Anda di halaman 1dari 12

PENALARAN DALAM ARTIKEL MAHASISWA BARU

JURUSAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MALANG


ANGKATAN 2012

Arfita Umu Amaroh1


Sunaryo HS2
Bustanul Arifin3

Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang


E-mail: ar fita_purplegirl@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur yang


membangun penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, serta struktur
penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri
Malang angkatan 2012. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Berdasarkan hasil
analisis diperoleh tiga kesimpulan, yakni (1) unsur pembangun penalaran yang terdiri
atas pendirian, bukti, dan penyimpulan, (2) dua varian penalaran yang meliputi
penalaran induktif yang terdiri atas generalisasi, analogi, dan hubungan kausal,
penalaran deduktif dilakukan dalam bentuk entimem dan silogisme tidak lengkap, dan
(3) struktur penalaran di dasarkan pada unsur pembangun penalaran berbentuk balok
sama besar. Bagian pembuka mengemukakan pendirian, batang tubuh
mengemukakan bukti, dan penutup mengemukakan penyimpulan.

Kata Kunci: artikel, unsur penalaran, varian penalaran, struktur penalaran.

ABSTRACT: This study aimed to describe the elements that build reasoning,
inductive and deductive reasoning variant, and the structure of reasoning in the article
freshman Indonesian Literature Department, State University of Malang Force 2012.
This research is qualitative. Based on the analysis results obtained by three
conclusions (1) the building blocks of reasoning consists of establishment, evidence,
and inference, (2) two variants of reasoning, consists of a generalization of inductive
reasoning, analogy, and relationships causal, is done in the form of deductive
reasoning and syllogism entimem incomplete, and (3) the structure of reasoning is
based on the building blocks of the same reasoning is shaped beam. Opening section
suggests the establishment, torso adduce proof, concluding suggested cover.

Keywords: articles, elements of reasoning, reasoning variants, structural reasoning.

Penalaran merupakan proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa


pengetahuan. Suparno dan Yunus (2006:41) mendefinisikan penalaran adalah proses
berpikir sistematik dan logis untuk memperoleh sebuah simpulan (pengetahuan atau
keyakinan). Bahan pengambilan simpulan dapat berupa fakta, informasi, pengalaman,
atau pendapat para ahli (otoritas). Jadi, penalaran adalah proses berpikir yang
mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran ilmiah. Penalaran
memiliki karakteristik sebagai berikut. Pertama, ciri penalaran adalah adanya pola
berpikir luas yang dinamakan logika. Dengan kata lain, penalaran adalah proses berpikir
logis. Kedua, ciri penalaran adalah bersifat analitis dari proses berpikir, yaitu kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.

1
Arfita Umu Amaroh adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat
dari skripsi Sarjana Pendidikan, Program Sarjana Universitas Negeri Malang, 2013.
2
Sunaryo HS adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.
3
Bustanul Arifin adalah Dosen Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang.

