Anda di halaman 1dari 24

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT

Disusun Oleh :

PUTRI NAFISAH KIRANA 20170210008

AFIFAH YASMIN 201702100

ALWI PRATAMA 201702100

M ASIL AS SIDIQ 201702100

BAYU SYAHPUTRA 201702100

M HASBIYALLOH 201702100

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2019

I. PENDAHULUAN

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak


makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia
adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan
pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen sawit dunia.
Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal
pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi. Pelaku usahatani
kelapa sawit di Indonesia terdiri dari perusahaan perkebunan besar swasta,
perkebunan Negara dan perkebunan rakyat. Usaha perkebunan kelapa sawit rakyat
umumnya dikelola dengan model kemitraan dengan perusahaan besar swasta dan
perkebunan negara (inti – plasma).
Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi
antara lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun
sawit rakyat rata-rata 16 ton Tandan Buah Segar (TBS) per ha, sementara potensi
produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS/ha.
Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai rata-rata
2,5 ton CPO per ha dan 0,33 ton minyak inti sawit (PKO) per ha, sementara di
perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4,82 ton CPO per hektar dan 0,91 ton
PKO per hektar, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3,48 ton CPO per
hektar dan 0,57 ton PKO per hektar.
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas perkebunan sawit rakyat
tersebut adalah karena teknologi produksi yang diterapkan masih relatif
sederhana, mulai dari pembibitan sampai dengan panennya. Dengan penerapan
teknologi budidaya yang tepat, akan berpotensi untuk peningkatan produksi
kelapa sawit.

II. BOTANI TANAMAN KELAPA SAWIT

Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika
Selatan, tepatnya di Brazil. Spesies E. Oleifera dan E. Odora berasal dari kawasan
Amerika Selatan sedangkan speseis E. Guineensis berasal dari Afrika. Kelapa
sawit merupakan subfamili Cocoideae yang paling besar habitusnya (Pahan,
2007). Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut:
Divisi : Spematophyta

Kelas : Angiospermae

Ordo : Monocotyledone

Famili : Arecaceae (dahulu disebut Palmae)

Subfamili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : 1. E. Guineensis Jacq.

2. E. oleifera (H. B. K.) Cortes.

3. E. odora.

Kelapa sawit tanaman berumah satu (monocious) artinya bunga jantan


dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing tertangkai
dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina.
Setiap rangkaian bunga muncul dari pankal pelepah daun. Bunga jantan
bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan
garis tengah bunga lebih kecil sedangkan bunga betina bentuknya agak
bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar (Fauzi et al.,
2008). Tanaman Kelapa Sawit dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian
vegetatif dan generatif.

1. Bagian Vegetatif Tanaman

a. Akar

Tanaman kelapa sawit memiliki akar serabut yang membentuk akar


primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di
dalam tanah sampai batas permukaan air tanah, sedangkan akar sekunder,
tersier, dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah bahkan
akar tersier dan kuarter menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak
mengandung unsur hara. Seperti akar tanaman lain, akar kelapa sawit
berfungsi menyangga bagian atas tanaman dan menyerap zat hara (Tim
Penulis PS, 1999).

b. Batang

Batang kelapa sawit tumbuh tegak ke atas dengan diameter batang


antara 40 - 60 cm. Pohon kelapa sawit hanya memiliki satu titik terminal
ujung batang berbentuk kerucut diselimuti oleh daun-daun muda yang
masih kecil dan lembut (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2008). Menurut
Fauzi et al.,(2008) pertambahan tinggi batang baru terlihat secara jelas
sesudah tanaman berumur empat tahun. Pertambahan tinggi tanaman
kelapa sawit dapat mencapai 25 - 45 cm pertahun.

c. Daun

Daun pertama kelapa sawit yang tumbuh pada stadia bibit


berbentuk lanset, kemudian tumbuh daun berbelah dua (bifurcate) dan
menyusul bentuk daun menyirip (pinnate). Pada bibit yang berumur 5
bulan akan dijumpai 5 daun yang berbentuk lanset, 4 daun berbelah dua
dan 10 daun berbentuk menyirip (Fauzi et al., 2008). Menurut
Mangoensoekarjo dan Semangun (2008), daun kelapa sawit membentuk
susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang daun sejajar. Panjang
pelepah daun dapat mencapai 7.5 - 9 m jumlah anak daun perpelepah
adalah 250 - 400 helai. Pertumbuhan pelepah daun mempunyai filotaksi
1/8, yang artinya setiap satu kali berputar melingkari batang terdapat 8
pelepah daun. Produksi daun per-tahun tanaman dewasa dapat mencapai
20 - 24 helai.

