Anda di halaman 1dari 11

Nama : Ruth Sirhan Monalisa Pardede

NIM : 180101936

Kelas : MLIE 4C

TUGAS PAPER 1

KEY REVERSE LOGISTICS MANAGEMENT

I. Gatekeeping
Gatekeeping merupakan salah satu elemen dari reverse logistic dimana
pengembalian barang ini dapat berpengaruh pada citra perusahaan.
Gatekeeping merupakan penyaringan pengembalian barang dagangan,
penyaringan barang yang rusak pada titik reverse (proses saring), dengan cara
screening produk cacat atau tidak bergaransi ke titik asal reverse logistic.
Apa saja yang dibahas pengelolaan reverse dengan konsep Gate Keeping?
Pada Gatekeeping perusahaan hanya akan menerima pengembalian
dari pembeli produk jika terjadi cacat produk. Lalu produk rusak yang
dikembalikan akan di evaluasi atau di inspeksi barang itu cacat karna kesalahan
manufaktur saat proses produksi atau kesalahan konsumen. Kalau saat proses
pengecekkan memang kesalahan manufaktur Gatekeeper akan mengganti
produk rusak atau memberi pengembalian uang kepada konsumen, tegantung
jenis industri dan kebijakan perusahaannya.
Pengembalian, perbaikan dan penggantian produk-produk tersebut ke
dalam proses, bergantung pada apa yang perusahaan lakukan dengan reverse
logistic, Perusahaan dapat memanfaatkan solusi Gatekeeper untuk menangani
mendapatkan produk kembali ke aliran penjualan sekunder, ke pusat daur
ulang atau menunjuk mereka untuk pembuangan yang tepat.
Prosesnya terjadi pada titik masuk saat customer mengembalikan
barangnya. Apakah barang dari customer itu cacat atau tidak? Diluar
garansi/tidak? Barang yang dikembalikan termaksud barang yang dapat di
return atau tidak. Gatekeeper memastikan untuk mencegah barang dagangan
yang dikembalikan yang tidak beralasan. Dengan mengotomatiskan sebanyak
mungkin dan dilakukan dengan baik, misal ada prosedur yang jelas pada proses
penyaringan dan pengambilan keputusan, Gatekeeping bisa mengurangi
tekanan pada sumber daya perusahaan, yang nantinya lebih efisien untuk
pelanggan, pemasok dan meningkatkan pengalaman bagi pelanggan internal
dan eksternal serta pemangku kepentingan lainnya. Proses Gatekeeping yang
dikelola secara efektif akan mengurangi jumlah barang yang dikembalikan
dengan tetap mempertahankan tingkat layanan pelanggan suatu perusahaan.
Gatekeeping juga dapat menangani aliran pengembalian produk untuk
dibawa ke pusat daur ulang atau pembungan, kembali lagi tergantung
kebijakan industrinya.
II. Compact Disposition Cycle Time
Faktor penting dalam pengelolaan reverse, perusahaan yang melakukan
kegiatan reverse berusaha untuk mempersingkat waktu siklus tetapi penting
juga untuk mengatur bahwa kegiatan reverse untuk mendapatkan keuntugan
setidaknya uang atas kegiatan reverse. Siklus waktu yang lebih pendek
menghasilkan biaya reverse logistic yang berdampak lebih kecil pada
profitabilitas. Pada proses reverse suatu perusahaan beberapa kali barang atau
produk yang dikembalikan oleh customer tanpa alasan yang jelas, entah barang
itu rusak, perlu diperbaiki, atau dibuang. Perusahaan juga masih kurang optimal
atau baik dalam pengelolaan reverse logistic.
Beberapa perusahaan memiliki kesulitan dalam mempersingkat waktu
siklus disposisi, karena tidak ada banyak kesalahan dalam mengambil tanggung
