Anda di halaman 1dari 6

Nama :Kholilah Putri azzazairani

Kelas : A 2018
NIM : 1107618072
Asas dan Pendekatan Pembelajaran PPKN SD
A. asas

 Tatanan konsep
Tatanan menurut kbbi berarti tata tertib, aturan atau sistem. Sedangkan konsep merupakan suatu
rancangan/ide yang diabstrakan dari peristiwa konkret. Dapat disimpulkan, bahwa tatanan
konsep dalan PKN adalah suatu rancangan yang berisi ide-ide secara abstrak untuk membuat
sistem atau tata tertib di dalam masyarakat tujuannya agar lebih terstruktur.
 Nilai
Salah satu Asas Pancasila yakni Nilai-Nilai Pancasila.Pancasila berisi lima sila. Masing-masing
sila memiliki nilai-nilai yang terkadung dan mestinya berbeda isi antara nilai yang satu dengan
yang lain. Misalnya sila pertama yakni "Ketuhanan yang Maha Esa" berisi dua nilai
1. Ketakwaan personal
2. Ketakwaan sosial/publik
Ketakwaan personal berkaitan dengan diri sendiri seperti mempercayai adanya Tuhan YME,
sembahyang, membaca kitab suci. Dan ketakwaan sosial/pubkik berkaitan dengan lingkungan
dan masyarakat. Misalnya, menyayangi semua makhluk ciptaan Tuhan YME, mengakui
keberagaman agama, dan mempunyai toleransi agama.
Sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab. nilai-nilai pancasila yang terkandung ialah kita
sebagai warga negara indonesia harus menghargai dan menghormati sesema manusia tanpa
pandang bulu, selalu berpartisipasi dalam kegiatan kemanusian dan initinya pada sila ini, kita
bisa memanusiakan manusia.
Sila ketiga , dalam pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia”. Mempunyai maksud untuk
mempersatukan seluruh rakyat indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika yang berarti walaupun
di negara ini kita memiliki beragam kebudayaan, adat-istiadat, kebiasaan, suku, ras, agama dsb
atau memliki banyak perbedaan, tetapi walaupun berbeda-beda kita tetap satu tujuan.Contoh nya
seperti dalam sebuah organisasi terdapat banyak individu yang memiliki agama, suku dan ras
yang berbeda-beda namun untuk menjalankan satu tujuan bersama mereka tetap satu tanpa
memandang perbedaan tersebut.
sila ke empat , dalam sila ini yang berbunyi ’Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan’. Mempunyai yaitu Mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat. Jadi kita harus mengutamakan kepentingan banyak orang
dari pada kepentingan pribadi, Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam
mengambil keputusan bersama. Agar apa yang di putuskan bisa dijalani dan disetujui secara
bersama-sama tidak hanya 1 pihak. Berrembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus
atau kata mufakat diliputi dengan semangat kekeluargaan.
Sila ke lima yaitu ‘keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia’ . Merupakan tujuan dari empat
sila sebelumya, sebagai tujuan bangsa. mengajak masyarakat aktif dalam memberikan
sumbangan yang wajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing kepada negara demi
terwujudnya kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir dan batin selengkap mungkin bagi
seluruh rakyat Indonesia. Contoh perwujudannya seperti masyarakat adil dan makmur.
 Moral dan norma
moral diartikan (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila; (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 1041). Sedangkan
asas sendiri ialah prinsip yang fundamental yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan
tindakan. Asas moral berarti sebuah tindakan yang bersifat sikap atau budi pekerti yang bisa
dijadikan pedoman dalam bertindak.Maka, asas moral ini perlu adanya dalam pembelajaran PKn
SD agar peserta didik memahami yang dapat menerapkan suatu perbuatan baik dan dapat ditiru
dalam kehidupan sehari-hari baik dalam ranah keluarga, pertemanan, sekolah maupun
bertatanegara. Adapun dengan norma,Norma adalah kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki
oleh tata nilai untuk dipatuhi. Norma pada sila pertama mengatur tentang bagaimana hubunggan
manusia dengan yg lainnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tentunya norma memiliki sanksi
dan untuk sila pertama termasuk dalam norma agama maka sanksinya dapat berupa dosa sesuai
dengan ketentuan agama yg dianutnya. Norma sebagai penjabaran dari nilai dasar pancasila
adalah norma etik serta juga norma hukum. Pancasila dijabarkan ialah sebagai norma etik
dikarenakan pada dasarnya nilai-nilai dasar pada pancasila ialah nilai-nilai moral. Jadi, pancasila
tersebut menjadi semacam etika prilaku para penyelenggara Negara serta juga masyarakat
Indonesia agar dapat sejalan dengan nilai normatif pancasila itu sendiri.
 Pembukaan dan batang tumbuh uud 1945
Pokok-pokok pikiran pembukaan UUD 1945, merupakan suasana kebatinan Undang-Undang
DasarNegara Indonesia serta mewujudkan cita hukum yang menguasai hkum dasar Negara,
baik yang tertulis maupun tidak tertulis, dan pokok-pokok pikrab tersebut dijelmakan dalam
pasal UUD 1945.Oleh karena itu, dipahami bahwa suasana kebatinan UUD 1945 serta cita
hukum UUD 1945 bersumber atau dijiwaioleh dasar falsafat Pancasila. Inilah yang dimaksud
dengan arti dan fungsi Pancasila sebagai Dasar Negara. Dengan demikian, jelaslah bahwa
Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi atau hubungan langsungdegan Batang Tubuh
UUD 1945, karena Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal di Batang Tubuh UUD 1945 tersebut. Pembukaan
UUD 1945yang merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, bahkan hal ini menjadi
rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.Batang Tubuh UUD 1945 terdiri dari
rangkaian pasal-pasal merupakan perwujudan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945, yang tidak lain adalah pokok pikiran : PersatuanIndonesia, Keadilan
social, Kedaulatan Rakyat berdasar atas kerakyatan danpermusyawaratan/perwakilan, dan
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Kemanusiaan yang adil danberadab.Pokok-pokok
pikiran tersebut tidak laib adalah pancaran dari Pancasila yang telah nanpu
nenberikanemangat dan terpancang dengan khidmay dalam perangkat UUD 1945. Semangat
(Pembukaan) padahakikatnya merupakan suatu rangkaian lesatuan yang tak dapat
dipisahkan. Kesatuan serta semangatyang demikian itulah yang harus diketahui, dipahami,
dan dihayati oleh setiap insan warga Negara Indonesia.

Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 45 ;


1. Alinea 1,2,3 a tidak memiliki hub. Causal organis dengan UUD 1945 karena berisi hal-hal
yang mendahului kemerdekaan
2. Alinea 4 a memiliki hub. Causal organis dengan UUD 1945 krn berisi hal-hal pokok bagi
terselenggaranya negara ;
a. Uud ditentukan akan ada
b. Yang diatur dalam UUD adalah pembentukan pemerintahan negara
c. bentuk negara republik berkedaulatan rakyat
d. Pancasila sebagai dasar negara
 Humanistik
Abraham Maslow dan Carl Rogers termasuk kedalam tokoh kunci humanisme. Tujuan utama
dari humanisme dapat dijabarkan sebagai perkembangan dari aktualisasi diri manusia
automomous. Dalam humanisme, belajar adalah proses yang berpusat pada pelajar dan
dipersonalisasikan, dan peran pendidik adalah sebagai seorang fasilitator.Dalam teori ini cocok
untuk diterapkan dalam materi pembelajaran ppkn yang bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial.Indikator dari keberhasilan
alokasi ini adalah siswa merasa senang. Bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Dan Siswa diharapkan menjadi
manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri
secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin atau etika yang berlaku
 Siswa sentris
Pembelajaran hendaknya bersifat Siswa Sentris (student centered = student based). Dalam
pengertian ini maka guru harus mampu membaca/memahami hal tersebut keadaan diri siswa
serta selalu memperhatikan keadaan/kesukaran/keberhasilan/kemampuan siswa baik di saat
merancang pembelajaran maupun pada waktu PBM berlangsung. Idealnya memang dilaksanakan
pola pembelajaran Individual (Individualized Instruction) seperti Pembelajaran Modul (Modular
Instruction). Namun dalam pembelajaran klasikalpun hal ini memungkinkan melalui aneka
metode/ teknik yang memang memberikan kesempatan dan haknya pada siswa maju /
berkembang menurut potensinya masing-masing.
 Utuh , bulat , terpadu dan berkesinambungan
Pendidikan kewarganegraan merupakan sebuah pembelajaran landasan Idiologi bagi bangsa
Indonesia. Dan mengajarkan berbagai norma , nilai yang terkandung dalam Pancasila. Dimana
setiap hal yang terkandung berperan penting sebagai pedoman hidup bagi warga negara
Indonesia.sehingga hal ini, dalam penjalanannya tidak dapat dipisahkan, sehingga disetiap hal
tersebut merupakan hal yang berkesinambungan dalam pedoman hidup atau landasan pokok
yang merupakan merupakan satu kesatuan yang utuh dan bulat.

 Multi Dimensional
multidimensional ( permasalahan lebih dari satu ) merupakan keadaan suatu negara yang sedang
mengalami berbagai macam masalah ( pertentangan) dalam aspek ekonomi, sosial, budaya,
politik dan lain sebagainya, keadaan ini sedang berlangsung dan sulit untuk di selesaikan.
B. Pendekatan pembelajaran PKN SD

 Pendekatan Nilai – Moral Pancasila


Nilai dan moral Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 secara sistematis dan sistemik
dikembangkan dalam diri peserta didik melalui pengembangan konsep moral, sikap moral, dan
perilaku moral setiap rumusan butir nilai yang telah dipilih sebagai substansi/konten dan
pengalaman belajar (learning experiences) Pendidikan Kewarganegaraan.
 Pendekatan kelayakan kurikulum

Kurikulum adalah apa yang akan diajarkan sedangkan pembelajaran adalah bagaimana
menyampaikan apa yang diajarkan. Menurut McDonald & Leeper kegiatan kurikulum adalah
memproduksi rencana kegiatan, sedangkan pembelajaran adalah kegiatan melaksanakan rencana
tersebut. Kurikulum dan pembelajaran pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem
yang lebih besar, yaitu sistem persekolahan. Kurikulum dan pembelajaran adalah dua sistem
yang saling terkait satu sama lain secara terus-menerus dalam suatu siklus.Menurut Gagne dan
Briggs pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa
yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi proses belajar dalam diri
siswa. Menurut Gredler proses perubahan sikap dan tingkah laku siswa pada dasarnya terjadi
dalam satu lingkungan buatan dan sangat sedikit bergantung pada situasi alami, ini artinya agar
proses belajar siswa berlangsung optimal guru perlu menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif. Proses menciptakan lingkungan belajar yang kondusif ini disebut pembelajaran.
Pengembangan kurikulum adalah suatu istilah yang ada dalam studi kurikulum, yaitu sebagai
alat untuk membantu guru melakukan tugasnya menyampaikan pembelajaran yang menarik
minat siswa. Kegiatan pengembangan kurikulum ini perlu dilakukan untuk menghadapi dan
mengantisipasi keadaan berikut, yaitu merespons perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan
sosial di luar sistem pendidikan, memenuhi kebutuhan siswa dan merespons kemajuan-kemajuan
dalam pendidikan.

 Pendekatan tujuan & keterampilan proses

1.memotivasi belajar siswa karena dalam keterampilan siswa dipacu untuk senantiasa
berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
2. memperjelas konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari siswa karena pada hakekatnya
siswa sendirilah yang mencari dan menemukan konsep tersebut.
3. mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan di dalam kehidupan sehari-hari.
4. mempersiapkan dan melatih siswa dalam menghadapi kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
untuk bepikir logis dalam memecahkan masalah.
5. mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan sosial dalam
menghadapi berbagai problem kehidupan.

 Pendekatan progam yang tematik- kemasyarakatan & terpadu disamping


pendekatan progam yang konseptual / teoritik /keilmuan & normatif .
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
(1) Pembelajaran tematik berpusat pada peserta didik (student centered), hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih konseptual dan banyak menempatkan peserta didik
sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu
memberikan kemudahankemudahan kepada peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar.
(2) Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik (direct
experiences). Dengan pengalaman langsung ini, peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak
. (3) Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan
dengan kehidupan peserta didik.
(4) Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik mampu memahami konsep-konsep
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam memecahkan
masalahmasalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
(5) Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel), guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu
mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan
peserta didik dan keadaan lingkungan, sekolah dan peserta didik berada.
(6) Peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai
dengan minat dan kebutuhannya dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
 Pendekatan pendidikan nilai moral / afektif di samping pendekatan kognitif ,
Pendekatan perkembangan kognitif pertama kali dikemukakan oleh Dewey (Kohlberg 1971,
1977). Selanjutkan dikembangkan lagi oleh Peaget dan Kohlberg dalam Freankel, (1977); Hersh,
et. al. (1980). Dewey membagi perkembangan moral anak menjadi tiga tahap (level) sebagai
berikut: (1) Tahap "premoral" atau "preconventional". Dalam tahap ini tingkah laku seseorang
didorong oleh desakan yang bersifat fisikal atau sosial; (2) Tahap "conventional". Dalam tahap
ini seseorang mulai menerima nilai dengan sedikit kritis, berdasarkan kepada kriteria
kelompoknya. (3) Tahap "autonomous". Dalam tahap ini seseorang berbuat atau bertingkah laku
sesuai dengan akal pikiran dan pertimbangan dirinya sendiri. Piaget Dalam Windmiller, (1976)
mendefinisikan tingkat perkembangan moral pada anak-anak melalui pengamatan dan
wawancara dengan suatu kesimpulan bahwa perkembangan kemampuan kognitif pada anak-anak
mempengaruhi pertimbangan moral mereka. Sedangkan Kohlberg (1977) juga mengembangkan
teorinya berdasarkan kepada asumsi-asumsi umum tentang teori perkembangan kognitif dari
Dewey dan Piaget di atas. Seperti dijelaskan oleh Elias (1989), Kohlberg mendefinisikan
Tingkat-tingkat perkembangan moral dimulai dari konsekuensi yang sederhana, yang berupa
pengaruh kurang menyenangkan dari luar ke atas tingkah laku, sampai kepada penghayatan dan
kesadaran tentang nilai-nilai kemanusian universal.
 Pendekatan CBSA kadar tinggi yang diiringi pola KMG yang reaktif.
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh
pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses
mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses
kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam
bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan
daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan
tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang
diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara
bersama-sama.
Setiap proses pembelajaran pasti menampakkan keaktifan orang yang belajar atau siswa.
Pernyataan ini tidak dapat kita bantah atau kita tolak kebenarannya. Adanya kenyataan ini,
menyebabkan sulitnya mendefinisikan pengertian pendekatan CBSA secara tepat. Kepastian
adanya keaktifan siswa dalam setiap proses pembelajaran, memberikan kepastian kepada kita
bahwa pendekatan CBSA bukanlah suatu hal yang dikotomis. Hal ini berarti, setiap peristiwa
pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru dapat dipastikan adanya penerapan pendekatan
CBSA dan tidak mungkin tidak terjadi penerapan pendekatan CBSA dalam peristiwa
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai