Anda di halaman 1dari 3

Halakoh Darsussiroh (Mempelajari Siroh Nabawiyah)

Kita Coba untuk mendalami Kisah-kisah atau cerita dan sejarah dari kehidupan
orang, manusia yang paling mulia, yang paling agung yang rasa-rasanya gak
ada yang lebih pantas untuk kita pelajari kehidupannya dan kita kenal sosoknya
daripada sayyidina Muhammad rosulullah SAW. Sampai targetnya apa? Yakni
sampai kita bisa mengenal Nabi lebih daripada kita mengenal keluarga kita. Itu
baru kita disebut sebagai orang yang mencintai nabi. Jadi Kalau kita bilang
mencintai nabi tapi kita nggak terlalu kenal nabi, cuman tau namanya dan tau
sepenggal dua penggal kisah yang nggak terlalu jelas tentang beliau, kayaknya
ucapan kita itu belum terbukti. Karena orang yang mengenal seseorang baru
disebut mengenal kalau dia tau betul tentang cerita orang itu. Misalnya kita
mengatakan, saya mengenal fulan, saya sahabatnya fulan apalagi sampai
mengatakan saya mencintai fulan. Kita nggak mungkin mengatakan itu kalau
kita nggak kenal orangnya. Kalau kita sampai mengatakan mengkliam
mengenal nabi, tapi kita nggak tau apa-apa tentang nabi, kecuali secuil kisah,
berarti jangan-jangan kita belum jujur atau pemahaman kita terhadap kata kenal
itu belum tau betul. Nah, Harusnya seperti apa kita mengenal nabi? Kalau
seandainya kita mau melihatnya dari angel yang benar, harusnya kita mengenal
nabi lebih daripada kita mengenal keluarga kita. Karena ketika Umar Bin
Khattab datang kepada nabi dan mengatakan “Ya Rosulullah, Aku Mencintaimu
lebih daripada apapun selain diriku”, Maka Nabi mengatakan “Belum cukup
Wahai Umar”. Lalu Umar melaratnya dan mengatakan aku mencintaimu lebih
daripada diriku sendiri” Maka Kata nabi “Al an wahai umar/sekarang baru
cukup wahai umar”. Salah satu pelajaran dari adegan itu adalah harusnya kita
mengenal Nabi Bahkan Lebih daripada kita mengenal diri kita sendiri. Kita
mengenal Nabi lebih daripada keluarga kita. Seperti apa kita mengenal ibu kita,
ayah kita, pasangan kita buat yang sudah pasangan, atau anak-kita. Maka kita,
Belajar mengenal Rasulullah SAW lebih daripada mereka Semua. Seorang ibu
tau betul karakter anaknya, seorang ayah tau betul tentang kebutuhan anak
anaknya, seorang suami atau istri tau betul tentang sifat pasangannya, anak tau
betul apa yang baik untuk orang tuanya, apa yang menyenangkan hati orang
tuanya, dan seterusnya. Maka harusnya kita lebih tau betul tentang nabi
daripada keluarga kita. Ini salah satu Goalsnya, tujuan kita sampai kita bisa
mengenal nabi lebih daripada keluarga kita sendiri. Dan ini bukan hanya temen-
temen yang ada disini, tapi juga buat saya pribadi. Sambi saya menyampaikan,
karena ini bukan dari saya, saya hanya menterjemahkan bacaan dan wawasan
yang saya dapatkan baik ketika di Madrasah dan melalui beberapa pengajian
yang saya ikuti maupun sampai sekarang, karena menjadi murid itu seumur
hidup terus belajar ke dalam bahasa yang mungkin mudah-mudahan bisa lebih
mudah kita fahami bersama tentang siroh nabi. Sehingga kita sama sama nanti
suatu saat, makin lama makin kenal dengan nabi, makin tau tentang nabi sampai
bukan hanya yang zohirnya. Karena sunah nabi itu ada 3, Hanya dari 3 ini
mungkin 2 yang sering dibahas, tapi yang ketiganya jarang dibahas. Ada sunnah
Suroh (Penampilan Nabi), Sebagian dari sunah nabi hukumnya wajib diikuti,
sebagian yang lain sunnah untuk diikuti, artinya penampilan nabi itu banyak
dibahas, tentang jenggotnya, tentang sorbannya, tentang jubahnya, tentang
sendalnya, dan seterusnya penampilan Nabi. Kemudian yang kedua siroh
(Perbuatan Nabi)/ Kehidupan Nabi secara Zohir, Meliputi cara tidur nabi, cara
berdiri nabi, cara jalan nabi, sikap nabi, marah nabi dan seterusnya,
siroh/aktivitas nabi. Termasuk jihadnya nabi, dakwahnya nabi, kehidupan
pribadi beliau, kehidupan keluarganya, kehidupan masjidnya, kehidupan
tetangganya, kehidupan masyarakatnya dan seterusnya, Siroh, itu banyak yang
dibahas. Tapi ada satu hal yang jarang dibahas, yakni sarirohnya nabi, jadi ada
suroh, siroh, ada sariroh (Perasaan Nabi), Apa yang membuat nabi bahagia, apa
yang membuat nabi berkenan, apa yang membuat nabi gak suka, apa yang
membuat nabi sakit hati, apa yang memnbuat nabi berkesan di dalam hatinya,
gimana nabi memaafkan kesalah orang lain, gimana nabi merasa apa yang
membuat nabi malu, apa yang membuat nabi marah, semua itu masuk dalam
kategori sariroh. Giaman nabi orangnya menjaga perasaan, sehingga paling
nggak suka nyinggung orang lain atau memberatkan orang lain, membebankan
orang lain, itu namanya sariroh. Kita sampai kalau bisa mengenal sarirohnya
nabi, bukan hanya siroh dan suroh, tapi sampai sariroh karena kalau kita nggak
belajar sariroh nabi, kita hanya belajar kulitnya, jenggotnya yaitu yang tampak
saja, jangan-jangan semakin kita jadi bikin orang gak nyaman. Semakin galak,
semakin eksklusif, bahkan jangan-jangan gak sengaja kita merasa yang paling
benar. Padahal nabi SAW sendiri dengan sariroh beliau adalah orang yang
paling menyenangkan, gimana nabi menjadi orang yang paling menyenangkan,
itulah sariroh, bukan siroh bukan suroh, nabi menyenangkan bukan hanya beliau
ganteng, itu pastilah, tapi banyak orang gantenga tapi nyebelin ya...Ada cewe
makin cantik makin bikin kita kyak nggak nyaman gitu, kenapa nggak nyaman?
Karena mungkin kecantikan dia itu jadi fitnah, kecantikan itu bikin dia jadi
jutek atau merendahkan yang kurang cantik. Ada orang secara fisiknya hampir
dibilang sempurna, dia fisiknya keren, tapi karena sarirohnya, mentalnya,
perasaannya itu gak humble sama orang lain, akhirnya kita juga nggak nyaman
bareng dia. Makanya ada orang punya pasangan, memilih pasangan, walaupun
yang tampak duluan itu fisik, tetapi kadang kadang ada orang yang kayaknya
pasangannya biasa banget, tapi dia kyak hepy banget sama orang itu, kenapa?
Karena cocok secara karakter. Nah Artinya mungkin kita waawasan tentang
nabi itu bagus, surohnya kita mencontoh nabi itu hampir sempurna, karena
nggak ada yang sesempurna nabi pastinya, cuman kok nggak bisa bikin orang
nyaman. Jangan jangan kita tau banget suroh, belajar banyak siroh, tapi hampir
kurang paham tentang sarirohnya nabi, perasaan nabi. Ada hadis ketika nabi
menyampaikan hadist itu nyaman didengar, tapi ketika kita yang ngomongin
hadist yang sama kok bikin orang nggak suka, jadi bikin orang sedih gitu.
Jangan-jangan bukan teks hadistnya. Hadistnya sahih bahkan mutawatir,
bukhari muslim. Tapi hadist yang shahih itu ketika nabi yang menyampaikan
orang nyaman, ketika kita yang menyampaikan orang malah sedih, itu berati
ada sariroh yang kelewat, yang miss yang kita nggak mempackaging, nggak
membungkus sadist tadi ketika ngomong ke orang lain mengetahui sunnah nabi
semakin kita jadi sedih ang kita buat apa yang m di muka bumi ini yaitu

Anda mungkin juga menyukai