jawab dan membuat keputusan yang tepat waktu dalam bagaimana produk
yang dikembalikan harus dibuang. Akibatnya, karyawan juga sulit untuk
mengambil keputusan karena aturan keputusan tidak dinyatakan secara jelas
dan adanya keseringan dari perusahaan.
Perusahaan perlu melakukan pemetaan atau kerangka proses reverse
logistic sehingga dapat menentukan waktu siklus yang dijalankan
perusahannya dan mengidentifikasi hambatan yang merugikan memengaruhi
kinerja waktu siklus, sehingga dapat mengurangi waktu siklus.
III. Reverse Logistics Information Systems
Satu masalah serius dalam penanganan reverse logistic adalah
kurangnya kemampuan perusahaan mengelola informasi dalam menangani
barang retur. Jarang sekali informasi yang dibutuhkan dalam proses reverse
terlaksana dengan baik, karena kegiatan reverse logistic ini sering sekali
dianggap renda oleh perusahaan dan banyak yang mengabaikannya.
Seharusnya Informasi yang berkaitan dengan reverse harus teratur. Padahal
Informasi reverse yang baik dapat mempengaruhi efisiensi operasional logistik
dan efektivitas jasa layanan ke pelanggan, memaksimalkan keuntungan
melaluitransaksi intensif menggunakan sistem informasi, mengurangi
pemborosan, meningkatkan utilitas sumberdaya, pemulihan aset, dan
kecepatan respon dan kompetensi pengantaran barang oleh perusahaan.
Perusahaan yang melakukan kegiatan reverse harus punya system
informasi yang baik untuk melakukan kegiatan reverse. Proses reverse harus
memiliki system informasi yang memungkinkan, system informasi yang baik
dapat mengotomasikan informasi tentang reverse. Agar dapat meningkatkan
kinerja proses pada reverse dapat didekati dengan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dari sistem informasi. Komitmen perusahaan dalam
mengorganisasikan pengelolaan reverse logistic dapat berpengaruh terhadap
kapabilitas komunikasi, yaitu kemampuan komunikasi dengan mitra distribusi
dalam pemrosesan barang retur, kemampuan menindaklanjuti informasi retur
dan mengintegrasikan data.
Bagian-bagian yang bersangkutan pada aliran informasi reverse logistic :
1. Retailer
Ini berasal dari pelanggan mengembalikan produk ke outlet ritel atau
keputusan komersial untuk menarik produk untuk dijual.
2. Manufacturer
Pabrik mengotorisasi pengembalian, karna barang yang dikembalikan
akan mempengaruhi keuangan perusahaan. Lalu pabrik mengambil produk
yang dikembalikan.
3. EDI Standards
Standar pertukaran data pada rantai pasok, dalam reverse logistic, di
mana sumber daya selalu sulit dikumpulkan, tidak mahal antarmuka
pengembalian berbasis browser mungkin menjadi salah satu jawaban untuk
masalah sistem.
Beberapa perusahaan sudah menerapkan beberapa sistem ini, tetapi
hanya saja belum menempatkan banyak sumber daya.
Return Reason and Disposition Codes
1)Perbaikan karna kesalahan pelanggan, agen, pengiriman maupun entry.
2) Rusak atau tidak sesuai fungsi yang seharusnya.
3) Perjanjian, barang yang dikirm melebihi dari yang diminta atau
dibutuhkan.
4) Pembuangan.
5) Perbaikan, mengolah kembali.
Berdasarkan apa yang telah dipelajari penulis sebelumnya, penulis
mengetahui bahwa dengan aliran Centralized ini dapat meminimasi biaya,
dengan mengumpulkan ke satu lokasi lalu disebarkan untuk proses lebih lanjut,