1
2

Kemampuan penalaran harus dikuasai dalam kegiatan menulis yang dimulai dari
pendidikan SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi. Kemampuan menulis memiliki
peran penting dalam keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan studinya. Suherli
(dalam Harnadi, 2012) mengidentifikasi bahwa kemampuan mahasiswa dalam
menggunakan bahasa Indonesia ragam akademik masih rendah, terutama dalam bentuk
tulisan. Kemampuan tersebut tergambar dalam sejumlah karya ilmiah mahasiswa yang
diteliti. Padahal, aktivitas menulis telah ditumbuhkan diperguruan tinggi, misalnya
pemberian tugas berupa menulis makalah, laporan, dan artikel.
Penelitian yang berkaitan dengan penalaran sudah dilakukan oleh Dawud (2008)
berjudul Penalaran dalam Karya Tulis Populer Argumentatif dan Rizam (2011)
Penalaran dalam Artikel Rubrik Opini Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi November
2010. Kedudukan penelitian ini dapat dilihat dari persamaan dan perbedaan dengan
penelitian sebelumnya. Persamaannya adalah pada topik bahasan penelitian, yaitu unsur-
unsur penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, dan struktur penalaran.
Penelitian Dawud (2008) mengaji karya tulis populer argumentatif pada beberapa surat
kabar. Rizam (2011) meneliti artikel rubrik opini pada surat kabar Jawa Pos edisi
November 2010, sedangkan penelitian ini mengaji artikel karya mahasiswa baru.
Berdasarkan paparan tersebut, penelitian ini secara umum menjelaskan tentang
penalaran dalam artikel mahasiswa baru. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan unsur-unsur penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, dan
struktur penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Malang angkatan 2012.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah sebuah pendekatan penelitian yang diselenggarakan dalam setting alamiah,
memerankan peneliti sebagai instrumen pengumpul data, menggunakan analisis induktif,
dan berfokus pada makna menurut perspektif partisipan (Moedzakir, 2010:1). Desain
penelitian ini adalah deskriptif karena peneliti mendeskripsikan unsur-unsur pembangun
penalaran, varian penalaran induktif dan deduktif, serta struktur penalaran artikel.
Sumber data penelitian ini adalah tulisan artikel karya mahasiswa baru Jurusan
Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012. Pengambilan data
menggunakan teknik purposive sampling dan didapatkan 10 artikel yang memenuhi
kriteria penelitian.
Instrumen penelitian ini berupa tabel kodifikasi data. Dalam tabel kodifikasi data,
data dikelompokkan berdasarkan urutan nomor artikel, fokus penelitian, dan kode
paragraf atau alenia. Kodifikasi data ditujukan untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisis artikel yang telah dipilih.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumentasi. Studi
dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun serta
menganalisis dokumen-dokumen baik tertulis, gambar, dan elektronik. Dokumen yang
dipilih harus sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian (Sukmadinata, 2005:222). Wujud
data penelitian berupa kalimat dan paragraf yang mengandung unsur-unsur pembangun
penalaran serta varian penalaran induktif dan deduktif yang telah dikodifikasi.
Teknik analisis data berupa analisis isi dari artikel mahasiswa baru yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil tulisan, memilah hasil tulisan,
pengodifikasian, penafsiran data, dan penarikan kesimpulan. Tahapan dalam analisis data
meliputi reduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan. Pada tahap pertama,
dilakukan reduksi data dan kemudian didapatkan 10 artikel. Pada tahap kedua, penyajian
3

data dilakukankan secara sistemik. Tahap ketiga, penarikan kesimpulan yang dilakukan
dengan memaparkan unsur-unsur pembangun penalaran, varian penalaran induktif dan
deduktif, serta struktur penalaran.

HASIL
Berdasarkan hasil analisis, terdapat tiga unsur pembangun penalaran, yakni (1)
pendirian, (2) bukti, dan (3) penyimpulan. Unsur pendirian terdiri atas gagasan utama,
faktual prakiraan hipotesis, sebab suatu keadaan, dan fakta. Unsur bukti berupa otoritas
tokoh dan opini terhadap fakta. Penyimpulan dinyatakan dalam dua kategori yakni
inferensi implisit dan eksplisit berupa saran dan harapan.
Varian penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang angkatan 2012 dilakukan dalam dua varian, yaitu penalaran
induktif dan deduktif. Penalaran induktif terdiri atas generalisasi, analogi, dan
hubungan kausal. Generalisasi dalam artikel mahasiswa baru tersebut berupa
generalisasi dengan loncatan induktif dan tanpa loncatan induktif. Analogi berlangsung
berdasarkan peristiwa dan gejala khusus. Hubungan kausal berlangsung dalam tiga
varian yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat. Penalaran deduktif
tidak dilakukan dalam bentuk silogisme lengkap, tetapi dilakukan dalam bentuk
entimem. Hal ini disebabkan entimem dinilai lebih praktis karena hal yang dianggap
telah dipahami tidak dikemukakan kembali.
Struktur penalaran artikel mahasiswa baru berdasar pada tiga unsur pembangun
penalaran yang memunculkan empat model struktur penalaran. Struktur pertama, berupa
model yang sederhana karena hanya memuat unsur pokok pada pembangun penalaran.
Struktur kedua merupakan unsur pendirian berupa gagasan utama yang dikemukakan,
kemudian disusul bukti, baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta serta diakhiri
dengan penyimpulan (simpulan sementara-simpulan umum). Struktur ketiga merupakan
unsur pendirian berupa gagasan utama yang dikemukakan disertai data dasar, kemudian
disusul bukti, baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta, dan di akhiri dengan
penyimpulan. Struktur keempat merupakan unsur pendirian yang berupa gagasan utama
yang dikemukakan dengan disertai data dasar, kemudian disusul bukti, baik berupa
fakta maupun opini terhadap fakta, dan diakhiri dengan penyimpulan (simpulan
sementara-simpulan umum).

PEMBAHASAN
Unsur-unsur Pembangun Penalaran dalam Artikel Mahasiswa Baru Jurusan
Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang Angkatan 2012
Terdapat beberapa persamaan hasil penelitian unsur-unsur pembangun penalaran
dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang
angkatan 2012 dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dawud (2008) yang
berjudul Penalaran dalam Karya Tulis Populer Argumentatif dan Rizam (2011)
Penalaran dalam Artikel Rubrik Opini Surat Kabar Harian Jawa Pos Edisi November
2010. Dari penelitian tersebut, ditemukan adanya tiga unsur pokok pembangun
penalaran, yakni (1) pendirian, (2) bukti, dan (3) penyimpulan.
Unsur pendirian dalam penalaran terdiri atas tiga kategori, yakni pendirian
faktual, pendirian nilai, dan pendirian kebijakan. Pendirian faktual berupa pernyataan
proposisional tentang hubungan peristiwa atau fenomena dan prakiraan hipotesis.
Pendirian hubungan peristiwa berupa penyimpulan hubungan sebab-akibat antara suatu
kondisi atau peristiwa lain. Hasil penelitian Dawud (2008) menunjukkan adanya
rangkaian peristiwa yang dinyatakan sebagai titik tolak untuk menyatakan pendirian
4

lain, misalnya berupa penilaian atau pentingnya suatu masalah untuk dibahas lebih
lanjut. Hasil penelitian Rizam (2011) menjelaskan adanya isu atau gagasan tunggal dari
penulis artikel untuk menyatakan pendirian dalam penalarannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendirian prakiraan hipotesis didasarkan
pada asumsi yang menyatakan adanya hubungan antara kondisi masa lalu, kondisi masa
kini, dan kondisi yang akan datang. Suatu keadaan, fakta, dan peristiwa yang terjadi
“patut diduga” berpengaruh atau menjadi sebab terjadinya peristiwa lain. Pendirian
kebijakan menyangkut serangkaian tindakan tertentu dan memusatkan pada terjadi atau
tidaknya perubahan tindakan. Pendirian ‘kebijakan’ dinyatakan dalam bentuk sikap dan
saran. Dalam penelitian Dawud (2008), pendirian nilai berupaya menilai kekurangan
atau kelebihan suatu fakta, gagasan, objek, atau perilaku sesuai dengan patokan atau
kriteria yang dimiliki penulis. Nilai menyangkut sikap dasar terhadap keberadaan
sesuatu baik positif maupun negatif.
Persamaan selanjutnya dari penelitian ini dengan penelitian Dawud (2008) dan
Rizam (2011) ditunjukkan oleh hal-hal berikut. Pertama, penalaran pendirian yang
berupa faktual merupakan pernyataan proposisional yang berkaitan dengan peristiwa
yang dianggap sebagai penyebab terjadinya peristiwa lain. Adakalanya dalam pendirian
faktual di dalamnya terdapat prakiraan hipotesis yang didasarkan pada asumsi bahwa
ada hubungan antara kondisi masa lalu, kondisi masa kini, dan kondisi yang akan
datang. Kedua, pendirian nilai yang berupa penilaian atas kekurangan atau kelebihan
suatu fakta yang berdasarkan kriteria penulis sendiri. Ketiga, pendirian kebijakan yang
berupa pernyataan proposisional dalam bentuk saran yakni menyangkut tindakan
tertentu yang perlu dilaksanakan.
Dawud (2008) dan Rizam (2011) menggolongkan bukti ke dalam dua kelompok,
yakni fakta dan opini terhadap fakta. Bukti yang berupa fakta terdiri dari peristiwa, data
statistik, otoritas (tokoh, lembaga, dan ahli), serta acuan normatif (nilai, adagium, dan
pandangan umum). Bukti yang berupa opini terhadap fakta terdiri atas analisis,
penilaian, saran (harapan dan usulan), dan sikap yang dinyatakan oleh penulis. Bukti
tersebut terdapat juga dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang angkatan 2012.
Terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian unsur bukti yang dilakukan oleh
Dawud (2008) dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bukti
dukung yang berupa fakta, yakni data statistik dan otoritas diperoleh dari instansi
pemerintahan atau organisasi swasta, tokoh, dan ahli yang berkompeten di bidangnya.
Opini terhadap fakta berupa analisis dan penilaian. Analisis dan penilaian tersebut
secara objektif dan secara umum telah diterima sebagai kebenaran. Pada penelitian
Dawud (2008), disebutkan bahwa bukti dukung dalam pendirian dapat berupa analisis
perbandingan, analisis analogis, dan analisis kesenjangan antara kenyataan dengan
norma yang seharusnya. Pada penelitian Rizam (2011), bukti dukung berupa data
statistik yang diperoleh dari otoritas tokoh dan berupa opini terhadap fakta yang
berbentuk analisis.
Hasil penelitian Dawud (2008) menunjukkan bahwa penyimpulan dalam karya
tulis populer argumentatif yang didominasi saran (termasuk di dalamnya harapan,
anjuran, usulan, dan tuntutan) sebagian berupa peristiwa dan penilaian. Setelah bukti-
bukti mendukung dan meyakinkan, penulis mengakhiri tulisannya dengan saran, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian Rizam (2011) menunjukkan
bahwa penyimpulan berupa saran, ditujukan kepada lembaga atau instansi terkait yang
disampaian secara implisit dan eksplisit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penyimpulan yang dinyatakan dalam dua kategori langsung maupun tidak langsung
5

yang kemudian dikemukakan melalui inferensi implisit dan eksplisit, serta


penggolongan lain dapat dijadikan dalam tiga kategori yakni saran, harapan, saran dan
harapan.

Varian Penalaran dalam Artikel Mahasiswa Baru Jurusan Sastra Indonesia


Universitas Negeri Malang Angkatan 2012
Penalaran induktif dapat dilakukan dengan tiga cara yakni generalisasi, analogi,
dan hubungan kausal (sebab-akibat). Penalaran deduktif dilakukan dalam bentuk
silogisme dan entimem yang dijelaskan sebagai berikut.
Generalisasi atau perampatan ialah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah
gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik simpulan mengenai semua atau
sebagian dari gejala atau peristiwa. Generalisasi diturunkan dari gejala-gejala khusus
yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi.
Inferensi yang diawali dengan pewatas ‘dengan demikian’ merupakan frasa
pewatas generalisasi. Penalaran generalisasi ini merupakan generalisasi tanpa loncatan
induktif, fakta yang dipaparkan lebih dari satu dan dianggap meyakinkan sehingga sulit
muncul peluang untuk melemahkan kesimpulannya. Generalisasi dengan loncatan
induktif karena fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Generalisasi ini mengandung kelemahan karena mudah ditolak kalau terdapat evidensi
yang bertentangan. Untuk merumuskan atau mengungkapkan ‘negara berada di ujung
tanduk’ maka diperlukan gejala-gejala lain yang lebih menyakinkan dan dipertegas
lagi.
Analogi atau analogi logis sebagai suatu proses penalaran bertolak dari suatu
kesamaan aktual antara dua hal, peristiwa atau gejala khusus untuk menarik sebuah
kesimpulan. Penalaran analogi yang bertolak dari dua hal khusus yang satu sama lain
memiliki kesamaaan untuk menarik sebuah kesimpulan.
Hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga varian, sebab ke kibat, akibat ke
sebab, dan akibat ke akibat. Penalaran kausalitas memiliki karakteristik berikut.
Pertama, satu atau beberapa gejala (peristiwa) yang timbul dapat berperan sebagai
sebab atau akibat, atau sekaligus sebagai akibat dari gejala sebelumnya dan sebab
gejala sesudahnya. Kedua, gejala atau peristiwa yang terjadi dapat ditimbulkan oleh
satu sebab atau lebih dan menghasilkan satu akibat atau lebih. Ketiga, hubungan sebab
dan akibat dapat bersifat langsung.
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme
disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan
fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian tiga buah pendapat yang terdiri atas dua
pendapat dan satu kesimpulan.

Contoh: “ … pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk


karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara
yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Kutipan diatas merupakan bentuk silogisme tidak langsung dengan penjabaran


sebagai berikut.
6

Premis mayor : … pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Premis minor : Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam artikel mahasiswa baru tidak ditemukan adanya penggunaan silogisme


lengkap sesuai dengan penelitian Rizam (2011) dan teori silogisme Keraf (2010)
disertai teori Guinn dan Marder (dalam Suparno dan Yunus, 2006). Hal tersebut
cenderung disebabkan oleh faktor kepraktisan. Proposisi yang diprediksikan telah
diketahui pembaca, kemudian dihilangkan karena dianggap masih ada dalam pikiran.
Oleh karena itu, silogisme muncul hanya dengan dua proposisi yang disebut entimem.
Menurut Keraf (2010:72), silogisme sebagai suatu cara untuk menyatakan pikiran
tampaknya bersifat artifisial. Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya silogisme itu
muncul hanya dengan dua proposisi yang salah satunya dihilangkan. Walaupun
dihilangkan, proposisi itu tetap dianggap ada dalam pikiran dan dianggap diketahui
pula oleh orang lain. Bentuk inilah yang digunakan dan bukan bentuk yang formal
seperti silogisme. Guinn dan Marder (dalam Suparno dan Yunus, 2006:50),
mengatakan bahwa dalam kenyataan sehari-hari kita jarang menggunakan bentuk
silogisme secara lengkap. Demi kepraktisan, bagian silogisme yang dianggap telah
dipahami kemudian dihilangkan.
Entimem adalah penalaran deduksi secara langsung dan dapat dikatakan pula
silogisme yang premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama
diketahui.
Contoh: “Indonesia merupakan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai
pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,
pendidikan memiliki peran yang sangat penting”.

Kutipan di atas merupakan bentuk penalaran entimem dengan dua proposisi


entimem sebagai berikut.
Premis mayor : Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang
memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.
Premis minor : Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran
yang sangat penting.

Untuk membuktikan keabsahan entimem pada kutipan di atas, maka


dikembalikan pada silogisme lengkap seperti pada kutipan berikut.
Premis mayor : Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang
memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.
Premis minor : Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran
yang sangat penting.
Kesimpulan : Pendidikan memiliki peran sebagai pendukung utama dalam pembangunan.

Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian dengan teori entimem Suparno dan


Yunus (2006). Menurut Suparno dan Yunus (2006:50-51), untuk mengetes keabsahan
sebuah entimem, kembalikanlah pada silogisme asal yang lengkap, dengan mengacu
pada prinsip-prinsip silogisme. Penelitian Rizam (2011) menyatakan bahwa premis
7

mayor muncul sebagai predikat dalam konklusi, premis minor muncul sebagai subjek
dalam konklusi, dan penyimpulan menyebutkan bahwa predikat dalam subyek akan
berlaku pada subyek lainnya. Dalam penelitian ini, untuk mengetes keabsahan sebuah
entimem, maka dikembalikan terlebih dahulu pada silogisme asal yang lengkap dan
berdasar pada prinsip-prinsip silogisme. Hasil penelitian menunjukkan entimem
memiliki dua premis dan jika dikembalikan menjadi silogisme lengkap memiliki tiga
bagian silogisme, yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

Struktur Penalaran dalam Artikel Mahasiswa Baru Jurusan Sastra Indonesia


Universitas Negeri Malang Angkatan 2012
Struktur penalaran adalah gambaran umum tentang struktur unsur-unsur
pembangun penalaran. Bentuk struktur penalaran yang didapatkan dari hasil penelitian
dan pembahasan dari unsur-unsur penalaran yang ada dalam artikel mahasiswa baru
Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 berupa bentuk
balok tidak sama besar. Unsur penalaran yaitu (1) pendirian, (2) bukti, dan (3)
penyimpulan.
Proporsi dari bukti lebih besar dibanding dengan pendirian dan penyimpulan
yang mengisi pada bagian batang tubuh artikel dan berupa evidensi yang dapat
menguatkan pendirian. Proporsi pendirian dan penyimpulan relatif hampir sama, sebab
pendirian hanya berupa gagasan tunggal dan penyimpulan berupa jawaban dari
pendirian pada awal tulisan tersebut. Varian penalaran induktif dan deduktif digunakan
dalam alinea-alinea yang mengemukakan unsur penalaran pendirian, bukti, maupun
penyimpulan.

PEMBUKAAN-
PENDIRIAN
VARIAN
PENALARAN
INDUKTIF
BATANG TUBUH- DAN
BUKTI DEDUKTIF

PENUTUP –
PENYIMPULAN

Gambar Struktur Penalaran Artikel Mahasiswa Baru

Bagian pembuka artikel mahasiswa baru mengemukakan pendirian penulis


berupa isu atau gagasan tunggal, baik pendirian faktual, nilai, maupun kebijakan.
Bagian batang tubuh mengemukakan bukti, baik berupa data statistik, otoritas, maupun
analisis. Bagian penutup mengemukakan penyimpulan yang berisi pendirian yang telah
diajukan berupa saran dan harapan yang dinyatakan secara langsung dan tidak langsung.
Hasil penelitian ini menunjukkan bagian pembuka artikel mengemukakan
pendirian penulis berupa isu atau gagasan penulis. Pada bagian batang tubuhnya
dikemukakan bukti-bukti untuk menguatkan pendirian. Selanjutnya, pada bagian
penutup mengemukakan penyimpulan yang berisi tanggapan dari pendirian yang telah
8

diajukan. Penyimpulan dapat dinyatakan dalam inferensi implisit dan eksplisit yang
berupa saran, harapan, serta saran dan harapan.
Hasil penelitian struktur artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang angkatan 2012 memiliki kesesuaian dengan teori struktur
artikel menurut Rahardi (2006). Struktur artikel yang baik tidak berbentuk piramida
terbalik, melainkan balok sama besar yang memanjang dari atas ke bawah (Rahardi,
2006:29). Struktur artikelnya terdiri atas (1) judul, (2) lead berupa alinea pembuka, (3)
batang tubuh berupa alinea penjelas, dan (4) ending (alinea penutup).
Bentuk kesesuaian dari penelitian ini dengan teori struktur artikel menurut
Rahardi (2006) terdapat pada strukturnya yang berbentuk balok yang memanjang dari
atas ke bawah, tetapi balok tersebut adalah balok tidak sama besar. Bentuk struktur
penalaran pada penelitian ini berdasar pada unsur pembangun penalaran.
Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan teori struktur artikel dari Badri
(2008) dan Harras (2008). Menurut Badri (2008), pada alinea pertama memuat pokok
pikiran utama atau tesis yang akan dipertahankan. Sifatnya, berupa tanggapan terhadap
opini orang lain atau mengajukan opini tersendiri. Harras (2008) menjelaskan bahwa
pada alinea penjelas (batang tubuh), menguraikan pokok pikiran penunjang/turunan.
Setiap pokok pikiran itu disusun dalam alinea tersendiri. Satu alinea pada alinea penutup
berisi tanggapan dari alinea pertama/pendapat awal yang telah diajukan. Alinea penutup
menggunakan kalimat yang menggugah, bukan memaksakan kehendak dan membuka
kesempatan bagi orang lain untuk berbeda pendapat atau tidak merasa benar sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian unsur pembangun penalaran dalam artikel
mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012,
dikemukakan model penalarannya sebagai berikut.

PN

BK1 BK2

Gambar Model Struktur Penalaran I


PY
Keterangan:
Pendirian (PN)
Bukti (BK)
Penyimpulan (PY)

Pada gambar model struktur penalaran I menunjukkan model struktur yang


sederhana karena hanya memuat unsur pokok pembangun penalaran. Hal tersebut
ditunjukkan dengan pendirian berupa gagasan utama dikemukakan terlebih dahulu
kemudian disusul bukti berupa fakta maupun opini terhadap fakta dan diakhiri dengan
penyimpulan. Model struktur penalaran II dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra
Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 ditunjukkan pada gambar berikut.
9

PN

BK1 BK 2 BK 3

Gambar Model Struktur Penalaran II PY 1

Keterangan:
Pendirian (PN) PY 2
Bukti (BK)
Penyimpulan (PY)

Pada gambar model struktur penalaran II ditunjukkan pendirian berupa gagasan


utama yang dikemukakan, kemudian disusul bukti baik berupa fakta maupun opini
terhadap fakta dan diakhiri dengan penyimpulan (simpulan sementara-simpulan umum)
terhadap bukti-bukti yang telah dikemukakan sebelumnya. Model struktur penalaran III
dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang
angkatan 2012 ditunjukkan pada gambar berikut.

PN 1

PN 2

BK1 BK2 BK3

Gambar Model Struktur Penalaran III PY

Keterangan:
Pendirian (PN)
Bukti (BK)
Penyimpulan (PY)

Pada gambar model struktur penalaran III ditunjukkan pendirian berupa gagasan
utama yang dikemukakan disertai dengan data dasar yang juga merupakan pendirian,
kemudian disusul dengan bukti baik berupa fakta maupun opini terhadap fakta dan
diakhiri dengan penyimpulan. Model struktur penalaran IV dalam artikel mahasiswa
baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 ditunjukkan
pada gambar berikut.
10

PN 1

PN 2

BK1 BK 2 BK3

PY 1
Gambar Model Struktur Penalaran IV

Keterangan: PY 2
Pendirian (PN)
Bukti (BK)
Penyimpulan (PY)

Pada gambar model struktur penalaran IV ditunjukkan pendirian berupa gagasan


utama yang dikemukakan disertai dengan data dasar kemudian disusul bukti baik berupa
fakta maupun opini terhadap fakta dan diakhiri dengan penyimpulan (simpulan
sementara-simpulan umum) terhadap bukti-bukti telah dikemukakan sebelumnya.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Malang angkatan 2012 memiliki tiga unsur pembangun penalaran yakni
pendirian, bukti, dan penyimpulan. Unsur pendirian dalam artikel mahasiswa baru
Jurusan Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 terdiri dari tiga
kategori, yaitu pendirian faktual, pendirian kebijakan, dan pendirian nilai. Pendirian
faktual berupa pernyataan proposisional tentang peristiwa yang dianggap menyebabkan
terjadinya peristiwa lain dan pendirian prakiraan hipotesis didasarkan pada asumsi
bahwa ada hubungan antara kondisi masa lalu, kondisi masa kini, dan kondisi yang akan
datang. Pendirian kebijakan berupa pernyataan proposisional dalam bentuk saran yakni
menyangkut tindakan tertentu yang perlu dilaksanakan. Pendirian nilai berupa penilaian
atas kekurangan atau kelebihan suatu fakta yang berdasar pada kriteria penulis sendiri.
Unsur bukti dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Malang angkatan 2012 berupa fakta dan opini terhadap fakta. Fakta berupa data
statistik dan otoritas. Data statistik dan otoritas diperoleh dari instansi pemerintahan
atau organisasi swasta, tokoh, dan ahli yang berkompeten di bidangnya. Opini terhadap
fakta berupa analisis dan penilaian. Analisis dan penilaian tersebut secara objektif dan
secara umum telah diterima sebagai kebenaran. Penyimpulan dinyatakan dalam dua
kategori berdasarkan langsung tidaknya penyimpulan tersebut dikemukakan, yaitu
inferensi implisit dan eksplisit. Penyimpulan dalam artikel mahasiswa baru Jurusan
Sastra Indonesia Universitas Negeri Malang angkatan 2012 dapat digolongkan menjadi
tiga kategori, yakni saran, harapan, serta saran dan harapan.
Penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia Universitas
Negeri Malang angkatan 2012 dilakukan dalam dua varian penalaran, yaitu penalaran
induktif dan deduktif. Penalaran induktif terdiri dari generalisasi, analogi, dan hubungan
11

kausal. Generalisasi dalam artikel mahasiswa baru tersebut berupa generalisasi dengan
loncatan induktif dan tanpa loncatan induktif. Analogi adalah suatu proses penalaran
yang bertolak dari dua hal, peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki
kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Hubungan kausal berlangsung dalam tiga
varian, yakni sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.
Penalaran deduktif dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang angkatan 2012 tidak dilakukan dalam bentuk silogisme
lengkap, tetapi dilakukan dalam bentuk entimem. Hal ini disebabkan entimem dinilai
lebih praktis, yakni hal yang dianggap telah dipahami tidak dikemukakan kembali.
Namun, untuk menguji keabsahan entimem tersebut, maka harus dikembangkan pada
silogisme yang lengkap terlebih dahulu.
Stuktur penalaran dalam artikel mahasiswa baru Jurusan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Malang angkatan 2012 didasarkan pada unsur pembangun yaitu (1)
pendirian, (2) bukti, dan (3) penyimpulan, sehingga berbentuk balok tidak sama besar.
Bagian pembuka mengemukakan pendirian penulis yang berupa isu atau gagasan
tunggal penulis. Bagian batang tubuh mengemukakan bukti. Bagian penutup
mengemukakan penyimpulan yang berisi konfirmasi pendirian yang telah diajukan.
Varian penalaran induktif dan deduktif dapat digunakan pada alinea-alinea yang
mengemukakan unsur penalaran pendirian, bukti, maupun penyimpulan.

Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan, dikemukakan saran bagi guru,
dosen, atau pendidik agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
memaksimalkan pembelajaran menulis, sehingga kualitas tulisan dapat tergarap dengan
baik. Pendidik disarankan untuk memberikan materi pembelajaran tentang penalaran
secara optimal agar peserta didik dapat menulis dengan menggunakan penalaran yang
sesuai dengan teknik penalaran yang ada. Bagi peneliti lanjutan, hasil penelitian ini
dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian sejenis yang berkaitan dengan
penalaran. Bagi mahasiswa baru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
acuan untuk mengetahui penalaran dalam artikel yang ditulis. Mahasiswa disarankan
untuk banyak berlatih menulis menggunakan teknik penalaran yang sesuai agar kualitas
tulisan yang dihasilkan menjadi lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN

Badri, M. 2008. Teknik Penulisan Artikel, (Online), http://ruangdosen.wordpress.com,


diakses 20 Juni 2013.
Dawud. 2008. Penalaran dalam Karya Tulis Populer Argumentatif. Jurnal Bahasa dan
Seni, 36 (1): 41-48.
Harnadi, K. K. 2012. Kualitas Menulis Akademik Mahasiswa Rendah, (Online),
http://SITU FISS Unpas, diakses 20 Mei 2013.
Harras, K. K. 2008. Teknik Menulis Artik Opini, (Online), http://file.ubb.ac.id, diakses
24 Juni 2013.
Keraf, G. 2010. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.
Moedzakir, M. D. 2010. Desain dan Model Penelitian Kualitatif (Biografi Fenomenologi,
Teori Grounded, Etnografi dan Study Kasus). Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang.
12

Rahardi, F. 2006. Panduan Lengkap Menulis Artikel, Features, dan Esai. Jakarta:
Kawan Pustaka.
Rizam, M. M. 2011. Penalaran dalam Artikel Rubrik Opini Surat Kabar Harian Jawa
Pos Edisi November 2010. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra
Universitas Negeri Malang.
Sukmadinata, N. S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Suparno & Yunus, M. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas
Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai