :
3. Penentuan nilai µi 1. Penentuan tingkat persediaan berdasarkan
4. Penentuan nilai ρi kebijakan perusahaan.
5. Iterasi hasil perhitungan 2. Simulasi monte carlo.
6. Penentuan nilai S, c, dan s. 3. Perhitungan biaya total persediaan.
7. Perhitungan nilai Eci (total cost)

Perbandingan hasil kebijakan can-order


dengan simulasi monte carlo

Tahap Analisis dan


Analisis Hasil Pembahasan

Kesimpulan dan Saran Tahap Penarikan


Kesimpulan dan Saran

SELESAI

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

3.2 PENJELASAN DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN


Metodologi penelitian tersebut diuraikan dalam beberapa tahap. Uraian tiap

tahapnya akan dijelaskan sebagai berikut.

3.2.1 Tahap Identifikasi Masalah


Tahap identifikasi masalah merupakan langkah awal dalam melakukan

penelitian. Adapun kegiatan yang tercakup dalam tahapan ini akan diuraikan
sebagai berikut.

III-2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

1. Studi Lapangan

Studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran nyata yang terjadi


di lapangan. Studi lapangan dilakukan di PT Petrokimia Gresik selama 1 bulan,

yaitu dari tanggal 1 Februari sampai 29 Februari 2012 di Departemen Perencanaan

dan Gudang Material (PGM). Tahap ini menekankan pada pengenalan dan

pemahaman kondisi perusahaan yang diperoleh dengan metode observasi


langsung.
Observasi yang dilakukan adalah melakukan pengamatan langsung terhadap
manajemen persediaan spare part mesin Unit Produksi 1 PT. Petrokimia Gresik

yang ada di gudang. Selain itu, dilakukan wawancara dengan tenaga kerja

Departemen Perencanaan dan Gudang Material (PGM) untuk mendapatkan


informasi tentang permasalahan yang sering timbul dalam manajemen persediaan

spare part mesin Unit Produksi 1 PT. Petrokimia Gresik.


2. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan tahap pemahaman teori-teori yang mendasari

penelitian, diantaranya teori mengenai production planning and inventory control

serta supply chain management dalam bentuk buku maupun jurnal. Tahap ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat secara teoritis dan

digunakan untuk menunjang penyelesaian masalah yang diangkat dalam


penelitian ini.

3. Identifikasi Masalah

Tahap identifikasi masalah bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang

terjadi di lapangan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi kondisi dan

permasalahan yang ada di lapangan, yaitu tahap penemuan situasi atau kondisi

pada sistem manajemen persediaan spare part mesin yang kurang optimal.

Manajemen persediaan yang kurang optimal tersebut menyebabkan besarnya

III-3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

biaya persediaan yang meliputi biaya pemesanan, biaya pembelian, biaya simpan,

serta biaya kekurangan persediaan (shortage).


4. Perumusan masalah

Perumusan masalah dilakukan untuk merangkum permasalahan yang terjadi

dan bagaimana memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah dilakukan

dengan menetapkan sasaran-sasaran yang akan dibahas kemudian dicari solusi


pemecahan masalahnya. Perumusan masalah juga dilakukan agar dapat fokus
dalam membahas permasalahan yang dihadapi. Pada penelitian ini dirumuskan
masalah mengenai bagaimana menentukan tingkat persediaan dan total biaya

persediaan spare part mesin di Unit Produksi 1 PT. Petrokimia Gresik dengan

menggunakan kebijakan can-order.


5. Penetapan Tujuan

Penetapan tujuan dilakukan untuk menegaskan apa saja yang ingin dicapai
dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan. Pada tahap ini ditetapkan tujuan penelitian yang ingin dicapai

yaitu menghasilkan parameter tingkat persediaan (S,c,s) yang optimal dengan

kebijakan can-order serta melakukan perbandingan antara kebijakan can-order


dengan model single item yang digunakan oleh PT. Petrokimia Gresik.

3.2.2 Tahap Pengumpulan Data


3.2.2.1 Pemilihan Item Spare Part Mesin

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemilihan item


spare part yang selanjutnya akan digunakan dalam pengolahan data.

Pemilihan spare part didasarkan pada jenis item dan supplier. Item kelas

yang dipilih adalah kelas RO karena mempunyai consumption rate yang

tinggi dan harus tersedia di gudang untuk menjamin kelancaran proses

produksi. Selanjutnya dipilih item yang dipesan pada supplier yang sama

III-4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

karena akan dilakukan koordinasi pemesanan (joint replenishment) yang

mengakomodasi keterkaitan antar item yang dipesan dalam 1 supplier.


3.2.2.2 Pengumpulan Data Item Spare Part Mesin Terpilih

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data yang diperlukan

untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Adapun data yang

dikumpulkan antara lain:


1. Jumlah dan jenis spare part mesin yang digunakan di Unit Produksi 1
PT. Petrokimia Gresik.
2. Data permintaan (demand) spare part mesin unit produksi 1 PT.

Petrokimia Gresik selama 4 tahun, mulai tahun 2008 sampai tahun 2011,

yang tergolong item kelas RO.


3. Data lead time dan supplier pengiriman.

4. Komponen biaya dalam manajemen persediaan.

3.2.3 Tahap Pengolahan Data


3.2.3.1 Pengujian Distribusi Data Permintaan Spare Part Mesin

Terpilih
Pengujian distribusi dilakukan untuk mengetahui apakah data

permintaan item spare part mesin terpilih memiliki distribusi poisson. Input

pengujian distribusi adalah data permintaan spare part mesin terpilih selama

4 tahun yaitu tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan uji Goodness of Fit. Prosedur dalam pengujian


distribusi data permintaan adalah sebagai berikut :

1. Menentukan hipotesis yang akan diuji.

a. H0 : data tidak berdistribusi poisson

b. H1 : data berdistribusi poisson

2. Menetapkan taraf signifikansi (α) = 0.05.

3. Mencari nilai X2 tabel dengan derajat kebebasan (df = k-1).

III-5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Melakukan uji Goodness of Fit menggunakan metode Chi-Square

sebagai berikut:

( − )2
22 =
=1

Dimana :
k : Jumlah kelas interval
oi : Frekuensi pengamatan
Σoi : Jumlah data pengamatan
Pi : Probabilitas poisson
ei : Frekuensi teoritis (frekuensi yang diharapkan)

5. Menarik kesimpulan dengan kriteria:


a. Berdasarkan perbandingan X2 tabel dan X2 hitung.

· Jika X2 hitung ≤ X2 tabel, maka terima H0.

· Jika X2 hitung ˃ X2 tabel, maka tolak H0.


b. Berdasarkan hasil P-value atau Asymtotic Significant.

· Jika P-value ≥ 0.05 maka terima H0.

· Jika P-value ˂ 0.05 maka tolak H0.


Pada penelitian ini, pengujian distribusi data permintaan spare part
mesin dilakukan dengan menggunakan software SPSS.

3.2.3.2 Penentuan Parameter (S,c,s) dan Total Biaya Persediaan

Berdasarkan Kebijakan Can-order

Dalam menentukan total biaya persediaan spare part mesin

berdasarkan kebijakan usulan, langkah yang dilakukan adalah dengan

menggunakan kebijakan can-order. Algoritma penentuan parameter (S,c,s)

dalam kebijakan can-order dapat dilihat pada gambar 3.2.

III-6

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Gambar 3.2 Algoritma penentuan parameter kebijakan can-order.


Sumber: Silver, 1974

III-7

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Setelah didapatkan parameter menggunakan kebijakan can-order,


selanjutnya dilakukan perhitungan biaya total persediaan (ECi). Perhitungan
total biaya persediaan menggunakan kebijakan can-order dilakukan dengan

menggunakan rumus pada persamaan (2-11).