Beberapa perusahaan yang sudah menerapkan aliran ini merasa terjadinya
pengurangan waktu ini kemungkinan besar disebabkan oleh peningkatan
sistem informasi dan prosedur yang dipahami dengan jelas untuk menangani
materi yang dikembalikan.
IV. Centralized Return Centers
Pusat pengembalian semua produk atau barang yang dikembalikan,
dimana produk akan disortir atau diproses. Proses ini memiliki manfaat pada
kegiatan reverse, untuk mengarahkan pendapatan dari produk yang
dikembalikan juga menentukan aliran reverse unntuk produk yang
dikembalikan, tujuannya ialah untuk menangani pengembalian dengan cepat
dan efisien. Pada proses ini seluruh barang dikumpulkan disatu dempat lalu
disortir atau dipilah, mana barang yang akan diperbaiki dan mana barang yang
akan olah kembali dan sebagainya sebelum dikirim ke proses lebih lanjut.
Pusat pengembalian khusus di satu tempat dapat lebih efisien daripada
memiliki banyak titik pemrosesan sangat ideal untuk ditemukan titik
pengumpulan awal dekat dengan lokasi pelanggan, sehingga pengiriman kecil
dari titik pengumpulan dapat lebih dikendalikan dan dikirim secara jumlah
besar ke tujuan proses selanjutnya yang menghemat biaya pemrosesan dan
transportasi. Hal yang perlu difokuskan dengan sistem Centralized Distribution
Centers :
1. Consistency
Karna proses ini lebih terarah dan jelas, perusahaan akan lebih mudah
mengidentifikasi titik kesalahan atau kegagalan yang terjadi pada kegiatan
reverse logistic, dengan itu perusahaan dapat menghindari resiko yang
mungkin akan terjadi dan mencari solusi.
2. Space Utilization
Akan sulit bagi
3. Labor Savings
Pada pemrosesan pengembalian yang terpusat, akan meminimalkan
tenaga kerja. Karna kegiatan pengembalian yang lebih ringkas akan
mengurangi pemakaian atau kebutuhan tenaga kerja.
4. Transportation Cost
Pengiriman dilakukan hanya terhadap satu titik, baiya yang dikeluarkan
terhadap transportasipun semakin rendah.
5. Improved Customer Service
Karna proses pengembalian tersusun perusahaan dapat memanajemen
lebih baik lagi strategi untuk menjaga hubungan dengan pelanggan.
6. Compacting Disposisition Time
Penanganan yang tidak efisien bisa saja terjadi dalam kehilangan nilai
karena produk yang dikembalikan duduk untuk jangka waktu yang lama dan
sering rusak. Pengecer akan menerima kredit lebih sedikit dari produsen
atau distributor daripada harga pembelian aslinya.
7. Profit Impact
Dampak yang lebih rendah pada profitabilitas terjadi pada perusahaan-
perusahaan yang menggunakan pusat pengembalian terpusat daripada
yang tidak menggunakan pusat pengembalian terpusat.
8. Visibility of Quality Problem
Dengan adanya gatekeeping yang baik perusahaan dapat lebih cepat
melihat produk yang bermasalah, dan meningkatkan kualitas produk dan
mengurangi pengembalian. Misal terjadi masalah terhadap kualitas suatu
produk, konsolidasi pengembalian akan sulit.
9. Forward and backward
Distribusi tidak akan berjalan dengan baik dengan forward and
backward. Banya distribusi mengalami kesulitan saat memproses secara
efisien pengembalian. Pemrosesan waktu siklus dipengaruhi secara negatif
ketika satu pusat distribusi menangani pengiriman ke depan dan ke
belakang.
10. Accounting Issues

