Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MAKALAH

PENGAMALAN KAJIAN TRI HITA KARANA DALAM LINGKUNGAN


MASYARAKAT DAERAH MANGGIS KARANGASEM

DISUSUN OLEH :

NAMA : KADEK ARDI ARYA RANDITHA


NIM. : 1914101068
JURUSAN : HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PRODI : ILMU HUKUM
ROMBEL : 24
MAPEL : TRI HITA KARANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2019

KATA PENGANTAR
Om Swastiastu senantiasa kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas makalah untuk mata kuliah Tri Hita Karana yang berjudul “Pengamalan
kajian Tri Hita Karana dalam lingkungan masyarakat daerah Manggis Karangasem”
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dan saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh
karena itu, saya mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
mengandung dari berbagai pihak. Akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 1
1.3. Tujuan Penulisan 1
1.4. Manfaat Penulisan 2
1.4.1 Manfaat bagi penulis 2
1.4.1 Manfaat bagi pembaca 2
BAB 2.PEMBAHASAN 3

A. Tradisi yang ada di Manggis 3


B. Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi 3
BAB 3. PENUTUP 4
3.1. Kesimpulan 4
DAFTAR PUSTAKA 5
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seperti yang kita ketahui pada zaman ini perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi mengalami perubahan yang signifikan akibat adanya globalisasi secara menyeluruh
di segala bidang kehidupan. Perubahan waktu telah membawa kita pada jaman yang semakin
maju dan pola pikir yang berkembang pesat sehingga telah membentuk ide ide baru yang
jelas berbeda sekali dengan pola pikir zaman dulu. Aktivitas manusia tak lagi berbicara
tentang kekuatan otot namun seberapa kecanggihan otak manusia menciptakan teknologi-
teknologi canggih untuk mempermudah pekerjaan yang dilakukan oleh manusia
Namun jika kita telaah lebih jauh lagi perkembangan teknologi yang semakin hari
semakin maju ini kerap kali tidak memperhatikan estetika terhadap lingkungan. Manusia erat
kaitannya dengan komunikasi. Baik komunikasi terhadap sesama manusia, terhadap tuhan,
maupun lingkungannya. Majunya globalisasi sebenarnya harus diiringi juga dengan majunya
pola pikir manusia terhadapa lingkungan maupun juga terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Umat Hindu mengajarkan kepada kita mengenai konsep Tri Hita Karana yang artinya
tiga penyebab kesejahteraan  yaitu Parhyangan, Pawongan, Palemahan. Parhyangan artinya
manusia hendaknya menjaga keharmonisan dengan Tuhan dapat diimplementasikan melalui
upacara-upacara keagamaan, sembahyang, beryajna, dan lain-lain. Pawongan artinya manusia
hendaknya menjaga keharmonisan antar sesama manusia, seperti yang kita ketahui bahwa
manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan satu sama lain melalui interaksi saling
toleransi dan komunikasi yang baik dalam masyarakat. Palemahan artinya bahwa manusia
hendaknya menjaga keharmonisan kepada alam atau lingkungan hidup misalnya menjaga
kelestarian alam agar tetap terjaga keasriannya. Umat Hindu percaya ketika kita memberi
pelayanan kepada alam semesta, maka alam semesta akan memberi pelayanan terbaiknya
kepada kita.
Penerapan Tri Hita Karana dalam lingkungan sudah ada sejak dulu kala dan
diwariskan turun temurun dalam bentuk tradisi. Banyak sekali tradisi tradisi yang ada di
indonesia khususnya Bali yang erat kaitannya dengan penerapan Tri Hita Karana baik itu
dalam bidang sosial, budaya maupun perekonomian. Seperti contoh di daerah Manggis yang
sangat kental kaitannya dengan sosial kultural Bali. Di daerah Manggis banyak sekali tradisi
yang menerapkan konsep Tri Hita Karana. Ini membuktikan bahwa penerapan konsep Tri
Hita Karana ini masih berlaku dan diterapkan sesuai dengan hukum adat masing masing desa.
Penerapan Tri Hita Karana di daearah Manggis menyangkut beberapa aspek mengenai Sosial,
budaya maupun perekonomian yang berlaku di daerah tersebut
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan di identifikasi dalam makalah ini adalah:
1. Apa saja tradisi yang ada di daearah Manggis yang erat kaitannya dengan konsep Tri
Hita Karana?
2. Bagaimana tradisi tersebut berhubungan dengan aspek budaya, sosial dan ekonomi

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini yaitu:
Mengetahui dan lebih memahami tentang tradisi-tradisi yang ada di daerah Manggis dan
penerapannya dalam konsep Tri Hita Karana di bidang sosial, budaya dan ekonomi.