3.2.3.3 Penentuan Total Biaya Persediaan Berdasarkan Kebijakan

Perusahaan
Dalam menentukan total biaya persediaan spare part mesin
berdasarkan kebijakan perusahaan, langkah yang dilakukan adalah dengan
melakukan simulasi Monte Carlo. Simulasi Monte Carlo merupakan

simulasi dengan model probabilistik, dimana data dihasilkan dari bilangan

random yang kemudian disusun suatu distribusi probabilitas. Dengan


simulasi Monte Carlo, dapat ditentukan persediaan rata-rata spare part

mesin selama satu tahun, jumlah order, banyaknya shortage, serta biaya-
biaya persediaan. Alasan mengapa tidak digunakan model analitik adalah

karena ada beberapa parameter yang tidak didapatkan dari data perusahaan.

Langkah-langkah dalam simulasi Monte Carlo yang dilakukan

adalah :
1. Menentukan parameter yang diamati dalam sistem, untuk hal ini adalah

permintaan spare part mesin.


2. Membuat distribusi frekuensi permintaan.

3. Membuat distribusi probabilitas kumulatif.

4. Mengkaitkan nilai parameter dengan bilangan random.

5. Melakukan simulasi.

Beberapa data yang dibutuhkan pada proses simulasi adalah data

banyaknya lot pemesanan perusahaan (Q) setiap spare part mesin, data titik

pemesanan kembali perusahaan (ROP) setiap spare part mesin, data lead

III-8

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

time, serta data komponen biaya berupa holding cost, ordering cost, dan

shortage cost. Ada beberapa tahap dalam melakukan simulasi, yaitu:


c. Penentuan jumlah permintaan spare part mesin.

Jumlah permintaan spare part mesin ditentukan berdasarkan hasil dari

pengkaitan nilai parameter dengan bilangan random.

d. Penentuan jumlah lot pemesanan


Jumlah lot pemesanan ditentukan berdasarkan banyaknya jumlah
pemesanan pada kebijakan perusahaan.
e. Penentuan jumlah posisi persediaan

Posisi persediaan adalah jumlah persediaan yang ada di gudang. Untuk

jumlah posisi persediaan dihitung dengan persamaan:


Posisi persediaan n = posisi persediaan (n-1) + lot pemesanan (n) –

permintaan (n) – shortage (n-1) ……………(3-1)


f. Penentuan banyaknya shortage

Shortage dilakukan apabila nilai posisi persediaan lebih kecil dari

permintaan, untuk jumlah banyaknya shortage dihitung dengan

persamaan:
Shortage (n) = permintaan (n) – posisi persediaan (n) …………...(3-2)

g. Penentuan banyaknya order


Untuk jumlah banyaknya order didasarkan pada kebijakan perusahaan

yaitu saat posisi persediaan mencapai titik ROP.

h. Penentuan total biaya persediaan

Untuk nilai jumlah pemesanan (Q) dan titik kembali (ROP) yang

digunakan adalah berdasarkan kebijakan perusahaan. Setelah dilakukan

simulasi maka akan diketahui persediaan rata-rata, jumlah order, dan

banyaknya shortage sehingga total biaya persediaan spare part mesin


dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

III-9

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

TC = (rata-rata persediaan x Ch) + (jumlah shortage x Cs) + (jumlah

order x Co) ………………………………………………….(3-3)


Keterangan :

TC : Total cost (Rp/tahun)

Ch : Holding cost (Rp/unit/tahun)

Cs : Shortage cost (Rp/unit)


Co : Ordering cost (Rp/order)
3.2.3.4 Perbandingan Hasil Kebijakan Can-order dengan Hasil
Simulasi Monte Carlo

Pada tahap ini dilakukan perbandingan total biaya persediaan spare

part mesin yang dihasilkan dari perhitungan kebijakan can-order dan


simulasi Monte Carlo. Hal ini bertujuan untuk melakukan validasi kebijakan

can-order. Melalui perbandingan hasil kedua metode tersebut, dapat


diketahui apakan kebijakan can-order mampu menghasilkan total biaya

persediaan yang lebih kecil dibandingkan kebijakan perusahaan yang

dilakukan dengan simulasi Monte Carlo.

3.2.4 Tahap Analisis dan Interpretasi Hasil


Pada tahap ini dilakukan analisis dari hasil pengolahan data yang telah

diperoleh dari tahap pengolahan data sebelumnya. Analisis yang dilakukan adalah

perbandingan sistem eksisting kebijakan perusahaan dengan penggunaan sistem

kebijakan can-order dalam manajemen persediaan spare part mesin di Unit


Produksi 1 PT. Petrokimia Gresik.

3.2.5 Tahap Penarikan Kesimpulan dan Saran


Setelah melakukan analisis dari hasil pengolahan data, langkah akhir yang

dilakukan adalah menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data, serta

memberikan saran-saran perbaikan yang dapat dijadikan masukan bagi pihak-

pihak yang membutuhkan.

III-10

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisi pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Selanjutnya data yang dikumpulkan di

olah sesuai dengan metode penyelesaian yang dijelaskan pada bab sebelumnya.

4.1 PENGUMPULAN DATA


Pada sub bab ini berisi mengenai data-data yang diperoleh dari perusahaan

berupa dokumen database, pengamatan langsung di lapangan, dan diskusi atau


wawancara dengan pihak yang bersangkutan. Data yang disajikan meliputi data

historis permintaan dan pengadaan spare part mesin, data harga item spare part
mesin, data lead time tiap item spare part mesin, dan data biaya-biaya persediaan.

4.1.1 Pemilihan Item Spare Part Mesin

Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pemilihan item spare

part mesin yang selanjutnya akan digunakan dalam pengolahan data. Pemilihan

spare part mesin didasarkan pada jenis kelas item dan supplier. Item kelas yang
dipilih adalah kelas RO karena mempunyai consumption rate yang tinggi dan

harus tersedia di gudang untuk menjamin kelancaran proses produksi. Selanjutnya

dipilih item yang dipesan pada supplier yang sama karena akan dilakukan

koordinasi pemesanan (joint replenishment) yang mengakomodasi keterkaitan

antar item yang dipesan pada 1 supplier. Setelah dilakukan pemilihan, didapatkan

7 item kelas RO yang dipesan dari supplier yang sama yaitu PT. Petrokopindo
Cipta Selaras. Data 7 item spare part mesin yang terpilih tersebut dapat dilihat

pada Tabel 4.1.

IV-1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.1 Daftar spare part mesin terpilih


No Nomor S.Part Nama S.Part
1 50523.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6310-2RS/C3 -- FAG
2 49427.6 CYLINDRICAL,ROLLER,BEARING -- BEARING-NU317ECJ -- SKF
3 49423.9 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6308-2RS/C3 -- SKF
4 49421.5 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6306-2RS/C3 -- SKF
5 49416.1 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6212-2RS/C3 -- SKF
6 45208.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-4305-ATN9 -- SKF
7 10370.6 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6218ZZ/C3 -- SKF

4.1.2 Data Permintaan Spare Part Mesin

Berikut ini merupakan data permintaan 7 item spare part mesin kelas RO

yang telah dipilih. Data permintaan spare part mesin tersebut merupakan data

permintaan selama 4 tahun, yaitu mulai tahun 2008 sampai tahun 2011.
Selanjutnya data ini akan digunakan sebagai input dalam perhitungan parameter

kebijakan can-order. Data permintaan masing-masing spare part mesin dapat


dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Data permintaan spare part mesin terpilih


