Anda di halaman 1dari 18

Halaman 1

Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

Jurnal Penelitian Pendidikan Eurasia


www.ejer.com.tr

Pola Berpikir Kreatif Dalam Karya Ilmiah Siswa

Alfi SYAHRIN 1 , DAWUD 2 , Heri SUWIGNYO 3 , Endah Tri PRIYATNI 4

ARTICLEINFO ABSTRAK

Sejarah Artikel: Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan materi kreatif
Diterima: 07 Jan 2019 pola berpikir, termasuk pemikiran imajinatif,

Diterima dalam bentuk revisi: 18 Feb. 2019 pemikiran divergen, dan pemikiran lateral siswa di
karya ilmiah. Karya ilmiah yang dipelajari ada di
Diterima: 16 Mei 2019
bentuk Program Kreativitas Mahasiswa di Malang
DOI: 10.14689 / ejer.2019.81.2
Universitas Negeri, Indonesia.
Kata kunci
Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan kualitatif
pola, pemikiran kreatif, tulisan,
pendekatan dengan metode analisis isi. Data
karya ilmiah
berupa kalimat, kelompok kalimat,
paragraf, kelompok paragraf, dan seluruh teks. Itu
Sumber data penelitian ini adalah tulisan siswa
karya ilmiah. Data dikumpulkan melalui
survei, studi dokumentasi, dan wawancara.
Proses analisis data dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu reduksi data, data
presentasi, dan penarikan kesimpulan.
Temuan: Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa (1) pola berpikir imajinatif
Karya ilmiah mahasiswa muncul dalam keragaman ide berdasarkan pengalaman dan kegunaan
bahasa metaforis. Ide lahir melalui proposisi sederhana dalam bentuk paragraf. (2)
Pola berpikir divergen dalam karya ilmiah siswa terlihat dari keberagaman ide
dan teknik pemecahan masalah. Kriteria penanda pola berpikir divergen itu
ditandai dengan orisinalitas, fleksibilitas, atau elaborasi. (3) Pola berpikir lateral pada siswa
Karya ilmiah bisa dilihat dari penggunaan berbagai ide unik menurutnya
kompleksitas pemecahan masalah.
Implikasi Bagi Penelitian dan Praktik : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pola berpikir kreatif siswa dalam karya ilmiah menunjukkan penggunaan berbagai bentuk
ide sesuai dengan kompleksitas pemecahan masalah. Temuan penelitian ini
berkontribusi pada pemahaman kita tentang pentingnya menggunakan pola berpikir kreatif di
tulisan ilmiah. Namun, untuk penelitian lebih lanjut, disarankan agar kami memeriksa materi iklan
pola berpikir dengan tingkatan objek yang berbeda-beda sehingga temuan penelitian ini lebih banyak muncul
secara luas di berbagai tingkatan.

© 2019 Ani Publishing Ltd. Semua hak dilindungi undang-undang


1Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, INDONESIA, e-mail: alfisyahrin745@gmail.com
ORCID: https: // orcid.org/0000-0001-6356-029X
2 Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, INDONESIA, e-mail: dawud.fs@um.ac.id
ORCID: https: // orcid.org/0000-0002-1791-8649
3Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, INDONESIA, e-mail: heri.suwignyo.fs@um.ac.id
ORCID: https://orcid.org/0000-0002-7382-0398
4 Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang, INDONESIA, e-mail: endah.tri.fs@um.ac.i
ORCID: https://orcid.org/0000-0002-1454-9569

Halaman 2

22 Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

pengantar
Berpikir kreatif diartikan sebagai aktivitas mental yang digunakan untuk membangun ide. Kreatif
Berpikir merupakan proses berpikir yang menghasilkan ide-ide baru secara luas dan bervariasi (Hidayat et
al, 2018). Berpikir kreatif merupakan aktivitas mental yang digunakan seseorang untuk berkembang
ide-ide baru dengan lancar dan fleksibel. Lee (2005) menyatakan bahwa melibatkan keterampilan berpikir kreatif
kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi sementara kepribadian kreatif melibatkan
rasa ingin tahu, kemandirian, pengambilan risiko, dan komitmen tugas. Berpikir kreatif
berisi kompetensi yang terukur dalam pemecahan masalah (Shabrina & Kuswanto, 2018).
Dalam pemecahan masalah yang kreatif perlu untuk meningkatkan tingkat kepercayaan (Liu et
al, 2017). Pemecahan masalah membutuhkan pemikiran kreatif, termasuk menganalisis, mengklarifikasi
dan mendeskripsikan berdasarkan informasi atau fakta.

Rawlinson (1981, p.6) mengatakan bahwa dalam berpikir kreatif terdapat tiga pola itu
harus diperhatikan yaitu imajinatif, divergen, dan lateral. Pola pertama adalah
imajinatif. Imajinasi adalah proses kognitif yang merupakan aktivitas mental yang kompleks
dimana unsur-unsur dalam aktivitas mental dilepaskan dari sensasi-sensasi indrawi.
Djojosuroto (2007, p.259) mengatakan bahwa imajinasi adalah kekuatan untuk membentuk gambar atau
image (gambaran) konsep mental dalam proses pembentukan gambaran tertentu.
Imajinasi melibatkan sintesis yang menggabungkan aspek memori, ingatan atau
pengalaman menjadi konstruksi mental yang berbeda dari masa lalu, atau yang mana
menjadi kenyataan baru. Yang kedua adalah divergensi. Berorientasi pada pemikiran divergen
untuk menemukan jawaban atau alternatif. Pemikiran divergen adalah jenis pemikiran
kemampuan yang sering digunakan dalam pemecahan masalah secara kreatif. Pemikiran divergen adalah
proses menghasilkan sejumlah ide yang memungkinkan memberikan solusi yang tepat untuk a
masalah tertentu (Lewis & Lovatt, 2013). Munandar (2004) menjelaskan hal itu divergen
berpikir adalah operasi mental yang menuntut penggunaan keterampilan berpikir kreatif,
termasuk kefasihan, fleksibilitas, orisinalitas, serta elaborasi dan kolaborasi. Hanya itu saja
dikatakan berpikir divergensi jika memenuhi beberapa kriteria, pemikiran halus, fleksibilitas,
orisinalitas, dan berkolaborasi dalam menemukan ide-ide baru. Pola ketiga bersifat lateral. Lateral
pemikiran terkait dengan menghasilkan ide-ide baru. Ada rasa penasaran bahwa
Ide baru terkait dengan penemuan teknik. Ini adalah aspek yang sangat kecil dari
masalah. Ide baru merupakan elemen perubahan dan kemajuan di segala bidang
sains mulai dari teknik hingga seni, dari politik hingga kebahagiaan seseorang (de
Bono, 1991, hlm. 11).

Dalam sebuah komunikasi, baik lisan maupun tulisan, penguasaan ilmu secara kreatif
pola berpikir merupakan aspek penting. Pengetahuan ini mencakup proses
berpikir dalam memecahkan masalah dan mengembangkan ide menjadi ide baru. Salah satu
Kegiatan yang mengimplikasikan pola berpikir kreatif dalam komunikasi tertulis adalah menulis
karya ilmiah siswa. Penulisan karya ilmiah merupakan salah satu bentuk tulisan yang mengandung
ide obyektif. Bentuk karya ilmiah dan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan gagasan
harus ilmiah (Kusmana, 2012, p.9). Bahasa ilmiah secara umum memiliki sistematika,
karakteristik logis, dan obyektif dalam menyajikan ide-ide ilmiah.

