Anda di halaman 1dari 107

SOP PENGUKURAN TANDA TANDA VITAL

A. PENGUKURAN SUHU

A. Pengertian
Merupakan tata cara pemeriksaan suhu tubuh. Suhu tubuh merupakan indicator untuk
menilai keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas. Rentang suhu tubuh dapat
diukur dengan menggunakan thermometer air raksa melalui oral, rektal, maupun axial dan
menggunakan thermometer digital

B. Tujuan
Penukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui rentang suhu tubuh

C. Indikasi
1. Pada pasien baru
2. Menurut peraturan rumah sakit secara rutin 3 kali sehari (06.00, 12.00, 18.00)
3. Sewaktu-waktu bila pasien demam, sesudah menggigil, atas instruksi dokter
4. Bersamaan dengan pengukuran tekanan darah, denyut, dan respirasi

D. Kontra Indikasi
a. Suhu Oral
 Klien tidak kooperatif
 Bayi atau toodler
 Tidak sadar
 Dalam keadaan menggigil
 Orang yang biasa bernafas dengan mulut
 Pembedahan pada mulut
 Pasien tidak bisa menutup mulut
b. Suhu Rektal
 Diare
 Pembedahan rectal
 Clotting disorders
 Hemorrhoids
c. Suhu Aksila
 Pasien kurus
 Inflamasi lokal daerah aksila
 Tidak sadar, shock
 Konstriksi pembuluh darah perifer

No Kegiatan Penilaian
1 2 3 4

i
1 Persiapan Alat:
1. Termometer
2. Tiga buah botol
 Botol pertama berisi larutan sabun
 Botol kedua berisi larutan desinfektan
 Botol ketiga berisi larutan air bersih
3. Bengkok
4. Kertas/tissue
5. Jelly
6. Buku catatan suhu
7. Sarung Tangan
2 Persiapan lpasien:
1. Memberi tahu pasien dan menjelaskan tindakan
2. Mengatur pasien yang aman dan nyaman
3 Pelaksanaan:

Pemeriksaan Suhu Oral:


1. Perawat cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Atur posisi pasien
4. Tentukan letak bawah lidah
5. Turunkan suhu thermometer dibawah 34oC-35oC
6. Letakkan thermometer di bawah lidah sejajar
dengan gusi
7. Anjurkan mulut dikatupkan selama 3 menit
8. Angkat thermometer dan angkat hasilnya
9. Catat hasil
10. Bersihkan thermometer dengan kertas tissue
11. Cucu dengan air sabun, desinfektan dan bilas
dengan air bersih, dankeringkan
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Pemeriksaan Suhu Rektal:


1. Perawat cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Atur posisi pasien
4. Tentukan termoeter dan atur pada nilai nol lalu
oleskan jelly
5. Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan
masukkan thermometer ke dalam rektal jangan
sampai berubah tempatnya dan ukur suhu
6. Setelah sampai 3-5 menit angkat thermometer dan
abca hasilnya
7. Catat hasil
8. Bersihkan thermometer dengan kertas tissue
9. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas

ii
dengan air bersih dan keringkan
10. Cuci tangan stelah prosedur dilakukan

Pemeriksaan Suhu Aksila:


1. Perawat cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Atur posisi pasien
4. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila
dengan menggunakan tissue
5. Letakkan thermometer pada daerah aksila dan
lengan pasien fleksi di atas dada
6. Setelah 3-10 menit angkat thermometer dan baca
hasilnya
7. Catat hasil
8. Bersihkan thermometer dengan kertas tissue
9. Cuci dengan air sabun, desinfektan dan bilas
dengan air bersih, dan keringkan
10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

B. PENGUKURAN NADI

A. Pengertian
Nadi adalah denyut nadi yang teraba pada dinding pembuluh darah arteri yang
berdasarkan systole dan gystole dari jantung. Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau
berapa kali jantung berdetak permenit. Mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi
denyut jantung, tetapi juga mengkaji irama jantung dan kekuatan denyut jantung

B. Tujuan
1. Mengetahui denyut nadi (irama, frekuensi, dan kekuatan)
2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler

C. Indikasi

1. Secara rutin bersamaan dengan pengukuran suhu, tekanan darah dan respirasi
2. Sewaktu diperlukan
3. Atas instruksi dokter
4. Pada waktu pasien akan, sedang sesudah dioperasi

iii
D. Kontra Indikasi
Jika pengukuran denyut nadi yang dilakukan oleh pelayan kesehatan di bawah normal

No Kegiatan Penilaian
1 Persiapan Alat: 1 2 3 4
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan nadi
3. Pena
2 Persiapan Pasien:
1. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan
tindakan
2. Mengatur pasien yang aman dan nyaman
3 Pelaksanaan:
1. Perawat cuci tangan
2. Atur posisi pasien
3. Letakkan kedua tangan penderita telentang disisi
tubuh
4. Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan
dihitung)
5. Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan
ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis.
Tentukan frekuensi permenit, keteraturan irama,
dan kekuatan denyutan
6. Catat Hasil
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

C. PENGUKURAN PERNAFASAN

A. Pengertian
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola
pernafasan.Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil nafas
permenit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya
melibatkan menghitung jumlah nafas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada
mengikat.

B. Tujuan
1. Mengetahui irama, frekuensi, dan kedalaman pernafasan
2. Menilai kemampuan fungsi pernafasan

iv
C. Indikasi
1. Secara rutin bersamaan dengan pengukuran denyut, suhu, tekanan darah
2. Sewaktu diperlukan
3. Atas instruksi dokter
4. Pasien akan, sedang, setelah dibedah

D. Kontra Indikasi
1. Pasien dengan sakit jantung, pendarahan, kontraksi kuat, pembukaan lengkap
2. Jika kanulada hambatanjangan dipaksakan
3. Jangan sampai penderita mengetahui bahwa frekuensi pernafasan sedang dihitung

No Kegiatan Penilaian
1 2 3 4
1 Persiapan Alat:
1. Arloji (jam) atau stop-watch
2. Buku catatan nadi
3. Pena
2 Persiapan Pasien:
1. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan
tindakan
2. Mengatur pasien yang aman dan nyaman
3 Pelaksanaan:
1. Perawat cuci tangan
2. Atur posisi pasien
3. Hitung frekuensi dan irama pernafasan
4. Catat hasil
5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

D. PENGUKURAN TEKANAN DARAH

A. Pengertian
Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding arteri, tekanan
ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa, dan ukuran serta fleksibilitas dari
arteri, diukur dengan alat pengukur tekanan darah dan stetoskop. Tekanan darah terus-menerus
berubah tergantung pada aktivitas, suhu, makanan, keadaan emosi, sikap, keadaan fisik, dan
obat-obatan.

B. Tujuan
Mengetahui nilai tekanan darah

v
C. Indikasi
Menilai pola hidup serta identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler lainnya. Jika
hasil pengukuran darah berada di atas normal, maka klien tersebut mempunyai tekanan darah
yang tinggi atau hipertensi. Hipertensi dapat mengakibatkan kerusakan berbagai organ target
seperti otak , jantung, ginjal, aorta, pembuluh darah perifir dan retina.

D. Kontra Indikasi
1. Hindari penempatan manset pada lengan yang terpasang infuse, terpasang shun
arterivena, lenan yang mengalami fistula, trauma dan tertutup gip atau balutan
2. Pergelangan kaki bagian atas
3. Hipotensi akan terjadi bila kondisi tekanan darah klien berada di bawah normal.
Hipotensi dapat mengakibatkan stroke dan bahkan mengakibatkankematian.
4. Tidak boleh melakukan pengukuran tekanan darah lebih dari 3 kali sehari

No Pelaksanaan Penilaian
1 Persiapan Alat: 1 2 3 4
1. Sphigmomanometer (tensi meter) yang terdiri dari
 Manometer air raksa dan klep penutup dan
pembuka
 Manset udara
 Stang karet
 Pompa udara dari karet dannn sekrup
pembuka penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan nadi
2 Persiapan Pasien:
1. Memberitahu pasien dan menjelaskan tujuan
tindakan
2. Mengatur pasien yang aman dan nyaman
3 Pelaksanaan:

Cara Palapasi:
1. Perawat Cuci tangan
2. Atur posisi pasien
3. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi
terlentang
4. Lengan baju dibuka
5. Pasang manset pada lengan kanan kiri atas sekitar 3
cm di atas fossa cubiti(jangan terlalu ketat maupun
terlalu longgar)
6. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
7. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri

vi
radialis tidak teraba
8. Pompa terus sapai manometer setinggi 20mm Hg
lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba
9. Letakkan diafragma steoskop di atas nadi brachialis
dan kempeskan balon udara manset secara perlahan
dan berkesinambungan dengan memutar skrup pada
pompa udara berlawanan arah ajrum jam
10. Catat hasil
11. Cuci tsngsn stelah prosedur dilakukan

Cara Auskultasi:
1. Perawat cuci tangan
2. Atur posisi pasien
3. Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi
terlentang
4. Lengan baju dibuka
5. Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3
cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu ketat maupun
terlalu longgar)
6. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
7. Popa balon udara manset sampai sampai denyu nadi
arteri radialis tidak teraba
8. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg
lebih tinggi dari titik radialis tidak teraba
9. Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brachialis
dan dengarkan
10. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar skrup pada
pompa udara berlawanan arah jarum jam
11. Catat tinggi air raksa manometer saat pertama kali
terdengar kembali denyut
12. Catat tinggi air raksa manometer
 Suara korotkoff I: menunjukkan besarnya
tekanansistolik secara auskultasi
 Suara korotkoff IV/V: menunjukkan
besarnya tekanan diastolic secara auskultasi
13. Catat hasilnya pada catatan pasien
14. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

E. PENGUKURAN SKALA NYERI

1. Definisi

vii
Assesment nyeri adalah melakukan penilaian derajat nyeri pada pasien dengan
menggunakan skala nyeri yang baku
2. Tujuan
Menilai derajat nyeri pada pasien untuk menetukan tindakan penatalaksanaan nyeri yang
tepat

3. Indikasi
-

4. Kontra Indikasi
-

No Kegiatan 1 2 3 4
Prosedur:
1. Siapkan gambar penilaian skala nyeri dan rekam medis pasien
2. Jelaskan maksud dan tujuan penilaian skala nyeri kepada pasien
3. Lakukan penilaian skala nyeri pada pasien:
Penilain dengan menggunakan Numeric Rating Scala (NRS)
 Pasien diperlihatkan garis yang terdiri dari angka 0-10
 Pasien diminta memilih sendiri angka nyerimya
 Catat angka yang dipilih pada rekam medis
Penilaian dengan Wong Baker FACES Pain Scale
 Pasien diperlihatkan gambar gambar wajah
 Pasien diminta memilih gambar gambar wajah
 Pasien diminta memilih gambar yang sesuai dengan derajat
nyeri yang dirasakannya
 Sesuaikan gambar yang dipilih dengan angka yang tertera
4. Catatlah skor tersebut pada rekam medis pasien
5. Setelah selesai melakukan pengukuran, informasikan pada pasien
agar memberitahu perawat bila merasakan nyeri
6. Ucapkan terima kasih

F. MENGUKUR TINGGI BADAN

1. Definisi
Cara untuk mengetahui tinggi badan

2. Tujuan
Sebagai pedpman petugas dalam mengukur tinggi badan dengan benar

viii
3. Indikasi
-

4. Kontra Indikasi
-

No Kegiatan 1 2 3 4
Prosedur:
1. Memberi tahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan
2. Menganjurkan klien melepas alas kaki
3. Mempersilahkan klien berdiri tegak di tempat pengukuran,
menghadap petugas
4. Menarik alat pengukur TB tepat pada kepala klien
5. Melihat skala yang ada pada pengukur TB
6. Pengukuran selesai, klien dipersilahkan memakai alas kaki
kembali
7. Mencatat hasil pengukuran pada rekam medis

G. PENGUKURAN BERAT BADAN

1. Definisi
Menimbang berat badan dengan mempergunakan timbangan badan

2. Tujian
1. Mengetahui berat badan dan perkembangannya
2. Membantu menetukan program pengobatan (dosis)
3. Menentukan status nutrisi klien

3. Inidikasi
-

4. Kontra Indikasi
-

No Kegiatan 1 2 3 4
Prosedur
1. Memastikan timbangan badan berfungsi dengan baik
dengan cara mengatur petunjuk angka tepat di angka
nol

ix
2. Meminta pasien melepas sepatu/sandal dan
meletakkan bawaan barang yang tepat
3. Meminta pasien naik ke atas timbangan, dengan
posisi berhadapan dengan pemeriksaan
4. Memperhatikan jarum penunjuk berhenti, dari arah
dengan tegak lurus dengan angka
5. Menginformasikan hasil pengukuran pada pasien
6. Mencatat pada kartu status atau buku
7. Menanyakan pada pasien apakah ada yang ingin
ditanyakan tentang hasil pengkuran berat badannya

x
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemeriksaan Fisik Jantung

A. Definisi

Sebuah proses dari seorang ahli medis yang memeriksa bagian jantung pasien untuk
menemukan tanda klinis penyakit.

B. Tujuan

1. Mengetahui batas-batas jantung 


2. mengetahui suara jantung
3. Mengetahui letak apeks jantung
C. Persiapan Alat

1. Stetoskop
2. Handscoon
3. Masker

D. Persiapan Perawat

1. Cuci tangan dengan 6 langkah cuci tangan


2. Memakai masker dan handscoon

E. Persiapan Pasien

1. Memberi salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan persetujuan pasien
F. Persiapan Lingkungan

1. Atur pencahayaan yang cukup


2. Mempunyai ventilasi udara yang cukup
3. Ruangan dalam keadaan tenang
4. Tutup sampiran,pintu,dan jendela untuk menjaga privasi pasien
G. Indikasi

1. Chest pain

xi
2. Syncopal attacks
3. Edema
4. Riwayat penyakit jantung

H. Kontraindikasi

Tidak ada kontraindikasi.

I. Penatalaksanaan

1. Inspeksi

Inspeksi jantung berarti mencari tanda-tanda yang mengungkapan keadaan jantung pada
permukaan dada dengan cara melihat/mengamati. Tanda-tanda itu adalah bentuk
precordium, denyut pada apeks jantung, denyut nadi pada dada, dan denyut vena.

2. Palpasi

1) Palpasi pada prekordiun harus dilakukan dengan telapak tangan dahulu, baru
kemudian memakai ujung ujung jari
2) Palpasi mula-mula harus dilakukan dengan menekan secara ringan dan kemudian
dengan tekanan yang keras
3) Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien, sedang pasien dalam sikap duduk dan
kemudian berbaring terlentang
4) Telapak tangan pemeriksa diletakkan pada prekordium dengan ujung-ujung jari
menuju ke samping kiri toraks. Hal ini dilakukan untuk memeriksa denyutan
apeks
5) Setelah itu tangan kanan pemeriksa menekan lebih keras untuk menilai kekuatan
denyutan apeks
6) Jika denyut apeks sudah ditemukan dengan palpasi menggunakan telapak tangan,
kita palpasi denyut apeks dengan memakai ujung-ujung jari telunjuk dan tengah.

3. Perkusi

xii
Untuk menentukan batas jantung, erkusi dilakukan dari arah lateral ke medial. Perubahan
antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas jantung kiri.
Dengan cara tersebut kita akan dapatkan tempat iktus, yaitu normal pada ruang
interkostale V kiri agak ke medial dari linea midklavikularis sinistra, dan agak di atas
batas paru-hepar. Ini merupakan batas kiri bawah dari jantung. Sedangkan batas bawah
kanan jantung adalah di sekitar ruang interkostal VIII kanan, di line parasternalis kanan.
Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea parasternalis kanan.

4. Auskultasi

a. Atur posisi pasien supinasi dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi.
b. Posisi pemeriksa harus selalu disebelah kanan sisi pasien. Ruangan yang tenang
adalah penting.
c. Auskultasi dengan diafragma pada RICS kedua dekat sternum (aortic area).
d. Auskultasi dengan diafragma pada LICS kedua dekat sternum (pulmonic area).
e. Auskultasi dengan diafragma pada LICS Ke-3,4,5 dekat sternum (tricuspidarea).
f. Dengarkan dengan diafragma pada apex (PMI) (mitral area).
g. Dengarkan dengan bell pada apeks.
h. Dengarkan dengan bell pada ICS ke-4 dan ke-5 dekat dengan sternum.
i. Miringkan pasien ke samping kiri.
j. Dengarkan dengan bell pada apex, posisi ini untuk mengkaji S3 dan murmur mitral.

J. Evaluasi

1. Tanyakan kepada pasien apakah ada keluhan atau tidak


2. Mengkaji respon pasien pada saat dilakukan pemeriksaan

1.1 Standar Operasiional Prosedur (SOP) Pemeriksaan Fisik Paru


A. Definisi
Pemeriksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas system
pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

B. Tujuan
xiii
1. Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan kulit dinding dada.
3. Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan.
4. Mengetahui adanya nyeri tekan, massa, peradangan, taktil fermitus.
5. Mengetahui keadaan paru, rongga pleura.
6. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain disekitarnya.
7. Mengkaji aliran udara melalui batang trakeobronkial.
8. Mengetahui adanya sumbatan udara.

C. Indikasi
Pada pasien dengan gangguan sistem Respiratori.

D. Kontraindikasi
Pada pasien yang luka bakar berat.

E. Prosedur Pelaksanaan
a) Persiapan Alat
a) Setoskop
b) Bolpoindankertas
c) Jam tangan

b) Tahap Pra Interaksi


1. Melakukan verifikasi data
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien

c) Tahap Orientasi
1. Mengucapkan salam terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

d) Tahap Kerja

a.   Inspeksi:

xiv
1) Observasi penampilan umum
2) Diameter anterior posterior dalam proporsi dengan diameter lateral
3) Postur, posisi tulang belakang, lengkung tulang iga dan simetrisitas tulang
scapula
4) Simetrisitas ekspansi dinding dada, kedalaman dan panjangnya pernapasan
5) Mengkaji reaksi interkosta dan penggunaan otot tambahan
6) Evaluasi kulit, membran mukosa dan bibir
7) Kaji kuku mengenai warna dan bentuk
8)   Inspeksi posisi trakea

b.   Palpasi:
Palpasi adalah teknik pemeriksaan fisik dengan sentuhan, rabaan maupun sedikit
tekanan pada bagian tubuh yang akan diperiksa dan dilakukan secara teroganisir
dari satu bagian ke bagian yang lain. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi:

1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.


2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering.
3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
5) Palpasi leher terhadap adanya: deviasi trakea, masa leher, pembesaran kelenjar
limpa
6) Palpasi massa otot dan tulang torak mengenai urutan : bengkak, nyeri, massa,
pulsasi dan krepitasi
7) Kaji ekspansi dinding dada : perhatikan gerakan ibu jari dan simetrisitas tangan
8) Pengkajian secara sistematis terhadap taktil premitus
9) membandingkan gerakan dada posterior kanan - kiri
10) merasakan fremitus taktil suara dengan cara meminta pasien mengucapkan
"tujuh-tujuh" posisi kedua tangan pada pemeriksaan dada posterior:

Temuan pada Pemeriksaan Palpasi Paru

xv
PALPASI NORMAL ABNORMAL

Kulit dan dinding dada Kulit tak nyeri tekan, Kulit lembab atau terlalu
lembut, hangat, dan kering. kering
Krepitus – berbunyi tajam
ketika di palpasi yang
disebabkan oleh kebocoran
udara dari paru-paru
kedalam jaringan subkutan.
Tulang belakang dan iga tak Nyeri tekan setempat
nyeri tekan.

Fremitus Simetris, vibrasi ringan Peningkatan fremitus –


teraba pada dinding dada akibat vibrasi melalui media
selama bersuara. adat, seperti pada tumor
paru.
Penurunan fremitus – akibat
vibrasi melalui peningkatan
ruang dalam dada, seperti
pada pneumothorak atau
obesitas.
Fremitus asimetris
merupkan suatu kondisi
yang tidak normal.

Ekspansi dada lateral Ekspansi simetris 3-8 cm Ekspansi kurang dari 3 cm,
nyeri atau asimetris.

c.   Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuan dari perkusi adalah
berusaha menangkap getaran suara yang dihasilkan dari phalange (tulang jari).
Perkusi secara sitematis dada ante/posterior, lateral perhatikan intensitas, nada,
kwalitas dan lamanya buyi,vibrasi yang keluar.

1)      Prosedur perkusi

a) Tempatkan jari pleksimeter pada dinding dada yang akan diperiksa untuk
menghasilkan bunyi perkusi yang lebih keras, tekan jari dengan kuat. Cara ini
lebih baik daripada melakukan pengetukan lebih keras

xvi
b) Pada tangan lainnya, lakukan pengetukan tanpa pergerakan siku (lakukan
pengetukan dengan cepat dan seperti refleks)
c) pengetukan dilakukan di bagian paling ujung (pada gambar), kemudian pindahkan
jari dengan cepat agar getaran tidak teredam
d) Pemeriksaan:
e) Membandingkan bunyi perkusi paru kanan dan kiri secara berurutan
f) Menentukan batas bawah paru

Secara normal Orang Indonesia batas bawah pulmo dextra posterior terletak sejajar
dengan processus spinosus thoracal IX atau thoracal X, batas bawah pulmo sinistra
posterior terletak sejajar dengan processus spinosus thoracal VIII atau IX.

2)      sua\ra-suara yang dijumpai pada perkusi

No. Suara Perkusi Nada Waktu Patologi

1 Pekak > Tinggi >Pendek Padat/ Cair

2 Redup Tinggi Pendek Udara< Normal

3 Sonor Normal Normal Normal

4 Hipersonor Rendah Panjang Udara> Normal

5 Timpani >Rendah >Lama Udara saja

d.   Auskultasi
Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas sebagai berikut:

No Suara Nafas Sifat Keterangan

1. Bronkovesikular Inspirasi terdengar penuh, Suara Nafas Dasar


Ekspirasi penuh, No silent gap – Normal

2. Vesikular Inspirasi terdengar penuh, Suara Nafas

xvii
ekspirasi lemah & pendek Dasar - Normal

3. Bronkial Inspirasi dan ekspirasi penuh, Suara Nafas Dasar


silent gap – Normal

4. Ronki Basah - Kasar Saluran Napas Besar,


Gelombang udara besar pecah
(kesadaran menurun, Keadaan
Umum lemah)

5. Ronki Basar - Sedang Saluran Napas Kecil, Bronkiektasis,


Gelombang udara kecil pecah Bronkopneumoni

6. Ronki Basah - Halus Terbukanya asinus/alveoli Sembab Paru Dini,


seperti gesekan rambut Pneumoni Dini

7. Ronki Kering - Nada Rendah, Obstruksi


Sonorus parsial saluran napas besar,
mengerang

8. Ronki Kering - Sibilan Nada Tinggi, Obstruksi


saluran kecil, mencicit
(squeaking), lebih mudah
didengar waktu ekspiras

Note:

xviii
Epi naik motor mio beli endokLapisan Jantung

Epikardium Miokardium Endokardium

DAPLapisan Otak

Duramater (lapisan luar)

Arachnoid (lapisan tengah)

Piamater (lapisan dalam)

VisKaPa Lapisan Paru

Pleura Visceral

Kavum Pleura

Pleura Pariental

Epi naik motor mio beli endokLapisan Jantung

Epikardium Miokardium Endokardium

DAPLapisan Otak

Duramater (lapisan luar)

Arachnoid (lapisan tengah)

Piamater (lapisan dalam)

xix
SOP PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

Pengertian Pemeriksaan terhadap pasien dengan cara inspeksi, auskultasi,


perkusi dan palpasi pada daerah perut pasien.
Tujuan Untuk memeriksa adanya gangguan sistem pada abdomen
Persiapan A. Alat
1. Stetoskop
2. Handscoon
3. Pencil gambar
B. Pasien
1. Posisikan klien terlentang dengan lutut diberi bantal
2. Pemeriksaan berdiri di samping kanan klien
3. Pemeriksaan secara sistematis dimulai dari kuadran
kanan atas
4. Periksa elastisitas kulit abdomen
5. Kandung kencing klien dalam keadaan kosong
Pelaksanaan Cuci tangan

INSPEKSI KULIT
1. Striae putih
2. Keadaan vena
3. Integritas : ruam, lesi

AUSKULTASI
Bunyi usus: tidak teratur 5-35 kali/menit, terdapat sama pada
seluruh kuadran

PERKUSI
Perkusi rentang hati : dimulai dari bawah umbilicus kanan klien
terus naik sehingga terdengar dulness, beri tanda

xx
1. Perkusi paru kebawah sampai terdengar dulness beri
tanda.
2. Ulangi pada garis midsternal
3. Hasil rentang hati : 6-12 cm dari MCL :4-8 cm dari
midsternal
Perkusi spleen ( limpa) : daerah pusterior kiri dari garis mid
axila : dulness pada tulang rusuk VI-X

PALPASI RINGAN PADA SELURUH KUADRAN


Tidak keras , lembut tidak teraba massa

PALPASI DALAM UTUK MENGETAHUI BATAS HATI


1. Berdiri di samping kanan klien dan tangan kiri
pemeriksa diletakkan dibelakang klien pada rusuk XI
dan XII
2. Meletakan tangan kanan ke garis costal kanan
3. Meminta klien untuk menarik nafas dalam dan menekan
keatas dengan jari tengah
4. Berdiri di samping kanan klien : meletakan tangan kanan
dibagian bawah tulang rusuk posteior kiri klien dan tarik
ke atas.
5. Meletakan tangan kanan periksa di bawah garis tulang
rusuk
6. Meminta klien untuk nafas dalam
7. Menekan tangan bersama- sama untuk palpasi

PALPPASI DALAM GINJAL


1. Meletakan satu tangan di bawah akhir dari tulang rusuk
dan di atas tulang iliaka
2. Meletakan tangan yang lain di atas permukaan anterior
yang berhubungan

xxi
3. Mengintruksikan klien untuk nafas dalam
4. Tangan bawah menekan ke atas dan tangan atas
menekan ke bawah
5. Mengulangi untuk sisi yang lain ( ginjal yang lain)

TINDAKAN UNTUK MEMERICSA ASCITES ( TES


GELOMBANG CAIRAN)
1. Meletakan permukaan telapak tangan pada satu sisi
abdomen
2. Ketukan dengan tangan lain pada sisi abdomen yang
berlawanan
3. Meminta bantuan untuk meletakan sisi tangan bawah
dengan kuat pada bagian abdomen
4. Hasil : tidak ada perpindahan gelombang air

Mendokumentasikan setiap tindakan

xxii
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PEMERIKSAAN PERSYARAFAN

A. PEMERIKSAAN KEKUATAN MOTORIK

1. Inspeksi
- Perhatikan sikap pasien waktu berdiri, duduk, berbaring dan bergerak
- Perhatikan bentuknya apakah ada deformitas
- Perhatikan ukuran nya apakah sama bagian tubuh kiri dan kanan
- Perhatikan adanya gerakan abnormal yang tidak dapat dikendalikan seperti tremor,
khorea, atetose, distonia, ballismus, spasme, tik, fasikulasi dan miokloni.

2. Palpasi
- Pasien disuruh mengistirahatkan ototnya
- Palpasi otot untuk menentukan konsistensi dan nyeri tekan, tonus otot

3. Pemeriksaan gerakan aktif


- Pasien disuruh menggerakan bagian ekstremitas atau badannya dan kita pemeriksa
menahangerakan tersebut
- Kita pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan disuruh ia
menahan

Penilaian status motorik dilakukan dengan melihat :

1. Fungsi motoris dengan menilai : Besar dan bentuk otot, tonus otot dan kekuatan otot
ekstremitas (skala 0 – 5)

0 tidak ada gerakan


1 kontraksi otot minimal terasa tanpa menimbulkan gerak
2 otot dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan

xxiii
3 gerakan otot dapat melawan gaya berat tapi tidak bisa thd tahanan pemeriksa
4 gerakan otot dg tahanan ringan pemeriksa dan dapat melawan gaya berat
5 gerakan otot dg tahanan maksimal pemeriksa

2. Pemeriksaan gerakan pasif


3. Koordinasi gerak

B. PEMERIKSAAN SENSORIK
1. Pemeriksaan sensibilitas : Pemeriksaan rasa raba, Pemeriksaan rasa nyeri, Pemeriksaan
rasa suhu
2. Pemeriksaan rasa gerak dan rasa sikap
3. Pemeriksaan rasa getar
4. Pemeriksaan rasa tekan
5. Pemeriksaan rasa interoseptif : perasaan tentang organ dalam
6. Nyeri rujukan

C. PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS

1. Pemeriksaan Nervus I : Olfaktorius


Fungsi : Sensorik khusus (menghidu, membau)

Cara Pemeriksaan :

a. Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau kelainan setempat, misalnya ingus atau
polip karena dapat mengurangi ketajaman penciuman.
b. Gunakan zat pengetes yang dikenal sehari-hari seperti kopi, teh, tembakau dan jeruk.
c. Jangan gunakan zat yang dapat merangsang mukosa hidung (N V) seperti mentol,
amoniak,alkohol dan cuka.
d. Zat pengetes didekatkan ke hidung pasien dan disuruh pasien menciumnya. Lihat reaksi
klien apakah dapat mencium aroma tersebut.
e. Tiap lubang hidung diperiksa satu persatu dengan jalan menutup lobang hidung yang
lainnya dengan tangan.

xxiv
2. Pemeriksaan Nervus II : Optikus
Fungsi : Sensorik khusus melihat

Tujuan pemeriksaan :

a. Mengukur ketajaman penglihatan / visus dan menentukan apakah kelaianan pada visus
disebabkan oleh kelaianan okuler lokal atau kelaianan syaraf.
b. Mempelajari lapangan pandangan
c. Memeriksa keadaan papil optic

Cara Pemeriksaan :

Jika pasien tidak mempunyai keluhan yang berhubungan dengan nervus II dan pemeriksa
juga tidak mencurigai adanya gangguan, maka biasanya dilakukan pemeriksaan nervus II ,
yaitu :

a. Ketajaman penglihatan
b. Lapangan pandangan
Bila ditemukan kelainan, dilakuakn pemeriksaan yang lebih teliti.Perlu dilakukan
pemeriksaan oftalmoskopik.

A. Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan :


1. Dilakukan dengan cara memandingkan ketajaman penglihatan pasien dengan
pemeriksa yang normal.
2. Pasien disuruh mengenali benda yang letaknya jauh, misalnya jam dinding dan
ditanyakan pukul berapa.
3. Pasien disuruh membaca huruf-huruf yang ada di koran atau di buku.
4. Bila ketajaman penglihatan pasien sama dengan pemeriksa, maka dianggap normal.
5. Pemeriksaan ketajaman penglihatan yang lebih teliti dengan pemeriksaan visus dengan
menggunakan gambar snellen
6. Pemeriksaan snellen chart :
- Pasien disuruh membaca gambar snellen dari jarak 6 m
- Tentukan sampai barisan mana ia dapat membacanya.

xxv
- Bila pasien dapat membaca sampai barisan paling bawah, maka ketajaman
penglihatannya normal (6/6)
- Bila tidak normal :
a. Misal 6/20, berarti huruf yang seharusnya dibaca pada jarak 20 m, pasien hanya
dapat memaca pada jaral 6 m, namun bila pasien dapat melihat melalui lubang
kecil (kertas yang berluang, lubang peniti), huruf bertambah jelas, maka pasien
mengalami kelainan refraksi.
b. 1/300 = Pasien dapat melihat gerakan tangan / membedakan adanya gerakan atau
tidak
c. 1/~ = pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang

B. Pemeriksaan Lapangan Pandangan


Dilakukan dengan jalan membandingkan dengan penglihatan pemeriksa yang dianggap
normal., dengan menggunakan metode konfrontasi dari donder.

1. Pasien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dengan pemeriksa dengan jarak kira-kira
13 m.
2. Jika kita hendak memeriksa mata kanan, maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya
dengan tangan atau kertas, sedangkan pemeriksa harus menutup mata kanannya.
3. Kemudian pasien disuruh melihat terus pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus
selalu melihat mata kanan pasien.
4. Setelah itu pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara
pemeriksa dan pasien.
5. Lakukan gerakan dari arah luar ke dalam
6. Jika pasien mulai melihat gerakan jari-jari pemeriksa, ia harus memberi tahu dan
dibandingkan dengan pemeriksa, apakah pemeriksa juga melihatnya
7. Bila sekiranya ada gangguan kampus penglihatan, maka pemeriksa akan lebih dahulu
melihat gerakan tersebut.
8. Lakukan pemeriksaan pada masing-masing mata pasien.

3. Pemeriksaan Nervus III Okulomotorius


Fungsi : Sematomotorik, visero motorik

xxvi
Meninervasi m. Rektus internus (medialis), m. Rektus superior dan m. Rektus inferior, m

levator palpebra, serabut visero motorik mengurus m. Sfingter pupil dan m. Siliare (lensa

mata).

4. Pemeriksaan Nervus IV Trokhlearis


Fungsi : Somatomotorik

Menginervasi m. Obliqus superior. Kerja otot ini menyebabkan mata dapat dilirikkan ke

bawah dan nasal.

5. Pemeriksaan Nervus V Trigeminus


Fungsi : Somatomotorik, somatosensorik

- Bagian motorik mengurus otot-otot untuk mengunyah, yaitu menutup mulut,


menggerakkan rahang ke bahwa dan samping dan membuka mulut.
- Bagian sensorik cabang Oftalmik mengurus sensibilitas dahi, mata, hidung, kening,
selaput otak, sinus paranasal dan sebagian mukosa hidung.
- Bagian sensorik cabang maksilaris mengurus sensibilitas rahang atas, gigi atas, bibir atas,
pipi, palatum durum, sinus maksilaris dan mukosa hidung.
- Bagian sensorik cabang mandibularis mengurus sensibilitas rahang bawah, bibir bawah
mukosa pipi, 2/3 bagian depan lidah dan sebagian telinga, meatus dan selaput otak.

Cara pemeriksaan fungsi motorik :

a. Pasien disuruh merapatkan giginya sekuat mungkin dan kita raba m. Masseter dan m.
Temporalis, perhatikan besarnya, tonus serta bentuknya.

b. Kemudian pasien disuruh membuka mulut dan perhatikan apakah ada deviasi rahang
bawah.
c. Bila ada parise, maka rahang bawah akan berdeviasi ke arah yang lumpuh

xxvii
Cara pemeriksaan fungsi sensorik :

a. Diperiksa dengan menyelidiki rasa raba, rasa nyeri dan suhu daerah yang dipersyarafi.
b. Periksa reflek kornea

6. Pemeriksaan NervusVI Abdusen


Fungsi : Somatomotorik

Meninervasi m. Rektus eksternus (lateralis). Kerja mata ini menyebabkan lirik mata ke
arahtemporal

7. Pemeriksaan Nervus VII Fasialis


Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik

Cara Pemeriksaan fungsi motorik :

a. Perhatikan muka pasien, apakah simetris atau tidak, perhatikan kerutan dahi, pejaman
mata, plika nasolabialis dan sudut mulut.
b. Bila asimetris muka jelas disebabkan kelumpuhan jenis perifer.
c. Pada kelumpuhan jenis sentral, kelumpuhan nyata bila pasien disuruh melakukan gerakan
seperti menyeringai dan pada waktu istirahat, muka simetris.
d. Suruh pasien mengangkat alis dan mengkerutkan dahi
e. Suruh pasien memejamkan mata
f. Suruh pasien menyeringai (menunjukkan gigi geligi)
g. Gejala chvostek, dengan mengetuk N. VII di bagian depan telinga. (+) bila ketokan
menyebabkan kontraksi otot mata yang di persyarafi.

Fungsi pengecapan :

a. Pasien disuruh menjulurkan lidah


b. Taruh bubuk gula, kina, asam sitrat atau garam secara bergiliran
c. Pasien tidak boleh menarik lidahnya ke dalam mulut.
d. Pasien disuruh menyatakan pengecapan yang dirasakan dengan isyarat.

xxviii
8. Pemeriksaan Nervus VIII Akustikus
Fungsi : Sensorik khusus pendengaran dan keseimbangan

Cara Pemeriksaan syaraf kokhlerais :

a. Ketajaman pendengaran
b. Tes swabach
c. Tes Rinne
d. Tes weber

Cara untuk menilai keseimbangan :

a. Tes romberg yang dipertajam :


- Pasien berdiri dengan kaki yang satu di depan kaki yang lain, tumit kaki yang satu
berada didepan jari-jari kaki yang lain
- Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup
- Orang normal mampu berdiri dalam sikap romberg yang dipertajam selama 30 detik
atau lebih

b. Tes melangkah di tempat


- Pasien disuruh berjalan di tempat dengan mata ditutup, sebanyak 50 langkah dengan
kecepatan berjalan seperti biasa
- Suruh pasien untuk tetap di tempat
- Tes abnormal jika kedudukan pasien beranjak lebih dari 1 m dari tempat semula atau
badan berputar lebih 30’

c. Tes salah tunjuk


- Pasien disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya menyentuh telunjuk
pemeriksa
- Kemudian pasien disuruh menutup mata, mengangkat lengannya tinggi-tinggi dan
kemudian kembali ke posisi semula
- Gangguan (+) bila didapatkan salah tunjuk

xxix
9. Pemeriksaan NervusIX Glossofaringeus
Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, pengecapan, somatosensorik

10. Pemeriksaan NervusX Vagus


Fungsi : Somatomotorik, viseromotorik, viserosensorik, somatosensorik N IX dan N X
diperiksa bersamaan.

Cara Pemeriksaan Fungsi motorik :

- Pasien disuruh menyebutkan aaaaaa


- Perhatikan kualitas suara pasien, apakah suaranya normal, berkurang, serak atau tidak
sama sekali.
- Pasien disuruh memakan makanan padat, lunak dan menelan air
- Perhatikan apakah ada kesalahan telan / tidak bisa menelan / disfagia
- Pasien disuruh membuka mulut
- Perhatikan palatum mole dan faring, perhatikan sikap palatum mole, arkus faring dan
uvula dalam keadaan istirahat dan bagaimana pula waktu bergerak, misalnya waktu
bernafas atau bersuara. Abnormal bila letaknya lebih rendah terhadap yang sehat.

11. Pemeriksaan Nervus XI aksesorius


Fungsi : Somatomotorik

Cara Pemeriksaan :

a. Untuk mengukur kekuatan otot sternocleidomastoideus dilakukan dengan cara :


- Pasien disuruh menggerakkan bagian badan yang digerakkan oleh otot ini dan kita
tahan gerakannya.
- Kita gerakkan bagian badan pasien dan disuruh ia menahannya.
- Dapat dinilai kekuatan ototnya.

b. Lihat otot trapezius


- Apakah ada atropi atau fasikulasi,
- Apakah bahu lebih rendah,
- Apakah skapula menonjol

xxx
- Letakkan tangan pemeriksa diatas bahu pasien
- Suruh pasien mengangkat bahunya dan kita tahan.
- Dapat dinilai kekuatan ototnya.

12. Pemeriksaan XII Hipoglosus


Fungsi : Somatomotorik

Cara Pemeriksaan :

a. Suruh pasien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak
b. Dalam keadaan istirahat kita perhatikan :
- Besarnya lidah,
- Kesamaan bagian kiri dan kanan
- Adanya atrofi atau tidak
- Apakah lidah berkerut
- Apakah lidahnya mencong bila digerakkan atau di julurkan

xxxi
PROSEDUR PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL EKSTREMITAS

TUJUAN PRAKTIKUM

1. Tujuan umum
Setelah mengikuti pratikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan pada muskuloskeletal.
2. Tujuan khusus
Setelah melakukan pratikum berikut mahasiswa mampu :
a. Melakukan pemeriksaan otot
b. Melakukan pemeriksaan tulang
c. Melakukan pemeriksaan tendon
d. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan saat pemeriksaan
Skala kekuatan otot :

skala Ciri –ciri


0 Paralisi total
1 Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat melawan
gravitasi (hanya geseran)
3 Bisa melawan gravitasi tetapi tidak dapat
menahan/melawan tahanan pemeriksaan.
4 Bisa bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi
kekuatannya berkurang.
5 Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan kekuatan
maksimal

No Tindakan Nilai
0 1 2
1 Persiapan alat
1. Sarung tangan
2. Pengaris
3. Bulpen
4. Lembaran dokumentasi
2 Perwatan perawat :
1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada
pasien
3 Persiapan lingkungan :
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur

xxxii
4 Minta klien untuk berdiri, amati sruktur rangka
dan perhatikan adanya kelainan dan defornitas
5 Amati adanya kontraktur dengan memintak klien
untuk menggerakkan persendian ekstremitas
6 Minta klien merentangkan kedua lengan
kedepan, amati dengan adanya tremor, ukuran
otot (atropi, hipertrofi) serta ukur lingkar
ekstremitas (perbedaan >1cm di anggap
bermakna)
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada
kelainan oto
7 Sternokleidomastoideus: klien menegok ke
salah satu sisi dengan melawan tahanan tangan
pemeriksa
8 Trapezius: letakkan kedua tangan pada bahu
klien, minta klien menaikkan bahu melawan
tahanan tangan pemeriksa
9 Deltoideus: minta klien mengangkat kedua
lengan dan melawan dorongan tangan pemeriksa
ke arah bawah
10 Otot panggul: posisi klien terlentangdengan
kedua tangan tungkai ekstensi, minta klien
mengangkat salah satu tungkai
11 Abduksi panggul: posisikan klien telentang
dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan kedua
tangan pada permukaan lateral masing- masing
lutut klien, merengangkan kedua tungkai,
melawan tahanan pemeriksa
12 Aduksi panggul: posisikan klien telentang
dengan kedua tungkai ekstensi, letakkan kedua
tangan diantara kedua lutut klien, minta klien
dengan menerapkan kedua tungkai melawan
tahanan pemeriksa
Palpasi otot untuk memeriksa apakah ada
kelainan otot, kekuatan otot
13 Biset: minta klien meretangkan kedua lengan
dan mencoba menekuknya, pemeriksan menahan
lengan agar tetap ekstensi
14 Triset: minta klien menekuk kedua lengan dan
mencoba merentangkannya melawan usaha
pemeriksa untuk membuat lengan klien tetap
fleksi
15 Otot pergelangan tangan dan jari-jari: minta
klien meregangkan kelima jari dan melawan
usaha pemeriksa untuk mengumpulkan ke lima
jari

xxxiii
16 Kekuatan gemgaman: minta klien
megemgamkan jari telunjuk dan jari tengah
pemeriksa, tarik kedua jari dari gemgaman klien
17 Hamstring: posisikan klien telentan, kedua lutut
ditekuk, minta klien meluruskan tungkai
melawan tahanan pemeriksa
18 Kuadrisep: posisikan telentang, lutut setengah
ekstensi, klien menahan usaha pemeriksa untuk
memfleksikan lutut
19 Otot mata kaki dan kaki: minta klien melawan
usaha pemeriksa untuk mendorsofleksikan
kakinya dan kembali melawan usaha pemeriksa
untuk memfleksikan kakinya
20 Palpasi tulang ekstremitas dan setiap persendian
untuk menemukan area yang mengalami edema
atau nyeri tekan, bengkak, grevitasi dan nodul
21 Rapikan alat dan klien
22 Dokumentasikan hasil pemeriksaan
TOTAL : Malang
Nilai= 1x.....+2x.....x=.......x100=...... ...../...../.....
2x....... Fasilitator
................

xxxiv
STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

TINDAKAN KOMPRES

Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat yang
dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.

Jenis kompres terdiri dari kompres panas dan kompres dingin.

KOMPRES PANAS/HANGAT

A. Pengertian

Kompres hangat adalah suatu prosedur menggunakan kain atau handuk yang telah dicelupkan
pada air hangat (kompres hangat basah), atau menggunakan kantung buli-buliair panas pada suhu
40-46℃yang ditempelkan pada bagian tubuh tertentu. Manfaat kompres hangat adalah dapat
memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh dalam menangani kasus klien yang
mengalami pireksia.

B. Tujuan

1. Mengurangi rasa nyeri


2. Merangsang peristatik usus
3. Memperlancar sirkulasi darah
4. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien

C. Indikasi

1. Sepasme otot
2. Adanya abses, hematoma
3. Kien dengan perut kembung
4. Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
5. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian

D. Kontra Indikasi

1. Pendarahan/edema
2. Gangguan vaskuler

xxxv
3. Trauma 12-24 jam pertama
4. Pasien yang berdarah (luka terbuka)

NO KEGIATAN PENILAIAN
4 3 2 1
Kompres panas basah
A Persiapan alat
1 Bengkok
2 Kain/handuk
3 Pengalas/perlak
4 Sarung tangan bersih di tempatnya
5 Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
6 Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46℃)
B Persiapan pasien
1 Atur posisi klien yang nyaman
2 Perhatikan privasi klien
C Pelaksanaan
1 Dekatkan alat-alat pada klien
2 Perhatikan privasi klien
3 Cuci tangan enam langkah
4 Ukur suhu air (46-52℃)
5 Atur posisi klien yang nyaman
6 Kenakan sarung tangan
7 Pasang pengalas dibawah daerah yang akan
dikompres
8 Basahi kain pengompres/handuk dengan air yang
sudah disiapkan, peras hingga tidak terlalu basah
9 Letakkan kain/handuk pada daerah yang akan
dikompres
1 Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif
0 menjadi dingin, masukkan kembali kain kompres ke
dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah
kompres, lakukan berulang-ulang hingga efek yang
diinginkan tercapai
1 Lakukan proses ini selama 15-30 menit atau sesuai
1 program
1 Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau
2 bagian tubuh yang basah
1 Lepaskan sarung tangan
3
1 Atur kembali posisi klien dengan posisi yang nyaman
4
1 Bereskan semua alat-alat untuk disimpan kembali
xxxvi
5
1 Cuci tangan enam langkah
6
1 Dokumentasikan tindakan ini beserta responnya
7
D Hal yang perlu diperhatikan
1 Kain kompres harus lebih besar dari pada area yang akan dikompres
2 Cairan jangan terlalu panas, hindarkan agar kulit jangan sampai kulit
terbakar
3 Kain/handuk harus diganti pada waktunya dan suhu kompres di
pertahankan tetap hangat
4 Daerah yang dianjurkan untuk dilakukan pengompresan adalah dahi,
leher, ketiak,dan selangkangan
Kompres panas kering menggunakan buli-buli panas
A Persiapan alat
1 Lap kerja
2 Termomerter air panas
3 Termos berisi air panas
4 Buli-buli panas dan sarungnya
B Persiapan pasien
1 Atur posisi klien yang nyaman
2 Perhatikan privasi klien
C Pelaksanaan
1 Dekatkan alat-alat pada klien
2 Cuci tangan enam langkah
3 Lakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli
panas dengan cara mengisi buli-buli dengan air
panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik
posisi buli-buli berulang-ulang, lalu kosongkan
isinya. Siapkan dan ukur air yang di inginkan (50-
60ºc)
4 Isi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih
setengah bagian dari buli-buli tesebut. Lalu keluarkan
udaranya dengan cara
o Letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau
tempat datar
o Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan
permukaan air di leher buli-buli
o Kemudian penutup buli-buli di tutup dengan
rapat/benar
5 Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu
keringkan dengan lap kerja dan masukkan ke dalam

xxxvii
sarung buli-buli
6 Bawa buli-buli tersebut ke dekat klien
7 Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang
memerlukan
8 Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui
kelainan yang timbul akibat pemberian kompres
dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak
nyamanan, kebocoran, dsb.
9 Ganti buli-buli panas setelah 1-15 menit di pasang
dengan air panas lagi, sesuai yang di kehendaki
1 Bereskan alat-alat bila sudah selesai
0
1 Cuci tangan enam langkah
1
1 Dokumentasikan tindakan ini beserta responnya
2
D Hal yang perlu diperhatikan
1 Buli-buli panas tidak boleh diberikan pada klien pendarahan
2 Pada bagian kaki, tutup buli-buli mengarah ke bawah atau ke samping
3 Buli-buli harus di periksa dahulu misalnya cicin karet pada penutupnya
4 Pemakaian buli-buli panas pada bagian abdomen, tutup buli-buli
mengarah ke atas atau ke samping

KOMPRES DINGIN

A. Pengertian

Kompres dingin adalah suau metode dalam penggunaan suhu rendah setempat yang dapat
menimbulkan beberapa efek fisiologis.Aplikasi kompres dingin adalah mengurangi aliran darah
ke suatu bagian dan mengurangi pendarahan serta edema.

Kompres dingin bermanfaat/berfungsi sebagai pertolongan pertama pada cedera.

B. Tujuan

1. Mengurangi kongesti
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mencegah peradangan meluas
4. Mengurangi perdarahan setempat
5. Mengurangi rasa sakit atau nyeri pada daerah setempat

xxxviii
C. Indikasi

1. Radang, memar
2. Pascatonsilektomi
3. Klien dengan suhu tubuh yang tinggi
4. Klien dengan batuk dan muntah darah

D. Kontra indikasi

1. Luka terbuka
2. Demam tinggi
3. Gangguan sirkulasi
4. Alergi dan hipersensitivitas terhadap dingin

NO KEGIATAN PENILAIAN
4 3 2 1
Kompres dingin basah dengan larutan obat anti septic
A Persiapan alat
1 Pembalut bila perlu
2 Perlak dan pengalas
3 Sampiran bila perlu
4 Mangkok bertutup steril
5 Bak steril berisi pinset steril anatomi 2 buah, beberap kain
kasa sesuai keutuhan
6 Cairan anti septik berupa PK 1:4000, revanol 1:1000
sampai 1:3000 dan seterusnya sesuai kebutuhan, larutan
betadin
B Persiapan pasien
1 Atur posisi klien yang nyaman
2 Perhatikan privasi klien
C Pelaksanaan
1 Dekatkan alat ke dekat klien
2 Pasang sampiran
3 Cuci tangan
4 Pasang perlak pada area yang akan di kompres
5 Mengocok obat atau larutan bila terdapat endapan
6 Tuangkan cairan ke dalam mangkok steril
7 Masukkan beberapa potong kasa ke dalam mangkok
tersebut
8 Peras kain kasa tersebut dengan menggunkan pinset

xxxix
9 Bentangkan kain kasa dan letakkan kasa di atas area yang
dikompres dan di balut
10 Rapikan posisi klien
11 Bereskan alat-alat setelah selesai tindakan
12 Cuci tangan enam langkah
13 Dokumentasikan tindakan ini beserta responnya
D Hal yang perlu diperhatikan
1 Kain kasa harus sering dibasahi agar tetap basah
2 Pada luka bakar kotor kasa di ganti tiap 1-2 jam
3 Perhatikan kulit setempat/sekitarnya. Bila terjadi iritasi segera laporkan
4 Pada malam hari agar kelembapan kompres bertahan lama, tutupi dengan
kapas sublimat
Kompres dingin basah dengan air biasa/air es
A Persiapan alat
1 Perlak pengalas
2 Selimut bila perlu
3 Sampiran bila perlu
4 Kom kecil berisi air biasa/air es
5 Beberapa buah waslap/kain kasa dengan ukuran tertentu
B Persiapan pasien
1 Atur posisi klien yang nyaman
2 Perhatikan privasi klien
C Pelaksanaan
1 Dekatkan alat-alat ke klien
2 Pasang sampiran bila perlu
3 Cuci tangan enam langkah
4 Pasang pengalas pada area yang akan dikompres
5 Masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es
lalu diperas sampai lembab
6 Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan
dikompres
7 Ganti waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa
yang sudah terendam dalam air biasa atau air es
8 Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun
9 Rapikan klien dan bereskan alat-alat bila proses ini sudah
selesai
10 Cuci tangan enam langkah
11 Dokumentasikan tindakan ini beserta responnya
D Hal yang perlu diperhatikan
1 Bila suhu tubuh 39c/lebih, tempat kompres dilipat paha dan ketiak
2 Pada pemberian kompres dilipat paha, selimut diangkat dan dipasang busur
selimut di atas dada dan perut klien agar seprei atas tidak basah
Kompres dingin kering dengan kirbat es (eskap)
A Persiapan alat

xl
1 Lap kerja
2 Air dalam kom
3 Perlak pengalas
4 Kirbat es/eskap dengan sarungnya
5 Kom berisi berisi potongan-potongan kecil es dan satu
sendok teh garam agar es tidak cepat mencair
B Persiapan pasien
1 Atur posisi klien yang nyaman
2 Perhatikan privasi klien
C Pelaksanaan
1 Bawa alat-alat ke dekat klien
2 Cuci tangan enam langkah
3 Masukkan batnan es ke dalam kom air supaya pinggir es
tidak tajam
4 Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih
setengah bagian dari kirbat tersebut
5 Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang
kosong, lalu di tutup rapat
6 Periksa skap, adakah kebocoran atau tidak
7 Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam
sarungnya
8 Buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman
pada klien
9 Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di
kompres
10 Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres
11 Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati
rasa, dan suhu tubuh
12 Angkat eskap bila sudah selesai
13 Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman
14 Bereskan alat setelah selesi melakukan proses ini
15 Cuci tangan enam langkah
16 Dokumentasikan tindakan ini beserta responnya
D Hal yang perlu diperhatikan
1 Bila tidak ada kirbat es bisa menggunakan kantong plastik
2 Bila klien kedinginan atau sianosis, kirbat es harus segera di angkat
3 Bila es dalam kirbat es sudah mencair harus segera diganti (bila perlu)
4 Selama pemberian kirbat es, perhatikan kulit klien terhadap keberadaan
iritasi dan lain-lain
5 Pemberian kirbat es untuk menurukan suhu tubuh, maka suhu tubuh harus di
kontrol setiap 30-60 menit.bila suhu sudah turun kompres di hentikan

xli
SOP EKG (Standard Operating Procedure Electrocardiograph)PENGERTIAN
PEMERIKSAAN EKG (ELEKTROKARDIOGRAFI / ELECTROCARDIOGRAPH)

Suatu tindakan merekam aktivitas listrik jantung yang berawal dari nodus sinoatrial, yang
dikonduksikan melalui jaringan serat-serat (sistem konduksi) dalam jantung yang menyebabkan
jantung berkontraksi, yang dapat direkam melalui elektroda yang dilekatkan pada kulit.

TUJUAN PEMERIKSAAN EKG


1.   Mengidentifikasi adanya kelainan irama jantung (disrithmia) akibatadanya infark miokard,
angina tertentu, pembesaran jantung, dan penyakit inflamasi jantung.
2.   Menilai efek obat-obatan dan mengidentifikasi ketidakseimbangan elektrolit, terutama
kalsium dan kalium.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN EKG


A.  Persiapan Alat :
1.   Mesin EKG.
2.   Nierbeken.
3.   Jelly.

xlii
4.   Kapas alkohol pada tempatnya.
5.   Tissue.
6.   Washlap basah.
7.   Alat cukur (kalau perlu).
8.   Kertas dokumentasi EKG, lem, dan gunting.

B.  Persiapan Klien Sebelum Tindakan Pemeriksaan EKG:


1.   Menjelaskan kepada klien tentang tujuan tindakan pemeriksaan EKG.
2.   Melepaskan alat logam yang digunakan klien, temasuk gigi palsu.
3.   Menganjurkan klien untuk berbaring dengan tenang dan tidak bergerak selama prosedur.
4.   Menjelaskan kepada klien untuk tidak memegang pagar tempat tidur.

C. IMPLEMENTASI
1.   Mencuci tangan.
2.   Menutup sampiran.
3.   Membuka pakaian atas klien.
4.  Membersihkan area ekstremitas dan dan dada yang akan dipasangi elektroda dengan
menggunakan kapas alkohol. Bila terdapat rambut yang cukup tebal cukur bila perlu.
5.  Memberikan jelly pada area pemasangan dan pada elektroda.
6.  Pasang kabel dan elektroda (hindari memasang elektroda pada massa otot yang terlalu tebal
atau pada struktur tulang) :
a. Kabel Merah  (R) : pada lengan kanan.
b. Kabel Kuning (L) : pada lengan kiri.
c. Kabel Hijau    (F)   : pada kaki kiri.
d. Kabel Hitam   (N) : pada kaki kanan.
e. V1 : pada interkostal ke– 4  kanan.
f.  V2 : pada interkostal ke– 4  kiri.
g. V3 : pada interkostal ke 4 – 5 antara V2 dan V4.
h. V4 : pada interkostal ke-5 linea midclavicularis kiri.
i.  V5 : horizontal terhadap V4, di linea aksilaris anterior.
j.  V6 : horizontal terhadap V5, pada línea midaksilaris.

xliii
7.   Menghubungkan kabel ground ke washlap basah yang diletakkan di nierbeken.
8.   Menghubungkan kabel listrik mesin EKG ke sumber listrik.
9.   Menyalakan power On mesin EKG.
10.   Mengatur kecepatan gelombang pada 25 mV.
11.   Mengatur ketinggian rekaman pada skala 1.
12.   Melakukan kalibrasi 1 mV.
13.   Melakukan rekaman 12 lead.
14.   Setelah selesai, mematikan power mesin EKG dan lepaskan kabel/elektroda dari tubuh
klien, kemudaian bersihkan sisa jelly yang menempel dengan tissue.
15.   Merapihkan klien dan mengembalikan alat-alat pada tempatnya.

D. DOKUMENTASI
1.   Menempelkan hasil rekaman EKG pada kertas dokumentasi EKG.
2.   Mencatat nama klien, umur, tanggal dan jam serta nama pemeriksa pada kertas dokumentasi
EKG.
3.   Mencatat respon klien sebelum, selama dan sesudah melakukan prosedur.
4.   Membersihkan jel yang menempel pada kulit pasien dengan tissue.
5.   Cuci tangan.

SOP CT SCAN
Teknik CT Scan Kepala dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik runtunan irisan tunggal
dan multipel yang bersifat helikal, atau spiral. Khusus untuk CT Scan Kepala, ketebalan irisan
tidak melebihi 5 mm.

Persiapan Pasien
Secara umum, persiapan pasien pada CT Scan Kepala meliputi inform consent, kemudian
dilakukan anamnesa mengenai keadaan yang berhubungan dengan tes diagnostik ini, seperti
riwayat penyakit jantung, asma, diabetes, ginjal, atau gangguan tiroid. Apabila seorang pasien
terindikasi kuat untuk menjalani tes diagnostik ini, namun memiliki predisposisi alergi, asma,

xliv
atau pernah mengalami efek samping terhadap zat kontras, maka dokter dapat meresepkan obat
untuk menurunkan risiko tersebut sebelum dilakukan CT Scan kepala.
Apabila perlu memasukkan zat kontras, maka kepada pasien dilakukan pemasangan kateter
intravena dan infus saline. Pasien yang akan diberikan zat kontras, terlebih dahulu harus
dipastikan tidak memiliki kontraindikasi dengan cara melakukan tes kehamilan dan kadar serum
kreatinin.

Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diminta untuk melepaskan perhiasan, jam tangan, atau
apapun yang terbuat dari metal, karena objek metalik/logam dapat menghasilkan gambaran
artefak. [2]

Peralatan ,Peralatan yang digunakan pada CT Scan Kepala diantaranya adalah alat CT scanner,
tube Xray, ruang periksa CT Scan, meja baring, komputer, peralatan untuk keadaan gawat-
darurat, zat kontras, interkom, skrin pelindung radiasi, dan tombol panggilan.
Alat CT Scanner

Alat CT Scan adalah sebuah mesin besar yang berbentuk seperti donat dalam posisi berdiri,
dimana suatu CT scanner semestinya memenuhi, atau melebihi spesifikasi berikut ini, agar dapat
menghasilkan scanning otak yang dapat diterima secara klinis :
 Frekuensi scan tidak melebihi 2 detik per irisan
 Ketebalan irisan minimal ≤2 mm

 Jarak waktu antara scanning tidak melebihi 4 detik, walaupun dapat lebih lama apabila
media zat kontras intravaskular tidak digunakan

 Resolusi spasial yang terbatas hendaknya diukur untuk memastikan bahwa


alat scanner ini sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh pabrik. Resolusi spasial terbatas
ini semestinya melebihi 10 lp/cm untuk suatu penampilan gambar lapangan yang kurang dari 24
cm
 Table pitch seharusnya tidak melebihi 2:1
 Menggunakan tabung rotasi dengan kecepatan kurang dari satu detik

 Juga terdapat cine imaging yang kontinu dengan kecepatan ≥ 60 detik

xlv
X-ray Tube

Xray tube  pada CT Scan adalah tabung xray yang bergerak secara tipikal mengelilingi kepala.
Ruang Pemeriksaan CT Scan

Ruang pemeriksaan untuk CT Scan terbagi dalam 2 kamar yang dipisahkan dengan dinding kaca.
Kamar pertama dinamakan kamar scan karena di dalamnya terdapat mesin CT Scan. Kamar
kedua adalah tempat dimana petugas medis terlatih, mengoperasikan mesin tersebut.

Meja Baring

Meja baring untuk CT Scan harus dapat digerakkan masuk dan keluar dari lubang donat. Meja
baring ini secara perlahan bergerak saat pengambilan gambar pencitraan. Bantal dan sabuk
digunakan untuk fiksasi kepala pasien agar tidak bergerak selama scanning berlangsung.

Komputer Khusus

Harus ada komputer yang dihubungkan dengan mesin CT Scanner. Tugas komputer ini adalah
untuk memproses data imaging yang kemudian dikirim ke sistem komunikasi dan penyimpanan
gambar. Selanjutnya, hasil pencitraan akan dibaca oleh seorang ahli radiologi yang terlatih
khusus dalam pembacaan hasil CT Scan. Komputer tersebut dioperasikan oleh petugas medis
yang dilatih khusus untuk pemeriksaan CT Scan ini.
Peralatan, Dan Obat Emergensi

Di dekat pasien yang akan menjalani CT Scan kepala sebaiknya terdapat peralatan dan obat
kegawatdaruratan yang segera dapat digunakan apabila terjadi reaksi alergi atau efek samping zat
kontras.

Zat Kontras

xlvi
Zat kontras yang digunakan untuk CT Scan, harus disimpan pada tempat yang aman dan dalam
suhu ruangan yang sesuai dengan apa yang direkomendasikan oleh produsen alat.
Penggunaannya kepada pasien mesti dimasukkan dengan perlakuan yang steril.

Interkom

Interkom disediakan agar pasien dapat berkomunikasi dengan petugas melalui two-way intercom
Skrin Pelindung Dari Radiasi X-Ray

Kaca pelindung dari radiasi digunakkan untuk memisahkan ruangan CT Scan dengan ruangan
petugas. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir paparan radiasi.

Tombol Panggilan

Tombol panggilan diletakkan di dekat pasien di dalam ruang CT Scan. Alat ini disediakan untuk
pasien yang mengalami masalah selama prosedur pemeriksaan agar bisa dengan mudah
memberitahu petugas pelaksana tes ini.

Petugas akan terus mengawasi dan berkomunikasi dengan pasien selama berlangsungnya
prosedur.

Posisi Pasien
Pada CT Scan Kepala, posisi pasien berbaring supinasi dengan kedua lengan dan tangan
diletakkan pada sisi tubuh. Kepala pasien diposisikan di garis tengah scanner. Posisi kepala
tersebut hendaknya difiksasi dengan velcro band supaya tidak bergerak pada saat pemeriksaan 
berlangsung. Hal ini penting untuk menghindari hasil pemeriksaan artefak yang disebabkan oleh
gerakan. Posisi kepala ini dipertahankan, agar scanning yang dilakukan paralel terhadap basis
kranium, dan tidak terhadap bola mata. Pemindaian terhadap bola mata dihindari dengan
menggunakan proteksi bismuth sekali pakai.
Selama pemeriksaan, pasien diminta tenang dengan sikap diam. Pasien diminta untuk tetap
dalam posisi senyaman mungkin dengan tidak mengesampingkan prosedur pemeriksaan.

xlvii
Prosedural
Prosedural CT Scan kepala dilakukan dengan menggunakan teknik runtunan irisan tunggal dan
protokol irisan multipel yang bersifat helikal, atau spiral. Khusus untuk CT Scan Kepala,
ketebalan irisan tidak melebihi 5 mm. Umumnya, algoritme jaringan lunak dan bony
window mesti dilakukan. Bilamana diperlukan, pengaturan window hendaknya disesuaikan
secara manual.
Radiasi x-ray yang diabsorpsi oleh jaringan intrakranial, akan dideteksi oleh scanner, dan
ditransmisikan ke komputer. Selanjutnya, komputer akan mentransformasikan informasi yang
diterima ke dalam bentuk image. Selama pemeriksaan berlangsung, pasien bisa diminta untuk
menahan napas sesaat secara berulang kali.
Follow Up
Pengawasan pada CT Scan Kepala dilakukan pada saat pelaksanaan, selesai pemeriksaan, dan
jangka panjang.

Pada saat pelaksanaan pemeriksaan, pengawasan terutama dilakukan pada pasien yang
dimasukkan zat kontras, dimana hal yang harus diawasi adalah kemungkinan timbulnya efek
samping ringan hingga berat. Setelah selesai pemeriksaan, observasi terus dilanjutkan selama
beberapa jam untuk memantau kemungkinan timbulnya efek samping zat kontras, seperti
bengkak, gatal, eritema, dan kesulitan bernapas. Sedangkan untuk jangka waktu panjang, hal-hal
yang harus diawasi adalah banyaknya paparan radiasi selama prosedur serta riwayat paparan
radiasi, termasuk pemeriksaan radiologi x-ray biasa, karena berhubungan dengan jumlah
kumulatif paparan radiasi yang telah dijalankan, dan/atau  pengobatan dalam jangka waktu
panjang.

SOP MRI

1. PENGERTIAN

Prosedur magnetic resonance imaging (MRI) adalah prosedur medis yang sangat membantu


untuk mendeteksi penyakit. Dengan prosedur MRI yang menggunakan medan magnet yang
kuat dan gelombang radio, akan didapatkan foto atau gambar detil dari kondisi organ dan
jaringan di dalam tubuh. Jika ditemukan penyakit, akan langsung ketahuan.

xlviii
 
Alat scanner  atau pemindai MRI berbentuk tabung besar, dilengkapi dengan meja di
tengahnya, sehingga mempermudah pasien untuk masuk ke dalamnya. Prosedur MRI
berbeda dengan CT scan dan X-ray, karena MRI tidak menggunakan radiasi yang bisa
menyebabkan risiko tertentu. 
Berikut beberapa contoh kondisi yang pemeriksaannya memerlukan prosedur MRI:

 Ketidaknormalan pada otak dan saraf tulang belakang


 Tumor, kista, dan ketidaknormalan lain di berbagai bagian tubuh
 Skrining kanker payudara  untuk wanita yang memiliki risiko tinggi terkena penyakit
tersebut
 Ketidaknormalan atau cedera sendi, seperti punggung dan lutut
 Beberapa jenis masalah jantung
 Penyakit liver dan penyakit di organ abdominal
 Pemeriksaan nyeri panggul pada wanita, yang penyebabnya termasuk karena fibroid
dan endometriosis
 Ketidaknormalan pada rahim pada wanita yang tengah menjalani pemeriksaan untuk
ketidaksuburan
  

2. Persiapan Prosedur MRI

Tidak ada persiapan khusus yang perlu dilakukan sebelum prosedur MRI. Saat tiba di rumah
sakit, dokter akan meminta pasien untuk mengganti baju dan mengenakan baju khusus untuk
pasien. 

Dokter akan meminta pasien untuk melepaskan semua perhiasan atau aksesoris di tubuh
yang kemungkinan bisa mengganggu kerja mesin prosedur MRI. Jadi, kemungkinan besar
orang yang memiliki logam di dalam tubuhnya, seperti peluru, tidak bisa menjalani prosedur
MRI. Orang yang memiliki implan koklea atau pacemaker  juga tidak bisa menjalani MRI.
  

xlix
3. Proses Prosedur MRI

Ketika sudah masuk ke dalam alat pemindai, tenaga medis akan berkomunikasi dengan
pasien lewat interkom untuk memastikan pasien nyaman. Tenaga medis tidak akan memulai
prosedurnya sebelum pasien merasa siap.

Selama prosedur MRI berlangsung, pasien harus diam dan tidak bergerak. Pasalnya,
sedikitpun gerakan bisa mengganggu gambar yang dibuat. Suara berisik biasanya akan
keluar dari alat pemindai, hal ini normal. Kalau pasien merasa tidak nyaman selama
prosedur MRI, maka ia bisa berbicara dengan tenaga medis lewat interkom dan meminta
agar proses pemindaian dihentikan.

4. Pasca Melakukan Prosedur MRI?

Setalah prosedur MRI dilakukan, radiologis akan memeriksa gambar atau fotonya untuk
mengecek jika hasil tersebut sudah cukup atau belum. Kalau sudah cukup, pasien bisa
pulang ke rumah.

Radiologis akan membuat laporan untuk dokter. Pasien biasanya diminta untuk membuat
janji dengan dokter untuk mendiskusikan hasilnya.

SOP USG

1. PENGERTIAN : Suatu kegiatan pemantauan obat-obat Emergensi di


unit pelayanan kegawatdaruratan.
2. TUJUAN : 1. Mendapat pelayanan pemeriksaan USG yang baik

2. Mendapat hasil yang akurat sesuai kerangka waktu yang


ditetapkan

l
3. Menyiapkan pasien agar kooperatif selama pemeriksaan
berlangsung
3. ALAT DAN BAHAN : 1. Alat USG

2. Monitor USG

3. Meja Pemeriksaan

4. Gel

5. Transduser

6. Kertas USG

7. Printer

8. Tissue

3. PROSEDUR PEMERIKSAAN :
1) Nyalakan voltage kemudian UPS yang sudah terhubung dengan listrik, tunggu
hingga indicator lampu pada UPS menyala dengan sempurna. Setelah UPS
hidup dengan sempurna lalu di lanjutkan menghidupkan mesin USG dengan
menekan tombol on pada mesin USG.
2) Setelah alat USG hidup kemudian dilanjutkan dengan mengisi data pasien pada
layar monitor dan nama dokter radiolog yang sedang bertugas memeriksa.
3) Tentukan fungsi atau mode sesuai jenis pemeriksaan.
4) Pasien yang akan diperiksa dipersilahkan masuk dan diposisikan supine di
atas meja pemeriksaan.
5) Bagian yang akan diperiksa dibebaskan dari benda-benda yang akan
mengganggu dan kemudian diberi gel aquasonic secukupnya.
6) Lalu transducer diletakan di bagian tubuh yang akan diperiksa.
7) Dokter radiolog melakukan pemeriksaan USG Kehamilan.
8) Setelah muncul organ yang akan diperiksa pada layar monitor yang
dihasilkan oleh tranduser, kemudian dokter radiolog menekan tombol freeze
pada mesin USG untuk menentukan gambar mana yang akan di hasilkan.

li
9) Menekan tombol comment untuk memberi nama atau manadai gambar.
10) Bila gambar diagnostik yang diperlukan sudah cukup maka dokter radiolog
memprint hasil USG Kehamilan pada kertas USG dengan menekan tombol
print.
11) Dokter radiolog menginstruksikan bila pemeriksaan USG Kehamilan sudah
selesai. Asisten dokter radiolog membantu pasien membersihkan sisa gel USG
dengan menggunakan tissue.
12) Pasien di perbolehkan untuk keluar ruangan pemeriksaan.
13) Hasil pemeriksaan USG di ambil sesaat setelah pemeriksaan selesai dilakukan
dan hasil expertise telah selesai di tuliskan oleh dokter radiologi

4. TEKNIK PEMERIKSAAN
Gunakan transduser convex. Atur di monitor agar menggunakan USG Obstetri.
Untuk USG Kehamilan posisi pasien adalah rebahan atau Supine di atas meja
pemeriksaan, kedua tangan berada di samping, bagian yang akan diperiksa
dibebaskan dari benda-benda yang mengganggu seperti baju. Beri gel secukupnya
kemudian transduser diletakkan pada bagian tersebut dengan arah
Longitudinal dan Transversal dengan sedikit didorong kearah inferior sampai organ yang
diperiksa terlihat pada monitor USG. Jika gambaran yang diinginkan sudah
didapatkan, dokter radiolog menekan tombol freeze untuk mengambil gambar. Bila
gambar diagnostik yang diperlukan sudah cukup maka hasil USG Kehamilan pada
kertas USG akan diprint oleh dokter radiologi.

lii
SOP ENDOSKOPI

1. PENGERTIAN
Endoskop merupakan suatu alat yang digunakan untuk memeriksa organ di dalam tubuh
manusia secara visual atau langsung melihat dengan alat monitor sehingga kelainan yang ada
pada organ tersebut dapat terlihat jelas. Pemeriksaan endoskopi adalah pemeriksaan yang
memakai alat endoskop untuk mendiagnosis kelainan-kelainan organ di dalam tubuh antara lain
saluran cerna, saluran kemih, rongga mulut, rongga abdomen, dll.

2. Persiapan Pemeriksaan Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas


(SCBA) Atau Esophago-Gastro-Duodenoskopi (Egd) Dilakukan Secara Sistematis Sebelum
Pemeriksaan Baik Fasilitas Alat, Obat-Obatan Dan Persiapan Pasien yaitu :

A. Persiapan alat
     1) Peralatan kardio pulmuner untuk resusitasi (blue code) & monitor kardio pulmuner
      Oxygen saturation
      Blood pressure
      Pulse rade
      2) Persiapan alat dan alat bantu yang digunakan sebelum prosedur
      Apakah semua tombol berfungsi dengan baik?
      Suction, air, water
      Light source
      Biopsi forsep baik dan lengkap
      Cairan formalin tersedia dalam botol kecil
      Scope endoskopi apakah berfungsi dengan baik?
      Alat foto / printer
      Obat-obat premedikasi (sebelum dan selama pemeriksaan endoskopi)
o    minor tranquilizer (untuk anxietas, kenyamanan)
o    diazepam 5 - 10 mg iv atau midazolam 2,5 - 5 mg iv atau pethidine 25 - 50 mg
atau propofol (anesthesis). sulfas atropin masih kontroversi ada yang menganjurkan ada yang
tidak untuk mencegah vagal reflex. Buscopan diberikan 5 - 10 menit sebelum prosedur untuk

liii
mengurangi gerakan lambung yang berlebihan. untuk mengurangi gerakan busa-busa yang
menghalangi gambaran endoskopi dapat diberikan         .
o    oksigen selama prosedur.
o    obat anestesi lokal; spray xylocain jelly
      Mouth piece
      3) Persiapan pasien
      Mental dan psikologis pasien dalam keperawatan endoskopi.
      Fisik pasien
o    Pastikan pasien berpuasa 6 - 8 jam sebelum tindakan.
o    Observasi tanda-tanda vital.
o    Pastikan pasien sudah terpasang infus (darurat), kolaborasi dengan dokter.
o    Check Lab. Hb, CTBT, Trombosit, Anti HCV, Anti HIV, HbsAg
o    EKG terbaru
      4) Persiapan untuk perawat
      Tanggap terhadap reaksi pasien.
      Teliti dan hati-hati.
      Murah senyum, ramah dan sabar.
      5) Persiapan obat harus sesuai dengan SOP
      6) Persiapan Administrasi
      Surat pernyataan (Informed consent)
      Surat pernyataan persetujuan biaya tindakan
      Hasil lab dilampirkan
      Rekam medis lengkap

B. Cara kerja

      1) Menjelaskan tujuan tindakan endoskopi


      2) Tenaga asisten minimal 2 perawat
      Perawat satu berdiri di samping kanan dokter endoskopis
      Perawat dua berdiri di bagian kepala pasien untuk memegang mouth piece
      3) Melonggarkan pakaian dalam

liv
      4) Menanggalkan gigi palsu dan kacamata pasien
      5) Perawat cuci tangan
      6) Mengatur posisi pasien tidur miring ke kiri
      7) Memasang pulse oxymetri (monitor)
      8) Perawat dan dokter memakai baju khusus
      9) Memasang penyangga mulut pasien (mouth piece)
    10) Memberikan oxygen sesuai kebutuhan
    11) Menyemprotkan xylokain spray 10 %
    12) Perawat memonitoring tanda-tanda vital sign
    13) Observasi tanda-tanda pemberian sedasi

C. Indikasi
1)    Menerangkan perubahan radiologist yang meragukan atau tidak jelas.
2)    Pasien dengan gejala menetap disfagia, nyeri epigastrium, muntah yang pada pemeriksaan
radiologist tidak didapatkan kelainan.
3)    Pada pemeriksaan radiologist dicurigai adanya kelainan
4)    Pendarahan saluran cerna bagian atas / melena
5)    Endoskopi ulang untuk memantau penyembuhan tukak jinak dan tukak yang dicurigai ganas
6)    Observasi pasien pasca gastrectomi
7)    Kasus syndrome dispepsia dengan usia lebih atau di bawah 45 tahun dengan tanda bahaya,
pemakaian anti inflamasi non-steroid (OAINS) dan riwayat kanker pada keluarga. tanda-tanda:
muntah-muntah hebat, demam, hematemesis, anemia, ikterus, dan penurunan berat badan.
      Prosedur terapetik: polipektomi, pemasangan selang makanan, dilatasi esophagus, dll.

     Kontraindikasi pemeriksaan endoskopi SCBA


(1)    Kontraindikasi absolut
         Pasien tidak cooperactive / menolak prosedur
         Renjatan berat karena pendarahan
         Oklusi koroner akut
         Gagal jantung berat
         Koma

lv
         Emfisema dan penyakit paru obstruksi berat
Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus ditunda dulu sampai
keadaan  penyakitnya membaik.
2)      Kontraindikasi relatif
         Luka korosif akut pada esofagus, aneurisma aorta, aritmia jantung berat.
         Kifoskoliosis berat, divertikulum zenker, osteofit bear pada tulang servikal, struma besar.
         Pasien gagal jantung.
         Penyakit infeksi akut (pneumonia, peritonitis, kolesistitis)
         Anemia berat seperti pendarahan, harus diberikan transfusi darah terlebih dahulu sampai HB
sedikitnya 10 g %
         Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai hipertensi atau kejang-kejang
         Pasien pasca bedah abdomen yang baru
         Gangguan kesadaran
         Tumor mediastinum
         Pasien dalam keadaan demam

3)      Penyulit atau komplikasi dari pemeriksaan ini antara lain;


         Reaksi terhadap obat-obatan; koma karena diazepam, gangguan pernapasan
         Aspirasi
         Perforasi
         Pendarahan
         Gangguan kardiopulmoner
         Penularan infeksi
         Instrumental impaction
         Tukak lambung (perforasi)

D. Prosedur pasca pemeriksaan endoskopi SCBA                     


1)      Mengobservasi tanda-tanda vital.
2)      Memantau pasien dengan ketat.
3)      Dokumentasi semua kegiatan pada rekam medis.
4)      Pasca endoskopi, pasien dipuasakan 2 jam

lvi
5)      kolaborasi terapi medis dengan dokter :
         apabila ada pendarahan, periksa Hb

E. membersihkan dan desinfeksi alat endoskop dan asesoris


Cara melakukan desinfeksi endoskop harus sesuai dengan standar prosedur yang disahkan oleh
depkes RI Direktorat Jendral Pelayanan medik, dengan buku judul pedoman kerja perawat
endoskopi cetakan ke III tahun 1999

F. Kesimpulan
1)      Protap endoskopi merupakan pedoman kebijakan yang sangat diperlukan oleh tenaga perawat
atau dokter endoskopi dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
2)      Protap endoskopi dijalankan oleh perawat yang bersertifikasi berdasarkan kompetensi perawat
endoskopi melalui pelatihan.
3)      Protap endoskopi dijalankan dengan tujuan diagnose dan terapeutik.
4)      Protap endoskopi untuk menghindari terjadinya komplikasi
5)      Mencegah malpraktek dalam keperawatan
6)      Protap endoskopi untuk perlindungan perawat dari jerat hukum.

lvii
SOP

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)


Pengertian Alat Pelindung Diri yang disingkat APD adalah suatu alat yang di gunakan
seseorang dalam pekerjaanya untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya
tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun lingkungan pekerjaan dan
berguna dalam mengurangi atau mencegah kecacatan
Tujuan Untuk mencegah penularan infeksi
Prosedur Persiapan Alat :                                               
1. Apron (baju/gaun)                              
Apron plastik digunakan saat kontak langsung dengan pasien
ataulingkungan : saat membersihkan /merapikan tempat tidur pasien

2. Sepatu pelindung :
Sepatu harus menutupi seluruh ujung dan telapakkaki, terbuat dari karet
atau plastik agar mudah dicuci dan tahantusukan. Sepatu pelindung dipakai
di ruang khusus : kamar bedah , laboratorium, ICU, ruang isolasi,
pemulasaraan jenazah, kamar bayi,kamar bersalin, ruang
hemodialisa.                 

3. Sarung Tangan (Gloves) :                          


-  sarung tangan steril digunakan pada tindakan / prosedur invasive
-  sarung  tangan  bersih  dan  baik  boleh  digunakan  setiap 
akanmelakukan kontak dengan bahan / benda yang infeksius (darah
atausubstansi tubuh lainnya) atau bersifat kotor

4. Masker :
    -Masker N95 hanya digunakan untuk penyakit infeksi saluran pernapasan
seperti TBC paru, SARS, Avian Flu. Harus digunakan sebelum masuk
kamar pasien dan dilepas sebelum meninggalkan ruangan
-Masker bedah (surgical mask) dapat digunakan sesuai kebutuhan /
prosedur berpotensi terjadi paparan langsung pada tubuh yang akan
dilakukan

5.   5. Penutup kepala

6.  6. Pelindung wajah dan mata : harus digunakan saat melakukan tindakan
yang akan berisiko timbul percikan pada wajah, mata dan mulut seperti saat
perawatan pasien trakheostomi, tindakan operasi dll

Langkah-langkah Pemakaian APD :

lviii
1.    1. Cuci tangan
2.     2. Kenakan sepatu bot
4.     3. Kenakan jas laboratorium
4.Kenakan Apron plastik/celemek
5. Kenakan penutup kepala
6.Kenakan masker
7. Kenakan kaca mata pelindung
8.Kenakan sepasang Handscoon

Langkah-langkah Pelepasan APD :


1. 1. Lepaskan handscoon
2. 2. Lepaskan kacamata pelindung
3. 3.Lepaskan apron plastik/celemek
4. 4.Lepaskan jas laboratorium
5. 5.Lepaskan penutup kepala
6. 6.Lepaskan masker
7. Lepaskan sepatu bot

 Semua Alat Pelindung Diri yang sudah digunakan harus dibuang


dalam tempat sampah yang tertutup dan dalam kantong plastik
kuning jika tercemar oleh darah atau dari kamar isolasi
 Semua Alat Pelindung Diri yang dapat dipakai ulang seperti Googles
(kacamata dan sepatu bot harus dibersihkan/didisinfeksi terlebih
dahulu dan dikeringkan sebelum disimpan dalam tempat yang kering
dan bersih
 Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

lix
PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI(OBAT)

1. Prosedur Pemberian Medikasi Obat Oral (Mulut)

A. Obat Cair

Definisi Pemberian obat yang diberikan melalui mulut


Tujuan a) Untuk memudahkan dalam pemberian
Indikasi 1. Pada pasien yang tidak mebutuhkan absorbsi obat secara
cepat
2. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan
pencernaan.
Kontraindikasi 1. Pasien dengan gangguan pada sistem pencernaan,seperti
kanker oral,gangguan menelan,dsb
Persiapan Alat dan Bahan
1. Catatan/jadwalpemberian obat
2. Obat
3. Air minum + gelas
4. Sarung tangan bersih
5. Sendok
6. Gelas ukur obat
6. Baki
Prosedur 1. Memberikan salam kepada pasien
2. Jelaskanmaksud dan tujuan tentangproseduryangakan
dilakukan
3. Cuci tangan kemudian pakai sarungtangan
4. Berikan obat sesuai dengan prinsip pemberian obat:

a. Tepat pasien
b. Tepat obat
c. Tepat dosis
d. Tepat carapemberian
e. Tepat waktupemberian
f. Tepat dokumentasi

lx
g. Tepat pendidikan kesehatan
5. Tanyakan apakah posisi pasien sudah nyaman atau
belum, jika sudah Bantupasien untukmeminum obat
dengan cara:

1) Ambil obat
2) Buka bungkus obat
3) Buka tutup botol obat
4) Tuangkan obat sesuai resep yang telah diberikan
oleh dokter kedalam sendok atau gelas ukur obat
yang telah disediakan.
5) Arahkan obat kedekat bagian mulut pasien
6) Lalu minta pasien membuka mulutnya dan
meminum obat tersebut
7) Letakkan sendok atau gelas ukur obat yang telah
dipakai tadi diatas baki
8) Berikan air minum kepada pasien

6. Tanyakan bagaimana perasaan pasien setelah minum


obat dan Catat rekasi dan respon pasien
7. Rapikan keadaan pasien
8. Bereskan peralatan
9. Sampaikan padapasien bahwatindakan sudahselesai
dilakukan
10.Lepassarungtangan
11.Cuci tangan setelahprosedur dilakukan

Dokumentasi 1. Mencatattanggaldan waktupelaksanaan tindakan.


2.
Mencatathasilpengkajiansebelum,selamadansetelahtin
dakan prosedur.
3. Mencatathasilobservasiklienselamadansetelahtindakan.
Sikap 1. Sistematis.

lxi
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggapterhadapresponklien.
7. Rapih.

8. Menjagaprivacy.

Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15


sampai 30 menit setelah obat diberikan seperti mual dan
lainya.
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada , untuk
memastikan efektifitas obat tersebut bekerja
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari
medikasi, untuk mencerminkan kepahaman klien
tentang tujuan pengobatan secara oral.
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk
pengobatan berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

B. Tablet

Definisi Pemberian obat yang diberikan melalui mulut


Tujuan a) Untuk memudahkan dalam pemberian
Indikasi 1. Pada pasien yang tidak mebutuhkan absorbsi obat secara cepat
2. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan.
Kontraindikasi 1. Pasien dengan gangguan pada sistem pencernaan,seperti kanker
oral,gangguan menelan,dsb
Persiapan Alat dan Bahan
1. Catatan/jadwalpemberian obat
2. Obat dan tempatnya
3. Air minum + gelas
4. Sarung tangan bersih
5. Baki
6. Mortar penggerus obat(jika perlu)

lxii
7. Sendok (jika perlu)

Prosedur 1. Memberikan salam kepada pasien


2. Jelaskanmaksud dan tujuan tentangproseduryangakan dilakukan
3. Cuci tangan kemudian pakai sarungtangan
4. Berikan obat sesuai dengan prinsip pemberian obat:

a. Tepat pasien
b. Tepat obat
c. Tepat dosis
d. Tepat carapemberian
e. Tepat waktupemberian
f. Tepat dokumentasi
g. Tepat pendidikan kesehatan
5. Tanyakan kepada pasien apakah posisinya sudah nyaman, jika sudah
bantupasien untukmeminum obat dengan cara:

a.
Apabilamemberikantabletataukapsuldaribotol,tuangkanjumlah
obatsesuai kebutuhan kedalamtutupbotoldan pindahkan
ketempat obat,apabila tablet ada didalam alumunium foil buka
bungkus obat lalu pindahkan ketempat obat.
b.
Kajikesulitanmenelan,apabilaterdapatkesulitanmenelan,makag
eruslahobat tablet tersebut dan campurkan kedalamair minum
c. Kaji frekuensi nadi dan tekanan darah sebelum pemberian
obat yang membutuhkan pengkajian
6. Catat rekasi dan respon pasien
7. Rapikan keadaan pasien
8. Bereskan peralatan
9. Sampaikan padapasien bahwatindakan sudahselesai dilakukan
10.Lepassarungtangan

lxiii
11.Cuci tangan setelahprosedur dilakukan
Dokumentasi 1. Mencatattanggaldan waktupelaksanaan tindakan.
2. Mencatathasilpengkajiansebelum,selamadansetelahtindakan
prosedur.
3. Mencatathasilobservasiklienselamadansetelahtindakan.
Sikap 1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggapterhadapresponklien.
7. Rapih.

8. Menjagaprivacy.

Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30


menit setelah obat diberikan secara oral.
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada , untuk memastikan
efektifitas obat tersebut.
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengobatan
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

2. Prosedur Pemberian Medikasi Parental


Parenteral adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran
pencernaan) tetapi langsung ke pembuluh darah. Pemberian obat parenteral merupakan
pemberian obat yang dilakukan dengan menyuntikkan obat tersebut ke jaringan tubuh atau
pembuluh darah dengan menggunakan spuit.
A. PemberianObatMelalui Intrakutan(Ic)

Definisi Pemberianobatyangdilakukandengancaramemasukanobatke
dalamjaringankulityang dilakukanuntuk
tesalergiterhadapobatyangakandiberikan. Pada umumnya diberikanpada

lxiv
pasienyangakandiberikanobatantibiotik.
Pemberianintrakutanpadadasarnyadibawahkulit
ataudibawahdermis/epidermis.Secara umumpadadaerahlengan
tnngandandaerahventral.
Tujuan 1. Untuk mendapatkan reaksi yang lebih cepat dibandingkan dengan
cara yang lain
2. Untuk memperoleh reaksi setempat (tes alergi)
3. Membantu menegakkan diagnosa (penyuntikan zat kontras
4. Memberikan zat imonologi
Indikasi Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar,tidak mau bekerjasama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara lisan
Kontra Luka,alergi,infeksi kulit
indikasi
Persiapan Alat dan Bahan
1. Catatan pemberianobat
2. Obat dalamtempatnya
3. Spuit1cc
4. Kapasalkoholdalamtempatnya
5. Cairan pelarut
6. Bakinjeksi
7. Bengkok
8. Perlak
Prosedur 1. Salampadapasien
Kerja 2. Jelaskan prosedur yangakandilakukan
3. Cuci tangan
4. Pakaisarung tangan
5. Bebaskandaerahyangakandilakukansuntikan
6. Pasang perlak/pengalas
padabawahdaerahyangakandilakukaninjeksiintrakutan
7. Ambil obat yang akan dilakukan tes alergi. Kemudian larutkan/
encerkan dengan aquades(cairanpelarut),
ambil0,5CCdanencerkanlagisampai1CC, lalu siapkanpada bakinjeksi

lxv
8. Desinfektandaerah yangakandilakukansuntikandengankapasalkohol

9.
Lakukanpenusukandenganlubangjarummenghadapkeatasmembentuksu

dut15-200terhadappermukaankulit
10. Semprotkanobathinggaterjadigelembung
11.Tarikspuit dantidak bolehdilakukanmasase
12. Lingkariareapenusukandenganmenggunakanballpoint
13.Tunggu± 10-15 menit,kemudiancatatreaksiyangterjadi

14.Jika terdapat reaksi bintik kemerahan dan pasien merasakan gatal di


sekitar area penusukan, makapemberianobattidak bolehdiberikan

15.Rapikan pasien
16.Lepassarung tangan
17. Cuci tangansetelahprosedurdilakukan

Dokumentas 1. Mencatattanggaldan waktupelaksanaan tindakan.


i 2. Mencatathasilpengkajiansebelum,selamadansetelahtindakan prosedur.
3. Mencatathasilobservasiklienselamadansetelahtindakan.
Sikap 1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.

lxvi
6. Tanggapterhadapresponklien.
7. Rapih.
8. Menjagaprivacy.
9. Sopan.
Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada , untuk memastikan
efektifitas obat
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

lxvii
B. PemberianObatMelaluiSubkutan(Sc)

Definisi Pemberianobatyangdilakukandengansuntikandibawahkulitdapatdilakukanpada
daerah lenganatassebelah luaratau 1/3 bagiandaribahu,paha sebelahluar, daerah
dada dandaerah sekitarumbilikus(abdomen).
Pemberianobatmelaluisubkutaniniumumnya dilakukandalam
programpemberianinsulinyangdigunakanuntukmengontrolkadar
guladalamdarah. Pemberianinsulinterdapat dua tipe larutan, yaitu jernih
dankeruh. Larutanjernih disebutjuga
sebagaiinsulinreaksicepat(insulinregular).Larutankeruhterjadikarenaadanyapen
ambahan proteinsehingga
memperlambatabsorpsiobatataujugatermsukreaksiinsulin tipelambat.

Tujuan Pemberian obat melalui jaringan subkutan bertujuan untuk mengontrol kadar
gula darah
Indikasi Biasa dilakukan pada pasien yang tidak sadardan idak mau bekerjasama
,karenatidak memungkinkan diberikan obat secara lisan,bebas, dari infeksi,lesi
kulit,jaringan perut,tonjolan tulang.
Kontra Obat dalam dosis besar tidak dapat larut dalam udara dan minyak
indikasi
Alat dan 1. Catatan pemberianobat
Bahan 2. Obat dalamtempatnya
3. Spuitinsulin
4. Kapasalkoholdalamtempatnya
5. Cairan pelarut(Aquades/Ns)
6. Bakinjeksi
7. Bengkok
Prosedur 1. Salampadapasien
Kerja 2. Jelaskanmaksud dan tujuan tentang prosedur yangakandilakukan
3. Cuci tangan
4. Bebaskan daerah yang akan dilakukan suntikan apabila pasien

lxviii
menggunakan baju lengan panjang
5. Ambil obat dari tempatnya sesuai dengan dosis yang akan diberikan,
kemudian tempatkandibakinjeksi
6. Tegangkandaerah yangakandilakukansuntikandengan tangankiri
7. Desinfeksidengankapasalcohol
8.
Lakukanpenusukandenganlubangjarummenghadapkeatasmembentuksudut3

0-450terhadappermukaankulit
9. Lakukanaspirasi,bilatidakadadarahsemprotkanobatsecaraperlahanhingga
habis
10.Tarikspuit dantahandengankapasalkohol.
11.Rapikan pasienkembali
12.Bereskan peralatan
13.Sampaikan padapasienbahwapemberianobattelahselesai

14.Lepassarung tangan

15.Cuci tangansetelahprosedurdilakukan

Dokumenta 1. Mencatattanggaldan waktupelaksanaan tindakan.


si 2. Mencatathasilpengkajiansebelum,selamadansetelahtindakan prosedur.
3. Mencatathasilobservasiklienselamadansetelahtindakan.
Sikap 1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.

lxix
5. Teliti.
6. Tanggapterhadapresponklien.
7. Rapih.
8. Menjagaprivacy.
9. Sopan.
Dokumenta 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30 menit
si setelah obat diberikan
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada , untuk memastikan
efektifitas obat
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

C. Pemberian Obat Melalui Intramuskular

Definisi Pemberianobatdengancaramemasukanobatke dalamjaringanotot.


Lokasipenyuntikan pada daerah paha (vastuslateralis), ventrogluteal
(pasienharusdalamposisimiring), dorsogluteal (pasienharustelungkup)dan
deltoid(lengan atas).
Tujuan Tujuanpemberianobatmelalui intramuskularagarabsorpsiobat lebih
cepatolehkarena vaskularitasotot.
Indikasi Bisa dilakukan pada pasien yang tidak sadar,tidak mau bekerjasama karena
tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral,bebas dari infeksi,lesi
kulit,jaringan perut,tonjolan tulang,otot atau sarasbesar dibagian bawah
Kontraindika Infeksi,lesi kulit, jaringan perut,tonjolan tulangotot atau syaraf besar
si dibawahnya.
Persiapan Alat dan Bahan
1. Catatan pemberianobat
2. Obat dalamtempatnya
3. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran (dewasa: panjang 2,5-3,75cm;
anak-anak:panjang1,25-2,5cm)

lxx
4. Kapasalkohol
5. Cairan pelarut
6. Bakinjeksi
7. Bengkok
Prosedur 1. Salampadapasien
Kerja 2. Jelaskanmaksud dan tujuan tentang prosedur yangakandilakukan
3. Cuci tangan
4. Ambilobat
danmasukankedalamspuitsesuaidengandosisyangdianjurkan,kemudian
letakan padabakinjeksi
5. Periksatempatyangakandilakukan penyuntikan
6. Desinfeksi dengankapasalkohol
7. Lakukan penyuntikan:
a.

Padadaerahpaha(vatuslateralis)dengancaramemintapasienuntukberbar
ing terlentangdenganlututsedikitflleksi
b. Pada ventroglutealdengancarameminta pasienuntukmiring,
telungkupatau terlentang denganlututdan
panggulpadasisiyangakandisuntikdalamkeadaan fleksi
c.
Padadorsoglutealdenganmemintapasienuntuktelungkupdenganlututdip
utar
kearahdalamataumiringdenganlututbagianatasdanpinggulfleksidandilet
akan didepan tungkaibawah

d. Padadeltoid (lengan
atas)denganmemintapasienuntukdudukatauberbaring
mendatardenganlenganatasfleksi

8. Lakukan penusukandenganjarumdengan posisitegaklurus


9.
Setelahjarummasuk,lakukanaspirasispuitbilatidakdarahsemprotkanobats

lxxi
ecara perlahanhingga habis.
10.Setelahselesaiambilspuitdenganmenarikspuit dantekandaerah
penyuntikandengan kapasalkohol,kemudianspuityang
telahdigunakandiletakandibengkok

11.Rapikan pasien
12.Bereskan peralatan
13.Lepassarung tangan
14.Cuci tangan

Dokumentasi 1. Mencatattanggaldan waktupelaksanaan tindakan.


2. Mencatathasilpengkajiansebelum,selamadansetelahtindakan prosedur.
3. Mencatathasilobservasiklienselamadansetelahtindakan.
Sikap 1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggapterhadapresponklien.
7. Rapih.
8. Menjagaprivacy.
9. Sopan.
Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada , untuk memastikan
efektifitas obat
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

D. PemberianObatMelalui Intravena

lxxii
Definisi Pemberian obat dengan cara memasukan obat ke dalam
pembuluh darah vena secara lansung.
Tujuan Untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar
terapeutik dalam darah
Indikasi Bisa dilakukan kepada pasien yang tidak sadarkan diri atau tidak
mau bekerjasamakarena tidak memungkinkan untuk diberikan
secara oral dan steril
Kontraindikasi Tidak seteril,obat yang tidak dapat larut dalam air,atau
menimbulkan endapandengan protein datau butiran darah
Persiapan Alat dan Bahan
1. Spuit + obat
2. Kom
3. Kapas alkohol
4. Bak instrumen
5. Bengkok
6. Torniquet
7. Perlak
Prosedur Kerja 1. Beri salam, panggil klien
2. Jelaskkan tujuan,prosedur, dan pemberian obat
3. Cuci tangan
4. Beri kesempatan klien untuk bertanya sebelum tindakkan
akan dilakukan
5. Tanyakan keluhan utama klien dan kaji adanya alergi
6. Jaga privasi klien
7. Pilih tempat penusukkan
8. Bantu klien untuk mendapatkan posisi yang nyaman
sesuai tempat yang dipilih
9. Letakkan alas /perlak di bawah bagian tubuh yang akan
disuntik
10. Pasang torniquet, anjurkan klien untuk mengepalkan
tangan
11. Desinfeksi daerah penyuntikkan
12. Tegangkan kulit dengan tangan non dominan, tusukkan

lxxiii
jarum ke dalam vena sejajar dengan vena, jarum
menghadap ke atas
13. Anjurkan klien membuka kepalan sambil membuka
torniquet, secara perlahan masukkan obat
14. Meletakkan kapas alkohol di atas jarum suntik, tarik spuit
jika perlu beri plester
15. Buang spuit ke bengkok
16. Rapikan klien
17. Bereskan alat
18. Evaluasi kegiatan
19. Akhiri kegiatan
20. Cuci tangan

Dokumentasi 1. Mencatattanggaldan waktupelaksanaan tindakan.


2. Mencatathasilpengkajiansebelum,selamadansetelahtindakan
prosedur.
3. Mencatathasilobservasiklienselamadansetelahtindakan.
Sikap 1. Sistematis.
2. Hati-hati.
3. Berkomunikasi.
4. Mandiri.
5. Teliti.
6. Tanggapterhadapresponklien.
7. Rapih.

lxxiv
8. Menjagaprivacy.
9. Sopan.
Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15
sampai 30 menit setelah obat diberikan
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada , untuk
memastikan efektifitas obat
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari
medikasi, untuk mencerminkan kepahaman klien tentang
tujuan pengibatan

lxxv
3. Prosedur Pemberian Medikasi Topikal

a. Prosedur Pemberian Medikasi Topikal Kulit

Pengertian Pemberian obat secara local pada permukaan kulit, membrane area mata,
hidung telinga, lubang telinga, vagina (Christine J., 2007: 1)
Tujuan 1. Memperoleh reaksi local dari obat tersebut
2. Mempertahankan hidrasi
3. Melindungi permukaan kulit
4. Mengurangi iritasi kulit local
5. Mengatasi infeksi
6. Menciptakan anastesi local
(Jean Smith dan Joyce Young, 2010: 291)
Referensi 1. Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009) ,
Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol. I. New
Jersey : Pearson Prentice Hall.
2. Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th Ed .
New Jersey : Pearson Prentice Hall
3. Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for
Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
4. Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology
and the Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia : Mosby-Elsevier.
5. Potter, P.A dan Perry, A.G. (2007). Fundamentals of Nursing 7 th Ed.
Singapura : Elsevier.
6. Lestari, Siti. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kemenkes RI PPSDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Indikasi 1. Infeksi kulit
2. Permukaan kulit kering
3. Dermatitis
4. Parut hipertrofik
5. Alopesia areata

lxxvi
Kontra indikasi 1. Hipersensitivitas
2. Individu yang atopi (hipersensitivitas atau alergi berdasarkan
kecenderungan yang diturunkan
3. Ulkus
Persiapan A, Alat dan Bahan
1. Obat topikal sesuai yang dipesankan
2. Buku obat
3. Kassa kecil steril (sesuai kebutuhan)
4. Sarung tangan steril
5. Kassa balutan, penutup plastik dan plester (sesuai kebutuhan)
6. Kartu atau formulir obat
7. Aplikator berujung kapas
8. Baskom dengan air hangat, waslap, handuk dan sabun basah

B. Persiapan Pasien
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
3. Kaji pengetahuan dan kebutuhan pembelajaran tentang pengobatan
Prosedur 1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, dosis obat dan
tempat pemberian
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
3. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4. Tutup gorden atau pintu ruangan
5. Identifikaasi klien secara tepat
6. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman, pastikan hanya membuka
area yang akan diberi obat
7. Inspeksi kondisi kulit. Cuci area yang sakit, lepaskan semua debris
dan kerak pada kulit
8. Keringkan atau biarkan area kering oleh udara
9. Bila kulit terlalu kering dan mengeras, gunakan agen topikal
10. Gunakan sarung tangan bila ada indikasi
11. Berikan agen topical :

lxxvii
a. Krim, Salep dan Lotion Mengandung Minyak
1. Letakkan 1 sampai 2 sendok the obat di telapak dan lunakkan
dengan menggosokkan lembut diantara kedua tangan.
2. Bila obat telah melunak dan lembut, usapkan merata diatas
permukaan kulit. Lakukan gerakan memanjang searah
pertumbuhan bulu.
3. Jelaskan pada pasien bahwa kulit dapat terasa berminyak
setelah pemberian obat.
b. Salep Antiangina (Nitrogliserin)
1. Letakkan salep diatas kertas pengukur sesuai dosis
2. Kenakan sarung tangan sekali pakai (disposable) bila
diperlukan. Oleskan salep pada permukaan kulit dengan
memegang tepi atau bagian belakang kertas pembungkus dan
tempatkan salep di atas kulit. Jangan menggosok salep pada
kulit.
3. Tutup salep dan lapisi dengan penutup plastik lalu plester.
c. Sprei Aerosol
1. Kocok wadah dengan keras
2. Baca label untuk jarak yang dianjurkan untuk memegang sprai
menjauh area (biasanya 15 – 30 cm).
3. Bila leher atau bagian atas dada harus disemprot, minta pasien
untuk memalingkan wajah dari arah sprai.
4. Semprotkan obat dengan merata pada bagian yang sakit (pada
beberapa kasus penyemprotan ditetapkan waktunya selama
beberapa detik)
d. Lotion Mengandung Suspensi
1. Kocok wadah dengan kuat
2. Oleskan sejumlah kecil lotion pada kasa balutan atau
bantalan kecil dan oleskan pada kulit dengan menekan
merata searah pertumbuhan bulu.
3. Jelaskan pada pasien bahwa area akan terasa dingin dan

lxxviii
kering.
e. Bubuk
1. Pastikan bahwa permukaan kulit kering secara menyeluruh.
2. Regangkan dengan baik bagian lipatan kulit seperti diantara
ibu jari atau bagian bawah lengan.
3. Bubuhkan area kulit dengan obat bubuk halus tipis-tipis.
4. Tutup area kulit dengan balutan sesuai program dokter.
5. Bantu posisi klien senyaman mungkin

12. Rapihkan kembali alat-alat yang masih dipakai, buang peralatan yang
sudah digunakan pada tempat yang sesuai
13. Cuci tangan dan buang handscoon
14. Catat pemberian obat, termasuk nama obat, nama pemberi resep, dan
waktu pemberian obat
15. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30 menit
setelah obat diberikan

Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30


menit setelah obat diberikan
2. Penggunaan lotion dapat menyebabkan area akan terasa dingin dan
kering.
3. Krim, Salep dan Lotion Mengandung Minyak dapat menyebabkan
area akan terasa berminyak setelah pemakaian
4. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada masalah eliminasi, untik
memastikan efektifitas obat
5. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
6. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran
b. Prosedur Pemberian Medikasi Topikal Pada Mata

lxxix
Pengertian Pemberian obat secara local pada permukaan kulit, membrane area mata,
hidung telinga, lubang telinga, vagina (Christine J, 2007: 1)
Tujuan 1. Memperoleh reaksi local dari obat tersebut
2. Mempertahankan hidrasi
3. Mengurangi iritasi local
4. Mengatasi infeksi
5. Menciptakan anastesi local
(Jean Smith dan Joyce Young, 2010: 291)
Referensi 1. Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009) ,
Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol. I. New
Jersey : Pearson Prentice Hall.
2. Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th Ed .
New Jersey : Pearson Prentice Hall
3. Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for
Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
4. Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology
and the Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia : Mosby-Elsevier.
5. Potter, P.A dan Perry, A.G. (2007). Fundamentals of Nursing 7 th Ed.
Singapura : Elsevier.
6. Lestari, Siti. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kemenkes RI PPSDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Indikasi 1. Pada pasien dengan mata merah akibat iritasi
2. Pada pasien radang atau alergi mata
Kontra indikasi 1. Hipersensitivitas
2. Individu yang atopi (hipersensitivitas atau alergi berdasarkan
kecenderungan yang diturunkan
3. Pada penderita glaucoma atau penyakit mata lainnya yang hebat, bayi
dan anak. Kecuali dalam pengawasan dan nasehat dokter.
Persiapan A, Alat dan Bahan
1. Obat topikal sesuai yang dipesankan

lxxx
2. Buku obat
3. Sarung tangan
4. Baskom dengan air hangat, waslap, handuk, dan sabun basah
5. Kartu atau formulir obat
6. Bola kapas atau tisu
7. Penutup mata (bila diperlukan)
B. Persiapan Pasien
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
3. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran tentang
pengobatan
4. Kaji tanda-tanda vital pasien

Prosedur 1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, dosis obat dan
tempat pemberian
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
3. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4. Identifikaasi klien secara tepat
5. Minta pasien untuk berbaring terlentang dengan leher agak
hiperekstensi (mendongak)
6. Bila terdapat belek (tahi mata) di sepanjang kelopak mata atau
kantung dalam, basuh dengan perlahan. Basahi semua belek yang
telah mengering dan sulit dibuang dengan memakai lap basah atau
bola kapas mata selama beberapa menit.
7. elalu membersihkan dari bagian dalam ke luar kantus
8. Pegang bola kapas atau tisu bersih pada tangan non dominan di atas
tulang pipi pasien tepat di bawah kelopak mata bawah
9. Dengan tisu atau kapas di bawah kelopak mata bawah, perlahan tekan
bagian bawah dengan ibu jari di atas tulang orbita
10. Minta pasien untuk melihat pada langit-langit
11. Teteskan obat tetes mata, dengan cara :

lxxxi
1) Dengan tangan dominan bersandar di dahi pasien, pegang penetes
mata atau larutan mata sekitar 1 sampai 2 cm di atas sakus
konjungtiva
2) Teteskan sejumlah obat yang diresepkan ke dalam sakus
konjungtiva.
3) Bila pasien berkedip atau menutup mata atau bila tetesan jatuh ke
pinggiran luar kelopa mata, ulangi prosedur ini.
4) Setelah meneteskan obat tetes, minta pasien untuk menutup mata
dengan perlahan.
5) Bila memberikan obat yang menyebabkan efek sistemik, lindungi
jari Anda dengan sarung tangan atau tisu bersih dan berikan
tekanan lembut pada duktus nasolakrimalis pasien selama 30 – 60
detik
12. Memasukkan salep mata, dengan cara :
1) Minta pasien untuk melihat ke langit langit
2) Dengan aplikator salep di atas pinggir kelopak mata, tekan tube
sehingga memberikan aliran tipis sepanjang tepi dalam kelopak
mata bawah pada konjungtiva
3) Berikan aliran tipis sepanjang kelopak mata atas pada
konjungtiva dalam.
4) Biar pasien memejamkan mata secara perlahan dengan gerakan
sirkular menggunakan bola kapas.
5) Bila terdapat kelebihan obat pada kelopak mata, usap dengan
perlahan dari bagiandalam ke luar
9. Bila pasien mempunyai penutup mata, pasang penutup mata yang
bersih di atas mata yang sakit sehingga seluruh mata terlindungi.
Plester dengan aman tanpa memberikan tekanan pada mata
10. Lepaskan sarung tangan, cuci tangan dan buang peralatan yang sudah
dipakai
11. Catat obat, konsentrasi, jumlah tetesan, waktu pemberian, dan mata
yang menerima obat (kiri, kanan atau keduanya).

lxxxii
Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada masalah eliminasi,
untik memastikan efektifitas obat
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

c. Prosedur Pemberian Medikasi Topikal Hidung

Pengertian Pemberian obat secara local pada permukaan kulit, membrane area mata,

lxxxiii
hidung telinga, lubang telinga, vagina dan (Christine Juliana, 2007: 1)
Tujuan 1. Memperoleh reaksi local dari obat tersebut
2. Mempertahankan hidrasi
3. Mengurangi iritasi local
4. Mengatasi infeksi
5. Menciptakan anastesi local
(Jean Smith dan Joyce Young, 2010: 291)
Referensi 1. Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009) ,
Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol. I. New
Jersey : Pearson Prentice Hall.
2. Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th Ed .
New Jersey : Pearson Prentice Hall
3. Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology for
Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
4. Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology
and the Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia : Mosby-Elsevier.
5. Potter, P.A dan Perry, A.G. (2007). Fundamentals of Nursing 7 th Ed.
Singapura : Elsevier.
6. Lestari, Siti. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kemenkes RI PPSDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Indikasi 1. Hidung tersumbat
2. Rhinitis akut
3. Rhinitis alergi
4. Sinusitis akut dan kronik
Kontra indikasi Hipersensitivitas terhadap obat yang terkandung dalam obat ini
Persiapan A, Alat dan Bahan
1. Obat topikal sesuai yang dipesankan
2. Sarung tangan
3. Kartu atau formulir obat
4. Bantal kecil (bila perlu)

lxxxiv
5. Tisu wajah
6. Pipet
7. Spekulum hidung
8. Pinset anatomi dalam tempatnya
9. Korentang dalam tempatnya
10. Plester
11. Kain kasa / balutan
12. Kertas tisu
B. Persiapan Pasien
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
3. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran tentang pengobatan
4. Kaji tanda-tanda vital pasien
5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
6. Atur posisi pasien dengan cara sebagai berikut.
a. Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
c. Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah
ke belakang
Prosedur 1. Periksa program obat dari dokter, meliputi nama klien, nama obat,
konsentrasi larutan, jumlah tetesan, dan waktu pemberian obat
2. Merujuk pada catatan medis untuk menentukan sinus mana yang
boleh diobati
3. Cuci tangan
4. Periksa identifikasi klien dengan membaca gelang identifikasi dan
menanyakan nama klien
5. Kenakan sarung tangan. Inspeksi kondisi hidung dan sinus. Palpalasi
adanya nyeri tekan pada sinus.
6. Jelaskan prosedur tentang pengaturan posisi dan sensasi yang akan
timbul, misalnya rasa terbakar atau tersengat pada mukosa atau
sensasi tersedak ketika obat menetes ke dalam tenggorok

lxxxv
7. Atur suplai dan obat di sisi tempat tidur
1. Instruksikan klien untuk menghembuskan udara, kecuali
dikontraindikasikan
2. Memberi obat tetes hidung:
1) Bantu klien mengambil posisi terlentang
2) Atur posisi kepala yang tepat:
a. Faring posterior-tekuk kepala klien ke belakang
b. Sinus ethmoid atau sfenoid-tekuk kepala ke belakang diatas
pinggiran tempat tidur atau tempatkan bantal di bawah
bahu dan tekuk kepala ke belakang
c. Sinus frontal dan maksilaris-tekuk ke belakang di atas
pinggiran tempat tidur atau kepala ditengokkan ke sisi yang
akan diobati
d. Sangga kepala klien dengan tangan tidak dominan
3) Instruksikan klien untuk bernapas melalui mulut
4) Pegang alat tetes 1 cm di atas nares dan masukkan jumlah
tetesan yang diinstruksikan melalui garis tengah tulang ethmoid.
5) Minta klien berbaring terlentang selama lima menit
6) Tawarkan tisu wajah untuk mengeringkan hidung yang berair
(ingusan), tetapi peringtakan klien untuk tidak menghembuskan
napas dari hidung selama beberapa menit
8. Memberi semprotan hidung.
1) Bantu klien berbaring terlentang
2) Atur posisi kepala yang tepat:
a. Tekuk kepala klien ke belakang
b. Sangga kepala klien dengan tangan tidak dominan
c. Untuk anak-anak, jaga kepala dalam posisi tegak
3) Pegang ujung wadah tepat dibawah nares
4) Instruksikan klien untuk menarik napas ketika semprotan masuk ke
dalam jalan saluran hidung
9. Bantu klien mengambil posisi yang nyaman setelah diabsorpsi

lxxxvi
10. Lepas sarung tangan dan buang supali yang kotor dalam wadah yang
tepat, dan cuci tangan
11. Catat pemberian obat, termasuk nama obat, jumlah tetesan, lubang
hidung yang dimasukkan obat, dan waktu pemberian obat
12. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan

Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30


menit setelah obat diberikan
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada masalah eliminasi,
untik memastikan efektifitas obat
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

lxxxvii
d. Prosedur Pemberian Medikasi Topikal Telinga

Pengertian Pemberian obat secara local pada permukaan kulit, membrane area mata,
hidung telinga, lubang telinga, vagina. (Christine Juliana, 2007: 1)
Tujuan 1. Memperoleh reaksi local dari obat tersebut
2. Mempertahankan hidrasi
3. Mengurangi iritasi local
4. Mengatasi infeksi
5. Menciptakan anastesi local
(Jean Smith dan Joyce Young, 2010: 291)
Referensi 1. Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009) ,
Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol. I.
New Jersey : Pearson Prentice Hall.
2. Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th
Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
3. Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology
for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
4. Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology
and the Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia : Mosby-Elsevier.
5. Potter, P.A dan Perry, A.G. (2007). Fundamentals of Nursing 7 th
Ed. Singapura : Elsevier.
6. Lestari, Siti. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kemenkes RI PPSDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Indikasi 1. Infeksi telinga luar
2. Infeksi telinga tengah
3. Terdapat kotorn teringa yang keras
Kontra indikasi 1. Infeksi telinga yang bernanah dan tidak terobati
2. Pecahnya gendang telinga

lxxxviii
Persiapan A, Alat dan Bahan
1. Obat topikal sesuai yang dipesankan
2. Sarung tangan
3. Kartu atau formulir obat
4. Pipet
5. Plester
6. Kain kasa / balutan
7. Kertas tisu
B. Persiapan Pasien
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
3. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran tentang pengobatan
4. Kaji tanda-tanda vital pasien
5. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Prosedur 1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, dosis obat dan
tempat pemberian
2. Cuci tanganGunakan sarung tangan bila ada indikasi
3. Atur peralatan disamping tempat tidur klien
4. Identifikaasi klien secara tepat
5. Posisikan klien dengan tepat dan nyaman
6. Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai
dengan daerah yang akan diobati, usahakan agar lubang telinga
pasien diatas
7. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau
ke belakang (pada orang dewasa), kebawah pada anak-anak
8. Ambil kapas lidih dan oleskan salep kemudian masukan atau
oleskan pada liang telinga
9. Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran
untuk mencegah terhalang oleh gelembung udara dengan jumlah
tetesan sesuai dosis
10. Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit

lxxxix
11. Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika diperlukan
12. Rapihkan kembali alat-alat yang masih dipakai, buang peralatan
yang sudah digunakan pada tempat yang sesuai
13. Cuci tangan dan buang handscoon
14. Catat pemberian obat, termasuk nama obat, jumlah tetesan, lubang
telinga yang dimasukkan obat, dan waktu pemberian obat
15. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan
Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada masalah eliminasi,
untik memastikan efektifitas obat
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

d. Prosedur Pemberian Medikasi Topikal Vagina

Pengertian Pemberian obat secara local pada permukaan kulit, membrane area mata,
hidung telinga, lubang telinga, vagina. (Christine Juliana, 2007: 1)

xc
Tujuan 1. Memperoleh reaksi local dari obat tersebut
2. Mempertahankan hidrasi
3. Mengurangi iritasi local
4. Mengatasi infeksi
5. Menciptakan anastesi local
(Jean Smith dan Joyce Young, 2010: 291)

Referensi 1. Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009) ,
Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol. I.
New Jersey : Pearson Prentice Hall.
2. Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th
Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
3. Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology
for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
4. Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology
and the Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia : Mosby-Elsevier.
5. Potter, P.A dan Perry, A.G. (2007). Fundamentals of Nursing 7 th
Ed. Singapura : Elsevier.
6. Lestari, Siti. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kemenkes RI PPSDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Indikasi 1. Infeksi local
2. Inflamasi
3. Vagina kotor
4. Terdapat radang
5. Persiapan tindakan bedah jalan lahir
Kontra indikasi 1. Menstruasi
2. Perdarahan
3. KPD
4. Placenta previa
5. Partus Preterm
Persiapan A, Alat dan Bahan

xci
1. Kartu atau formulir obat
2. Sarung tangan bersih, sekali pakai
3. Jeli untuk pelumas, Tisu bersih
4. Krim Vagina
5. Krim
6. Aplikator plastic.
7. Sarung tangan bersih, sekali pakai
8. Handuk kertas
9. Balutan perineal (bila ada)
B. Persiapan Pasien
1. Kaji apakah pasien alergi terhadap obat
2. Kaji terhadap setiap kontraindikasi untuk pemberian obat
3. Kaji pengetahuan dan kenutuhan pembelajaran tentang pengobatan
4. Kaji tanda-tanda vital pasien
Prosedur 1. Cek instruksi dokter untuk memastikan nama obat, dosis obat dan
tempat pemberian
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur pada pasien.
4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu ruangan atau menarik
koden
5. Pastikan pencahayaan yang cukup
6. Periksa identitas pasien atau tanyakan nama pasien.
7. Minta pasien berbaring dalam posisi dorsal rekumben.
8. Pertahankan selimut abdomen dan turunkan selimut ekstremitas.
9. Isi aplikator krim, ikuti petunjuk yang tertera pada kemasan.
10. Dengan tangan non dominan Anda yang memakai sarung tangan,
perlahan regangkan lipatan labia.
11. Dengan tangan dominan Anda yang bersarung tangan, masukkan
aplikator sekitar 7.5cm. Dorong penarik aplikator untuk
mengeluarkan obat.
12. Tarik plunger dan letakkan pada handuk kertas. Bersihkan sisa krim

xcii
pada labia atau orifisium vagina
13. Instruksikan pasien untuk tetap pada posisi terlentang selama
sedikitnya 10 menit.
14. Tawarkan pembalut perineal sebelum pasien melakukan ambulasi.
15. Lepaskan sarung tangan dengan menarik bagian dalamnya ke arah
luar/terbalik dan buang pada wadah yang tersedia.
16. Cuci tangan dan buang handscoon.
17. Catat pemberian obat, termasuk nama obat, jumlah tetesan, lubang
telinga yang dimasukkan obat, dan waktu pemberian obat
Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada masalah eliminasi, untik
memastikan efektifitas obat
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

Prosedur Pemberian Medikasi Supositoria


a. Prosedur Pemberian Medikasi Supositoria Rectal

Pengertian Merupakan pemberian medikasi melalui rectum atau vagina.

Menurut (Galbraith et al 2007 dalam program 2008) supositria adalah

xciii
suatu bentuk pengobatan yang di desain untuk admistrasi via rectum.

menurut (Radshaw at el 2009) supositria adalah bentuk pemberian obat


yang solid melalui insersi pada rectal yag mulai popular pada abad 19.

Tujuan 1. Untuk memberikan efek local dan sistemik


2. Merangsang BAB
3. Melunakkan veses

Referensi 1. Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009) ,
Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol. I.
New Jersey : Pearson Prentice Hall.
2. Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th
Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
3. Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology
for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
4. Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology
and the Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia : Mosby-Elsevier.
5. Potter, P.A dan Perry, A.G. (2007). Fundamentals of Nursing 7 th
Ed. Singapura : Elsevier.
6. Lestari, Siti. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kemenkes RI PPSDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Indikasi 1. Kontra indikasi pengobatan melalui oral
2. Bahan obat yang di berikan dapat mengiritasi saluran pencernaan
3. Pasien mengalami mual muntah dan tidak mampu untuk makan
dan minum
4. Pasien puasa atau terpasag alat in situ
5. Pasien dengan tingkat kesadaran rendah
6. Pasien dengan kontipasi

Kontra Indikasi 1. Pasien dengan nyeri di rectal/rectum

xciv
2. Riwayat operasi anorectal atau anal steosis
3. Pasien yang mengalami masalah jantung

Komplikasi 1. Pada pasien yang mengalami masalah pada kardiak output,jadi


pemasukan melalui rectum dapat menstimulasi saraf vagus yag
meyebabkan disritmia jantung
2. Pasien trauma pada jaringan rectum dan resiko infeksi luka operasi
area rectum
3. Efek sampig dari obat
4. Tanda dan gejala yang jadi keluhan pasien sebelumnya juga tidak
hilang
5. Pasien mengeluh nyeri saat insersi supositoria rectal

Persiapan A. Alat dan Bahan

1. Obat supositria rektal


2. Jeli Pelumas
3. Perlak/pengalas
4. Handscoon sekali pakai
5. Tisu
6. Bengkok
7. Kartu atau formulir obat, buku catatan pengobatan
8. Alat untuk memasukkan supositoria (bila ada)
9. Balutan perineal (bila ada)
10. Handuk kertas

B. Persiapan Pasien
1. Kaji program pengobatan dokter untuk mengetahui nama obat,
dosis dan rute obat.
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu atau menarik korden
5. Pastikan pencahayaan cukup
Pelaksanaan 1. Sapa pasien beri salam

xcv
2. Perkenalkan diri pada pasien\
3. Identifikasi Pasien
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Pastikan benar obat, waktu, cara, dan dosis obat yang akan
diberikan.
6. Jaga privasi pasien dengan memasang tirai atau sampiran
7. Cuci tangan dan pakai handscoon
8. Masukkan obat supositoria pada rectum dengan cara,

1) Bantu pasien dalam posisi miring (Sims) dengan tungkai


bagian atas fleksi ke depan.
2) Jaga agar pasien tetap terselimuti dan hanya area anal saja
yang terlihat.
3) Ambil supositoria dari bungkusnya dan beri pelumas pada
ujung bulatnya dengan jeli. Beri pelumas sarung tangan pada
jari telunjuk dari tangan dominan Anda.
4) Minta pasien untuk menarik nafas perlahan melalui mulut dan
untuk melemaskan spingter ani.
5) Tarik bokong pasien dengan tangan non dominan Anda.
Dengan jari telunjuk yang tersarungi, masukkan perlahan
supositoria melalui anus, spingter anal internal dan mengenai
dinding rektal atau sekitar 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm
pada anak-anak dan bayi.
6) Keluarkan jari Anda dan usap area anal pasien dengan tisu.
7) Minta pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring
selama 5 menit.
8) Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses
letakkan lempu pemanggil dalam jangkauan pasien sehingga
pasien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke
kamar mandi.
9) Lepas sarung tangan dengan membalik bagian dalam ke luar
dan buang dalam wadah yang telah disediakan.

xcvi
9. Minta klien untuk tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk
10. Bereskan alat
11. Lepas sarung tangan dengan membalik bagian dalam ke luar dan
buang dalam wadah yang telah disediakan dan cuci tangan.
12. Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
13. Dokumentasi hasil tindakan.

Evaluasi 1. Kembali 5 menit kemudian untuk memestikan supositoria tidak


keluar, untuk memastikan jika obat terdistribusi dengan baik,
pemasukan kembali mengkin perlu
2. Tanyakan apakah klien mengalami ketidaknyamanan selama
pemasukan, untuk memastikan apakah pemasukan supositoria
mengiritasi
3. Evaluasi apakah sanda dan gejala hilang pada masalah eliminasi,
untik memastikan efektifitas obat
4. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi,
untuk mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
5. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

b. Prosedur Pemberian Medikasi Supositoria Vaginal

Pengertian Merupakan pemberian medikasi melalui rectum atau vagina.

Menurut (Galbraith et al 2007 dalam program 2008) supositria adalah


suatu bentuk pengobatan yang di desain untuk admistrasi via rectum.

menurut (Radshaw at el 2009) supositria adalah bentuk pemberian obat


yang solid melalui insersi pada rectal yag mulai popular pada abad 19.

Tujuan 1. Mengurangi rasa nyeri


2. Mengurangi rasa terbakar
3. Mengobati saluran vagina atau serviks seperti infeksi atau

xcvii
peradangan

Referensi 1. Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009) ,
Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol. I.
New Jersey : Pearson Prentice Hall.
2. Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th Ed
. New Jersey : Pearson Prentice Hall
3. Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology
for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
4. Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology
and the Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia : Mosby-Elsevier.
5. Potter, P.A dan Perry, A.G. (2007). Fundamentals of Nursing 7 th
Ed. Singapura : Elsevier.
6. Lestari, Siti. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kemenkes RI PPSDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Indikasi 1. Klien dengan vagina kotor
2. Infeksi akibat jamur dan virus
3. Peradangan
4. Persiapan tindakan bedah jalan lahi

Kontra Indikasi 1. Menstruasi


2. Perdarahan
3. KPD
4. Placenta previa
5. Partus Preterm
Persiapan A. Alat dan Bahan

1. Obat supositria vaginal


2. Jeli Pelumas
3. Perlak/pengalas
4. Handscoon sekali pakai

xcviii
5. Tisu
6. Bengkok
7. Kartu atau formulir obat, buku catatan pengobatan
8. Alat untuk memasukkan supositoria (bila ada)
9. Balutan perineal (bila ada)
10. Handuk kertas

B. Persiapan Pasien
1. Kaji program pengobatan dokter untuk mengetahui nama obat,
dosis dan rute obat.
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu atau menarik korden
5. Pastikan pencahayaan cukup
Pelaksanaan 1. Sapa pasien beri salam
2. Perkenalkan diri pada pasien
3. Identifikasi Pasien
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Pastikan benar obat, waktu, cara, dan dosis obat yang akan
diberikan.
6. Jaga privasi pasien dengan memasang tirai atau sampiran
7. Cuci tangan dan pakai handscoon
8. Masukkan obat supositoria pada rectum dengan cara,

1) Minta pasien berbaring dalam posisi dorsal rekumben.


2) Pertahankan selimut abdomen dan turunkan selimut
ekstremitas
3) Lepaskan bungkus alumunium foil supositoria dan oleskan
jelly pelicin yang larut dalam ar pada ujung supositoria yang
bulat dan halus. Lumaskan jari telunjuk yang telah dipasang
sarung tangan dari tangan dominan.
4) Dengan tangan non dominan yang sudah terpasang sarung

xcix
tangan, lihat lubang vagina dengan cara membuka dengan
lembut laba mayora.
5) Masukkan ujung bulat supositoria sepanjang dinding kanal
vagina posterior sepanjang dinding posterior lubang vagina
sampai sepanjang jari telunjuk (7.5 – 10 cm), untuk
memastikan distribusi obat sepanjang dinding vagina.
6) Tarik jari dan bersihkan pelumas yang tersisa di sekitar
orifisium dan labia.
9. Minta klien untuk tidak mengejan dan pastikan obat sudah masuk
10. Bereskan alat
11. Lepas sarung tangan dengan membalik bagian dalam ke luar dan
buang dalam wadah yang telah disediakan dan cuci tangan.
12. Kontrak waktu untuk tindakan selanjutnya
13. Dokumentasi hasil tindakan.

Evaluasi 1) Kembali 5 menit kemudian untuk memestikan supositoria tidak


keluar, untuk memastikan jika obat terdistribusi dengan baik,
pemasukan kembali mengkin perlu
2) Tanyakan apakah klien mengalami ketidaknyamanan selama
pemasukan, untuk memastikan apakah pemasukan supositoria
mengiritasi
3) Evaluasi apakah sanda dan gejala hilang pada masalah eliminasi,
untik memastikan efektifitas obat
4) Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
5) Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

c
Prosedur Pemberian Medikasi Inhalasi

Pemberian obat dengan cara menghirup dan biasanya obat yang diberikan melalui inhaler
yang disemprotkan melalui sprai aerosol, uap atau bubuk halus diberikan untuk menembus jalan
nafas. Meskipun obat ini dirancang untuk menghasilkan efek lokal misalnya bronkodilator atau
sekret cair, obat diabsorpsi dengan cepat melalui sirkulasi pulmonar dan dapat menciptakan efek
sistemik.
Pasien dengan penyakit paru kronik sering tergantung pada obat inhaler untuk
mengontrol gejala jalan nafas mereka. Obat inhaler menguntungkan bagi pasien karena: 1) obat
dapat diberikan pada jalan nafas dengan konsentrasi tinggi dan 2) efek samping sistematik
biasanya dapat dihindari.

Pengertian Medikasi inhalasi adalah teknik pengobatan dalam penyakit respiratori


akut dan kronik untuk mengembalikan perubahan-perubahan patofisiologi
pertukaran gas system kardiopulmonar kea rah yang normal.
Tujuan 1. Untuk mengatasi bronkospasme
2. Mengencerkan sputum

ci
3. Menurunkan hipereaktiviti bronkus
4. Mengatasi infeksi
Referensi 1. Adame, M.P., Josephson, D.L. and Holland Jr, L.N. (2009) ,
Pharmacology for Nurses: A Pathophysiologic Approach Vol. I.
New Jersey : Pearson Prentice Hall.
2. Berman, A., Snyder,S.J., Kozier, B. dan Erb, B. (2008).
Fundamentals of Nursing. Concepts, Process and Practice . 8 th
Ed . New Jersey : Pearson Prentice Hall
3. Kee, J.L.; Hayes, E.R. and Mc Cuisin, L.E (2009). Pharmacology
for Nurses, 6e. Missouri : Saunders.
4. Lilley, L.L., Harrington, S., and Snider, J.S ( 2007). Pharmacology
and the Nursing Process, 6 th Ed. Philadelphia : Mosby-Elsevier.
5. Potter, P.A dan Perry, A.G. (2007). Fundamentals of Nursing 7 th
Ed. Singapura : Elsevier.
6. Lestari, Siti. (2016). Farmakologi Dalam Keperawatan. Jakarta:
Kemenkes RI PPSDM Kesehatan Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia.
Indikasi 1. Penumpukan mucus dalam saluran napas
2. Peradangan dan pengecilan saluran napas ketika serangan asma
3. Sputum yang kental dan lengket
4. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
5. Sindrom obstruktif post tuberculosis
6. Fibrosiskistik
7. Bronkiosektasis
Kontra indikasi Hipersensitivitas terhadap kandungan obat yang diberikan

Persiapan A. Persiapan Alat


1. Inhaler dosis terukur (Metered Dose Inhaler/MDI) atau Inhaler
Bubuk Kering (DryPowder Inhaler/DPI)/
2. Spacer (khusus untuk MDI)
3. Tisu sesuai kebutuhan
4. Baskom cuci dengan air hangat
5. Catatan pengobatan

cii
B. Persiapan Pasien.
1. Periksa kelengkapan order pengobatan
2. Periksa pola nafas pasien (sebagai data dasar)
3. Periksa kemampuan klien untuk memegang, memanipulasi dan
menekan tabung
4. Kaji kemampuan pasien untuk belajar.

Pelaksanaan 1. Berikan pasien kesempatan untuk memanipulasi inhaler dan


tempatnya. Jelaskan dan peragakan cara memasang tempat inhaler
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan dosis terukur dan ingatkan
pasien tentang kelebihan penggunaan inhaler termasuk efek
samping obat tersebut.
3. Jelaskan langkah-langkah penggunaan dosis obat inhaler
(peragakan tahaptahapannya bila mungkin) seperti :
4. Jelaskan langkah yang digunakan untuk memberikan dosis obnat
yang dihirup.
1) Identifikasi Pasien
2) Cuci Tangan
3) Cek instruksi dokter untuk memastikan nam obat, dosis obat,
dan pemberian obat.
4) Lepas tutup dan pegang inhaler dalam posisi tegak dengan
ibu jari dan dua jari pertama.
5) Kocok inhaler
6) Tekuk kepala sedikit ke belakang dan hembuskan napas
7) Atur posisi inhaler dengan salah satu cara berikut:
a. Buka mulut dengan inhaler berjarak 0,5 sampai 1 cm
dari mulut
b. PILIHAN: sambungkan pengatur jarak (spacer) ke
bagian mulut inhaler
c. Tempatkan bagian mulut inhaler atau spacer di dalam
mulut.

ciii
8) Tekan inhaler ke bawah mulut untuk melepaskan obat (satu
tekanan) sambil menghirupnya dengan perlahan.
9) Bernapas perlahan selama dua sampai tiga detik
10) Tahan nafas selama sekitar 10 detik
11) Ulangi tekanan sesuai program, tunggu satu menit diantara
tekanan.
12) Bila diresepkan dua obat inhaler, tunggu 5 – 10 detik antara
inhalasi
13) Jelaskan bahwa mungkin pasien merasa ada sensasi
tersedak padatenggorokan yang disebabkan oleh droplet
obat pada faring lidah
14) Perintahkan pasien untuk membuang tempat obat inhaler
dan membersihkan inhaler dengan air hangat
15) Tanyakan apakah pasien ingin mengajukan pertanyaan
16) Instruksikan pasien untuk mengulangi inhalasi sebelum
jadual dosis berikutnya
17) Catat pada catatan perawat isi atau ketrampilan yang
diajarkan dan kemampuan pasien menggunakan inhaler.
Evaluasi 1. Observasi adanya efek samping pada klien selama 15 sampai 30
menit setelah obat diberikan
2. Evaluasi apakah tanda dan gejala hilang pada masalah eliminasi,
untik memastikan efektifitas obat
3. Minta klien untuk menjelaskan kembali tujuan dari medikasi, untuk
mencerminkan kepahaman klien tentang tujuan pengibatan
4. Izinkan klien untuk melakukan redemonstrasi untuk pengobatan
berikutnya, untuk alat ukur pembelajaran

civ
SOP PERAWATAN LUKA BERSIH

PENGERTIAN

Melakukan tindakan asuhan keperawatan pada luka dengan mengganti balutan, membersihkan
luka pada klien.

TUJUAN

1. Mencegah infeksi
2. Membantu penyembuhan luka

PERALATAN

A. Bak instruman yang berisi:

1. Pinset anatomis

2. Pinset chirugis

3. Gunting debridemand

4. Kassa steril

cv
5. Kom

B. Peralatan lain terdiri dari:

1. Sarung tangan

2. Gunting plester

3. Plester

4. Alcohol 70%

5. Desinfektan

6. NaCl 0,9%

7. Bengok

8. Verband

9. Obat luka sesuai kebutuhan

PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Tahap prainteraksi

1. Melakukan verifikasi program terapi

2. Mencuci tangan

3. Mendekatkan alat di dekat pasien

B. Tahap orientasi

1. Memberi salam dan memperkenalkan diri

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan

3. Menanyakan kesiapan pasien

C. Tahap kerja

cvi
1. Menjaga privacy pasien

2. Mengatur posisi pasien sehingga luka dapat terlihat jelas

3. Membuka peralatan

4. Mencuci Tangan

5. Memakai sarung tangan

6. Membasahi alcohol dan buka dengan menggunakan pinset

7. Membuka balutan lapisan terluar

8. Membersihkan sekitar luka bekas plester

9. Membuka balutan lapisan dalam

10. Melakukan debridemand

11. Membersihkan luka dengan cairanNaCl

12. Melakukankompresdesinfektandantutupdengankassa

13. Memasang plester atau verband

14. Merapikan pasien dan alat

15. mencuci tangan

D. Tahap terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan

2. Menyampaikan rencana tindak lanjut

3. Berpamitan dengan klien

4. dokkumentasi.

cvii

Anda mungkin juga menyukai