Anda di halaman 1dari 2

Vaksin konjugat[sunting | sunting sumber]

Vaksin terkonjugasi dapat didefinisikan sebagai subkelas vaksin subunit karena pembawa protein
digunakan untuk membawa antigen berbasis polisakarida.

Imunologi vaksin[sunting | sunting sumber]


Vaksin yang telah dimasukkan ke dalam tubuh dapat merangsang bangkitnya sistem imun dan
tahap akhirnya adalah dibentuknya antibodi dan sel-sel memori. Proses ini melibatkan sistem imun
bawaan dan sistem imun adaptif. Antigen yang masuk akan ditangkap oleh sel dendritik dan
mengalami pengolahan antigen. Selanjutnya terjadi reaksi berantai yang menghasilkan sel
pembantu dan sel memori. Sel pembantu dalam hal ini menginduksi aktivasi sel B dalam
menghasilkan antibodi.[12]

Bahan[sunting | sunting sumber]
Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan, sehingga tidak menimbulkan
penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya
(protein, peptida, partikel serupa virus). Vaksin akan mempersiapkan sistem
imun manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri,
virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem imun untuk melawan sel-sel (kanker).
Sekarang ini telah terdapat berbagai macam vaksin untuk bermacam-macam penyakit, walaupun
demikian vaksin belum ada untuk beberapa penyakit penting, seperti vaksin untuk malaria, HIV.
[13]
 atau demam berdarah.
Vaksin biasanya mengandung satu atau lebih adjuvan, yang digunakan untuk meningkatkan
respons kekebalan. Toksoid tetanus, misalnya, biasanya diadsorpsi ke tawas. Bahan ini menyajikan
antigen sedemikian rupa untuk menghasilkan aksi yang lebih besar daripada toksoid tetanus cair
biasa.
Vaksin juga mengandung bahan pengawet untuk mencegah kontaminasi
dengan bakteri atau jamur. Sampai beberapa tahun terakhir, thimerosal pengawet digunakan dalam
banyak vaksin yang tidak mengandung virus hidup. Pada tahun 2005, satu-satunya vaksin anak-
anak di AS yang mengandung thimerosal dalam jumlah lebih banyak adalah vaksin influenza,
[14]
 yang saat ini direkomendasikan hanya untuk anak-anak dengan faktor risiko tertentu.[15] Vaksin
influenza dosis tunggal yang diberikan di Inggris tidak mencantumkan thiomersal (namanya di
Inggris) dalam bahan-bahannya. Pengawet dapat digunakan pada berbagai tahap produksi vaksin,
dan metode pengukuran yang paling canggih mungkin mendeteksi jejak mereka pada produk jadi.[16]

Efektivitas[sunting | sunting sumber]
Dalam sejarah, vaksin adalah yang terefektif untuk melawan dan memusnahkan penyakit infeksi.
Bagaimanapun, keterbatasan dari efektivitasnya ada.[17] Kadang-kadang, perlindungan gagal, karena
sistem kekebalan tubuh tidak memberikan respons yang diinginkan atau malah tidak merespons
sama sekali terhadap antigen yang diberikan oleh vaksin. Kurangnya respons sistem kekebalan
tubuh tersebut terjadi karena faktor-faktor klinis seperti misalnya diabetes, penggunaan steroid,
infeksi HIV atau usia. Bagaimanapun hal ini juga terjadi karena faktor genetik, jika sistem
kekebalannya tidak memiliki galur sel B yang dapat menghasilkan antibodi yang bereaksi efektif dan
mengikat antigen dari patogen.
Bahkan jika yang divaksinasi mengembangkan antibodinya, proteksinya mungkin tidak cukup;
kekebalan mungkin berkembang terlalu lambat, antibodi mungkin tidak dapat menumpas antigen
sepenuhnya, atau bisa juga terdapat berbagai galur patogen, tidak semuanya bergantung pada
sistem rekasi kekebalan. Bagaimanapun, bahkan hanya sebagian, terlambat, atau kekebalan yang
lemah, seperti terjadi pada kekebalan silang pada suatu galur daripada galur target, mungkin
meringankan infeksinya, yang menurunkan tingkat kematian, menurunkan banyaknya yang sakit
(morbiditas) dan mempercepat penyembuhan.
Vaksinasi ulang umumnya digunakan untuk meningkatkan tanggapan kekebalan, terutama untuk
usia lanjut (50-75 tahun ke atas), di mana tanggapan kekebalan untuk vaksin sederhana mungkin
melemah.[18] Efektivitas vaksin bergantung pada beberapa faktor:

 penyakit itu sendiri (vaksin untuk penyakit A lebih ampuh daripada vaksin untuk penyakit B)
 starin dari vaksin (beberapa vaksin spesifik terhadapnya, atau sekurangnya kurang efektif
melawan galur tertentu dari penyakit)[19]
 apakah jadwal imunisasi benar-benar dipatuhi.
 tanggapan yang berbeda terhadap vaksin; sejumlah individu tidak memberikan tanggapan
pada vaksin tertentu, berati mereka tidak memproduksi antibodi bahkan setelah divaksin dengan
benar.
 berbagai macam faktor seperti etnis, usia, atau kelainan genetik.
Jika individu yang divaksin tetap sakit, maka penyakitnya lebih jinak dan tidak mudah menyebarkan
penyakit daripada pasien yang tidak divaksin.[20]
Hal-hal yang harus dipertimbangkan untuk efektivitas program vaksinasi:

1. membuat pemodelan yang lebih hati-hati untuk mengantisipasi dampak dari sebuah
kampanye imunisasi pada epidemiologi penyakit dalam jangka menengah dan panjang
2. pemantauan terus menerus pada penyakit tersebut setelah penggunaan vaksin baru
3. tetap menjaga tingkat imunisasi yang tinggi, bahkan ketika penyakit sudah jarang ditemukan
Pada 1958, terdapat 763,094 kasus campak di Amerika Serikat; dan 552 di antaranya meninggal.[21]
[22]
 Setelah pemakaian vaksin baru, jumlah kasus menurun hingga kurang dari 150 kasus per tahun.
[22]
 Di awal 2008, terdapat 64 kasus terduga campak, 54 penderita mendapatkannya dari luar AS,
dan hanya 13% yang benar-benar terkena di AS; 63 dari 64 orang tersebut belum pernah
divaksinasi campak atau tidak yakin telah divaksinasi sebelumnya.[22]

Menumbuhkan kekebalan[sunting | sunting sumber]


Sistem kekebalan mengenali partikel vaksin sebagai agen asing, menghancurkannya, dan
"mengingat"-nya. Ketika di kemudian hari agen yang virulen menginfeksi tubuh, sistem kekebalan
telah siap:

1. Menetralkan bahannya sebelum bisa memasuki sel; dan


2. Mengenali dan menghancurkan sel yang telah terinfeksi sebelum agen ini dapat berbiak
3. Jika tetap sakit, maka sakitnya akan jauh lebih ringan
Vaksin yang dilemahkan digunakan untuk melawan tuberkulosis, rabies, dan cacar; agen yang telah
mati digunakan untuk mengatasi kolera dan tifus; toksoid digunakan untuk
melawan difteri dan tetanus.

Anda mungkin juga menyukai