Dosen pengampu :
Disusun oleh
KELOMPOK 3
FAKULTAS PSIKOLOGI
2019/2020
KATA PENGANTAR
Taka da gading yang tak retak, kami menyadarai bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
dan saran dari pembaca sabgat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah-
makalah selanjutnya.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
BAB II PEMBAHASAN
Kesimpulan
Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
PEMBAHASAN
1. Hati menerima makanan yang berfungsi sebagai nutrisi dan obat, dan
sebaik-baik makanan untuk hati itu adalah iman sedangkan obatnya
adalah Al-Qur’an
7. Hati yang selalu ikhlas, mengikuti Sunnah, dan selalu bersikap ihsan
D اَّل ُءD ِخDَ أْلD اD ٍذDِ ئD َمDوDْ Dَ يDض ٍ D ْعDَ بDِ لD ٌّوD ُدD اَّل َعDِ إD َنD يDِ قDَّ تD ُمD ْلDا
ُ D ْعDَ بD ْمDُ هDض
2. At-Tamanni (berangan-angan)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
7. Banyak berbicara
ْ َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآل ِخ ِر فَ ْليَقُلْ خَ ْيرًا أَوْ لِيَصْ ُم
ت
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah
ia mengatakan yang baik atau hendaklah ia diam.” (H.R. Bukhari)
8. Banyak tertawa
Tersenyum itu adalah aktivitas yang mulia, dimana tersenyum itu bisa
bernilai ibadah non materi apabila kita memberikan senyuman yang
terbaik dan ikhlas kepada siapa saja yang kita jumpai. Sebagaimana
dijelaskan oleh Rosulullah SAW dalam sabdanya: “Senyummu kepada
saudaramu adalah sedekah, senyum juga merupakan salah satu media
idhkholus surur atau membahagiakan hati orang lain yang dapat
mendatangkan pahala bagi Allah Ta’ala.”
Selanjutnya mari kita pelajari bersama tentang perbedaan tersenyum
dan tertawa mana yang boleh dan tidak untuk kita lakukan. Dalam kitab
Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah di jelaskan bahwa tertawa itu bisa berupa
tersenyum dan juga terbahak-bahak.
Rasulullah pun yang selama ini kita kenal sebagai figur teladan kita
umat muslim senantiasa tersenyum dalam berbagai kesempatan beliau. Di
jelaskan dalam suatu riwayat, sahabat Jabir Bin Abdullah berkata:
“Rasulullah tak pernah melarangku untuk menemui beliau semenjak aku
masuk islam. Dan beliau tak pernah memandangku kecuali dalam keadaan
tersenyum,” (H.R. Bukhari Muslim).
30. ( ۚ فَأَقِ ْم َوجْ هَكَ لِلدِّي ِن َحنِيفًاMaka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama Allah) Yakni lurus dan istiqamah kepada agama itu, tanpa
menengok sedikitpun kepada agama-agama lain yang batil.
َ َّر النDDD
اس َعلَ ْيهَا ْ ِ( (ۚ فtetaplah atas) fitrah Allah yang telah
َ َ َرتَ هللاِ الَّتِى فَطDDDط
menciptakan manusia menurut fitrah itu) Allah menjadikan fitrah mereka
di atas keislaman; kalaulah bukan karena halangan yang menghalanginya
sehingga mereka tetap dalam kekafirannya. Hal ini selaras dengan hadits
Abu Hurairah dalam kitab shahih Muslim, ia berkata, Rasulullah bersabda:
“tidak ada anak yang dilahirkan melainkan ia terlahir dalam keadaan
fitrah, namun kedua orang tuanya menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi.” Dan hadits dalam Musnad dari ‘Iyadh bahwa Rasulullah
berkhutbah pada suatu hari dengan mengatakan dalam khutbahnya,
menghikayatkan dari Allah: “Sungguh Aku menciptakan hamba-hamba-
Ku semua di atas jalan yang lurus, namun setan-setan mendatangi mereka
dan menyesatkan mereka dari agama mereka, dan Aku haramkan atas
mereka apa yang telah Aku halalkan bagi mereka.”
ِ ( ۚ اَل تَ ْب ِدي َل لِ َخ ْلTidak ada perubahan pada fitrah Allah) Yakni janganlah
ِق هللا
kalian ubah ciptaan Allah dengan menyembah selain-Nya, namun tetaplah
kalian di atas fitrah keislaman dan tauhid.
دِّينُ ْالقَيِّ ُمDDDك ال ٰ
َ DDDِ((ذلItulah) agama yang lurus) Yakni tetap di atas fitrah
merupakan agama yang lurus.
1. Tauhid Rubiyah Yaitu meyakini dan mengakui bahwa Allah SWT lah
yang menciptakan, memiliki, membolak ‐balikan, mengatur alam ini, dan yang
Maha mengetahui segala sesuatu. Seperti yang telah disebutkan Dalam QS.
Asy‐Sura ayat 11 yang artinya : “(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia
menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri yang berpasangan, dan dari
jenis binatang ternak pula yang berpasangan dan berkembang biak. Tidak ada
satupun yang serupa dengan-Nya, dan dialah yang maha mendengar juga
maha melihat. “(QS. Asy-Sura : 11)”.Hal ini diakui hampir oleh seluruh umat
manusia, adapun kaum yang pernah mengingkarinya adalah kaum atheis,
yang pada kenyataannya mereka memperlihatkan keingkarannya hanya karna
kesombongan mereka. Padahal jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka
mengakui bahwa tidaklah alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat
dan yang mengaturnya. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya :
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu ataukah mereka yang menciptakan?
Ataukah mereka yang menciptakan bumi itu? Sebenarnya mereka tidak
meyakini (apa yang mereka katakan)”. (QS. Ath-Thur : 35-36).
3. Tauhid Sifat atau Asma adalah meyakini bahwa sifat-sifat yang ada
pada Allah seperti ilmu, kuasa, hidup, dan sebagainya. Dan juga merupakan
hakikat Dzat-Nya, dan Allah memiliki nama dan sifat baik (asma’ul husna)
yang sesuai dengan keagungan-Nya. Sifat-sifat itu tidak sama dengan sifat-
sifat makhluk, yang masing-masing berdiri sendiri dan terpisah dari yang
lainnya.
DَّD لD ُكD اDوDْ DرDَ Dَ يDنDْ Dِ إDوDَ DِّD قDحDَ D ْلD اD ِرD ْيD َغDِ بDض
ِ DرDْ Dَ أْلD اD يDِ فDنDَ D وD ُرDَّD بD َكDَ تDَ يDنDَ D يD ِذDَّلD اDي Dَ DِتD اDَيD آDنDْ D َعDف Dُ D ِرDص Dْ Dَ أDَس
D َلD يDِ بD َسD اDوDْ DرDَ Dَ يDنDْ Dِ إDوDَ اًلD يDِ بD َسDُهD وD ُذD ِخDَّ تDَ اَل يD ِدD ْشDُّDرDلD اD َلD يDِ بD َسD اDوDْ D َرDَ يDنDْ Dِ إD َوD اDَ هDِ بDاD وDُ نD ِمDؤDْ Dُ اَل يD ٍةDَيDآ
َ Dِ لD َذDٰ Dۚ اًلD يDِ بD َسDُهD وD ُذD ِخDَّ تDَ يD ِّيD َغD ْلDا
D َنD يDِ لDِفD اD َغD اDَ هD ْنD َعDاD وDُنD اD َكDوDَ D اDَ نDِتD اDَيD آDِ بDاD وDُ بD َّذD َكD ْمDُ هDَّ نDَ أDِ بDك
Artinya : “Aku akan memalingkan orang-orang yang
menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari
tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku),
mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang
membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi
jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya.
Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat
Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.” (Q.S A’raf ayat 146)
Dَ D ِذD َكD ْلD اDِ هَّللاD ىDَ لD َعDىDٰ DرDَ Dَ تD ْفD اD ِنD َّمD ِمD ُمDَ لDظ
Dُ هَّللاDوDَ Dۚ DمDِ اَلD ْسDِ إْلD اD ىDَ لDِ إDىDٰ D َعD ْدDُ يD َوDُ هDوDَ Dب ْ Dَ أDنDْ D َمDوDَ
D َنD يD ِمDِلD اDَّظDلD اD َمDوDْ Dَ قD ْلD اD يD ِدD ْهDَاَل ي
Artinya : Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-
adakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada Islam? Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim. (Q.S Ash Shaff ayat 7)
Dٌ D ِذD اD َكD َوDُ هDنDْ D َمD يD ِدD ْهDَ اَل يDَ هَّللاD َّنDِإ
D ٌرD اDَّ فD َكDب
DنDْ Dَ أD ِهDِ بDُ هَّللاD َرD َمDَ أD اD َمDنDَ D وD ُعDَ طD ْقDَ يDوDَ D ِهDِقD اDَثD يD ِمD ِدD ْعDَ بDنDْ D ِمDِ هَّللاD َدD ْهD َعDنDَ D وDض
ُ Dُ قD ْنDَ يDنDَ D يD ِذDَّلDا
D َنD وD ُرD ِسD اDخDَ D ْلD اD ُمDُ هDكَ Dِ ئDَلDٰD وDُ أDۚ Dض
ِ DرDْ Dَ أْلD اD يDِ فDنDَ D وD ُدDسDِ D ْفDُ يD َوDلDَ Dص
َ D وDُي
4. Al Ghaflah (lupa)
Tidaklah seseorang betpaling dari Allah kecuali karena lupa, dan tidak ada
sikap lupa kecuali di belakangnya ada permainan dan ingatlah bahwa
seluruh kehidupan dunia itu adalah permainan, orang-orang yang lupa itu
salah satu cirinya ialah hubud dunya (cinta dunia). Allah swt berfirman.
ُ D ِرD ْعD ُمD ٍةDَ لD ْفD َغD يDِ فD ْمDُ هD َوD ْمDُ هDُبD اD َسD ِحDس
D َنD وDض Dَ D َرDَ تD ْقDا
ِ D اDَّنD لDِ لDب
ٍ D َدDحDْ D ُمD ْمD ِهDِّD بD َرDنDْ D ِمD ٍرD ْكD ِذDنDْ D ِمD ْمD ِهD يDِ تDْ أDَ يD اDَم
D َنD وDُ بD َعD ْلDَ يD ْمDُ هDوDَ DُهD وD ُعD َمDَ تD ْسD اَّل اDِ إDث
D َنD وDُ بD ِسD ْكDَ يDاD وDُنD اD َكD اD َمD ْمD ِهDِبD وDُ لDُ قDىDٰ Dَ لD َعDنDَ D اDرDَ Dۜ DلDْ Dَ بDۖ اَّلDَك
Jauhkan dari kita dari sikap keraguan ntuk menerima suatu kebenaran
apalagi itu kebenaran ayat-ayat Allah. Allah swt berfirman
D ْمD ِهDِنD اDَ يD ْغDُ طD يDِ فD ْمDُ هD ُرD َذDَ نD َوD ٍةDَّD رD َمD َلDَّD وDَ أD ِهDِ بDاD وDُ نD ِمDؤDْ Dُ يD ْمDَ لD اD َمD َكD ْمDُ هDرDَ D اDص
Dَ D ْبDَ أD َوD ْمDُ هDَ تD َدDِ ئD ْفDَ أDب
Dُ Dِّ لDَ قDُ نDوDَ
D َنD وDُ هD َمD ْعDَي
Mengapa jiwa tauhid itu penting ? sebab jiwa tauhidlah yang akan
membawa manusia menuju keselamatan dan kesejahteraan. Sungguh jiwa
tauhid itu penting, Allah sebgai Rabb telah menanamkan jiwa tauhid sejak
manusia itu masih dalam alam arwah, dan kemudian diutuslah seorang
nabi dan rasul untuk menyirami jiwa tauhid ini sehingga menghasilkan
buah yang lebat yaitu amal sholeh. Jiwa tauhid dikembangkan dalam diri
manusia agar jiwa tauhid menjadi roh kehidupan dan menjadi cahaya
dalam kegelapan.
a. Al Amanah
b. Al Adalah
ۚ ش َهدَا َء ِب ْالقِسْ طِ ۖ َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم َعلَ ٰى أَاَّل َتعْ ِدلُوا ُ ِ ِين هَّلِل
َ ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َقوَّ ام َ َيا أَ ُّي َها الَّذ
َ ُاعْ ِدلُوا ه َُو أَ ْق َربُ لِل َّت ْق َو ٰى ۖ َوا َّتقُوا هَّللا َ ۚ إِنَّ هَّللا َ َخ ِبي ٌر ِب َما َتعْ َمل
ون
c. Al Hurriyah
Kebebasan manusia dalam berkehendak dan mewujudkan kehendak
dengan perbuatan adalah hak asasi manusia. Manusia mempunyai
kebebasan untuk berfikir dan mengembangkannya dengan ilmu, filsafat,
atau pembaharuan-pemahaman terhadap agama. Kebebasan berpikir
merupakan sarana melahirkan gagasan-gagasan besar untuk memajukan
peradaban manusia.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran