Anda di halaman 1dari 6

Hospitalisasi adalah keadaan krisis pada anak saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit,

sehingga harus beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit yang asing, peralatan medis
yang menakutkan dan prosedur medis yang menyakitkan sering menjadi gambaran
hospitalisasi. (Wong,2008).

Dampak Hospitalisasi pada anak dan orang tua :

1. Dampak Trauma : Secara psikologi dampak karena hospitalisasi untuk anak yaitu bisa
membuat rasa trauma. Baik trauma dalam kurun waktu pendek dan juga dalam waktu yang
panjang. Apabila rumah sakit tidak dapat mengobati dan melayani pasien dengan baik dan
benar, tentu hal ini bisa saja mengakibatkan keseriusan penyakit pasien menjadi bertambah
parah.

2. Dampak Cedera : Dampak hospitalisasi pada anak dan keluarga selanjutnya yaitu bisa
membuat cedera atau cacat. Banyak peristiwa yang dialami beberapa pasein anak – anak,
yang dampaknya sangat serius. Contoh karena pelayanan yang tidak maksimal atau karena
orangtuanya tidak memiliki cukup uang, sang anak ditelantarkan begitu saja sampai
kondisinya parah. Ada juga yang sampai kondisi anak balita meninggal, karena pelayanan
dan tindakan medis yang terlambat.

3. Dampak Rasa Takut : Ketakutan pasti akan terjadi apabila pihaj rumah sakit memberikan
pelayanan yang asal – asalan, belum lagi pemberian obat yang kadang tidak sesuai dengan
penyakit pasien. Pasti orangtua sangat menkuatirkan kondisi seperti ini, bukannya sembuh
malah semakin parah penyakitnya, selain beban mental dirasakan orangtua, pasien anak
juga akan merasa tidak nyaman dengan perlakukan yang tidak semestinya. Kondisi seperti
ini banyak dialami oleh anak – anak yang tingkat kemampuan ekonomi di bawah standar
atau orangtua yang tidak memiliki kecukupan biaya.

4. Adanya Rasa Tidak Percaya : Akibat dari hospitalisasi rumah sakit terhadap pasien anak,
maka timbullah opsi tidak percaya kepada pihak rumah sakit. Rasa trauma, takut, kuatir dan
sebagainya, tentu saja untuk mencari rumah sakit dengan fasilitas dan pelayanan baik
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Rumah sakit swasta sendiri yang tidak menerima
pasien dengan jaminan askes atau asuransi pemerintah sangatlah sulit bagi pasien. Banyak
rujukan rumah sakit yang tidak sesuai dengan harapan pasien, sehingga pasien mengalami
reaksi yang semakin parah.

5. Rasa Sedih : Belum lagi dampak hospitalisasi pada anak dan keluarga yang berujung
kepada perasaan sedih. Kejadian pasien anak balita yang meninggal di rumah sakit akibat
pelayanan, tindakan yang salah, diagnosa salah sering terjadi. Sehingga kondisi pasien
tidak bisa diselamatkan, ada juga karena dana yang tidak cukup. Hal ini membuat keluarga
dan orangtua merasa sedih, untuk berobat saja mereka diharuskan untuk membayar
jaminan dulu, lalu jika tidak maka pasien tidak bisa diobati bahkan sudah tidak tertolong.

6. Prasangka Buruk Terhadap Rumah Sakit : Ada banyak kasus yang mengecewakan
terjadi di rumah sakit, entah itu pelayanannya, petugasnya, obat – obatan dan sebagainya
yang terkesan tidak memuaskan pasien. Akibat hal tersebut, maka timbullah perasaan
prasangka buruk terhadap rumah sakit, jangan – jangan ?, itulah yang sering diungkapkan
orangtua apabila kondisi anak tidak segera membaik. Atau karena takut jika dokter dan
perawat salah memberikan obat dan juga diagnosa penyakitnya.