Benefit dari Centrealized Return Center

1. Prosedur toko yang disederhanakan

2. Hubungan pemasok yang ditingkatkan

3. Pengendalian persediaan yang lebih baik


4. Peningkatan inventaris yang berubah

5. Pengurangan biaya administrasi

6. Pengurangan biaya tingkat toko

7. Pengurangan penyusutan

8. Pemfokusan kembali pada kompetensi inti pengecer

9. Pengurangan landfill

10. Peningkatan informasi manajemen

V. Zero Returns
Dalam program zero return, pabrikan atau distributor tidak mengizinkan
produk untuk kembali melalui reverse logistic. Sebagai gantinya, mereka
memberi pengecer atau entitas lainnya, tunjangan pengembalian, dan
mengembangkan aturan dan pedomanuntuk disposisi produk yang dapat
diterima. Kebijakan zero return sering cenderung demikianmemiliki efek negatif
dalam kepuasan pelanggan sehinngga menurunkan citra perusahaan.

Kebijakan ini akan menghasilkan biaya yang jauh lebih rendah, dan
mengurangi varibilitas biaya pengembalian. Kebijakan ini memiliki dampak atau
hasil yang berbeda-beda, pada perusahaan produk konsumen besar,
pengembalian nol dampaknya telah mengurangi biaya penanganan yang terkait
dengan pengembalian. Namun, banyak dari produk yang ditetapkan firma ini
sebagai barang bekas, muncul di saluran alternative lain seperti Kanibalisasi.

Kebijakan ini memungkinkan perusahaan untuk menghindari menerima


pengembalian secara fisik, teapi nyatanya pada perusahaan kebijakan ini tidak
mengurangi banyak beban fisik. Pada proses ini pemasok memberi tahu
customer atau pelanggannya bahwa tidak dapat dilakukan pengembalian
produk ketika produk sudah dibeli atau dipesan.
Dalam penerapan kebijakan zero return terdapat kelebihan dan
kekurangan, sehingga hal ini harus dipahamioleh perusahaan tersbut, apakah
mereka dapat menerapkan kebijakan zero return atau tidak. Kelebihan dari
kebijakan zero return adalah mengurangin tanggung jawab pengembalian
barang bagi pengecer,mengurangi biaya untuk produsen dan distributor,
mengurangi biaya perbaikan bagi produsen atau biaya pengembalian barang
yang sudah diperbaiki kepada konsumen dan juga mengurangi variabilitas dari
biaya pengembalian.

VI. Remanufactur and Refurbishment


Remanufactur and Refurbishment terjadi ketika suatu produk
dikembalikan dalam kondisi rusak tetapi dapat diperbaiki. Bergantung pada
bagaimana kebijakan perusahan, barang-barang yang diperbarui dapat
menghemat biaya dan waktu untuk mereproduksinya dan perusahan bisa saja
mendapat value added. Jika fasilitas perusahan dipersiapkan dengan baik untuk
menangani perbaikan barang-barang yang rusak. Kategori Remanufactur and
Refurbishment :
1. Repair : Memperbaiki kerusakan yang berlaku untuk mengintegrasikan
kembali inventaris ke dalam gudang atau rantai distribusi untuk dijual
kembali.
2. Remanufacturing : Menggunakan komponen baru, yang diperbaiki atau
digunakan kembali untuk membangun kembali produk untuk memenuhi
spesifikasi produk asli, dan memperbaiki atau mengganti komponen yang
sudah usang atau usang.
3. Refurbishing : Memperbaiki produk lama atau usang untuk memenuhi
spesifikasi dan standar baru pabrikan.
4. Canibalization : Memulihkan komponen yang dapat digunakan kembali dari
produk bekas untuk memfasilitasi kegiatan remanufaktur atau perbaikan.
5. Recycling : menggunakan kembali bahan dari produk lain atau sub-rakitan
untuk membuat produk baru atau memperbarui yang lain.
Remanufaktur diilih dalam melakukan penghematan biaya, dibandingkan
membeli komponen baru untuk menghasilkan suatu produk. Perusahaan
dapat menggunakan kembali aset berharga dan mengurangi biaya yang
terkait proses produksi. Remanufaktur lebih banyak menghasilkan
keuntungan bagi perusahaan dan dapat menekan atau penghematan biaya
yang cukup besar.
VII. Asset Recovery
Merupakan klasifikasi dan catatan barang yang dikembalikan, reverse
pada proses ini adalah salah satu cara utama untuk mengurangi limbah,
memulihkan pendapatan. Asset recovery adalah klasifikasi dan disposisi barang
yang dikembalikan karna usang, sisaan dan kelebihan produk material dengan
cara memaksimalkan pengembalian ke perusahaan juga meminimalkan biaya
dan kewajiban yang terkait dengan disposisi.
Aset Recovery sudah menjadi kegiatan bisnis yang penting bagi banyak
perusahaan. Pentingnya pengembalian aset dapat mempengaruhi peningkatan
terhadap profitabilitas perusahaan, itu jugatergantung pada kemampuan
perusahaan untuk mengelola nilai ekonomi sebanyak mungkin dari produk
yang digunakan, dengan ini juga perusahaan meminimalkan dampak negatif
seperti masalah lingkungan. Perusahaan percaya bahwa biaya memasukkan
persyaratan ini akan lebih besar daripada manfaatnya.
Produk yang gagal atau memiliki masalah kualitas adalah sumber lain
dari produk yang dikembalikan, tingkat kegagalan atau cacat kualitas dapat
bergantung pada jenis produk. Produsen mengambil peoduk bekas dan
menginput kembali nilai value added yang asih tertanam pada suatu produk.
VIII. Negotiation
Harga suatu produk ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk memproduksinya dan beberapa faktor lain seperti pemasaran, dan
sebagainya. Nilai produk yang telah dikembalikan juga dipengaruhi oleh seperti
usia, tingkat penggunaan, yang menggunakannya, tidak peduli apa pun
kondisinya pengembalian barang adalah harga selalu bisa dinegosiasikan.
Dalam melakukan proses pengembalian produk untuk menentukan
harga dapat dilakukan negosiasi atau tawar menawar tanpa adanya pedoman
harga. Tetapi terdapat perusahaan yang sering tidak memahami negosiasi
harga dari produk yang dikembalikan dan menciptakan peluang bagi pihak
outsourching untuk menjalankan dengan keuntungan. Terkadang negosiasi
ditangani oleh pihak outsourching dan bertindak sebagai penasehat dalam
rantai pasokan.
IX. Financial Management
Kunci keberhasilan proses logistik terbalik adalah manajemen keuangan
yang baik. Sebagian besar perusahaan biasanya menginvestasikan biaya dalam
proses yang tidak perlu dan tidak dibutuhkan, tanpa benar-benar menganalisis
strategi atau perencanaan bisnis mereka. Perusahaan perlu melakukan strategi
yang tepat untuk bisnisnya. Karena apa yang berhasil untuk satu perusahaan
mungkin belum tentu akan bekerja di perusahaan lain. Hanya setelah
melakukan analisis mereka benar-benar berinvestasi.
X. Outsourcing reverse logistic
Outsourcing dalam reverse logistik merupakan hal untuk
mempertimbangkan saling ketergantungan pihak terkait dan mempertahankan
hubungan hirarkis antara pihak. Dengan ini perusahaan dapat memastikan
kontribusi mereka terhadap keberlanjutan bahkan setelah outsourcing
sebaliknya kegiatan logistik.
Nilai tambah untuk layanan dapat terjadi melalui efisiensi yang dicapai
oleh manajemen biaya yang lebih baik dan melalui peningkatan efektivitas yang
ditimbulkan oleh nilai peningkatan. Aktivitas peningkatan nilai mungkin
menambah nilai yang sudah ada bisnis - misalnya dengan produk dan layanan
yang lebih baik - dan menambah nilai. Outsourcing diakui sebagai hal yang
mekanisme untuk mendorong. pekerjaan lokal.
Pemasok outsourcing ini melakukan kegiatan terbalik dengan lebih baik,
dan pelanggan kebanyakan menemukan bahwa menggunakan perusahaan jasa
ini dapat mengurangi kerumitan administratif untuk melakukannya sendiri.
Pemasok outsourcing ini telah menjadi spesialis dalam mengelola arus balik,
dan melakukan layanan bernilai tambah utama, seperti remanufaktur dan
perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai