TIM DOSEN
Agus Mi’raj Darajat, S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun:
Agus Ramdani Azzaki AK.1.16.005 Maryna Oktavia S AK.1.16.035
Astiyani AK.1.16.007 M. Wisnu Suryaman AK.1.16.038
Dini Erika Sandi AK.1.16.012 Palma Alfira AK.1.16.042
Erna Sari AK.1.16.017 Sandra Febriani AK.1.16.045
Evi Siti Fatimah AK.1.16.018 Selma Yusriyyah AK.1.16.046
Ferdy Fatullah AK.1.16.020 Sri Nuryanti AK.1.16.050
Juliana Hidayati AK.1.16.027
Kelas A SGD
Proposal
Terapi Psikoreligius
Pada Klien Napza: Support Group (Na Meeting)
A. Latar Belakang
Rasa ingin coba-coba sampai kepada ketergantungan adalah pintu gerbang
penyalahgunaan NAPZA. Faktor yang melandasi penyalahgunaan NAPZA: faktor
intern, yaitu penyalahgunaan NAPZA sebagai salah satu tipe kepribadian yang
mendasarinya seperti rasa ingin coba-coba (Matteo Bonini & Omar S. Usmani,
2015). Faktor ekstren, bisa di golongkan ketergantungan reaktif. Penyebab
penyalahgunaan NAPZA antara lain kondisi keluarga/orang tua, pengaruh
teman/kelompok sebaya, faktor sekolah, pengaruh iklan dan kehidupan
masyarakat modern (Angelika Mahlknecht, 2017).
Dampak bagi penyalahgunaan NAPZA adalah: kondisi fisik dan mental
yang semakin memburuk dan lemah, rendah diri, mudah putus asa, suka bermalas-
malasan, menjadi bodoh. Karena bodoh ia menjadi miskin, akibat miskin akan
berubah menjadi jahat. Pengguna NAPZA juga akan selalu merasa: suasana hati
menjadi lebih nyaman, lebih tentram, lebih rileks, lebih gembira (Jenner, Lee,
Connelly, Cameron, & Denham, 2017:50). Namun perasaan itu hanya sesaat saja.
Dikarnakan ketika mereka tidak mendapatkannya, mereka sering terjerumus
dalam tingkah laku negatif lainnya seperti: penipuan, perampokan, pencurian,
bahkan menjadi pembunuh. Yang dapat merugikan orang-orang disekelilingnya,
juga tidak kalah banyaknya penyalahgunaan NAPZA sampai kepada kematian
karena Overdosis, mengindap penyakit AIDS, paru-paru, jantung, hepatisis
(pengguna narkoba suntikan (IDU). Sebagaimana yang diterangkan dalam ayat
Al`Quran: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan”(Al- Maidah, ayat 90).
Kesemuanya di himpun dengan alasannya bahwa semua itu adalah rijs
(perbuatan keji) (Shihab, 2013:176). Demikian Allah menjelaskan kepada kamu
ayat-ayat yakni hukum-hukum dan keterangan-keterangan yang lebih jelas agar
kamu berfikir. Menjaga akal adalah memeliharanya dari segala bentuk bahaya
yang merusak akal Di antara hak syariat terhadap akal ialah menjaga kebaikan-
kebaikan, demi menghindari dosa dan kejahatan. Oleh karena itu, syariat Islam
memberikan sanksi kepada peminum Khamar dan pengkonsumsi barang-barang
terlarang dalam bentuk dan model apapun (Muslih Muhammad, 2012:188). Tetapi
yang terjadi dewasa ini rasa kepeduliaan seseorang untuk menjaga,
menyelamatkan dirinya sangat kurang, selalu pada pemenuhan keinginan hati
yang terkadang bertentangan dengan kesehatan jiwanya dan ajarannya.
E. Metode
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
F. Media / Alat
1. Kertas HVS
2. Pensil/ Balpoint
3. Handphone untuk pemutaran music
4. Speaker
5. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK.
G. Setting Tempat
Keterangan Gambar
L CL
F P
P F
F P
P F
F P
O
L : Leader
CL : CO Leader
F : Fasilitator
O : Observer
P : Pasien
H. Pembagian Tugas
1. Peran Leader
a. Memimpin jalannya kegiatan
b. Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c. Menjelaskan cara
d. Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
e. Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f. Memberi reinforcement positif pada klien
g. Menyimpulkan kegiatan
2. Peran Co – Leader
a. Membantu tugas leader
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c. Menyampaikan peraturan kegiatan
d. Mengingatkan leader tentang kegiatan
e. Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3. Peran Observer
a. Mengobservasi jalannya acara
b. Mencatat jumlah klien yang hadir
c. Mencatat perilaku verbal dan nonverbal selama kegiatan berlangsung
d. Mencatat tanggapan-tanggapan yang dikemukakan klien
e. Mencatat penyimpangan acara
f. Membuat laporan hasil kegiatan
4. Peran Fasilitator
a. Mamfasilitasi jalannya kegiatan
b. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c. Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d. Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok
I. Pasien
1. Kriteria Pasien
a. Klien dengan gangguan orientasi realita (halusinasi)
b. Klien yang kooperatif dengan riwayat halusinasi
c. Klien dengan gangguan orientasi orang, waktu dan tempat yang sudah
dapat berinteraksi dengan orang lain
d. Klien yang sehat secara fisik
e. Klien yang telah diberitahu oleh terapis sebelumnya
f. Klien dapat berkomunikasi verbal dengan baik
2. Proses Seleksi
a. Identifikasi klien yang memenuhi kriteria
b. Membuat kontrak dengan klien
c. Menjelaskan tujuan kegiatan
d. Menjelaskan tempat dan waktu kegiatan
e. Membuat perjanjian mengikuti peraturan dalam terapi aktivitas kelompok
f. Menjelaskan akan bergabung dengan klien lain dalam kelompok
J. Susunan Pelaksanaan
1. Susunan perawat pelaksanaan Terapi Psikoreligius sebagai berikut:
a. Leader : Dini Erika Sandi
b. Co Leader : Astiyani
c. Fasilitator :
1. Selma Yusriyyah
2. Evi Siti Fatimah
3. Erna Sari
4. Sandra Febriani
5. Maryna Oktavia S
d. Observer : M. Wisnu Suryaman
2. Pasien peserta TAK sebagai berikut:
No. Nama Masalah Keperawatan
1. Juliana Hidayati
2. Ferdy Fatullah
3. Sri Nuryanti
4. Agus Ramdani Azzaki
5. Palma Alfira
K. Antisipasi Masalah
a. Penanganan Pasien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1. Memanggil Pasien
2. Memberi kesempatan kepada pasien tersebut untuk menjawab sapaan
perawat atau pasien yang lain.
A. Tujuan
A. Klien dapat Menuliskan pengalaman Proses Rehabilitasi
B. Klien dapat menuliskan apa yang dilakukan jika ada keinginan untuk
mencoba Kembali.
C. Klien Dapat memperkenalkan Diri
D. Klien Dapat Berjabat Tangan
E. Klien Dapat Menjelaskan dan Menceritakan Isi Kertas yang mereka tulis
dan cara mencegah serta memberi Motivasi agar dapat menyelesaikan
proses rehabilitasinya.
B. Setting
A. Kelompok berada diruang yang tenang
B. Kien duduk melingkar
C. Alat
a. Kertas HVS
b. Pensil/ Balpoint
c. Handphone untuk pemutaran music
d. Speaker
e. Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK.
D. Metode
1 Diskusi
2 Tanya jawab
E. Langkah – langkah kegiatan
A) Persiapan
1. Perawat:
a. Identifikasi Nilai dan Kultur Perawat
b. Pengetahuan/ Pemahaman Perawat tentang nilai- nilai Agama
c. Kemampuan Perawat dalam Komunikasi Terapeutik
2. Klien
a. Identifikasi Nilai, Kultur dan Keyakinan yang dimiliki Klien
b. Identifikasi Latar Belakang Klien
c. Kontrak—Yakinkan Klien akan Bertemu dengan Klien Lain
(Kelompok)
3. Lingkungan
i. Setting Tempat
ii. Lokasi Pelaksanaan Terapi
iii. Peralatan yang Dibutuhkan
B) Orientasi
a Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam
b Evaluasi validasi: terapis menanyakan perasaan peserta hari ini
c Kontrak:
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis menjelaskan aturan main:
a) Masing masing klien memperkenalkan diri nama, nama
panggilan
b) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
C) Kerja
a. Identifikasi/ Lakukan pengkajian religi yang dipahami Klien
b. Identifikasi masalah yang dihadapi Klien
c. Menyampaikan Materi tentang Motivasi
d. Memberikan Kesempatan Klien untuk Bertanya
e. Menjelaskan Kegiatan Terapi
D) Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis Me review kegiatan yang telah dilakukan
2) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
3) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota
kelompok
Petunjuk Dilakukan :1
Tidak Dilakukan :0
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai pelayanan yang efektif maka perawat, dokter dan tim
kesehatan harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok
yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing
profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika
digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Banyaknya faktor yang berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima,
berbagi tanggung jawab, komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu
tim berfungsi. Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi
terselenggaranya pelayanan pasien yang berkualitas.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini
dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.