Hubungan Antar Profesional Kelompok 2
Hubungan Antar Profesional Kelompok 2
Oleh:
Kelompok 2
Wulan Anggraeni (15330023)
Hafizoh Ifthinan K. (16330129)
Laely Lavina (16330141)
Kadek Gita Dwi A. (19330713)
Ni Putu Elsa Nidya (19330715)
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa itu profesi dan profesional?
2. Bagaimana sikap dan perilaku profesional?
3. Bagaimanakah hubungan profesi dengan profesionalisme?
4. Bagaimanakah hubungan antar profesionalisme dalam bidang kesehatan?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
1. Memiliki keterampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran
dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan
tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi.
2. Memiliki ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu
masalah dan peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat
dalam mengambil keputusan terbaik atas dasar kepekaan.
3. Memiliki sikap berorientasi ke depan sehingga memiliki kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya.
4. Memiliki sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi
serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun
cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan perkembangan
pribadinya.
5
Sikap moral profesi ini sangat dikontrol oleh konsep diri seseorang antara
lain sikap menghadapi tantangan, cobaan serta hambatan.
1. Tidak Memaksa
Seorang yang berjiwa atau bermoral profesional tentunya akan memiliki
keahlian teknis yang khusus yang mendukung keprofesionalannya. Dengan
demikian dia akan mempunyai kekuatan (`power’). Sehingga dengan ‘power’
yang dia miliki, dia dapat melakukan tindakan untuk menekan pihak lain.
2. Tidak Berjanji
Satu sikap moral profesional dalam menghadapi apapun yang telah,
sedang dan bakal terjadi juga hal yang harus diperhatikan. Sikap ikhlas dalam
menghadapi keberhasilan maupun kegagalan merupakan sikap profesional yang
ketiga. Berjanji merupakan tindakan yang mungkin sekali menjadikan kita
melanggar dua sikap moral sebelumnya yang disebutan diatas. Karena kegagalan
maka akan muncul pemaksaan atau mengiba dari salah satu pihak, atau bahkan
kedua pihak. Sehingga kesiapan menerima apapun yang akan terjadi merupakan
sikap moral profesi yang dibutuhkan.
3. Tidak Mengiba
Pada saat-saat tertentu kesulitan atau hambatan muncul baik dipihak
pekerja maupun perusahaan. Krisis ekonomi saat lalu banyak mengakibatkan
kesulitan dikedua pihak. Tentunya tidak bisa hanya dengan mengiba untuk
menghadapi kesulitan ini, dan tentunya tindakan mengiba ini bukan moral yang
profesional.
6
Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat dalam
menjalankan profesinya.
2. Tanggung jawab
Seorang profesional juga harus bertanggung jawab penuh terhadap
profesinya.
3. Berpikir sistematis
Seorang profesional harus berpikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya.
4. Penguasaan materi
Seorang profesional harus menguasai secara mendalam, bahan dan materi
yang berhubungan dengan profesinya.
5. Menjadi bagian masyarakat profesional
Seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam
lingkungan profesinya. Titik penekanan dalam profesionalisme adalah
penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta
strategi penerapannya. Kata isme dalam profesionalisme berarti paham. Ini
berarti pula bahwa nilai-nilai profesional harus menjadi bagian dari jiwa
seseorang yang mengemban sebuah profesi.
7
dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh asisten apoteker. Tanpa adanya
keharmonisan maka akan menghambat keduanya dalam melaksanakan tugasnya.
Hubungan antara asisten apoteker, apoteker dan dokter sebagai sesama tenaga
kesehatan yang mempunyai tanggung jawab terhadap pasien dalam hal obat-
obatan.
Hubungan antara dokter, apoteker dan asisten apoteker terletak pada saat
adanya permintaan resep dari dokter kepada apoteker yang dibantu asisten
apoteker agar menyediakan obat yang ditujukan kepada pasien dan apabila
ditemukan hal-hal yang meragukan apoteker atau asisten apoteker dapat
menghubungi dokter untuk berkonsultasi mengenai obat-obatan yang akan
diberikan kepada pasien sehingga pasien benar-benar mendapatkan obat yang
tepat dan aman tanpa khawatir adanya interaksi obat yang membahayakan.
8
Dua tahap interaksi yang dilalui dalam berhubungan banyak faktor yang
perlu diperhatikan baik pasien maupun perawat adalah:
1. Tahap orientasi
2. Tahap bekerja
3. Tahap terminasi
9
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerja sama
dengan sesama perawat dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan terhadap klien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat harus dapat
membina hubungan baik dengan sesama perawat yang ada di lingkungan
tempat kerjanya. Dalam membina hubungan tersebut, sesama perawat harus
mempunyai rasa saling menghargai dan saling toleransi yang tinggi agar tidak
terjadi sikap saling curiga dan benci.
Yaitu perawat yang merasa lebih pandai/tahu dalam hal ilmu pengetahuan,
dapat mengamalkan ilmu yang telah diperolehnya kepada rekan sesama
perawat tanpa pamrih.
2.4.4. Hubungan Kerja Perawat Dengan Profesi Lain Yang Saling Terkait
10
hanya pendekatannya saja yang berbeda disesuaikan dengan profesinya masing-
masing.
Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja
sama akan dapat terjalin dengan baik, walaupun pada pelaksanaannya sering
juga terjadi konflik-konflik etis.
11
Kita sebagai farmasis juga dapat selalu berbagi informasi mengenai fungsi
berbagai macam obat kepada dokter, agar sebagai farmasis kita tahu dan dapat
menjelaskan fungsi obat tersebut kepada pasiennya dan untuk pemilihan obat
yang tepat. Akan tetapi apoteker atau farmasis tidak diizinkan untuk mengganti
obat generik dengan obat paten tanpa sepengetahuan dokter. Dan apabila farmasis
menganggap bahwa dalam resep ada kekeliruan atau penulisan resep yang tidak
tepat, farmasis harus memberitahukan kepada dokter penulis resep.
12
asisten dokter. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan
mencegah penyakit. Sedangkan perawat lebih cenderung ke perawatan pasien.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Kemal. 2010. Etika Profesi dalam Dunia Bisnis dan Teknologi Informasi.
Jakarta. Pembelajar Presindo.
Sandjaya, D.P., Afandi, D., dan Chandra, F. 2014. Perilaku Profesional Tenaga
Kesehatan Daerah Pesisir pada Pelayanan Kesehatan Primer Puskesmas Sungai
Sembilan Kota Dumai. Dumai. Jom FK Volume I No.2
http://Ikafarmasipoltekesmks.blogspot.com/2008/12/pofesi-danstandar-farmasi.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi
http://criz-scania.blogspot.com/2010/02/pengertian-profesionalisme.html
http://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/
http://berlysuryadharma.blogspot.com/2009/06/komunikasi-farmasis-di-apotik.html
http://inisantoso.wordpress.com/2012/09/25/definisi-profesional/
15