Pola berfikir kreatif dalam karya ilmiah siswa memungkinkan untuk menghasilkan
beragam ide, sehingga dari ide-ide ini seseorang dapat memilih jawaban yang paling tepat

Halaman 3

Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI 23


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

penyelesaian masalah. Berpikir kreatif dikenal sebagai ranah kognitif. Anderson


dan Krathwohl (2001, p. 99) melibatkan tiga jenis pengetahuan, yaitu konseptual,
prosedural, dan metakognitif dengan enam proses kognitif dalam kreativitas, yaitu
mengingat, mengklarifikasi, membedakan, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.
Menulis dikenal di ranah psikomotorik dan karya ilmiah ada di
domain afektif. Integrasi ketiganya memungkinkan terjadinya pergeseran atau pengembangan
teori kreativitas ke ranah yang lebih luas, dari ranah kognitif hingga ranah afektif
domain atau domain kognitif dan psikomotorik atau mencakup kognitif,
ranah afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif berfokus pada keterampilan berpikir
dan pengetahuan sebagai dasar untuk berkarya. Domain kognitif menekankan
berbagai aspek kemampuan mental yang berkaitan dengan kreativitas. Dengan kata lain, penelitian ini
dapat memberikan manfaat teoritis berupa lahirnya teori menulis baru
karya ilmiah dan bentuk berpikir kreatif dalam menulis karya ilmiah, sedangkan
manfaat praktis, mahasiswa memperoleh pengalaman praktik dalam menulis karya ilmiah
melalui pemikiran kreatif. Pengalaman tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan kecerdasan individu dan kecerdasan sosial siswa dalam menulis
karya ilmiah. Karya ilmiah yang ditulis mampu menghasilkan karya yang kredibel
argumen.

Karya ilmiah menyajikan gagasan atau argumen ilmiah berdasarkan fakta. Ide
ilmu harus dipercaya dan diterima oleh kebenaran, sehingga perlu untuk menyajikannya
dengan benar (Kusmana, 2012, hlm. 3). Karya tulis ilmiah merupakan karangan yang menyajikan argumentasi
menggunakan pemikiran logis dengan benar dalam pemecahan masalah. Diskusi masalah dalam
Karya ilmiah biasanya menjadi bagian yang penting, sehingga pada bagian ini penulis menggunakan
kemampuan berfikir kompleks yaitu menghubungkan antara masalah, fakta, teori, dan
penyelesaian masalah.

Pola berpikir kreatif diharapkan dapat mengungkap pemecahan masalah untuk menentukan
efektifitas penulisan ilmiah dengan realitas yang dihadapi. Berpikir kreatif bisa
berkontribusi dalam menulis, seperti membantu dalam membangun narasi (Lengelle et al, 2013).
Kompleksitas penulisan kreatif membutuhkan penggunaan bahasa untuk mengeksplorasi dan
mengungkapkan pengalaman dengan cara yang unik, imajinatif, dan sesuai dengan konteksnya
(Vass, 2007). Dalam konteks penulisan kreatif, pembicaraan hasil yang produktif bisa jadi
didefinisikan sebagai ekspresi pengalaman dan ide yang muncul menurut
keadaan.

Penelitian tentang berpikir kreatif telah dilakukan oleh (Lengelle et al, 2013). Lengelle et
al meneliti efek dari penulisan kreatif. Temuan penelitian yang diperoleh adalah bahwa
Ide tersebut muncul dari situasi atau informasi yang diberikan dan pengetahuan yang dimiliki.
Eckhoff dan Urbach (2008) melakukan penelitian tentang pemahaman imajinatif
pemikiran (konsepsi sosial budaya tentang kreativitas dan pemikiran imajinatif). Nya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hal itu didasarkan pada pemahaman perkembangan anak di sebuah
upaya untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beragam di setiap kelas. Sama seperti pendidik awal
yang memperhatikan kebutuhan kognitif dan sosial anak, itu juga penting
asuh kebutuhan kreatif anak. Kurangnya perhatian untuk mengembangkan pemikiran imajinatif,
pada dasarnya tidak memperhatikan kebutuhan semua anak. Melalui perhatian yang cermat
Dengan upaya imajinatif anak, pendidik akan memberdayakan anak untuk berkembang

Halaman 4

24 Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

alat tak ternilai yang dapat menjadi bagian dari kontribusi repertoar mereka untuk pemahaman
dan berkontribusi pada dunia mereka.

Perbedaan antara penelitian ini dan penelitian tersebut dapat diamati


dalam hal fokus belajar dan subjek yang menjadi sasaran studi. Ini
penelitian berupaya mengumpulkan informasi tentang pola berpikir kreatif pada siswa
karya ilmiah. Perbedaan tersebut menggambarkan bahwa topik penelitian ini merupakan topik baru
itu layak untuk diteliti. Berdasarkan konteks inilah maka studi penelitian ini difokuskan
pola berpikir kreatif dalam penulisan karya ilmiah mahasiswa.

metode
Desain penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi. SEBUAH
Pendekatan kualitatif dengan metode analisis isi berguna untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
pemahaman tentang pola berpikir kreatif. Pendekatan penelitian ini digunakan untuk
mendeskripsikan, menjelaskan, dan menggali pola berpikir kreatif siswa dalam karya ilmiah.
Analisis isi digunakan untuk menemukan keberadaan kalimat, konsep, atau
paragraf dalam teks atau serangkaian teks. Pola berpikir kreatif bisa dilihat
dari bentuk pengembangan ide dan penggunaan kohesi. Aktivitas itu dilakukan
untuk mengetahui realitas penggunaan pola berpikir kreatif dalam menulis, berdasarkan ini
Faktanya analisis dilakukan agar pola berpikir kreatif siswa dalam
tulisan bisa disimpulkan. Penggunaan pendekatan kualitatif didasarkan pada fitrah
dan karakteristik yaitu memiliki latar yang alami sebagai sumber untuk mendapatkan data
secara langsung, deskriptif, dan makna adalah perhatian utama.

Data penelitian berupa relasi antarlembaga dalam teks


karya ilmiah siswa. Hubungan antarlembaga diekspos dalam kalimat, kelompok
kalimat, paragraf dan kelompok paragraf. Hubungan antar lembaga itu
diwujudkan melalui pola berpikir kreatif yang dimulai dari penggalian ide,
pemilihan dan pembentukan kalimat sebagai wahana untuk mengembangkan gagasan, dan
realisasi proposisi dalam rangkaian kalimat dalam bentuk paragraf.
Oleh karena itu, kalimat, paragraf, dan paragraf dalam tulisan siswa mencerminkan kreativitas
pola pikir dalam mengembangkan ide penulisan ilmiah.

Sumber data dalam penelitian ini adalah penulisan karya ilmiah siswa.
Penulisan ilmiah memiliki ciri-ciri model persuasi dalam penalaran logis
Itu sesuai dengan logika berpikir kebenaran ilmiah menjadi meyakinkan.
Makalah ini mengandung banyak ide, sehingga pola berpikir kreatif dalam bahasa
kegiatan atau menuangkan ide akan muncul. Karya tulis ilmiah dipilih sebagai sumber data
merupakan tulisan ilmiah yang ditulis berdasarkan tema yang tidak ditentukan dan dipenuhi
kecukupan untuk analisis. Pemilihan karya tulis ilmiah perlu dilakukan bersama
maksud agar penulisan ilmiah ini dapat dianalisis sesuai dengan fokus penelitian
masalah yang diteliti.

Halaman 5

Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI 25


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

Sampel Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 15 siswa dengan berbagai bidang di Kota Malang
Universitas Negeri, Indonesia. Penelitian ini meneliti pola berpikir kreatif
siswa dalam menulis karya ilmiah. Karya ilmiah yang dipelajari berupa
Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2017 dengan topik yang tidak ditentukan oleh mata kuliah
pembelajaran. Hal ini didasari oleh pemikiran bahwa Program Kreativitas Mahasiswa adalah satu
bentuk karya ilmiah yang disusun dengan menggunakan prosedur ilmiah. Karena Mahasiswa
Program Kreativitas merupakan hasil pemikiran ilmiah, dan teoritis
Landasan yang digunakan sebagai alat analisis adalah teori tentang karakteristik
pemikiran ilmiah.

Instrumen dan Prosedur Penelitian

Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen pengumpulan data dan data
panduan analisis. Instrumen pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data yang masuk
sesuai dengan fokus penelitian, sedangkan pedoman analisis data digunakan
menganalisis data sesuai permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian ini, jika dilihat
Dari fokus masalah yang diteliti, sebenarnya hanya dokumen yang diteliti di
bentuk karya ilmiah mahasiswa. Untuk mengkonfirmasi data yang telah diperoleh dari
Tulisan mahasiswa, peneliti melakukan wawancara dengan dosen pembimbing. Di
melakukan wawancara dengan dosen panduan wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait
untuk fokus masalah penelitian digunakan.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka instrumen dikembangkan sebagai alat pengumpul data
Bagi peneliti ada dua jenis, yaitu survei dan pedoman pengumpulan data.
Kedua jenis instrumen tersebut digunakan secara bertahap dalam proses pelaksanaan penelitian.
Panduan pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data tentang berpikir kreatif secara tertulis
karya ilmiah mahasiswa. Panduan ini didasarkan pada fokus penelitian di bawah
belajar.

Mengumpulkan data tentang berpikir kreatif dalam pengembangan paragraf dan


Kelompok paragraf dalam karya ilmiah siswa mengarahkan observasi dalam bentuk paragraf.
Bentuk paragraf yang dimaksud meliputi (1) pola ide berkembang dalam
paragraf, dan (2) teknik mengekspos ide dalam paragraf. Dengan menggunakan sedikit
langkah-langkah panduan, data yang dibutuhkan dapat ditangkap lebih teliti dan fokus.
Saat membaca lembar data, peneliti dapat menandai data yang ditemukan dengan mengkodekan data tersebut.
Setelah membaca lembar data, peneliti memindahkan data pada format data
sheet untuk dianalisis lebih lanjut.

Analisis data
Penelitian ini jika dilihat dari fokus penelitiannya terutama ditujukan kepada
mereview dokumen berupa karya ilmiah mahasiswa. Untuk mengkonfirmasi data
yang didapat dari tulisan siswa. Proses analisis data adalah
dikelompokkan menjadi tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
(Miles & Huberman, 2014, hlm.16). (1) Reduksi data dalam penelitian merupakan bentuk analisis
yang mempertajam, mengklasifikasikan, mengarahkan, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga final

Halaman 6
26 Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI
Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

kesimpulan bisa diambil secara akurat. (2) Penyajian data merupakan suatu kegiatan bila suatu himpunan
informasi dikompilasi, sehingga memberikan kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan
mengambil tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif (a) teks naratif, dalam bentuk
catatan dan (b) matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Bentuk-bentuk ini digabungkan
informasi terstruktur dalam bentuk yang koheren dan mudah dicapai, membuatnya
lebih mudah untuk melihat apa yang terjadi, apakah kesimpulannya benar atau tidak
analisis lagi. (3) Upaya menarik kesimpulan dilakukan secara terus menerus oleh
peneliti selama ini belum menemukan hal-hal baru dari studi kreatif
berfikir dalam penulisan karya ilmiah mahasiswa.

Hasil

Bagian ini memaparkan hasil penelitian pola berpikir kreatif di PT


karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah merupakan kegiatan yang wajib dilakukan penulis
menghasilkan tulisan dengan kaidah ilmiah. Konvensi ilmiah yang dimaksud
meliputi logika berpikir, sistematika, dan gaya bahasa yang digunakan. Di dalam
pembelajaran, pola berpikir kreatif dalam karya ilmiah siswa disajikan berdasarkan
tiga aspek yaitu berpikir imajinatif, berpikir divergen, dan berpikir lateral.

Berdasarkan hasil analisis data penelitian didapatkan 36 berpikir kreatif


pola dengan sumber data 15 karya ilmiah siswa. Hasil pengelompokan
data pola berpikir kreatif dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Hasil Pengelompokan Data Pola Berpikir Kreatif


Jumlah data Berpikir kreatif Jumlah
Indikator
sumber pola kalimat
Ide Berdasarkan Pengalaman 2
Imajinatif
Penggunaan Bahasa Metafora 1
15 Pengembangan Ide 11
Berbeda
Karya ilmiah Berbagai Tafsir 10
Anggapan 6
Lateral
Mengemukakan Ide Baru 6
Jumlah data 36

Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa (a) pola pikir imajinatif bersifat total
dari 3 data yang terdiri dari ide berdasarkan pengalaman (2) dan penggunaan metafora
bahasa (1), (b) pola berpikir divergen memiliki total 21 data yang terdiri dari
perkembangan ide (11) dan berbagai interpretasi (10), dan (c) berpikir lateral
pola memiliki total 12 data yang terdiri dari asumsi (6) dan gagasan baru (6).

Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa berpikir kreatif


pola yang dominan digunakan dalam program kreativitas siswa berbeda
dan berpikir lateral. Bagaimanapun, semua pola berpikir kreatif dalam menulis siswa
makalah ilmiah saling melengkapi. Oleh karena itu, pola berpikir kreatif
akan diuraikan lebih detail sebagai berikut.
Halaman 7

Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI 27


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

Pertama, pemikiran imajinatif mampu menghasilkan ide-ide baru, dan membantu melihat
hal-hal secara berbeda sehingga dapat dieksplorasi dan dipahami dengan lebih baik. Secara ilmiah
bekerja, pemikiran imajinatif dapat dilihat pada ide-ide yang dituangkan berdasarkan
pengalaman. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.