7. Rasa Malas Untuk Berobat Ke Rumah Sakit : Dampak hospitalisasi pada anak dan
keluarga berikutnya, orangtua menjadi enggan dan malas untuk berobat ke rumah sakit.
Lebih baik berusaha dengan obat herbal, tradisional daripada harus ke rumah sakit. Namun,
kondisi darurat barulah orangtua akan bertindak segera, hal ini akibat dari hospitalisasi
rumah sakit yang tidak dipercayai oleh keluarga pasien.
RESUME JURNAL

Analisa Deteksi Dini dan Stimulasi Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Miftakhul Ulfa

Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Vol .6

Stikes Widyagama Husada Malang

2018

Responden Penelitian :

Siswa Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 Malang ( 35 Anak).

Orang tua siswa dan Guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 Malang ( 77 orang ).

Metode Penelitian :

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode survey analitik
(Notoatmojo, 2012).

Hasil Penelitian :

Berdasarkan Karakteristik Siswa TK menurut usia, tinggi badan dan berat badan pada Tabel
1 didapatkan bahwa mayoritas usia siswa di Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 Malang
adalah berusia 5 tahun sejumlah 19 orang (54,3%), karakteristik responden berdasarkan
tinggi badan didapatkan bahwa mayoritas siswa di Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12
Malang mempunyai tinggi badan sekitar 101 -111 cm sejumlah 23 orang (65,7%). Dan
karakteristik siswa berdasarkan berat badan didapatkan bahwa mayoritas Siswa di Sekolah
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 Malang mempunyai berat badan sekitar 10-15 kg sejumlah
18 orang (51,4%).
Tabel 1. Karakteristik Siswa TK A, B, dan Kelompok Bermain di Sekolah TK Aisyiyah
Bustanul Athfal 12 Malang.

Usia Jumlah %
3 tahun 1 2,9
4 tahun 8 22,9
5 tahun 19 54,3
6 tahun 7 20
Total 35 100
Berat Badan (kg)
10-15kg 18 51,4
16-21kg 16 45,7
22-27kg 1 2,9
Total 35 100
TinggiBadan (cm)
90-100 12 34,3
101-111 23 65,7
Total 35 100
Sumber data : Data Primer (2018)

Tabel 2. Hasil Pemeriksaan KPSP pada Siswa TK A, B dan Kelompok Bermain di Sekolah
TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 Malang.

KPSP Jumla %
h

Sesuai 31 88,6

Penyimpanga 4 11,4
n

Total 35 100

Sumber data : Data Primer (2018)

Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas siswa di Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12


Malang mempunyai tumbuh kembang yang sesuai dengan usianya yaitu 31 orang (88,6%).

Berdasarkan Hasil Pemeriksaan KMEE pada Tabel 3 didapatkan bahwa mayoritas siswa di
Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 Malang pada deteksi gangguan emosional dalam
tahap normal yaitu 16 orang (45,7%).

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan KMEE pada Siswa TK A, B, Kelompok Bermain di Sekolah TK


Aisiyah Bustanul Athfal 12 Malang.
Pemeriksaa Jumla %
n KMEE h

Normal 16 45,7

Rujuk 11 31,4
Pelayanan
Tumbuh
Kembang

Evaluasi 8 22,9
setelah 3
bulan

Total 35 100

Sumber data : Data Primer (2018)

Tabel 4. Hasil Pemeriksaan AUTIS pada Siswa TK A, B, Kelompok Bermain di Sekolah TK


Aisiyah Bustanul Athfal 12 Malang.

Pemeriksaan Jumla %
Autis h

Normal 34 97,1

Autis 1 2,9

Total 35 100

Sumber data : Data Primer (2018)

Berdasarkan Hasil Pemeriksaan Autis pada pada Tabel 4 didapatkan bahwa mayoritas
siswa di Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 Malang pada deteksi autis dalam tahap
normal yaitu 34 orang(97,1%).
Berdasarkan Hasil Pemeriksaan GPPH pada Tabel 5 didapatkan bahwa mayoritas siswa di
Sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal 12 Malang pada deteksi GPPH dalam tahap normal
yaitu 30 orang (85,7%).

Tabel 5. Hasil Pemeriksaan GPPH pada Siswa TK A, B, Kelompok Bermain di Sekolah TK


Aisiyah Bustanul Athfal 12 Malang.

GPPH Jumlah %

Normal 30 85,7

GPPH 5 14,3

Total 35 100

Sumber data : Data Primer (2018)

Implikasi Penelitian :

Anda mungkin juga menyukai