1.4 Manfaat penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa dalam mempelajari jenis tradisi yang erat
kaitannya dengan Konsep Tri Hita Karana
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang tradisi yang ada di daerah
Manggis
1.4.1 Adapun manfaat makalah ini bagi penulis yaitu sebagai berikut :
1. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Tri Hita Karana
2. Mengembangkan pengetahuan tentang jenis tradisi yang ada di daerah Manggis
yang erat kaitannya dengan konsep Tri Hita Karana
1.4.2 Manfaat bagi pembaca
1. Pembaca dapat mengetahui dan memahami konsep Tri Hita Karana dalam tradisi
yang ada di daerah Manggis
2. Bagi mahasiswa makalah ini dapat di harapkan sebagai refrensi tentang tradisi
dalam konsep Tri Hita Karana
3. Dapat mendeskripsikan jenis dan penjelasan dari tradisi yang ada di daerah
Manggis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tradisi di daerah Manggis
Masyarakat daerah Kecamatan Manggis memiliki budaya-budaya maupun kebiasaan-
kebiasaan yang unik. Daerah Manggis memiliki kekayaan dalam bidang tradisi yang erat
sekali kaitannya dengan tingkah laku maupun pola pikir masyarakat daerah tersebut. Seperti
yang kita ketahui Tri Hita Karana dalam penerapannya sangatlah luarbiasa. Melalui Konsep
Tri Hita Karana ini dapat memberikan efek yang positif bagi lingkungan. Leluhur terdahulu
khususnya di daerah Manggis, telah menerapkan tradisi-tradisi yang menjaga keseimbangan
prilaku baik manusia, alam, maupun terhadap tuhan. Walaupun tradisi-tradisi maupun
kebiasaan yang unik ini mulai ditinggalkan tetapi di beberapa tempat di daerah Manggis,
sangat menjaga tradisi yang telah diwariskan dan terus dilaksanakan di hari-hari tertentu.
Adapun beberapa tradisi yang ada di daerah manggis antara lain
1. Tradisi Gocek Taluh
Tradisi Gocek Taluh adalah tradisi mengadu telur. Seperti arti katanya “gocek taluh”
dua buah telur ayam kampung yang telah dipilih dan telah di upacarai diadu di atas pelepah
pohon pisang. Setelah telur itu diadu oleh satu orang pria, telur yang akan menang akan terus
menantang telur-telur lainnya. Tradisi ini digelar di Desa Selumbung, Kecamatan Manggis,
Karangasem, Bali. Dilaksanakan di pinggir jalan desa sore hari yang biasa dilakukan saat
Tilem sasih Kasa. Sebelum dilaksanakan prosesi megocek taluh, pagi harinya ada tradisi
masegeh. Masegeh ini merupakan tradisi menuntun anak sapi (godel) keliling desa yang
diikuti oleh warga laki-laki dengan membawa pohon bongkot (kecomrang) dihias. Walaupun
terlihat sederhana tradisi ini sangat erat dengan konsep Tri Hita Karana. Melalui tradisi ini
masyarakat Desa Selumbung mengucapkan rasa syukur kepada Ida Sang Hyang Widi karena
telah diberikan hasil pertanian maupun perternakan yang baik. Selain itu melalui tradisi ini
warga Desa Selumbung dapat meningkatkan komunikasi sosial melalui tradisi tersebut
2. Tradisi Narat atau Tradisi Dataran
Tradisi Narat/Dataran adalah sebuah tradisi yang dilakukan turun temurun yang
dilaksanakan setiap upacara yang disebut dengan Ngusaba Puseh. Tradisi ini sangatlah sakral
dimana sekelompok pria yang terdiri dari belasan maupun puluhan orang membawa keris
dalam keadaan tidak sadar atau kerauhan. Para pemedek yang mengikuti tradisi ini berteriak
sambil menebas-nebaskan keris yang dibawa nya ke arah badan maupun menusukan keris ke
dada maupun perut pemedek (ngurek). Tradisi ini di lakukan di daerah Desa Selumbung,
Kecamatan Manggis, Karangasem, Bali. Walaupun terlihat menyeramkan warga Desa
Selumbung sangat antusias terhadap tradisi ini karena para Dewa ikut menyucikan atau
memberikan perlindungan terhadap warga maupun Desa Selembung.
3. Tradisi Megibung
Budaya ataupun tradisi megibung sebenarnya tidak hanya di Karangasem saja, namun
ada pada sejumlah tempat lainnya di Bali seperti Klungkung, bahkan juga beberapa tempat di
pulau Lombok. Namun yang memang masih melaksanakan tradisi ini dengan cukup baik
adalah Kabupaten Karangasem termasuk Kecamatan Manggis, dan hampir di semua wilayah
kabupaten Karangasem atau Bali Timur  ini masih menggelar acara Megibung dalam sebuah
hajatan adat seperti saat acara pernikahan, potong gigi, otonan dan tiga bulanan anak,
melaspas, acara piodalan, bahkan saat upacara Ngaben. Termasuk juga saat-saat acara gotong
royong seperti membangun sebuah rumah warga yang melibatkan tetangga dan kerabat, pada
saat acara bersantap dengan cara megibung. Acara makan bersama ini memang unik, tidak
ada perbedaan, duduk dalam kebersamaan, biasanya yang datang dalam satu hajatan berupa
undangan adat adalah warga setempat, sehingga dalam satu sele mereka sudah saling kenal,
mereka makan bersama sesekali sambil bersenda gurau dan bertukar pikiran, kesannya begitu
santai, menambah persahabatan dan lebih mengenal lagi, dan jika gibungan (nasi) yang
dimakan bersama habis adalah hal yang wajar untuk ditambah kembali, kalau lauknya
(karangan) tidak boleh. Sehingga makan bersama dengan cara megibung memastikan
pesertanya akan sangat puas, tidak ada rasa ragu ataupun malu untuk nambah lagi. Pada saat
makan, sebisanya agar tidak berceceran, apalagi berceceran di atas nampan tidak
diperbolehkan, sehingga kesannya tidak makan sisa ceceran makanan orang lain. Andaipun
makan berceceran itu harus diluar nampan. Walaupun tidak ada aturan tertulis dalam tradisi
atau acara megibung, maka peserta megibung juga tidak boleh meludah, berdahak, bersin,
berteriak, ketawa keras dan tata krama serta sopan santun lainnya, termasuk juga ketika salah
satu peserta megibung sudah kenyang, tidak boleh meninggalkan tempat, mulai bersama-
sama dan mengakhiri bersama-sama pula.

B. Aspek Budaya, Sosial, dan Ekonomi


1) Aspek Budaya
Di daerah Manggis sendiri tradisi yang erat kaitannya dengan konsep Budaya
dalam Tri Hita Karana adalah Tradiai Gocek Taluh dan Tradisi Narat/Daratan. Kedua
tradisi ini memiliki akar budaya yang kuat dari para leluhur di daerah Manggis itu sendiri.
Budaya yang berkembang secara turun-temurun melalui tradisi Gocek Taluh maupun
Tradisi Daratan ini dipelihara maupun dilestarikan sangat baik yang dibuktikan dengan
wajibnya tradisi ini dilakukan pada hari-hari tertentu.
2) Aspek Sosial
Tradisi unik daerah Manggis berdampak pada kehidupan sosial di daerah tersebut.
Melalui tradisi Gocek Taluh dan Megibung ini masyarakat desa Manggis dapat
megeratkan kehidupan sosial dalam bentuk komunikasi melalui tradisi Megibung dan
Gocek Taluh ini. Kedua tradisi ini memiliki nilai kebersamaan yang sangat tinggi ini
terbukti dengan partisipasi masyarakat dalam kedua tradisi ini. Dalam konsep Tri Hita
Karana, hubungan antara manusia dengan sesama manusia harus diterapkan. Melalui
tradisi ini hubungan antara manusia dapat terjalin dengan baik dan dapat meningkatkan
nilai kebersamaan.
3) Aspek Ekonomi
Daerah Manggis yang saya ketahui sampai sekarang dalam pengembangan tradisi
yang menyangkut tentang ekonomi tidak terlalu jelas. Namun ada beberapa warga desa
manggis yang menerapkan kebiasaan membuat tikar dari daun pandan. Tradisi ini
sebenarnya berasal dari Desa Tumbu Karangasem, karena ada perpindahan penduduk
dulu kala beberapa warga daerah Manggis mulai menerapkan tradisi ini. Hasil dari olahan
tikar daun pandan ini dijual oleh masyarakat daerah manggis untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hindu mengajarkan kepada kita mengenai konsep Tri Hita Karana yang
artinya tiga penyebab kesejahteraan  yaitu Parhyangan, Pawongan, Palemahan.
Penerapan Tri Hita Karana dalam lingkungan sudah ada sejak dulu kala dan
diwariskan turun temurun dalam bentuk tradisi. Banyak sekali tradisi tradisi yang ada,
yang erat kaitannya dengan penerapan Tri Hita Karana baik itu dalam bidang sosial,
budaya maupun perekonomian. Daerah Manggis memiliki beberapa tradisi yang
sangat erat kitannya dengan konsep Tri Hita Karana seperti tradisi Gocek Taluh,
Tradisi Narat/Daratan maupun Tradisi Megibung. Tradisi-tradisi ini sangat erak
dengan prilaku budaya, sosial maupun ekonomi daerah Manggis itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA

1. https://bali.tribunnews.com/2019/01/21/tribun-wiki-15-tradisi-unik-di-karangasem-
ada-yang-berebut-daging-ayam-hingga-mengadu-telur

2. https://www.balitoursclub.net/tradisi-megibung-di-karangasem/

3. https://bali-antaranews-
com.cdn.ampproject.org/v/s/bali.antaranews.com/amp/berita/165834/warga-selumbung-
karangasem-gelar-tradisi-daratan?amp_js_v=a2&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE
%3D#aoh=15717922719772&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fbali.antaranews.com%2Fberita
%2F165834%2Fwarga-selumbung-karangasem-gelar-tradisi-daratan

4. https://selusur.bali.youtube.tradisi.daratan

Anda mungkin juga menyukai