Anda di halaman 1dari 5

Sebagai perempuan yang hidup di masa banyak hal indah

terlihat, pernah ngga sih merasa ngga percaya diri? Meskipun


kita tahu sebenarnya kita ngga baik melakukannya, kita tetap aja
membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Bahkan,
sekalipun kita sadar kita hanya perlu melihat sisi diri kita yang
lain, yang sudah pasti oleh diberikan kelebihan juga, itu seperti
ngga cukup untuk membuat kita sayang sama diri sendiri.
Beruntunglah kita muslimah, punya satu sosok yang bisa
membantu kita untuk keluar dari lingkaran ketidakpercayaan diri
tersebut. Sahabiyah yang satu ini namanya Zainab binti
Khuzaimah, salah satu istri Rasulullah yang dinikahi setelah
Hafshah binti Umar.
Zainab binti Khuzaimah lahir 13 tahun sebelum masa kenabian,
artinya lebih tua 8 tahun dari usia Fathimah. Ketika menikah
dengan Rasulullah, usianya baru 29 tahun. Kala itu Zainab sudah
menjanda dua kali. Tapi, Zainab ini ngga seperti perempuan
kebanyakan saat itu.
Dia bukan termasuk kalangan perempuan yang cantik. Bahkan,
ketika sudah menikah dengan Rasulullah pun, Zainab sadar kalau
dirinya memang ngga akan seperti Aisyah dan Hafshah yang
secara penampilan memiliki banyak kelebihan. Ngga ada niatan
dalam dirinya untuk bersaing, karena mendapatkan posisi
sebagai Istri Rasulullah aja sudah cukup.
Apakah hanya penampilan? Ngga juga. Zainab adalah sosok
yang sadar siapa dirinya dan menerima diri dengan baik.
Sebelum menikah dengan Rasulullah, Zainab sudah pernah
menikah, yang pertama dengan Thufail bin Harits. Tetapi, sampai
akhirnya mereka hijrah ke Madinah, Thufail menceraikannya.
Kenapa? Karena Zainab binti Khuzaimah ngga bisa memiliki
keturunan.
Huaa, coba deh bayangin gimana perasaannya kita kalau ada di
posisi seperti itu? Pasti bakalan semakin merasa insecure, ngga
percaya diri, sulit menerima diri, dan banyak perasaan buruk
lainnya. Apalagi kalau kita buka media sosial, perempuan dengan
penampilan terbaik ada di mana-mana. Banyak di antara mereka
juga punya keturunan yang lucu-menggemaskan.
Tapi Zainab ngga begitu. Zainab ini hatinya lembut banget dan
penuh kasih sayang. Makanya, kekurangan yang ia miliki malah
menjadikannya sosok yang sabar bukan main. Karena itulah,
setelah diceraikan oleh Thufail, masih ada orang lain yang
hendak memuliakannya, yaitu saudaranya Thufail sendiri,
Ubaidah bin Harits, menikahnya kemudian.
Tetapi Ubaidah kemudian syahid di perang Badar, bahkan beliau
adalah salah satu penunggang kuda yang paling baik setelah
Hamzah bin Abdul Mutholib dan Ali bin Abi Thalib. Sedih ngga
sih, kehilangan dua kali :’(
Ini pun bukan kehilangan biasa, Sob. Jadi, ketika perang Badar
terjadi, Zainab termasuk ke dalam tim medis pasukan
Rasulullah. Nah, Zainab mengetahui kabar tentang suaminya di
tengah tugas berat itu. Apakah Zainab sedih dan menangis?
Ngga. Beliau tetap fokus menjalankan tugas pentingnya saat
itu.
Jadi teringat kondisi kita saat ini di tengah wabah. Di mana garda
terdepan harus merelakan orang tersayangnya jauh dari mereka,
bahkan sudah banyak yang ditinggalkan karena gugur di tengah
tugas. Ya Rabb, muliakan mereka.
Kembali lagi ke Zainab. Ketika menjadi janda lagi, Zainab sama
sekali ngga terpikir bakalan ada yang mau menikahinya lagi.
Sudah begitu, Zainab ngga punya siapapun untuk menafkahinya.
Tapi, ternyata Allah sayang banget sama Zainab, lalu menjadikan
Rasulullah sebagai suaminya.
Rasulullah sendiri menyayangi Zainab banget. Bukan hanya
karena melihat kesabaran dan kesendirian yang dirasakan
Zainab, tetapi juga karena sesuatu yang Zainab lakukan jauh
sebelum Islam datang, yang menampakkan betapa Zainab ini
juga penyayang banget. Apa?
Zainab dikenal sebagai Ummu Masakin, atau ibu orang-orang
miskin. Karena beliau sangat gemar memberi makan orang
miskin. Ngga bakalan kalau Zainab terima uang, uang itu
bertahan lama di tangannya. Lalu ketika Islam datang, Zainab
termasuk orang-orang yang paling awal memeluk Islam. Dan
ketika masuk Islam, biasanya Rasulullah akan mengganti julukan
orang terdahulu di masa Jahiliyah dengan julukan yang lebih
baik. Tetapi khusus untuk Ummu Masakin ini tidak karena itu hal
yang baik.
Lihat, saking mulianya Ummu Masakin, kekurangan yang beliau
miliki itu tidak menjadi halangan bagi dirinya untuk menjadi
sosok berharga. Lalu kita, dengan segala kelebihan yang kita
miliki, apa yang menjadikan kita terhalang untuk percaya diri dan
membuahkan banyak kebaikan? :’)
Karena itu, mulai sekarang berhenti untuk merasa rendah diri ya,
Sob. Kita ini kalau sedikit saja bersabar dan melihat di dalam diri,
pasti bakalan menemukan kelebihan yang Allah kasih sama kita
untuk menjadi bagian dari orang-orang yang mensyiarkan agama
Allah.
Sadari kelebihan yang Sobat miliki. Jangan ditolak-tolak. Jangan
merasa diri ngga seperti itu. Terima diri. Kekurangan yang kita
punya sebagai pemicu sabar dan qonaah, sedangkan kelebihan
yang kita punya menjadi pemicu syukur kita. Biar ngga kufur
nikmat juga :’)
Oke? Selamat menebarkan kebermanfaatan!
---
Sumber:

Al Mishri, Mahmud, 2014, Biografi 35 Shahabiyah Nabi, Ummul Quro, Jakarta.

Asroor, Zaimul, 2018, Keistimewaan Sayyidah Zainab binti Khuzaimah,


islami.co.

Sofwan, M., 2013, Ibunda Zainab binti Khuzaimah, Ibundanya Orang-Orang


Miskin, dakwatuna.com.

Anda mungkin juga menyukai