Demand Tahunan (unit) Rata-rata
No No. Spare Part Nama Spare Part Mesin
2008 2009 2010 2011 permintaan
1 50523.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6310-2RS/C3 -- FAG 8 11 16 72 27
2 49427.6 CYLINDRICAL,ROLLER,BEARING -- BEARING-NU317ECJ -- SKF 2 1 5 4 3
3 49423.9 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6308-2RS/C3 -- SKF 22 32 36 69 40
4 49421.5 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6306-2RS/C3 -- SKF 15 45 9 20 23
5 49416.1 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6212-2RS/C3 -- SKF 3 4 9 17 9
6 45208.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-4305-ATN9 -- SKF 4 0 4 12 5
7 10370.6 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6218ZZ/C3 -- SKF 8 2 7 5 6

4.1.3 Data Harga Spare Part Mesin


Berikut ini merupakan data harga masing-masing spare part mesin kelas RO

yang telah dipilih. Data harga spare part mesin ini merupakan data harga spare

part mesin tahun 2011. Data masing-masing spare part mesin ini digunakan untuk

menghitung biaya simpan dan biaya minor pemesanan. Adapun daftar harga

masing-masing item spare part mesin dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Data harga spare part mesin terpilih


Nomor S.Part Nama S.Part Harga/unit
50523.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6310-2RS/C3 -- FAG Rp 192,800
49427.6 CYLINDRICAL,ROLLER,BEARING -- BEARING-NU317ECJ -- SKF Rp 1,912,565
49423.9 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6308-2RS/C3 -- SKF Rp 203,254
49421.5 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6306-2RS/C3 -- SKF Rp 98,201
49416.1 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6212-2RS/C3 -- SKF Rp 265,676
45208.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-4305-ATN9 -- SKF Rp 364,829
10370.6 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6218ZZ/C3 -- SKF Rp 662,500

IV-2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.1.4 Data Lead Time Spare Part Mesin

Data lead time pemesanan tiap spare part mesin digunakan sebagai input
dalam perhitungan parameter kebijakan can-order dan simulasi Monte Carlo pada

pengolahan data selanjutnya. Data lead time masing-masing spare part mesin

dapat dilihat pada Tabel 4.4.


Tabel 4.4 Data lead time spare part mesin
No Nomor S.Part Nama S.Part Lead Time (hari)
1 50523.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6310-2RS/C3 -- FAG 23
2 49427.6 CYLINDRICAL,ROLLER,BEARING -- BEARING-NU317ECJ -- SKF 21
3 49423.9 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6308-2RS/C3 -- SKF 14
4 49421.5 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6306-2RS/C3 -- SKF 25
5 49416.1 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6212-2RS/C3 -- SKF 25
6 45208.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-4305-ATN9 -- SKF 10
7 10370.6 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6218ZZ/C3 -- SKF 5

4.1.5 Data Biaya Spare Part Mesin


Data biaya spare part mesin meliputi biaya pemesanan spare part mesin dan

biaya penyimpanan spare part mesin.

4.1.5.1 Biaya Pemesanan


Biaya pemesanan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk satu kali

pemesanan spare part mesin. Pada penelitian ini biaya pemesanan

dibedakan menjadi dua, yaitu biaya pemesanan major dan biaya pemesanan

minor. Biaya pemesanan major adalah biaya tetap yang dikeluarkan untuk
sekali pemesanan, sedangkan biaya minor adalah biaya untuk

mengikutsertakan item lain pada pemesanan.

a. Biaya Pemesanan Major (A)

Pada PT. Petrokimia Gresik, biaya pemesanan major untuk setiap spare

part mesin adalah sebesar Rp 250.000,00.

b. Biaya Pemesanan Minor (a)


Pada PT. Petrokimia Gresik, biaya pemesanan minor pada tiap item

spare part mesin adalah 2% dari harga tiap spare part mesin. Adapun

biaya minor untuk masing-masing item spare part mesin dapat dilihat

pada Tabel 4.5.

IV-3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.5 Data biaya minor spare part mesin


No Nomor S.Part Nama S.Part Biaya Pemesanan Minor
1 50523.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6310-2RS/C3 -- FAG Rp 3,856.00
2 49427.6 CYLINDRICAL,ROLLER,BEARING -- BEARING-NU317ECJ -- SKF Rp 38,251.30
3 49423.9 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6308-2RS/C3 -- SKF Rp 4,065.08
4 49421.5 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6306-2RS/C3 -- SKF Rp 1,964.02
5 49416.1 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6212-2RS/C3 -- SKF Rp 5,313.52
6 45208.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-4305-ATN9 -- SKF Rp 7,296.58
7 10370.6 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6218ZZ/C3 -- SKF Rp 13,250.00

4.1.5.2 Biaya Penyimpanan


Biaya penyimpanan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk merawat persediaan spare part mesin di dalam gudang.

Pada PT. Petrokimia Gresik, biaya penyimpanan tiap item spare part mesin
ditentukan sebesar 10% dari harga item spare part mesin pertahunnya.

4.2 PENGOLAHAN DATA


Pada sub bab pengolahan data dilakukan perhitungan dan pengolahan data

sesuai dengan langkah-langkah yang telah dijelaskan dalam metodologi

penelitian. Pengolahan data yang dilakukan meliputi pengujian distribusi data

permintaan spare part mesin, penentuan parameter kebijakan can-order (S,c,s)

dan penentuan biaya total dengan menggunakan kebijakan can-order.

Selanjutnya, dilakukan simulasi kebijakan sesuai dengan yang digunakan oleh PT.

Petrokimia Gresik dan penentuan total biaya persediaan dengan menggunakan


kebijakan perusahaan tersebut.

4.2.1 Pengujian Distribusi Data Permintaan Spare Part Mesin Terpilih

Pengujian distribusi dilakukan pada data permintaan 7 item spare part mesin

terpilih. Tujuan dilakukannya pengujian distribusi adalah untuk mengetahui

apakah spare part mesin terpilih memiliki distribusi poisson sesuai dengan asumsi

penggunaan kebijakan can-order. Pengujian distribusi dilakukan dengan


menggunakan software SPSS melalui uji Goodness of Fit yang telah dijelaskan

dalam metodologi penelitian.

Dari hasil pengujian yang dilakukan, diketahui bahwa terdapat 6 item spare

part mesin memiliki distribusi poisson dan 1 item spare part mesin tidak memiliki

IV-4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

distribusi poisson. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji Goodness of Fit yang

memperlihatkan bahwa terdapat 6 data permintaan yang memiliki nilai P-value >
0.05 (tidak ada perbedaan antara data observasi dengan data harapan). Hasil

pengujian distribusi data permintaan terdapat pada Tabel 4.6.


Tabel 4.6 Hasil Pengujian Distribusi Data Permintaan
No No. Spare Part Nama Spare Part M esin P-value Keputusan
1 50523.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6310-2RS/C3 -- FAG 0.00 Terima Ho
2 49427.6 CYLINDRICAL,ROLLER,BEARING -- BEARING-NU317ECJ -- SKF 1.00 Tolak Ho
3 49423.9 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6308-2RS/C3 -- SKF 0.001 Terima Ho
4 49421.5 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6306-2RS/C3 -- SKF 0.000 Terima Ho
5 49416.1 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6212-2RS/C3 -- SKF 0.035 Terima Ho
6 45208.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-4305-ATN9 -- SKF 0.023 Terima Ho
7 10370.6 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6218ZZ/C3 -- SKF 0.041 Terima Ho

Dalam problem koordinasi pemesanan dengan menggunakan kebijakan can-


order, karena dilakukan pemesanan secara bersamaan terhadap item spare part

yang dipesan dalam satu supplier, maka item yang tidak memiliki distribusi

poisson juga diikutsertakan dalam pemesanan.

4.2.2 Penentuan Parameter dan Total Biaya Persediaan Menggunakan


Kebijakan Can-order
4.2.1.1 Perhitungan Parameter Kebijakan Can-order

Setelah mendapatkan item spare part mesin terpilih yaitu sebanyak 7

item untuk diteliti, maka selanjutnya dilakukan perhitungan untuk

mendapatkan parameter kebijakan can-order (S,c,s). Tabel 4.7 merupakan

input parameter yang dibutuhkan untuk menghasilkan parameter kebijakan

can-order.
Tabel 4.7 Input perhitungan parameter kebijakan can-order
Biaya Pesan Biaya Pesan Harga Spare Probabilitas Tidak Lead Fraks i Biaya
Demand (λi)
No No. Spare Part Nama Spare Part Mes in Major (Ai) Minor (ai) Part Mesin (vi) Ada Shortage (Pi) Time (L) Simpan (r)
(unit)
(Rupiah) (Rupiah) (Rupiah/unit) (%) (Tahun) (%)
1 50523.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6310-2RS/C3 -- FAG 27 Rp 250,000.00 Rp 3,856.00 Rp 192,800.00 0.98 0.06388 0.1
2 49427.6 CYLINDRICAL,ROLLER,BEARING -- BEARING-NU317ECJ -- SKF 3 Rp 250,000.00 Rp 38,251.30 Rp 1,912,565.00 0.98 0.05555 0.1
3 49423.9 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6308-2RS/C3 -- SKF 40 Rp 250,000.00 Rp 4,065.08 Rp 203,254.00 0.98 0.03888 0.1
4 49421.5 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6306-2RS/C3 -- SKF 23 Rp 250,000.00 Rp 1,964.02 Rp 98,201.00 0.98 0.06944 0.1
5 49416.1 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6212-2RS/C3 -- SKF 9 Rp 250,000.00 Rp 5,313.52 Rp 265,676.00 0.98 0.06944 0.1
6 45208.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-4305-ATN9 -- SKF 5 Rp 250,000.00 Rp 7,296.58 Rp 364,829.00 0.98 0.02777 0.1
7 10370.6 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6218ZZ/C3 -- SKF 6 Rp 250,000.00 Rp 13,250.00 Rp 662,500.00 0.98 0.01388 0.1

Dari data input pada Tabel 4.7, selanjutnya dilakukan perhitungan

parameter kebijakan can-order untuk mendapatkan nilai Si, ci, dan si pada

IV-5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

masing-masing item spare part mesin. Langkah-langkah yang dilakukan

dalam perhitungan parameter kebijakan can-order telah dijelaskan dalam


algoritma sebelumnya. Contoh perhitungan dalam penentuan parameter

(S,c,s) untuk 7 item spare part mesin terpilih adalah sebagai berikut:

1. Inisiasi S(i), c(i) dan NT(i).

S(i) dan c(i) merupakan hasil perhitungan dari S dan c pada 7 item
spare part mesin terpilih. Inisiasi nilai c(1) awal adalah
" = 0

Sehingga nilai S(i) dapat dihitung menggunakan rumus EOQ

(Economic Order Quantity) pada seluruh item dengan rumus

perhitungan:

 = fOQ =

Sehingga didapatkan nilai S(i) pada masing masing spare part

mesin yang dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Selanjutnya, jumlah pemesanan yang dipicu oleh item i pertahun,


NT(i), dihitung menggunakan persamaan (2-6) dengan

menggunakan input hasil S(i) pada langkah sebelumnya. Nilai

NT(i) pada masing-masing spare part mesin dapat dilihat pada

Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil perhitungan nilai S(i) dan NT(i) pada iterasi 1.
No No. Spare Part Si NTi
1 50523.7 27 1.01
2 49427.6 3 1.00
3 49423.9 32 1.26
4 49421.5 34 0.67
5 49416.1 13 0.68
6 45208.7 8 0.60
7 10370.6 7 0.87

2. Menghitung nilai µ(i) dan ρ(i).

Expected number pada item i (µ1 ) dihitung melalui persamaan:


= ∑ )) 3 + 3 + ⋯+ 3

IV-6

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Dimana nilai NT2, NT3 sampai NT7 didapatkan pada langkah

sebelumnya. Setelah didapatkan nilai µ(i), selanjutnya dapat


dihitung nilai ρ(i) menggunakan persamaan (2-5). Nilai µ(i) dan ρ(i)

pada masing-masing spare part mesin dapat dilihat pada Tabel

4.9.

Tabel 4.9 Hasil perhitungan nilai µ(i) dan ρ(i) pada iterasi 1.
No No. Spare Part µi ρi
1 50523.7 5.08 0.84
2 49427.6 5.10 0.37
3 49423.9 4.83 0.89
4 49421.5 5.42 0.81
5 49416.1 5.41 0.62
6 45208.7 5.50 0.48
7 10370.6 5.22 0.53

3. Menghitung nilai ci.


Nilai ci yang merupakan nilai minimum c pada perhitungan nilai

EC(i) di persamaan (2-8). Cara penentuan nilai ci adalah sebagai


berikut (contoh perhitungan nilai c1 pada spare part mesin 50523.7):

" = arg rg Ǵ ( ) f (")

Hasil perhitungan nilai EC1 pada spare part mesin 50523.7 dapat

dilihat pada Tabel 4.10.

IV-7

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.10 Hasil perhitungan nilai EC1 spare part mesin 50523.7
c Ŝ (c ) S EC1 (c )
1 24.65291 599.9823 484948
2 22.94939 506.2214 452104.3
3 21.5153 426.8948 424455
4 20.31731 359.6786 401357.8
5 19.32676 302.653 382259.9
6 18.51884 254.2241 366683.1
7 17.87197 213.0625 354211.5
8 17.36727 178.0548 344481
9 16.98812 148.2658 337170.9
10 16.71971 122.9073 331996
11 16.54875 101.3141 328700
12 16.46315 82.92278 327049.5
13 16.45163 67.25624 326827.5
14 16.50347 53.90938 327826.9
15 16.60798 42.53806 329841.9
16 16.75395 32.84966 332656.1
17 16.92849 24.59515 336021.4
18 17.11502 17.56253 339617.6
19 17.28812 11.57122 342954.9
20 17.39777 6.467371 345069
21 17.28388 2.119858 342873.2
22 18.38846 -1.583079 364169.5
23 22.52313 -4.736712 443886
24 26.19272 -7.422257 514635.7
25 29.46599 -9.708955 577744.3
26 32.40157 -11.65583 634342.2
27 35.04943 -13.31321 685393.1

Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai minimum EC1 =

326287 pada urutan c ke-13, sehingga nilai c1 = 13. Sedangkan


untuk tabel hasil perhitungan ECi pada item spare part mesin

lainnya dapat dilihat pada lampiran. Hasil perhitungan nilai ci


tiap item spare part pada iterasi 1 dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil perhitungan nilai ci pada iterasi 1.


No No. Spare Part ci
1 50523.7 13
2 49427.6 1
3 49423.9 17
4 49421.5 14
5 49416.1 5
6 45208.7 3
7 10370.6 3

IV-8

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4. Melakukan perhitungan Si

Nilai Si akan sama dengan ci jika nilai Ŝ(c) pada langkah


sebelumnya bernilai negatif. Tetapi apabila tidak, maka nilai Si

akan sama dengan nilai Ŝ(c). Pada contoh perhitungan spare part

mesin 50523.7 di Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai S pada c1

bernilai positif, sehingga nilai nilai S1 = 16. Nilai Si tiap item


spare part pada iterasi 1 dapat dilihat pada tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil perhitungan nilai Si pada iterasi 1.
No No. Spare Part Si
1 50523.7 16
2 49427.6 3
3 49423.9 20
4 49421.5 15
5 49416.1 8
6 45208.7 6
7 10370.6 5

5. Melakukan iterasi selanjutnya dengan input nilai S1 pada iterasi


sebelumnya.

Pada tahap 1 sampai 4 diatas merupakan perhitungan dengan

mengasumsikan lead time sama dengan 0 dengan hasil parameter

nilai Si dan ci, setelah mendapatkan nilai tersebut selanjutnya


diiterasi hingga nilai S dan c tidak berubah dari iterasi

sebelumnya. Hasil iterasi pada spare part mesin dengan nomor


spare part 50523.7 dapat dilihat pada Tabel 4.13. Untuk hasil

iterasi selengkapnya pada 7 item spare part mesin dapat dilihat

pada lampiran.

Tabel 4.13 Hasil iterasi spare part 50523.7


Iterasi i S1 c1
1 1 27 0
2 1 16 13
3 1 14 11
4 1 14 10
5 1 14 10

IV-9

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

6. Perhitungan nilai Si, ci, dan si.

Setelah dilakukan langkah perhitungan parameter kebijakan can-


order (S,c,s), didapatkan nilai si (titik must order) untuk item i

yang mempunyai lead time > 0 yaitu nilai ci, nilai titik can order

yaitu si + ci dan nilai order up to level yaitu si + Si dimana nilai ci

dan Si diketahui dari output perhitungan algoritma untuk lead

time = 0.

Rekapitulasi hasil perhitungan parameter kebijakan can-order untuk


7 item spare part mesin setelah dilakukan perhitungan dengan cara seperti

diatas dapat dilihat pada Tabel 4.14.


Tabel 4.14 Hasil perhitungan parameter kebijakan can-order (S,c,s)
si ci Si
No No. Spare Part Nama Spare Part M esin
(must order) (can order) (Order up to level)
1 50523.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6310-2RS/C3 -- FAG 2 12 16
2 49427.6 CYLINDRICAL,ROLLER,BEARING -- BEARING-NU317ECJ -- SKF 1 2 3
3 49423.9 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6308-2RS/C3 -- SKF 2 15 20
4 49421.5 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6306-2RS/C3 -- SKF 1 12 15
5 49416.1 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6212-2RS/C3 -- SKF 1 5 8
6 45208.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-4305-ATN9 -- SKF 1 4 6
7 10370.6 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6218ZZ/C3 -- SKF 1 3 5

4.2.1.2 Perhitungan Total Biaya Persediaan


Langkah berikutnya setelah dilakukan perhitungan parameter

kebijakan can-order dan didapatkan nilai Si, ci, dan si adalah melakukan

perhitungan total biaya persediaan menggunakan kebijakan can-order. Total


biaya persediaan dihitung melalui persamaan (2-11). Total biaya persediaan

masing-masing item spare part mesin dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Total biaya persediaan perhitungan kebijakan can-order (S,c,s)


No Nomor S.Part S c ρ v r λ A a s L Eci
1 50523.7 16 12 0.74687 Rp 192,800 0.1 27 Rp 250,000 Rp 3,856 2 0.06388 Rp 288,846
2 49427.6 3 2 0.23849 Rp1,912,565 0.1 3 Rp 250,000 Rp38,251 1 0.05555 Rp 802,665
3 49423.9 20 15 0.81871 Rp 203,254 0.1 40 Rp 250,000 Rp 4,065 2 0.03888 Rp 382,783
4 49421.5 15 12 0.70908 Rp 98,201 0.1 23 Rp 250,000 Rp 1,964 1 0.06944 Rp 138,697
5 49416.1 8 5 0.47889 Rp 265,676 0.1 9 Rp 250,000 Rp 5,314 1 0.06944 Rp 205,715
6 45208.7 6 4 0.33158 Rp 364,829 0.1 5 Rp 250,000 Rp 7,297 1 0.02777 Rp 238,812
7 10370.6 5 3 0.38512 Rp 662,500 0.1 6 Rp 250,000 Rp13,250 1 0.01388 Rp 393,252

IV-10

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2.3 Penentuan Total Biaya Persediaan Berdasarkan Kebijakan Perusahaan

dengan Menggunakan Simulasi Monte Carlo


Penentuan total biaya persediaan spare part mesin model single item yang

diterapkan oleh perusahaan dilakukan untuk membandingkan dengan total biaya

persediaan menggunakan kebijakan can-order. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui seberapa baik model persediaan menggunakan kebijakan usulan yaitu


can-order. Dalam menentukan total biaya persediaan spare part mesin
berdasarkan kebijakan perusahaan, dilakukan simulasi Monte Carlo dengan
bantuan software Microsoft Excel. Tujuan dilakukannya simulasi adalah untuk

mengetahui persediaan rata-rata spare part mesin selama satu tahun, jumlah

order, dan banyaknya shortage. Simulasi Monte Carlo merupakan simulasi


dengan menggunakan model probabilistik, dimana data dihasilkan dari bilangan

random yang kemudian disusun suatu distribusi probabilitas.


Adapun langkah-langkah dalam simulasi penentuan total biaya persediaan

spare part mesin dengan nomor spare part 50523.7 adalah sebagai berikut:

1. Menentukan parameter, dimana pada penelitian ini parameter yang diamati

adalah jumlah permintaan spare part mesin dengan nomor spare part
50523.7 selama 4 tahun mulai tahun 2008 sampai tahun 2011.

2. Membuat distribusi frekuensi permintaan. Jumlah permintaan dan jumlah


frekuensi permintaan spare part 50523.7 selengkapnya dapat dilihat hasilnya

pada tabel 4.12. Jumlah permintaan dan jumlah frekuensi permintaan

tersebut didasarkan pada demand historis perusahaan selama 4 tahun.

Jumlah permintaan dan jumlah frekuensi permintaan spare part 50523.7

pada perusahaan dapat dilihat pada lampiran Tabel L.8.

3. Membuat distribusi probabilitas kumulatif untuk spare part mesin dengan

nomor spare part 50523.7. Hasil probabilitas kumulatif untuk jenis spare

IV-11

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

part 50523.7 dapat dilihat pada Tabel 4.16. Sedangkan untuk spare part

mesin yang lain dapat dilihat pada lampiran.


Tabel 4.16 Probabilitas kumulatif spare part mesin 50523.7
% % Probabilitas
Demand Frekuensi
Frekuensi Frekuensi Bil Random
0 1424 97.53425 97.53 0-97.53
1 7 0.479452 98.01 97.54-98.01
2 19 1.30137 99.32 98.02-99.32
4 5 0.342466 99.66 99.32-99.66
6 1 0.068493 99.73 99.67-99.73
8 2 0.136986 99.86 99.74-99.86
10 2 0.136986 100 99.87-100

4. Mengkaitkan nilai parameter dengan bilangan random. Hal ini dilakukan


untuk mengetahui jumlah permintaan yang datang sesuai dengan

probabilitas bilangan random pada langkah 3. Pada simulasi, bilangan


random yang dibutuhkan adalah sebanyak 365. Angka 365 didapat dari

jumlah hari produksi di PT. Petrokimia Gresik dalam satu tahun. Contoh

bilangan random untuk spare part mesin dengan nomor spare part 50523.7

selama 10 hari dapat dilihat pada Tabel 4.17 dan untuk selengkapnya selama

365 hari terdapat pada lampiran.

Berikut merupakan cara penentuan bilangan random:

Bilangan random = RAND()*100


= 86,33

Tabel 4.17 Penentuan bilangan random spare part mesin 50523.7


Hari ke- Bil Random Probabilitas Permintaan
1 73.47 0-97.53 0
2 57.43 0-97.53 0
3 30.19 0-97.53 0
4 74.09 0-97.53 0
5 99.46 99.32-99.66 4
6 33.20 0-97.53 0
7 92.14 0-97.53 0
8 41.86 0-97.53 0
9 61.56 0-97.53 0
10 68.07 0-97.53 0

IV-12

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

5. Melakukan Simulasi

Pada simulasi, jumlah pemesanan (Q order), ROP (re-order point), safety


stock, dan jumlah maksimum (Q max) masing-masing spare part mesin

ditentukan oleh perusahaan. Lead time pemesanan menggunakan lead time

satuan hari yang terdapat pada Tabel 4.4. Persediaan awal untuk spare part

mesin dengan nomor spare part 50523.7 adalah 15, sedangkan untuk spare
part mesin lainnya dapat dilihat di Lampiran. Berikut ini adalah contoh
uraian langkah-langkah proses simulasi perusahaan pada spare part mesin
dengan nomor spare part 50523.7 :

a. Penentuan permintaan spare part mesin

Permintaan spare part mesin mengacu pada hasil dari langkah 4 dan
dapat dilihat pada Tabel 4.17.

b. Penentuan lot pemesanan


Besarnya lot pemesanan didasarkan pada jumlah pesanan (Q order)

perusahaan.

c. Penentuan jumlah posisi persediaan

Penentuan jumlah posisi persediaan mengacu pada persamaan 3-1.


Berikut ini merupakan contoh perhitungan pada hari (n) pertama.

Posisi persediaan n = posisi persediaan (n-1) + lot pemesanan


(n) – permintaan (n) – shortage (n-1)

Posisi persediaan hari 1 = 15 unit + 0 unit – 0 unit – 0 unit

= 15 unit

6. Penentuan jumlah shortage

Penentuan jumlah shortage mengacu pada persamaan 3-2. Berikut contoh

perhitungan pada hari (n) pertama:

Shortage (n) = permintaan (n) – posisi persediaan (n)


Shortage hari 1 = 0 unit – 15 unit

IV-13

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

= 0 unit (karena posisi persediaan > permintaan)

7. Order
Order merupakan frekuensi pemesanan. Pada simulasi model persediaan

perusahaan, order akan dilakukan jika posisi persediaan mencapai titik ROP.

8. Penentuan total biaya persediaan

Terdapat tiga komponen dalam menentukan biaya total persediaan yaitu


holding cost, ordering cost, dan shortage cost. Penentuan biaya total
persediaan mengacu pada persamaan 3-3.
TC = (rata-rata persediaan x Ch) + (jumlah shortage x Cs) + (jumlah

order x Co)

TC = (19 x Rp 19.280,00) + (0) + (2 x Rp 250.000,00)


= Rp 865.527,67

Hasil simulasi Monte Carlo spare part mesin dengan nomor spare part
50523.7 dapat dilihat pada Tabel 4.18, sedangkan untuk simulasi spare part

mesin lainnya terdapat pada lampiran.

Berikut ini merupakan input untuk melakukan simulasi spare part mesin

dengan nomor 50523.7:


Lead time = 23 hari

Safety stock = 3 unit


ROP = 10 unit

Q order = 17 unit

IV-14

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 4.18 Hasil simulasi spare part mesin 50523.7


Lot pemesanan Posisi Persediaan Pemakaian Shortage
Hari ke- Order
(unit) (unit) (unit) (unit)
1 15 0
2 15 0
3 15 0
4 15 0
5 15 4
6 11 0
7 11 0
8 11 0
9 11 0
10 11 0
11 11 0
12 11 0

360 27 0
361 27 0
362 27 0
363 27 0
364 27 0
365 27 0
Jumlah 34 22 0 2
Rata2 19
Biaya Rp365,527.67 Rp0.00 Rp500,000.00

Biaya Total Rp865,527.67

Penentuan total biaya persediaan spare part mesin model single item yang
diterapkan oleh perusahaan dilakukan menggunakan simulasi Monte Carlo. Hasil

rekapitulasi total biaya persediaan dengan menggunakan simulasi Monte Carlo

dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Rekapitulasi total biaya persediaan perhitungan simulasi Monte Carlo.
No Nomor S.Part Nama S.Part Biaya Total
1 50523.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6310-2RS/C3 -- FAG Rp 865,527.67
2 49427.6 CYLINDRICAL,ROLLER,BEARING -- BEARING-NU317ECJ -- SKF Rp 848,977.61
3 49423.9 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6308-2RS/C3 -- SKF Rp 903,055.47
4 49421.5 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6306-2RS/C3 -- SKF Rp 396,655.79
5 49416.1 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6212-2RS/C3 -- SKF Rp 584,023.88
6 45208.7 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-4305-ATN9 -- SKF Rp 476,493.84
7 10370.6 BEARING,BALL,ANNULAR -- BEARING-6218ZZ/C3 -- SKF Rp 998,171.23

IV-15

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

4.2.4 Perbandingan Total Biaya Persediaan Menggunakan Kebijakan Can-

order dan Kebijakan Perusahaan.


Setelah dilakukan perhitungan menggunakan kebijakan can-order dan

kebijakan perusahaan menggunakan simulasi Monte Carlo, didapatkan nilai total

biaya persediaan untuk kedua kebijakan tersebut. Adapun perbandingan total

biaya persediaan antara metode usulan dengan kebijakan perusahaan dapat dilihat
selengkapnya pada Tabel 4.20.
Tabel 4.20 Perbandingan biaya total persediaan kebijakan perusahaan dengan
kebijakan can-order
Biaya Total Persediaan Biaya Total Persediaan
No Nomor S.Part
Ke bijakan Perusahaan Kebijakan Can-order
1 50523.7 Rp 865,527.67 Rp 288,846.49
2 49427.6 Rp 848,977.61 Rp 802,664.94
3 49423.9 Rp 903,055.47 Rp 382,782.91
4 49421.5 Rp 396,655.79 Rp 138,697.34
5 49416.1 Rp 584,023.88 Rp 205,715.25
6 45208.7 Rp 476,493.84 Rp 238,811.98
7 10370.6 Rp 998,171.23 Rp 393,251.91
TOTAL BIAYA PERSEDIAAN Rp 5,072,905.50 Rp 2,450,770.82

Dari Tabel 4.20 dapat dilihat bahwa biaya total persediaan menggunakan

kebijakan can-order memiliki nilai lebih kecil daripada biaya total persediaan

kebijakan perusahaan. Biaya total persediaan menggunakan kebijakan can-order

dapat mereduksi biaya total persediaan menggunakan kebijakan perusahaan


sebesar 52 % dari total biaya sebesar Rp 5.072.905,50 menjadi Rp 2.450.770,82.

IV-16

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V
ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Pada bab ini dilakukan analisis dan interpretasi hasil terhadap kebijakan

usulan dengan kebijakan perusahaan. Tahap analisis terdiri dari analisis penentuan

parameter kebijakan can-order dan simulasi Monte Carlo serta analisis

perbandingan total biaya persediaan berdasarkan kebijakan eksisting perusahaan


dengan kebijakan usulan.
5.1 ANALISIS KEBIJAKAN CAN-ORDER TERHADAP KEBIJAKAN

PERUSAHAAN
5.1.1 Perbandingan Parameter Kebijakan
Parameter kebijakan can-order (S,c,s) merupakan nilai hasil perhitungan
yang didapatkan dari algoritma penentuan parameter kebijakan can-order. Input

parameter perhitungan can-order diambil dari data 7 item spare part mesin kelas
RO di Unit Produksi 1 yang dipesan dari satu supplier. Input parameter tersebut

selanjutnya dihitung menggunakan algoritma perhitungan kebijakan can-order

sehingga menghasilkan joint parameter (S,c,s). Nilai parameter kebijakan can-

order (S,c,s) kemudian dibandingkan dengan nilai parameter yang telah ditetapkan
oleh perusahaan untuk mengetahui apakah kebijakan usulan lebih baik daripada

kebijakan yang ditetapkan perusahaan.


Tabel 5.1 Perbandingan parameter kebijakan can-order dan kebijakan perusahaan
Parameter Kebijakan Can-order Parameter Kebijakan Perusahaan
No No. Spare Part si Si
ROL Q Max
(must order) (Order up to level)
1 50523.7 2 16 10 20
2 49427.6 1 3 1 2
3 49423.9 2 20 10 20
4 49421.5 1 15 10 20
5 49416.1 1 8 8 16
6 45208.7 1 6 4 8
7 10370.6 1 5 5 10

Pada Tabel 5.1, titik si (must order) pada kebijakan can-order dan titik ROL

(re-order level) pada kebijakan perusahaan merupakan titik pemesanan kembali

item spare part mesin, sedangkan titik Si (order up to level) pada kebijakan can-

V-1

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

order dan titik Q max pada kebijakan perusahaan merupakan titik kuantitas

maksimum spare part mesin di gudang, sehingga keduanya cenderung identik.


Nilai si akan dibandingkan dengan nilai ROL, sedangkan nilai Si akan

dibandingkan dengan nilai Q max.

Parameter kebijakan can-order yang didapatkan melalui perhitungan

algoritma kebijakan can-order memperlihatkan adanya perbedaan dengan


parameter kebijakan yang telah ditentukan oleh perusahaan. Nilai si memiliki
perbedaan jumlah unit yang cukup signifikan dengan nilai ROL. Nilai ROL item
spare part mesin pada kebijakan perusahaan lebih banyak dari nilai si pada

kebijakan usulan. Nilai ROL tersebut ditentukan oleh perusahaan untuk

mengantisipasi agar tidak terjadi shortage dan spare part mesin selalu tersedia di
gudang supaya kelancaran produksi pupuk di PT. Petrokimia Gresik dapat tetap

terjaga. Akan tetapi, nilai ROL yang cukup tinggi tersebut menyebabkan biaya
simpan di gudang menjadi cukup besar. Pada perhitungan kebijakan can-order,

nilai si yang didapatkan memiliki jumlah yang lebih sedikit sehingga persediaan

spare part mesin dapat ditekan seminimal mungkin.

Selain perbedaan pada titik pemesanan kembali, juga terdapat perbedaan


pada nilai kuantitas maksimum item spare part mesin antara kebijakan can-order

dan kebijakan perusahaan. Kuantitas maksimum berdasarkan kebijakan can-order


(Si) memiliki jumlah yang lebih sedikit dari kuantitas maksimum yang ditetapkan

oleh perusahaan. Hal tersebut memperlihatkan adanya efisiensi kuantitas

maksimum dalam gudang sehingga biaya total persediaan juga dapat diperkecil.

5.1.2 Perbandingan Biaya Persediaan Spare Part Mesin

Pada sub bab ini dilakukan perbandingan biaya persediaan antara kebijakan

can-order dengan hasil simulasi Monte Carlo (yang menggambarkan kondisi

nyata perusahaan) untuk mengetahui apakah kebijakan can-order dapat


memberikan perbaikan terhadap sistem eksisting yang digunakan oleh PT.

V-2

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Petrokimia Gresik. PT. Petrokimia Gresik menggunakan metode single model

dalam sistem pengendalian persediaannya. Pada analisis biaya persediaan akan


dibandingkan total biaya persediaannya saja karena pada kebijakan can-order

tidak dapat diketahui komponen biaya secara terperinci. Hal itu dikarenakan total

biaya persediaan merupakan hasil perhitungan dari serangkaian algoritma

kebijakan can-order. Untuk dapat melihat komponen biaya secara terperinci perlu
dilakukan simulasi hasil kebijakan can-order.
Perhitungan total biaya persediaan pada kebijakan perusahaan menggunakan
simulasi Monte Carlo memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan perhitungan

total biaya persediaan berdasarkan kebijakan usulan. Contohnya pada spare part

mesin 50523.7, berdasarkan hasil simulasi Monte Carlo, total biaya persediaan
yang diperoleh adalah Rp 865.527,67, sedangkan berdasarkan metode usulan total

biaya persediaan yang diperoleh adalah Rp 288.846.49. Dari kedua biaya tersebut
didapatkan nilai prosentase penghematan pada spare part mesin 50523.7 sebesar

67 %. Perbedaan besarnya biaya total persediaan usulan dan perusahaan serta

prosentase penghematan biaya pada 7 item spare part mesin dapat dilihat

selengkapnya pada Tabel 5.2.


Tabel 5.2 Penghematan total biaya persediaan kebijakan usulan dan perusahaan
Biaya Total Persediaan Biaya Total Persediaan
No Nomor S.Part Saving Cost Penghematan
Kebijakan Perusahaan Kebijakan Can-order
1 50523.7 Rp 865,527.67 Rp 288,846.49 Rp 576,681.18 67%
2 49427.6 Rp 848,977.61 Rp 802,664.94 Rp 46,312.68 5%
3 49423.9 Rp 903,055.47 Rp 382,782.91 Rp 520,272.56 58%
4 49421.5 Rp 396,655.79 Rp 138,697.34 Rp 257,958.45 65%
5 49416.1 Rp 584,023.88 Rp 205,715.25 Rp 378,308.63 65%
6 45208.7 Rp 476,493.84 Rp 238,811.98 Rp 237,681.86 50%
7 10370.6 Rp 998,171.23 Rp 393,251.91 Rp 604,919.32 61%
TOTAL BIAYA PERSEDIAAN Rp 5,072,905.50 Rp 2,450,770.82 Rp 2,622,134.68 52%

Dari tabel 5.2 tersebut dapat diketahui bahwa total biaya persediaan usulan
pada keseluruhan item spare part mesin memiliki nilai lebih kecil dibandingkan

dengan total biaya persediaan perusahaan. Total nilai penghematan pada metode

usulan adalah sebesar Rp 2.622.134.68 atau memiliki prosentase sebesar 52 %.

Adanya perbedaan total biaya persediaan yang cukup besar tersebut dikarenakan

V-3

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

perusahaan masih menggunakan sistem pemesanan secara terpisah, dimana

apabila item spare part mesin berada pada titik ROL, maka perusahaan akan
melakukan pemesanan terhadap supplier. Pemesanan secara terpisah tersebut

menyebabkan biaya pemesanan yang cukup besar untuk keseluruhan item spare

part mesin. Pada kebijakan can-order, pemesanan dilakukan secara bersamaan

pada seluruh item pada single supplier. Pemesanan secara bersamaan tersebut
dapat menghasilkan biaya pemesanan yang dapat ditekan seminimal mungkin.
Berdasarkan Tabel 5.2, spare part mesin yang memiliki penghematan
terbesar yaitu pada spare part mesin dengan nomor 50523.7 yaitu sebesar 67%,

sedangkan penghematan terkecil yaitu pada spare part mesin dengan nomor

49427.6 yaitu sebesar 5%. Berikut merupakan diagram yang mempresentasikan


penghematan total biaya persediaan masing-masing spare part mesin.
Prosentase Penghematan

100
90
80
70
60
50
40
30 Besar Penghematan
20 (prosentase)
10
0

Nomer Spare Part Mesin

Gambar 5.1. Diagram prosentase penghematan masing-masing spare part mesin.

5.2 ANALISIS SENSITIVITAS

5.2.1 Analisis Perubahan Rata-Rata Permintaan


Jumlah permintaan sangat mungkin berubah setiap tahunnya, tergantung

pada kebutuhan unit produksi terkait terhadap spare part mesin. Pada analisis ini,

perubahan jumlah permintaan pertahun terbagi menjadi dua macam, yaitu

peningkatan jumlah permintaan dan penurunan jumlah permintaan. Peningkatan

V-4

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dan penurunan jumlah permintaan pada analisis ini dilakukan sebesar 10%, 20%,

30%, dan 40%. Jika terjadi peningkatan dan penurunan jumlah permintaan sebesar
prosentase tersebut, akan mengakibatkan perubahan parameter dan total biaya

persediaan spare part mesin.

Rp3,000,000.00

Rp2,500,000.00
Total biaya persediaan

Rp2,000,000.00

Rp1,500,000.00
Nilai Eci setelah
Rp1,000,000.00 perubahan rata-rata
permintaan
Rp500,000.00

Rp-

Prosentase naik dan turunnya permintaan


Gambar 5.2 Grafik perubahan total biaya persediaan akibat perubahan
rata-rata permintaan.
Perubahan peningkatan dan penurunan jumlah permintaan memberikan

perubahan pada total biaya persediaan seperti yang ada pada Gambar 5.2. Pada

peningkatan jumlah permintaan, semakin tinggi jumlah permintaan maka semakin


besar pula total biaya persediaan. Sebaliknya, pada penurunan jumlah permintaan,

semakin kecil jumlah permintaan maka semakin kecil pula total biaya persediaan.

Berdasarkan Gambar 5.2, grafik peningkatan dan penurunan jumlah permintaan

tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan total biaya persediaan. Besarnya

nilai total biaya persediaan pada setiap level prosentase peningkatan dan

penurunan jumlah permintaan dapat dilihat pada Tabel 5.3.

V-5

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 5.3 Total biaya persediaan berdasarkan peningkatan dan penurunan jumlah
permintaan spare part mesin.
Total Biaya Besar Peningkatan
No Prosentase
Persediaan dan Penurunan Biaya
1 40% Rp 2,779,552.80 Rp 328,781.98
2 30% Rp 2,735,559.21 Rp 284,788.39
3 20% Rp 2,597,449.56 Rp 146,678.74
4 10% Rp 2,564,860.56 Rp 114,089.74
5 0% Rp 2,450,770.82 0
6 -10% Rp 2,353,396.86 Rp (97,373.96)
7 -20% Rp 2,321,422.01 Rp (129,348.81)
8 -30% Rp 2,158,883.10 Rp (291,887.72)
9 -40% Rp 2,104,425.71 Rp (346,345.11)

Dari Tabel 5.3, dapat diketahui bahwa peningkatan dan penurunan jumlah

permintaan spare part mesin akan menyebabkan perubahan secara signifikan

terhadap total biaya persediaan. Peningkatan dan penurunan jumlah permintaan


akan memberikan peningkatan dan penurunan pada total biaya persediaan sebesar

4% pada level prosentase 10%, 5,5% pada level prosentase 20%, 12% pada level
prosentase 30%, dan 14% pada level prosentase 40%.

Perubahan total biaya persediaan yang terjadi pada spare part mesin juga

mempengaruhi perubahan terhadap parameter kebijakan can-order. Perubahan

parameter terjadi pada titik must order (s), titik can-order (c), dan titik order up to
level (S). Grafik terhadap perubahan parameter kebijakan can-order terhadap

peningkatan dan penurunan jumlah permintaan pada item spare part mesin
50523.7 dapat dilihat pada gambar 5.3. Sedangkan tabel yang memperlihatkan

perubahan parameter item spare part mesin yang lain dapat dilihat pada lampiran.

V-6

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Grafik Jumlah Penurunan dan Peningkatan Unit Spare


Part Mesin 50523.7
18
16
14
12
Jumlah (unit) 10
8
6
4
2
0
si ci Si si ci Si si ci Si si ci Si si ci Si si ci Si si ci Si si ci Si si ci Si
-40% -30% -20% -10% 0 10% 20% 30% 40%
Penurunan dan Peningkatan Jumlah Permintaan

Gambar 5.3 Grafik perubahan parameter kebijakan.

Dari Gambar 5.3 dapat diketahui bahwa terjadi perubahan parameter


kebijakan can-order apabila terjadi peningkatan dan penurunan jumlah

permintaan spare part mesin. Parameter S dan c cenderung sensitif terhadap

perubahan jumlah permintaan (mengalami peningkatan dan penurunan nilai S dan

c), sedangkan parameter s tidak sensitif terhadap perubahan jumlah permintaan

(tidak mengalami peningkatan dan penurunan nilai s). Perubahan parameter

tersebut menjadikan total biaya persediaan juga berubah sesuai dengan

peningkatan maupun penurunan nilai parameter kebijakan.

5.2.2 ANALISIS PERUBAHAN BIAYA PESAN


Biaya pesan merupakan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk

memesan spare part mesin kepada supplier. Biaya tersebut meliputi biaya

telepon, biaya pengiriman kepada konsumen, serta biaya pengiriman ke gudang.

Biaya pesan yang ditetapkan bisa saja mengalami peningkatan atau penurunan

biaya. Pada analisis ini, peningkatan dan penurunan biaya adalah sebesar 10% dan
20% dari biaya pesan yang ditetapkan perusahaan.

Perubahan peningkatan dan penurunan biaya simpan menyebabkan

terjadinya perubahan pada total biaya persediaan spare part mesin. Pada

peningkatan biaya pesan, semakin tinggi peningkatan biayanya, maka semakin

V-7

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

besar pula total biaya persediaan. Sebaliknya, pada penurunan biaya pesan,

semakin kecil penurunan biayanya, maka semakin kecil pula total biaya
persediaan. Tabel 5.4 memperlihatkan perubahan total biaya persediaan yang

terjadi akibat peningkatan dan penurunan biaya pesan.


Tabel 5.4 Total biaya persediaan berdasarkan peningkatan dan penurunan biaya
pesan spare part mesin.
Total Biaya Besar Peningkatan
No Prosentase
Persediaan dan Penurunan Biaya
1 20% Rp 2,582,917.34 Rp 132,146.52
2 10% Rp 2,524,121.48 Rp 73,350.66
3 0% Rp 2,450,770.82 0
4 -10% Rp 2,364,918.98 Rp (85,851.84)
5 -20% Rp 2,327,737.32 Rp (123,033.50)
Dari Tabel 5.4, dapat diketahui bahwa peningkatan dan penurunan jumlah
permintaan spare part mesin akan menyebabkan perubahan secara signifikan

terhadap total biaya persediaan. Peningkatan dan penurunan jumlah permintaan


akan memberikan peningkatan da penurunan pada total biaya persediaan sebesar

3% pada level prosentase 10% dan sebesar 5% pada level prosentase 20%.

Gambar 5.4 memperlihatkan grafik perubahan total biaya persediaan akibat

adanya peningkatan dan penurunan biaya pemesanan.

Rp2,650,000.00
Total biaya persediaan

Rp2,600,000.00
Rp2,550,000.00
Rp2,500,000.00
Rp2,450,000.00
Rp2,400,000.00 Nilai Eci setelah
Rp2,350,000.00 perubahan rata-rata
Rp2,300,000.00 permintaan
Rp2,250,000.00
Rp2,200,000.00
20% 10% 0 -10% -20%
Prosentase peningkatan dan penurunan biaya pesan

Gambar 5.4 Grafik perubahan total biaya persediaan akibat perubahan


biaya pemesanan.

V-8

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan dijelaskan kesimpulan mengenai hasil dari pembahasan
perbaikan sistem pengendalian persediaan spare part mesin serta perbandingan
model persediaan usulan dengan model kebijakan perusahaan. Sedangkan saran
yang berisi mengenai hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk penelitian
selanjutnya.

6.1. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian mengenai


pengendalian persediaan spare part mesin di Unit Produksi 1 PT. Petrokimia
Gresik yang sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Model kebijakan can-order menghasilkan parameter tingkat persediaan
(S,c,s) optimal pada 7 item spare part mesin kelas RO melalui perhitungan
algoritma kebijakan can-order dengan nilai total biaya persediaan sebesar
Rp 2.450.770,82.
2. Hasil perbandingan total biaya persediaan pada model usulan memiliki
prosentase penghematan total biaya persediaan sebesar 52 % dari total biaya
persediaan perusahaan.

6.2. SARAN

Saran untuk penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian ini adalah :


1. Perlu dilakukan simulasi terhadap hasil parameter kebijakan can-order
untuk mengetahui komponen biaya persediaan.

VI - 1

commit to user

Anda mungkin juga menyukai