(1) Masih banyak guru yang menggunakan pembelajaran IPA di SMP


metode konvensional atau pembelajaran yang berpusat pada guru mayoritas SMP
Siswa SMA merasa bahwa mata pelajaran IPA yang mereka pelajari termasuk mata pelajaran yang
konsep terlalu sulit untuk dipahami dan tidak menyenangkan untuk dipelajari, sehingga mereka malas
untuk mempelajari Sains. Media pembelajaran yang ada saat ini juga belum terlalu diminati

siswa untuk mempelajari sains sebagai mata pelajaran yang menyenangkan. (I (GBP) PKM Indah Aulia RD)

(2) Permasalahan yang terjadi saat ini, terlalu bergantung pada pemerintah daerah
alokasi DAU untuk membiayai belanja modal dan pembangunan tanpa
mengoptimalkan potensi daerah. Fakta ini menyebabkan perilaku asimetris
di pemerintahan daerah. Untuk melihat apakah ada indikasi inefisiensi
Dalam transfer dana tersebut terlihat dari respon belanja pemerintah

dikenal sebagai Flypaper Effect. (I (GBP) PKM Wahyu Kurniana)

Paragraf pada data sitasi (1) di atas merupakan paragraf pendek itu saja
terdiri dari dua kalimat. Paragraf tersebut menggunakan teknik ilustrasi dalam menjelaskan
ide-ide yang terkandung dalam paragraf. Dalam paragraf tersebut, siswa bermaksud untuk menjelaskan
gagasan bahwa guru saat ini masih menggunakan metode pengajaran konvensional untuk menjelaskan gagasan,
siswa menjelaskan dengan ilustrasi (a) pembelajaran yang berpusat pada guru , (b) konsep juga
sulit , dan (c) media pembelajaran yang tidak menarik .

Berawal dari contoh data (1), dapat dinyatakan bahwa siswa memiliki a
penggunaan teknik ilustrasi yang khas dalam pemikiran imajinatif. Ilustrasi
Teknik dalam pola berpikir imajinatif adalah cara untuk menjelaskan ide-ide yang efektif.
Menurut siswa, melalui ilustrasi ide yang disampaikan akan lebih mudah
dipahami oleh orang lain yang membacanya. Apalagi, data itu diangkat dari
Program Kreativitas Mahasiswa didanai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi.
Oleh karena itu, mahasiswa harus benar-benar meyakinkan reviewer. Dalam contoh (1), itu
telah terbukti mampu meyakinkan reviewer, karena dalam penulisan ilmiah ini
didanai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi.

Selanjutnya pada data sampel (1) penyampaian ide diungkapkan berdasarkan


pengalaman, seperti pada kalimat (a) “Masih banyak guru yang melakukan pembelajaran IPA di
SMP dengan cara konvensional ... " , (b) " Media pembelajaran yang ada saat ini belum ada
sangat menarik siswa untuk belajar sains sebagai mata pelajaran yang menyenangkan ". Ide adalah milik penulis
pengalaman dalam mengungkap masalah.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa gagasan dalam karya ilmiah adalah
dikembangkan oleh siswa berdasarkan pengalaman. Dalam paragraf tampaknya ada satu
ide utama. Ide utama sebuah paragraf adalah pernyataan umum yang merupakan subjeknya
materi yang dibahas dalam paragraf berdasarkan pengalaman. Pernyataan itu terwujud dalam
paragraf dapat menempati posisi awal, tinjauan pustaka, dan penutupan.

Dalam data (2) hubungan antara gagasan kalimat ac terlihat jelas


perangkat kohesi. Keluhan dalam sebuah teks sangat penting agar pembaca bisa yakin
Halaman 8

28 Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

atau bisa mengikuti ide-ide penulis dengan baik sehingga yang diharapkan penulis sama
apa yang ditangkap oleh pembaca. Dalam program kreativitas siswa hal ini sangat penting
penting untuk meyakinkan pengulas. Selain itu, pada data (2) paragraf diawali dengan
Mengungkap masalah yaitu “Masalah yang sedang terjadi, masyarakat setempat
pemerintah terlalu bergantung pada alokasi DAU untuk membiayai belanja modal dan
pembangunan tanpa mengoptimalkan potensi daerah ” . Kalimat ini merupakan bentuk
pengalaman awal siswa dalam mengemukakan masalah dalam menulis proposal.

Kedua, berpikir divergen merupakan salah satu jenis kemampuan berpikir yang sering digunakan
pemecahan masalah yang kreatif. Artinya, dikatakan berpikir divergensi jika bertemu beberapa
kriteria, pemikiran halus, fleksibilitas, orisinalitas, dan berkolaborasi dalam menemukan yang baru
ide ide. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.

(3) Kamus merupakan media untuk memudahkan pencarian makna / terjemahan suatu
kata. Kamus berbentuk buku konvensional cenderung tetap, tidak bisa ditambah,
atau diubah, dan membutuhkan banyak waktu untuk melakukan pencarian kata. Dengan Selanjutnya
Perkembangan program kamus tampaknya memiliki keunggulan lebih cepat di
mencari arti kata, dan dapat diperbarui sehingga isi file
kamus akan selalu berkembang. Tentang isi kamus berbasis Android
selain lebih cepat dalam pencarian, juga bisa diakses dimana saja. Indonesia ini
Aplikasi kamus bahasa ini berbasis Android yang ditujukan bagi tunanetra
orang sehingga penjelasan di kamus disuarakan dan dirancang sebagai

seminimal mungkin agar tidak menghabiskan terlalu banyak kapasitas penyimpanan. (D


(PG) PKM Imam Syafi'i)

(4) Peredaran adalah proses pemindahan barang dari tempat asal ke beberapa
destinasi (Vandiko et al. 2013: 1), terutama dalam proses distribusi dari
satu area ke area lainnya. Transfer ini adalah alasan mengapa distribusi menjadi penting
komponen dalam keberlanjutan bisnis. Mengoptimalkan biaya distribusi
dapat meningkatkan keuntungan dari bisnis yang telah dikerjakan. Untuk mencapai
penggunaan sarana transportasi yang ideal, dibutuhkan model yang dapat menggambarkan
berbagai masalah di bidang distribusi. Selain itu, metode atau algoritma
diperlukan untuk memecahkan model masalah. Dengan memodelkan masalah, diharapkan hal itu

itu akan memudahkan pencarian solusi. (D (MP) PKM Rully Atus Soimah)

Paragraf dalam sampel data (3) terdiri dari lima kalimat. Dari lima
kalimat ada tiga kalimat yang mengandung unsur gagasan. Setiap ide
mengandung makna kebaruan. Kalimat yang dimaksud adalah (a) “ Berbentuk buku konvensional
kamus cenderung tetap, tidak dapat ditambahkan, atau diubah, dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukannya
pencarian kata ", (b)" Pengembangan lebih lanjut hadir dengan program kamus yang memiliki lebih banyak
kelebihan dalam arti pencarian kata, dan dapat diperbarui sehingga isi file
kamus akan selalu berkembang ", dan (c)" Aplikasi kamus Bahasa Indonesia ini
berbasis android yang diperuntukkan bagi penyandang tunanetra sehingga penjelasannya ada di kamus
disuarakan dan dirancang seminimal mungkin sehingga tidak menghabiskan terlalu banyak kapasitas penyimpanan ".
Keberagaman ide muncul beberapa kali dalam satu paragraf sehingga kreativitas masuk
mengekspresikan ide lebih terlihat.

Kemudian berdasarkan data sampel (3) dapat diketahui bahwa penyajian ide dalam format
paragraf dilakukan secara kronologis, berjenjang, dan umumnya menjadi lebih rinci
satu. Kemudian paragraf tersebut memenuhi kriteria pemikiran divergen. Detail file

Halaman 9

Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI 29


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

Hubungan antar lembaga pada kalimat pada data (3) menunjukkan perkembangan ide
yang memiliki satu ide utama. Contoh (3) terdiri dari lima kalimat, yaitu (a) pertama
Kalimat adalah kalimat yang berstruktur sederhana, dan (b) kedua, ketiga, keempat,
dan kalimat kelima adalah kalimat yang memiliki struktur kompleks. Dalam semua kalimat ini,
ada kata " Dictionary " yang merupakan penekanan pada pengembangan ide-ide penting.
Dilihat dari pengulangan kata “ Dictionary ” pada setiap kalimat, kalimat tersebut
memiliki hubungan yang kokoh dalam mengungkapkan ide.

Pada data (3) penyajian ide terlihat berjenjang yaitu dari hal yang lebih umum
ke yang lebih spesifik. Diawali dengan arti kata " Dictionary " di
kalimat pertama, dan diikuti dengan kalimat penjelas pada kalimat kedua, ketiga dan
kalimat keempat, dan kalimat kelima lebih terkait dengan aplikasi. Itu
paragraf memenuhi kriteria kelengkapan dan kelengkapan paragraf
karena informasi yang disajikan dalam paragraf sudah lengkap. Paragrafnya bisa
dikategorikan ke dalam paragraf yang dikembangkan dengan teknik penjelasan. Kalimat
menjelaskan satu sama lain.

Dilihat dari keterpaparan bahasa, pada data (4) terdapat kalimat af


kalimat penjelasan. Paragraf tidak mengandung kalimat pernyataan. Setiap
kalimat dalam paragraf memiliki posisi yang sama. Di antara kalimat-kalimat ini, tidak ada
kalimat yang diutamakan daripada posisinya. Dalam hal ini siswa menulis
paragraf memprioritaskan solusi atau jenis interpretasi masalah.
Namun, secara keseluruhan kalimat dalam paragraf tersebut saling terkait satu sama lain. Di
Selain itu, pada data contoh (4) muncul teknik pemecahan masalah seperti
pada kalimat (a) “ Dengan mengoptimalkan biaya distribusi maka akan dapat meningkatkan keuntungan dari a
bisnis yang telah dilakukan "(b)" Selain itu, metode atau algoritma diperlukan untuk menyelesaikannya
model masalah ". Ide-ide yang digunakan dalam pemecahan masalah cukup umum
Gagasan memuat dua dalil yang mendukung gagasan pokok sehingga pada aspek elaborasi
dan aspek orisinalitas muncul.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dinyatakan bahwa pola pikir divergen
Siswa dalam mengembangkan paragraf tampak dalam kemampuan berpikir siswa dalam menggunakan
ide berjenjang atau dari hal yang lebih umum ke hal yang spesifik. Dengan demikian, dapat dikatakan demikian
Pola berpikir divergen siswa akan tampak dari perkembangannya
ide-ide yang memiliki kesamaan interalimic dalam paragraf.

Ketiga, berpikir lateral terkait dengan menghasilkan ide-ide baru. Dalam hal ini memiliki a
perasaan ingin tahu bahwa ide-ide baru berhubungan dengan penemuan teknik. Ini
bisa dilihat pada contoh berikut.

(5) Algoritma genetik sebagai salah satu cabang dari algoritma evolusi bersifat adaptif
metode yang biasa digunakan untuk memecahkan pencarian nilai dalam masalah pengoptimalan. Itu
Mekanisme dalam algoritma genetika sangat sederhana, yang hanya melibatkan penyalinan
string dan bagian pertukaran string. Siklus perkembangbiakan dimulai dengan pembuatan
kumpulan solusi acak yang disebut populasi, di mana ada individu yang dipanggil
kromosom. Kromosom ini secara bertahap mengalami iterasi elektoral di a
generasi. Selama satu generasi, kromosom ini dievaluasi dengan menggunakan

rumus dalam fungsi kebugaran. (L (AA) PKM Novinda Cahya Diyanti)

Halaman 10

30 Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

(6) Untuk menciptakan generasi berikutnya dengan kromosom baru (disebut keturunan) dapat
dilakukan dengan menggabungkan dua kromosom yang telah didapatkan sebelumnya oleh
menggunakan operator crossover atau dengan memodifikasi kromosom menggunakan mutasi
operator. Generasi baru sebelum dievaluasi kembali, kemudian ia menjalani a
proses seleksi berdasarkan fungsi kebugarannya. Dari pilihan ini, yang terbaik
kromosom memiliki kemungkinan yang tinggi untuk dipilih. Setelah beberapa generasi,
Algoritma akan mengalami konvergensi pada sejumlah kromosom terbaik,
yang memiliki nilai optimal dari masalah yang sedang diselesaikan. (L (MGB) PKM
Novinda Cahya Diyanti)

Data (5) yang ditulis siswa tersebut dapat dikelompokkan ke dalam paragraf yang sedang
disajikan dengan teknik yang menimbulkan asumsi. Ide utama dibahas
di paragraf tersebut adalah " Algoritma Genetika ". Untuk menjelaskan " Algoritma Genetika ", idenya masuk
contoh (5) menyampaikan beberapa gagasan, yaitu (a) " Mekanisme algoritma genetika ", (b)
" Siklus pemuliaan ", dan (c) " metode evaluasi ". Tiga gagasan yang disajikan dalam
paragraf memberikan penjelasan yang menjelaskan ide-ide yang berkaitan dengan " genetik
algoritma ". Setiap ide yang diungkapkan dalam sebuah paragraf memiliki posisi yang sama, tidak ada
ide utama.

Contoh (6) terdiri dari empat kalimat, yaitu (a) “ Menciptakan generasi selanjutnya
dengan kromosom baru (disebut keturunan) dapat dilakukan dengan menggabungkan dua kromosom
yang telah diperoleh sebelumnya dengan menggunakan crossover atau dengan memodifikasi kromosom dengan
menggunakan operator mutasi ", (b)" Generasi baru sebelum dievaluasi lagi, baru dia pergi
melalui proses seleksi berdasarkan fungsi kebugarannya ", (c)" Dari seleksi ini, yang terbaik
kromosom memiliki kemungkinan yang tinggi untuk dipilih ", dan (d)" Setelah beberapa generasi,
algoritme akan menyatu pada jumlah kromosom terbaik, yang memiliki jumlah optimal
nilai masalah yang sedang dipecahkan ". Kalimat a - c berfungsi sebagai penyebab yang terkait dengan
tema. Hubungan antar argumen begitu erat sehingga mengalir ide
menjadi mulus. Kelancaran ide muncul dengan adanya tautan
antar pernyataan, keduanya berfungsi sebagai penyebab (masalah) dan sebagai hasil (baru
solusi atau ide). Ide-ide baru muncul karena masalah. Pada data (6) terlihat bahwa
kemunculan ide-ide baru didasarkan pada teknik kausal.

Kompleksitas pemecahan masalah dalam data (6) dilakukan secara abstrak


cara, seperti " Menciptakan generasi berikutnya dengan kromosom baru (disebut keturunan) itu
dapat dilakukan dengan menggabungkan dua kromosom yang telah didapatkan sebelumnya dengan menggunakan
operator crossover atau dengan memodifikasi kromosom menggunakan operator mutasi ... "
Data penelitian menunjukkan bahwa siswa menggunakan cara yang lebih kompleks dan abstrak dalam
mengembangkan ide mereka tentang masalah. Dengan penggunaan metode ini siswa
berpikir menjadi lebih kompleks karena siswa harus memperhatikan persiapan
ide dengan hati-hati sehingga paragraf yang memiliki koherensi atau kombinasi disajikan.

Berdasarkan contoh ini, terlihat bahwa gagasan baru berkaitan dengan penemuan
teknik untuk masalah dan memunculkan jenis ide baru tentang masalah. Itu
Perkembangan pola pikir dalam memunculkan gagasan ini menunjukkan bahwa siswa mempresentasikannya
ide kreatif dengan kompetensinya.

Halaman 11

Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI 31


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

Diskusi, Kesimpulan dan Rekomendasi

Berpikir kreatif merupakan fenomena psikologis yang mendapat perhatian


berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Pendidikan yang saat ini berkembang adalah
semua berdasarkan pemikiran kreatif. Melalui pemikiran kreatif, semua potensi diri menjadi berharga
sehingga ide bisa lahir. Dalam pengajaran bahasa, unsur berpikir kreatif berperan sebagai
peran penting, terutama dalam hal menuangkan ide secara imajinatif, divergen, dan
secara lateral. Ketiga hal tersebut adalah pola berpikir kreatif. Rawlinson (1981, hlm. 6)
mengatakan bahwa dalam berpikir kreatif ada tiga pola yang harus diperhatikan,
yaitu imajinatif, divergen, dan lateral.
Pertama, pemikiran imajinatif adalah kemampuan fundamental untuk menghubungkan pengalaman dan
membangun pengetahuan baru (Chan, 2016). Seperti contoh (1) yang dinyatakan di bagian hasil
Dalam pembelajaran, ide dalam karya ilmiah dikembangkan oleh siswa berdasarkan pengalaman.
Dalam paragraf itu tampaknya memiliki satu gagasan utama. Ide utama sebuah paragraf adalah
pernyataan umum yang merupakan pokok bahasan yang dibahas dalam paragraf berdasarkan
pengalaman. Pernyataan yang dimanifestasikan dalam paragraf dapat menempati awal
posisi, tinjauan pustaka, dan penutupan.

Mengisi ide-ide yang berkaitan dengan informasi yang ingin disampaikan dan sarana yang digunakan
Ide-ide yang berkaitan dengan alat bahasa digunakan sesuai dengan masalahnya. Di dalam
bahasa kasus dipandang sebagai kebenaran, tanpa bahasa tidak ada kebenaran (Djojosuroto, 2007,
hal.261). Bahasa digunakan untuk kegiatan ide yang memberikan pemahaman tentang
gejala yang menjelaskan masalahnya. Masalah-masalah tersebut dijelaskan dalam karya ilmiah
jelas dan lengkap untuk membantu pembaca memahami titik awal keseluruhan
masalah suatu masalah yang dikemukakan dalam penulisan ilmiah ini (Kusmana, 2012, p.37). Itu
masalah yang terungkap dalam data (2) telah dijelaskan dengan jelas. Masalah utama
menjadi dasar lahirnya argumen dalam penulisan ilmiah.

Penyajian masalah dengan mendeskripsikannya melalui pengungkapan


kalimat komparatif selanjutnya akan memperjelas masalah bagi pembaca. Pertanyaan-pertanyaan
yang ditanyakan akan membantu jika ada pertanyaan yang diajukan dalam penulisan ilmiah ini. Seperti pada data (2)
Dari penelitian ini, penulis mengungkap masalah tersebut dengan komparatif dan korelasional
kalimat sehingga meyakinkan kesulitan bagi reviewer pada kreativitas siswa
program. Maka, objektivitas masalah dalam karya ilmiah sangat diperlukan
hindari interpretasi yang salah. Dalam menggambarkan revolusinya, terkadang penulis
terseret dalam presentasi yang diwarnai oleh pengarang yang tidak subjektif (Suyitno,
2012, hal. 4). Oleh karena itu penulis perlu membahas materi penulisan sebelumnya
mengungkapkan oposisi. Menanggapi atau mengungkap suatu masalah dalam karya ilmiah bisa
dilakukan dengan mengevaluasi kesimpulan, mempertimbangkan kembali bukti yang diberikan oleh
penulis, mengevaluasi argumen, dan mengusulkan ide-ide alternatif (Sultan et al,
2017a).

Dalam data (1 dan 2) ide lahir melalui proposisi dalam bentuk sederhana
paragraf. Dalam menuangkan ide, mahasiswa membekali diri dengan ilmu etika atau
aturan tentang penulisan ilmiah. Pengetahuan tentang aturan penulisan akan menjadi bagian dari
kompetensi menulis ilmiah secara umum dan lebih khusus dalam menulis siswa
program kreativitas. Untuk dapat memperkuat kompetensinya mahasiswa perlu

Halaman 12

32 Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

mempersiapkan beberapa studi sebelumnya untuk terus mengembangkan kompetensi tersebut. Sebelumnya
penelitian diperlukan untuk mendapatkan informasi dan ide yang diungkapkan sebagai suatu proses
membangun kompetensi. Kegiatan belajar melatih siswa dalam proses membangun
kompetensi dengan mengarahkan mereka untuk dapat menyelidiki makna dan pesan
di balik pilihan bahasa, informasi, dan argumen yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya
teks (Sultan et al, 2017b).

Temuan penelitian tentang pola berpikir imajinatif dalam karya ilmiah siswa
tulisan direpresentasikan dalam bentuk keragaman ide berdasarkan pengalaman dan kegunaan
dari bahasa metaforis. Dalam data (1 dan 2) makna ide tidak digunakan
arti sebenarnya dari kata-kata, melainkan sebagai kiasan berdasarkan persamaan dan
perbandingan. Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman ide
berdasarkan pengalaman dan penggunaan bahasa metafora dalam karya ilmiah siswa
menunjukkan pemikiran kreatif dengan pola imajinatif.

Kedua, dalam pemikiran divergen dilakukan penyajian gagasan dalam paragraf


keluar secara kronologis, berjenjang, dan umumnya menjadi yang lebih rinci seperti yang ditunjukkan pada
data sampel (3 dan 4). Rawlinson (1989, p. 7) mengatakan pemikiran kreatif yang berbeda
pola dimulai dari uraian masalah kemudian disebarkan untuk dapat menghasilkan
berbagai macam ide untuk pemecahan masalah. Ide yang dituangkan asli, tidak serupa
ke ide sebelumnya. Meski idenya sudah ada, dalam pemikiran kreatif salah satunya
mencoba memperbaruinya menjadi ide baru. Pola pemikiran yang berbeda seringkali mengarah pada orisinalitas,
dan orisinalitas adalah pusat fitur kreativitas (Runco & Acar, 2012).

Dalam menciptakan orisinalitas karya ilmiah, cara yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan kajian yang merupakan rekomendasi dari kajian sejenis, atau kajian yang dimiliki
dilakukan oleh pihak lain (Kusmana, 2012, p.84). Oleh karena itu, penulis
Karya ilmiah harus mampu menemukan celah-celah argumentasi ilmiah yang masih ada
terlantar. Artinya, berbagai keterbatasan penelitian sebelumnya bisa dijadikan titik temu
keberangkatan dalam menyusun argumen ilmiah. Karya ilmiah perlu diungkap
perbedaan mendasar. Perbedaannya adalah ide-ide ilmiah yang esensial, sehingga
orisinalitas karya ilmiah dapat dipertahankan.

Kemampuan berpikir divergen melibatkan kemampuan menghasilkan ide (kefasihan),


kapasitas untuk menghasilkan asosiasi yang tidak biasa (orisinalitas) dan kefasihan, dan
kapasitas untuk mengubah kategori fleksibilitas (Runco, 1986). Ide-ide diuraikan dalam data
(3) termasuk dalam kriteria kelancaran berpikir. Ukuran kefasihan tidak membatasi
ide untuk orisinalitas, fleksibilitas atau elaborasi. Kelompok berpikir divergen memiliki
skor tertinggi pada ukuran kefasihan dan keaslian dibandingkan dengan kelompok yang melakukannya
tidak melibatkan pemikiran yang berbeda (Yi et al, 2015). Salah satu alasan mengapa pemikiran divergen
dapat meningkatkan kualitas karena melepaskan diri dari pola pikir yang sudah mapan (Lewis
& Lovatt, 2013). Oleh karena itu, kecenderungan individu terbuka untuk memberikan ide-ide dari a
kerangka acuan yang lebih luas (Batey et al., 2009). Dalam pemikiran yang berbeda, ide-ide sebelumnya
memiliki pengaruh yang lebih kecil, karena gagasan berikutnya memiliki bobot lebih besar (Yagolkovskiy &
Kharkhurin, 2016).

Temuan pola berpikir divergen ini sesuai dengan gagasan Rawlinson


(1981, p. 7) menunjukkan bahwa pola berpikir divergen dimulai dari a

Halaman 13
Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI 33
Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

Uraian masalah kemudian disebarkan untuk dapat menghasilkan berbagai macam ide
untuk memecahkan masalah atau memberikan berbagai kemungkinan jawaban untuk masalah tersebut. Di
berfikir divergen, seseorang dapat menghasilkan ide dalam jumlah yang banyak. Dari ide ini satu
dapat memilih jawaban yang paling sesuai dengan indikator
masalah yang diteliti. Temuan dalam studi pemikiran divergen adalah ide-ide dalam
Pola ini terlihat dari banyaknya gagasan yang dituangkan dalam karya ilmiah.
Ide tidak bisa dipisahkan dari kombinasi ide, dan harusnya ada satu
ide utama dalam sebuah paragraf. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa
Keragaman ide dan teknik untuk mengembangkan kalimat dalam paragraf merupakan penanda
berpikir kreatif dalam karya ilmiah siswa.

Ketiga adalah berpikir lateral. Alternatif ide muncul seolah-olah mereka tidak memiliki
kontribusi untuk masalah dan tidak ada hubungannya dengan masalah yang ada, sebagai
ditunjukkan dalam data sampel (5 dan 6). Pada data (5 dan 6) masalah yang dihadapi membutuhkan
inovasi baru yang bersifat kreatif. Kebutuhan itu terus berubah dari waktu ke waktu
(membutuhkan pemikiran lateral untuk dipenuhi), daripada pola dan aturan yang sudah ada sebelumnya
(Waks, 1997). Penanda pola berpikir lateral sedang memunculkan jenis ide baru
masalah dan ide baru yang berkaitan dengan penemuan teknik hingga masalah. Siswa
Prestasi dalam pemecahan masalah tergantung pada pemikiran lateral (Arsad et al, 2012). Bahwa
Artinya, berpikir lateral berperan penting dalam menghasilkan sumber daya siswa yang berkualitas.
Berpikir lebih kompetitif, lebih kreatif dan inovatif sangat penting dalam mendapatkan
hasil terbaik dari ide yang dituangkan.

Pola berpikir lateral telah berkontribusi pada pengembangan kemampuan


menulis karya ilmiah mulai dari pengembangan unsur bahasa hingga
pengembangan kemampuan untuk melaksanakan tahapan proses kreatif. Yang kreatif
Proses mampu menguraikan pemecahan masalah alternatif dengan berbagai gaya pengiriman.
Pencapaian berbagai solusi masalah disajikan secara abstrak, sehingga
mudah dipahami oleh pembaca atau pengulas.

Dekomposisi alternatif pemecahan masalah dalam fragmen data (5) dilakukan


keluar secara abstrak, dengan sebelumnya mengungkapkan solusi pada prinsipnya. Itu
deskripsi solusi diekspresikan secara abstrak tentang masalah optimasi.
Pemecahan masalah yang abstrak menuntut pembaca untuk berpikir secara abstrak atau menggunakan abstrak
kerangka kerja dalam memahami masalah, tetapi itu tidak berarti bahwa masalah
diekspresikan tidak rasional karena abstrak tidak berarti mereka tidak rasional (Kusmana,
2012, hal. 35). Kejelasan solusi dari masalah akan sangat membantu penulis
mengungkapkan posisi pemecahan masalah alternatif atau pemecahan masalah utama
disajikan dalam tulisan yang dibuatnya dalam beberapa paragraf. Meski begitu, dalam presentasi
Pemecahan masalah dalam karya ilmiah juga dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasi cara
deduksi dengan induksi sehingga klarifikasi deskripsi masalah lebih mudah
untuk mengerti.

Temuan tentang pola berpikir kreatif yang sejalan dengan pendapat (de Bono, 1991)
menyarankan bahwa berpikir lateral lebih merupakan cara menghasilkan ide dengan cara baru
menyajikan ide baru. Temuan penelitian ini tentang berpikir lateral yaitu
pemilihan ide berdasarkan pemikiran kreatif yang mempertimbangkan keaslian
Halaman 14

34 Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

ide dicurahkan pada masalah. Kemudian idenya sesuai dengan topik dan
kesesuaian kalimat dan interalimat tersebut. Berdasarkan temuan ini, memang demikian
menyimpulkan bahwa pola berpikir lateral siswa dalam karya tulis ilmiah adalah
direpresentasikan dalam penggunaan berbagai ide yang sesuai dengan kompleksitas
pemecahan masalah.

Secara umum temuan penelitian ini tentang pola berpikir kreatif pada siswa
Karya ilmiah, menunjukkan bahwa pola berpikir kreatif terletak pada bentuk gagasan yang digunakan.
Penulisan karya ilmiah merupakan proses berfikir kreatif yang mengutamakan kemampuan
siswa untuk mengembangkan dan mengatur ide, dan menuangkannya ke dalam bahasa tertulis.
Oleh karena itu, wujud gagasan dalam karya ilmiah merupakan representasi dari kreativitas siswa
dalam mengembangkan ide secara tertulis. Bentuk ide mampu menggabungkannya menjadi
beragam, detail, dan bentuk unik. Namun, untuk penelitian lebih lanjut memang demikian
merekomendasikan agar kami memeriksa pola berpikir kreatif dengan berbagai tingkat
objek sehingga temuan penelitian ini muncul lebih luas di berbagai tingkatan.

Implikasi pola pikir kreatif dalam karya ilmiah siswa timbul


beberapa hal yaitu (1) melalui pemahaman pola berpikir kreatif, bermacam-macam
ide menjadi lebih terarah dan terstruktur. Dalam penulisan karya ilmiah penyelenggaraan a
teks adalah kegiatan merepresentasikan gagasan menjadi teks. Dari segi struktur, ilmiah
pekerjaan memiliki struktur yang kompleks. Struktur yang dimaksud meliputi bagian bukaan, yaitu
bagian isi, dan bagian penutup. Setiap bagian memiliki kekhasan tersendiri yang mana
dapat diperoleh dari pemahaman pola berpikir kreatif (pola imajinatif,
pola divergen, dan pola lateral), (2) pengungkapan ide mampu meyakinkan
pembaca atau pengulas dan penggunaan bahasa lebih efektif dan mudah dipahami.
Kreativitas dalam mengungkapkan gagasan tampak pada jenis pengembangan gagasan yang melibatkan
teknik induktif dan deduktif, penggunaan pengalaman untuk memasukkan informasi baru,
dan penyajian berbagai teknik pemecahan masalah yang didukung oleh a
dasar pemikiran.

Referensi
Adair, J. (2007). Seni berpikir kreatif: Bagaimana menjadi inovatif dan mengembangkan ide-ide hebat.
London: Inggris Raya.

Arsad, N., Sanusi, H., Majid, RA, Ali, MM, & Husain, H. (2012). Berpikir lateral
melalui percobaan kotak hitam di kalangan mahasiswa teknik. Procedia - Sosial
dan Perilaku Ilmu , 60 , 14–20.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.340

Batey, dkk. (2009). Kecerdasan dan kepribadian sebagai prediktor pemikiran divergen:
Peran kecerdasan umum, cair dan mengkristal. Keterampilan Berpikir Jurnal
dan Kreativitas, 4 , 60–69.

Chan, ZCY (2016). Pandangan siswa peer reviewer tentang inovasi pengajaran dan
imajinatif belajar. Perawat pendidikan Hari ini , 39 , 155–160.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2016.02.004
Halaman 15

Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI 35


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

Djojosuroto, K. (2007). Filsafat bahasa. Yogyakarta: Penerbit Buku Pustaka.

de Bono, E. (1970). Berpikir lateral. New York: Harper & Row.

Hidayat, T., Susilaningsih, E., & Kurniawan, C. (2018). Efektivitas


Rancangan instrumen tes pengayaan untuk mengukur berpikir kreatif siswa
keterampilan dan pemecahan masalah. Keterampilan Berpikir dan Kreativitas , 29 , 161–169.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2018.02.011

Kusmana, S. (2012). Merancang karya tulis ilmiah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Leonhardy. (1962). Pengantar matematika perguruan tinggi. New York: John Wiley & Sans.

Lengelle, R., Meijers, F., Poell, R., & Post, M. (2013). Efek kreatif,
ekspresif, dan tulisan reflektif tentang pembelajaran karir: Sebuah studi eksploratif.
Jurnal dari Kejuruan Perilaku , 83 (3), 419–427.
https://doi.org/10.1016/j.jvb.2013.06.014

Lewis, C., & Lovatt, PJ (2013). Memisahkan dari pola pikir yang telah ditetapkan:
Improvisasi dan pemikiran divergen. Keterampilan Berpikir dan Kreativitas , 9 , 46–58.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2013.03.001

Liu, W., Pan, Y., Luo, X., Wang, L., & Pang, W. (2017). Penundaan aktif dan
ide kreatif: Peran mediasi dari kemanjuran diri kreatif. Kepribadian dan
Perbedaan Individu , 119 , 227–229. https://doi.org/10.1016/j.paid.2017.07.033

Marzano, RJ, & Kendall, JS (2007). Taksonomi baru dari tujuan pendidikan.
London: Corwin Press.

Munandar, U. (2004). Pengembangan kreativitas anak anak. Jakarta: Gramedia.

Paul, R., & Linda, E. (2008). Berpikir kritis dan kreatif. Pantai Dillon: Landasan untuk
Press Berpikir Kritis.

Poespoprodjo, W., & Gilarso, ET (2017). Logika ilmu menalar: dasar-dasar berpikir
tersier, logis, kritis, analitis, dan dialektis. Bandung: Pustaka Grafika.

Rawlinson, JG (1981). Berpikir kreatif dan bertukar pikiran. London : Gower


Perusahaan penerbit.

Runco, MA, & Selcuk, A. (2012). Pemikiran divergen sebagai indikator kreatif
potensi. Jurnal Penelitian Kreativitas , 24 (1), 1–10.
Runco, MA (1986). Pemikiran yang berbeda dan kinerja kreatif di berbakat dan
anak-anak yang tidak terangkat. Pengukuran Pendidikan dan Psikologis , 375-384.

Solso, R., Maclin, O., & Maclin, MK (2008). Diterjemahkan oleh Mikael Rahardanto &
Kristianto Batuadji. 2008. Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga.

Shabrina, & Kuswanto, H. (2018). Pembelajaran fisika seluler dengan bantuan Android
budaya batik indonesia: meningkatkan pemikiran dan masalah kreatif siswa
pemecahan. Jurnal Internasional Pengajaran , 11 (4), 287-302.
https://doi.org/10.12973/iji.2018.11419a

Halaman 16

36 Alfi SYAHRIN - DAWUD - Heri SUWIGNYO - Endah Tri PRIYATNI


Jurnal Eurasia Penelitian Pendidikan 81 (2019) 21-36

Sultan, Rofiuddin, A., Nurhadi, & Priyatni, ET (2017a). Perkembangan a


model pembelajaran membaca kritis untuk mendorong sikap kritis mahasiswa
kesadaran. Baru Pendidikan Ulasan, 48 (2) , 76 - 86,
https://doi.org/10.15804/tner.2017.48.2.06

Sultan, Rofiuddin, A., Nurhadi, & Priyatni, ET (2017b). Efek kritis


pendekatan literasi pada keterampilan membaca kritis guru bahasa pra-jabatan.
Indo Jurnal dari Pendidikan Riset , 71, 159–174.
https: // doi: 10.14689 / ejer.2017.71.9

Vass, E. (2007). Menjelajahi proses kreativitas kolaboratif — Peran emosi


dalam menulis kreatif bersama anak-anak. Keterampilan Berpikir dan Kreativitas , 2 (2), 107–117.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2007.06.001

Waks, S. (1997). Pemikiran lateral dan pendidikan teknologi. Jurnal Sains


Pendidikan dan Teknologi , Vol. 6, No. 4, 245-255.

Yagolkovskiy, SR, & Kharkhurin, AV (2016). Peran kelangkaan dan organisasi


materi stimulus dalam pemikiran divergen. Keterampilan Berpikir dan Kreativitas , 22 ,
14–21. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2016.08.001

Yi, X., Plucker, JA, & Guo, J. (2015). Pengaruh pemodelan pada pemikiran divergen dan
kreativitas artistik. Keterampilan Berpikir dan Kreativitas , 16 , 62–68.
https://doi.org/10.1016/j.tsc.2015.02.002.

Anda mungkin juga menyukai