2. Bagian Generatif Tanaman

a. Bunga
Pada tanaman Sawit bunga jantan dan bunga betina berada pada
rangkaian yang terpisah. Terkadang dijumpai bunga hermaprodit yaitu
dalam satu rangkaian terdapat bunga jantan dan betina.Kelamin bunga
kelapa sawit ditentukan ketika masih berupa primordia bunga yaitu
kira-kira 20 bulan sebelum bunga muncul pada pohon. Deferensiasi
sex 24 bulan sebelum panen. Inisiasi sampai anthesis 18-24
bulan (Wahyuni, 2007).
Rangkaian bunga terdidri dari batang porod dan cabang-cabang
meruncing yang disebut dengan spikelet. Jumlah spikelet dalam rangkaian
bunga betina dapat mencapai 100-200 spikelet dan setiap spikelet
terdapat 15-20 buah sedangkan untuk bunga jantan terdiri dari 100-250
spikelet.

Pada buah kelapa sawit proses pembentukannya dari proses


penyerbukan hingga buah matang dipengaruhi oleh keadaaan iklim dan faktor-
faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman, lama proses pemasakan
buah di beberapa daerah kawasan mempunyai perbedaaan, Di Malaysia
proses pemasakan buah sekitar 5,5 bulan, di Sumatera Sekitar 5 – 6 bulan,
sedangkan di Afrika sekitar 6 – 9 bulan (Setyamidjaja, 2006).

Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan
bergerombol pada tandan buah. Jumlah buah per tandan dapat mencapai
1.600 buah, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah berkisar 2 -
5 cm dan beratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp
(kulit buah), mesokarp (sabut), dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp
sedangkan biji terdiri atas endokarp (cangkang) dan inti (kernel). Inti (kernel)
terdiri atas endosperm (putih lembaga) dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal
daun (plumula), haustorium, dan bakal akar (radicula). Bagian-bagian buah yang
menghasilkan minyak adalah mesokarp dan inti (Mangoensoekarjo dan
Semangun, 2008).
III. BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SAWIT

1. Penyiapan Lahan

a. Membabat Rintisan

Pekerjaan babat pendahuluan di lakukan mendahului pengimasan. Semak


belukar dan pohon kecil yang diameter hingga 10 cm yang tumbuh di
bawah pohon di babat dan di potong, sehingga merupakan jalan dalam
areal untuk memudahkan pekerjaan selanjutnya. Pekerjaan ini membutuhkan 5
– 6 orang/ha.

b. Mengimas

Pengimasan adalah pemotongan semak dan pohon kayu yang


berdiameter <10 cm. dengan mengunakan parang atau kampak untuk
mempermudahkan penumbangan pohon kayu besar.

c. Menumbang Pohon

Pohon kayu yang berdiameter > 10 cm di tebang dengan mengunakan


kapak atau gergaji rantai (chain saw). Tinggi tunggul pohon yang di tumbang
disesuaikan dengan diameter batang. Waktu yang terbaik buat penebangan ada 2
– 3 bulan pada bulan kering. Sebulan pekerjaan ini di mulai, agar kayu besar
yang berguna dikeluarkan dan izin dari kehutanan sudah ada. Pekerjaan
penebangan tidak perlu menuggu pengimasan selesai dan dapat di laksanakan
jika sebagian dari arela telah diimas, biasanya dilaksanakan oleh tim yang
terdiri atas dari orang dengan kelengkapan chain saw dan kapak. Dimana tiap
tim biasanya dapat di laksanakan 0,5 ha/hari. Arah penumbangan harus
mengikuti arah yang sudah di tentukan dan tidak boleh melintang sungai
dan jalan. Penumbangan pohon juga dapat dilakukan secara mekanis dengan
menggunakan bulldozer.

d. Merencek

Dari pohon yang telah di tumbang, cabang dan ranting yang relatief kecil
di potong dan d cincang (direncek), dan batang dan cabang besar dipotong
dalam ukurannya 2 – 3 (dimerun), untuk kemudian ditebar merata dalam
rumpukan.
e. Membuat pancang jalur rumpukan

Jalur rumpukan di pancang pada jarak 50 atau 100 m arah utara selatan
sejajar dengan jalur tanam.

f. Merumpuk

Batang, cabang, rating yang telah di potong di kumpulkan mengikuti jalur


rumpukan yang telah di buat dengan cara mekanis.

g. Membersihkan jalur tanaman

Jalur tanam dipancang menurut jarak antar barisan tanaman (gawangan)


pada jarak 1meter di kiri kanan jalur tanaman dibersihkan dari potongan-
potongan kayu hasil rencekan. Jarak waktu antar mengimas, menumbang,
merumpuk hasil tebangan, dekomposisikan awal dan menanam sepadat
mungkin dilakukan pada tahun yang sama. Pembukaan hutan secara mekanis
dilakukan pada areal yang memiliki topografi datar hingga berombak (lereng 0
– 8 %). Umumnya menumbang pohon dilakukan dengan traktor/tree dozer atau
sputter. Sistem ini diadopsi untuk menumbangkan sebanyak mungkin pohon
kayu. Pohon yang besar maupun yang kecil di tumbang dengan traktor
atau ditebang dengab gergaji rantai. Penumbangan dimulai dari pinggir ke
tengah berbentuk spiral. Pohon di tumbangkan ke arah luar agar tidak
menghalangi jalur traktor.

h. Membuat lubang tanam

Pembuatan lubang yang di lakukan pada saat tanam atau hanya 1 - 2 hari
sebelum tanam tidak dianjurkan. Lubang tanam kelapa sawit biasanya di buat
dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, tetapi ada juga yang hanya berukuran
50 cm x 40 cm x 40 cm pada saat menggali. Tanah atas di taruh di sebelah dan
tanah bawah di taruh di sebelah selatan lubang, Ajir di tancapkan di samping
lubang dan bila lubang telah selesai di buat, ajir di tancapkan kembali ke tengah
– tengah lubang. Apabila tanaman akan di tanam menurut garis tinggi (kontur)
atau di buat teras melingkari bukit, letak lubang tanaman harus berada paling
dekat 1,5 m dari sisi lereng.
2. Penyiapan Bahan Tanam
a. Tahap pembibitan awal (Pre-nursery)

Polybag yang digunakan pada pembibitan tahap ini adalah polybag kecil dengan
ukuran 14 cm x 8 cm. Media semai berupa campuran tanah dan kompos serta kapur
pertanian (dolomit) jika diperlukan. Gunakan tanah gembur lapisan atas (top soli) dan
kompos atau pupuk kandang dengan perbandingan 6:1. Media semai dimasukkan
kedalam polybag dan disusun pada bedengan yang berukuran 1 m dengan panjang sesuai
kebutuhan. Bedengan untuk meletakkan polybag sebaiknya dibuat sedikit lebih tinggi
dari permukaan tanah sekitarnya supaya terhindar dari genangan air saat musim hujan.
Kecambah kelapa sawit ditanam pada polybag dengan bakal daun (plumula) yang
bentuknya agak tajam dan berwarna kuning menghadap ke atas.

b. Tahap Pembibitan Utama (Main-nursery)

Tahap ini adalah tahap pembesaran bibit kelapa sawit yang telah tumbuh. Polybag
semai yang digunakan berukuran lebih besar, yaitu 40 cm x 50 cm. Media semai yang
digunakan berupa campuran tanah gembur, kompos/pupuk kandang dengan perbandingan
4 : 1. Pindahkan bibit dari polybag kecil secara hati-hati. Pengisian polybag sebaiknya
tidak terlalu penuh agar saat pemupukan dan penyiraman tidak tumpah/keluar dari
polybag. Setelah pemindahan bibit disiram hingga basah. Lakukan penyiangan dan
penyiraman sesuai dengan kebutuhan. Bibit yang berumur 8 – 12 bulan sudah bisa
ditanam kelahan.

3. Penanaman
a. Siapkan bibit yang siap tanam pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.

b. Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah
dan persediaan air cukup untuk bibit
c. Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara
merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per
lubang.

d. Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-
hati, kemudian masukan kedalam lubang.

e. Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah
ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat
berdiri tegak.

f. Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag
sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila
hujan, lubang tidak akan tergenang air.

g. Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.

h. Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.


Inilah cara penanaman kelapa sawit, semoga bermanfaat.

susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman.


Kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi
tanaman kelapa sawit. Jarak tanam optimal  kelapa sawit adalah 9 m untuk tanah datar
dan 8,7 m untuk tanah bergelombang. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur
sangakt, jajaran genjang, atau segi tiga sama sisi. Dari hasil penelitian dan pengamatan,
ternyata susunan penanaman dengan bentuk segitiga sama sisi merupakan yang paling
ekonomis karena untuk setiap hektar dapat memuat 143 pohon

4. Perawatan

Salah satu tindakan yang amat penting dalam teknik budidaya tanaman kelapa
sawit adalah dengan melakukan perawatan tanaman. Hal ini akan menentukan masa non
produktifitasnya. Dengan perawatan yang intensif sejak mulai tanam diharapkan kelapa
sawit mempunyai masa non-produktif yang pendek. Dengan demikian, kelapa sawit
mampu lebih cepat berproduksi dan tentu saja hal ini akan menguntungkan pihak petani.
Dalam arti yang lebih luas, perawatan bukan hanya ditujuakan terhadap tanaman saja,
tetapi juga tanahnya. Walaupun tanaman dirawat dengan baik, jika dari segi perawatan
tanah diabaikan, maka hal tersebut tidak akan banyak memberikan manfaat. Perawatan
tanaman kelapa sawit meliputi beberapa hal, antara lain, penyulaman, penanaman
tanaman sela, pemberantasan hama, pemangkasan, pemupukan kastrasi dan penyerbukan
buatan.

a. Penyulaman

Tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya harus diganti atau disulam
dengan tanaman baru. Kematian atau kurang baikknya pertumbuhan kelapa sawit dapat
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penanaman yang kurang teliti, kekeringan, terendam
air, terserang hama atau penyakit maupun gangguan lainnya. Suatu penanaman dapat
dikatakan berhasil jika jumlah tanaman yang disulam maksimal 2-3% dari seluruh bibit
yang ditanam. Untuk keperluan penyulaman, sangat perlu adanya cadangan bibit. Pada
perkebunan besar, jumlah cadangan bibit dapat mencapai 5% dari jumlah bibit yang
ditanam. Musim hujan saat yag baik untuk melakukan penyulaman. Bibit yang digunakan
sebaiknya seumur dengan tanaman yang disulam, yaitu yang sudah berumur 12-14 bulan.
Untuk itu, agar bibit cadangan dapat mengikuti perkembangan bibit yang di lapangan,
maka harus di peindahkan ke kantong plastik yang lebih besar dan dipelihara
sebagaimana mestinya. Cara melaksanakan penyulaman sama dengan menanam bibit.

b. Penanaman tanaman Sela

Pada saat tanaman kelapa sawit masih muda, disela selanya dapat ditanami
berbagai tanaman sela (catch-crop). Tidak semua jenis tanaman dapat ditanam diantara
tanaman kelapa sawit. Jenis tanaman yang berumur pendek dan pertumbuhannya tidak
mengganggu tanaman pokok dapat dipilih sebagai tanaman sela. Berbagai jenis tanaman
palawija dan sayur sayuran, seperti ketela pohon, ketela rambat, talas, jagung, kacang
tanah, kedelai, kacang panjang, kecipir,  dll. Beberap tanaman keras dan berumur agak
panjang diantaranya kopi, cokelat, dan randu dapat juga digunakan sebagai tanaman sela.
Penanaman tanaman keras sebagai tanaman sela ini biasanya dilakukan langsung oleh
pohak perkebunan. Kegiatan tersebut dapat menguntungkan, paling tidak dapat
mengurangi biaya pemeliharaan atau bahkan dapat menambah hasil Penanaman tanaman
sela harus benar benar diperhatikan. Sebab, kemungkinan menjadi tidak menguntungkan
justru mengganggu  pertumbuhan tanaman pokok. Seringkali terjadi, para penggarap
kebun lebih mementingkan tanaman selanya dan tanaman kelapa sawit sebagai tanaman
pokok malah diabaikan. Tentu saja hal ini tidak diinginkan oleh pihak perusahaan.

c. Pemberantasan gulma

Pemberantasan gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan.
Gulma yang tumbuh disekitar bibit atau tanaman kelapa sawit  perlu diberantas sebab
merugikan tanaman pokok, bahkan dapat menurunkan produksinya. Penurunan produksi 
oleh gulma terutama  disebabkan adanya kompetisi dalam hal air, unsur hara, cahaya,
maupun CO2 . Selain itu gulma juga menghambat pertumbuhan tanaman, terutama
tanaman muda, dan juga dapat berperan sebagai tanaman inang bagi hama dan penyakit.
Pada dasarnya ada tiga macam pemberantasan gulma yaitu secara mekanis/manual,
kimia, dan biologis Pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan
menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Beberapa contoh alat yang digunakan
dintaranya sabit, cangkul, dan garpu, pemberatasan mekanis dapat dilakukan dengan
cara:

o clean weeding atau penyiangan bersih pada daerah piringan dan

o selective weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang alang.

Pemberantasan gulma dapat dilakukan 5-6 kali dalam tahun pertama atau tergantung pada
keadaan perkebunan. Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan
menggunakan obat pemberantas gulma atau herbasida. Keuntungan pemberantasan
gulma dengan cara ini adalah penggunaan tenaga kerja yang relatif sedikit. Akan tetapi
ada juga kerugiannya kerena dapat mengganggu organisme lain dan kelesterian alam.
Kelompok herbasida yang banyak dipakai adalah sebagai berikut:
o Paraquat (Gramaxone, Paracol)

o Dalapon (Dowpon, Bosfapon, Pelitapon)

o 3 d Amine (Herbzol, U46 Tordon)

d. Pemangkasan
Pemangkasan atau penunasan adalah pembuangan daun daun tua tanaman kelapa
sawit. Pada tanaman muda tidak boleh dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud
untuk mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari
pembibitan ke areal perkebunan. Pemangkasan dilakukan dengan alat chicel (dodos),
egrek (arit bergagang bambu/fiber yang panjang) atau kampak petik, dengan rotasi waktu
6-8 bulan. Untuk tanaman muda yang belum menghasilkan buah, pemangkasan dilakukan
6 bulan sekali yaitu pada dua lingkaran daun dibawah bunga yang terbawah. Sedangkan
pada tanaman yang pernah menghasilkan buah, 8 bulan sekali yaitu pada dua lingkaran
daun yang tua.

e. Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang sangat penting
artinya. Tujuan dari pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah
agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Jenis pupuk sawit yang umum
digunakan adalah pupuk tunggal atau pupuk majemuk, terutama yang mengandung
unsur N, P, dan K, Mg, dan B. Unsur B merupakan salah satu unsur yang cukup penting,
terutama pada tanaman muda, sebab  tanaman yang kekurangan unsur B dapat menyebabkan
kematian tanaman muda. Beberapa jenis pupuk yang dapat digunakan antara lain
pupuk Urea, TSP, KCL, Kieserite, dan Borax.

Dosis pemupukan untuk masing masing tergantung tempat saling berbeda, tergantung
dari tingkat kesuburan tanahnya. Misalnya pada tanah hutan yang baru dibuka, dosis pupuk
berbeda dengan daerah pantai yang kesuburan tanahnya relatif rendah. Selain tergantung
pada tempatnya, pemupukan kelapa sawit juga tergantung pada umur tanaman. Dosis
pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan buah berbeda dengan  tanaman yang
sudah menghasilkan. Agar diperoleh dosis pemupukan yang tepat, perlu diadakan analisis 
daun dan tanah, serta pengamatan pertumbuhan tanaman kelapa sawit.

Pemberian pupuk dilakukan 2 kali setahun, yaitu pemupukan pada awal musim hujan
(september- oktober), sedangkan pemupukan kedua pada akhir musim hujan (Maret –
April)Pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk secara merata dalam piringan.
Daerah sebaran pupuk pada TBM mulai pada jarak 20 cm dari pokok sampai batas piringan.
Sedangkan pada TM, jarak pemupukan semakin jauh dari pokok pohon. Disamping itu, ada
cara pemupukan lain yaitu dengan membuat parit disekeliling tanaman, lalu pupuk sawit
terrsebut disebarkan dalam parit kemudian ditimbun  tanah. Jarak parit ke tanaman  pokok
semakin jauh sesuai dengan umur tanaman.
IV. PANEN

Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah 2,5 tahun dan masak 5,5 bulan setelah
penyerbukan. Dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah
matang panen, Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh
(brondolan) dari tandan. Disamping itu ada kriteria lain tandan buah yang dapat dipanen apabila
tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir, jika
tanaman berumur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15-20 butir. Waktu
panen buah kelapa sawit sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Waktu
panen yang tepat akan diperoleh kandungan minyak maksimal, Untuk memudahkan pemanenan,
sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu. Pelepah daun yang
telah dipotong diatur rapi di tengah gawangan. Untuk mempercepat proses pengeringan serta
pembusukan, maka pelepah-pelepah daun tersebut dipotongpotong menjadi 2-3 bagian. Cara
pemanenan tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal
2 cm. Tandan buah yang telah dipanen diletakkan teratur di piringan dan brondolan dikumpulkan
terpisah dari tandan. Kemudian tandan buah atau TBS (tandan buah segar) dan brondolan
tersebut dikumpulkan di tempat pengumpulan hasil (TPH). TBS hasil panenan harus segera
diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut.
V. PASCAPANEN

A. Fisiologi Pasca Panen Kelapa Sawit


Buah kelapa sawit pasca panen mudah mengalami kerusakan, baik secara fisik maupun
mikrobiologis. Kerusakan yang terjadi pada buah kelapa sawit menyebabkan proses hidrolisis
semakin cepat sehingga kadar Asam Lemak Bebas (ALB) semakin meningkat. Kerusakan pada
buah sawit terjadi akibat proses pemanenan, pengangkutan, pembongkaran di loading ramp, dan
produksi. Selain itu lamanya penundaan selama masa tunggu proses produksi menyebabkan
kadar ALB semakin tinggi (Pahan, 2008).
Faktor yang mempercepat pembentukan ALB setelah tandan dipotong dan sebelum direbus
yaitu banyak buah yang rusak; banyak buah yang lepas (memberondol); lamanya pengangkutan;
tingkat kematangan buah; dan pengumpulan buah yang tertunda . Karena itu, metode selama
penundaan masa tunggu proses produksi harus tepat agar kerusakan akibat buah memar dan
kapang bisa diminimalisir, salah satunya menggunakan Kalsium Klorida dan Kalium Sorbat
(Pahan, 2008).

1. Pengolahan Hasil
Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit
yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang
cermat, dimulai dari pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH ke pabrik sampai dihasilkan
minyak sawit dan hasil sampingannya (Fauzi, dkk, 2008).
Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu minyak sawit yang
merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari ekstraksi
inti sawit. Secara ringkas tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adalah
sebagai berikut:
a. Pengangkutan TBS ke pabrik
TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen
harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami kerusakan. Juga pemilihan
alat angkut yang tepat, dapat membantu mengatasi kerusakan buah. Alat angkut yang digunakan
dari kebun menuju pabrik diantaranya lori, traktor gandengan, atau truk. Pengangkutan dengan
lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat pengangkutan lain. Guncangan lebih banyak
terjadi bila menggunakan truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih
banyak. Setelah TBS sampai ke pabrik, segera dilakukan penimbangan, karena penimbangan
sangat penting dilakukan untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi,
pembayaran upah pekerja dan perhitungan rendemen minyak sawitt (Fauzi, dkk, 2008).
TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang selanjutnya dibongkar di loading ramp
dengan menuangkan langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai
berupa kisi-kisi plat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45º. Kisi-kisi tersebut berfungsi
untuk memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil, dan sampah yang terikut dalam TBS. Kotoran
yang jatuh melalui kisi-kisi ditampung oleh dirt conveyor sehingga memudahkan dalam
pembuangan. Loading ramp dilengkapi pintu-pintu keluaran yang digerakkan secara hidrolik
sehingga memudahkan dalam pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya (Fauzi, dkk,
2008).

b. Perebusan TBS
TBS dimasukkan ke dalam lori dan selanjutnya direbus dalam sterilizer atau dalam ketel
rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama satu jam atau tergantung
besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5
atmosfer dengan suhu uap 125º C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak
dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan yang terlalu pendek menyebabkan banyaknya buah
yang tidak rontok dari tandannya (Fauzi, dkk, 2008).
Pada dasarnya tujuan perebusan adalah :
 Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB.
 Mempermudah pelepasan buah.
 Memperlunak daging buah sehingga mempermudah pemisahan minyak.
 Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan
minyak.
1. Stasiun pemipilan (Stripper)
Lori-lori yang berisikan TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hoisting Crane yang
digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin perontok buah
(thresher). Proses pemipilan terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa
TBS ikut berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS ikut berputar sehingga
membanting-banting TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada
bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi
yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil.
Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah screw conveyor
untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Sementara,tandan (janjang) kosong yang keluar
dari bagian bawah pemipil ditampung oleh elevator. Kemudian hasil tersebut dikirim ke hopper
untuk dijadikan pupuk janjang kosong (Fauzi, dkk, 2008).

2. Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser)


Brondolan yang telah terpipil dari stasiun pemipilan diangkat kebagian pengadukan /
pencacahan (digester). Alat yang digunakan untuk pengadukan / pencacahan berupa sebuah
tangki vertikal yang dilengkapi dengan lengan-lengan pencacah dibagian dalamnya. Lengan-
lengan pencacah ini diputar oleh motor listrik yang dipasang dibagian atas alat pencacah
(digester). Putaran lengan-lengan pengaduk berkisar 25-26 rpm( Fauzi, dkk, 2008).
Tujuan dari proses digesting yaitu mempersiapkan daging buah untuk pengempaan
(pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian
yang sekecil-kecilnya. Brondolan yang tlah mengalami pencacahan keluar melalui bagian bawah
digester berupa bubur lalu masuk ke alat pengempaan yang berada persis dibawah bagian
digester. Alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah yang biasa digunakan
pabrik kelapa sawit adala screw press ( Fauzi, dkk, 2008).
Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan
dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone berada dalam
sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang diseluruh
permukaannya. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui
lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan
press cage( Fauzi, dkk, 2008).

3. Stasiun pemurnian ( Clarifier)


Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik
yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan atau
penjernihan minyak kasar yaitu agar diperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan
dapat dipasarkan dengan harga yang layak. Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan
atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar. Karena masih mengandung kotoran berupa
partikel-partikel kasar dari tempurung dan serabut serta 40 - 50% air. Agar diperoleh minyak
sawit yang bermutu baik, minyak kasar tersebut diolah lebih lanjut, yaitu dialirkan dalam tangki
minyak kasar (crude oil tank).
Setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan menghasilkan minyak sawit
mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam minyak.
Minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung dalam tangki-tangki penampung dan siap
dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni
(Fauzi, dkk, 2008).

c. Pengeringan dan pemecahan biji


Biji sawit yang telah dipisah dari proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk diambil
minyaknya. Sebelum dipecah biji-bijidikeringkan dalam silominimal 14 jam dengan sirkulasi
udara kering pada suhu 50º C. Akibat proses pengeringan ini inti sawit akan mengerut sehingga
memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji - biji sawit yang sudah kering
kemudian dibawa ke alat pemecahan biji (Fauzi, dkk, 2008).
2. Nutrisi Dalam CPO

Minyak sawit diketahui memiliki nutrisi makro dan mikro yang bermanfaat untuk
kesehatan manusia antara lain α-, β-, γ- karoten, vitamin E (tokoferol, tokotrienol), licopene,
lutein, sterol, asam lemak tidak jenuh dan ubiquinone. Diantara bentuk-bentuk ka.roten, a-
carotene memiliki kapasitas antioksidan yang paling kuat. Selain sebagai antioksidan juga dapat
mengurangi resiko kanker hati, paru-paru, pankreas, dan lambung (Murakoshi 1992).

Kandungan utama CPO adalah minyak yang memiliki komposisi antara lain asam lemak
tidak jenuh, yang komposisinya adalah asam oleat C18:1 Cis 40.8%, asamlinoleat C18:2 11.9%
dan asam linolenat C 18:3 0.4%. Kandungan asam lemak tidak jenuh tersebut diketahui efektif
mengurangi kadar kolesterol darah. Sedangkan asam lemak jenuhnya (asam palmitat 36.6% dan
asam stearat 3.7%) tidak meningkatkan kolesterol darah (Bonnie & Choo, 2000), sedangkan
apabila sudah diolah menjadi Neutralized, Deodorized Red Palm Oil(NDRPO), akan
menghasilkan profil asam lemak.

a. Produksi NDRPO
Neutralized Deodorized Palm Oil (NDRPO) merupakan bahan baku pembuatan minyak
sawit merah sebagai minyak makan. Proses produksi NDRPO dari CPO dilakukan dalam tiga
tahap yaitu degumming, deasidifikasi, dan deodorisasi.
1. Degumming
Proses degumming dilakukan untuk memisahkan getah tanpa mereduksi asam lemak yang
ada di minyak. proses degumming menurut Widarta (2008) di1akukan dengan memasukkan CPO
sebanyak 60 kg ke da1am reaktor kemudian dipanaskan mencapai 80 oc, kemudian ditambahkan
asam fosfat 85% sebanyak 0.15% dari berat CPO yang digunakan. Minyak kemudian diaduk
pada kecepatan 56 RPM selama 15 menit.
2. Deasidifikasi
Deasidifikasi di1akukan untuk memisahkan asam lemak bebas di dalam minyak. Menurut
Widarta (2008) proses deadifikasi untuk menghasilkan NRPO (Neutralized Red Palm Oil)
dilakukan dengan menambahkan NaOH 16 0Be berlebih 17.5 % dengan pengadukan selama 26
menit pada suhu 610C. Lalu sabun dipisahkan dengan sentrifugasi. Minyak kemudian dicuci
dengan air panas pada suhu 5 - 8 oc di atas suhu minyak untuk membantu menghilangkan sabun
yang ada dalam minyak. produk kemudian disentrifugasi lagi untuk memisahkan air yang ada.
3. Deodorisasi
Deodorisasi merupakan proses dalam produksi NDRPO untuk memisahkan senyawa
mudah menguap dan residu air. Proses deodorisasi dimulai dengan menghomogenkan NRPO
dengan cara mensirkulasikan NRPO di dalam tangki deodoriser selama 10 menit pada suhu 46±2
°C. selanjutnya proses deodoriasasi dilakukan pada suhu 140 "C pada kondisi vakum 20 mmHg
se1ama 1 jam. Setelah proses deodoriasi selesai, produkkemudian didinginkan hingga bersuhu
60 oc pada kondisi vakum. Setelah dingin NDRPO siap digunakan untuk aplikasi atau proses
berikutnya (Riyadi 2009).

b. Aplikasi RPO
Minyak sawit merah yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi dapat digunakan untuk
berbagai macam tujuan. Lietz et al. (2001) menyebutkan bahwa RPO dapat digunakan sebagai
suplemen untuk meningkatkan konsentrasi a dan a- karoten di dalam plasma darah dan ASI.
Suplementasi RPO dengan cara meminum 8 ml RPO sehari selama 24 minggu dapat mengurangi
resiko anemia pada wanita hamil (Radhika et al. 2003).

c. Produk Turunan
Dari berbagai macam potensi tersebut. Aplikasi pengolahan RPO sangat luas, sebagai
minyak makan, RPO sangat potensi untuk dibuat menjadi minyak tumis, minyak sachet untuk
mie instan, dan salad dressing. Aplikasi tersebut memungkinkan karena RPO tidak akan
mengalami proses pengolahan panas tinggi yang · berujung pada kerusakan nutrisi. Sebagai
minuman emulsi juga sangat memungkinkan, karena dengan sudah tersedianya produk yang
sangat mirip yaitu "scott emulsion", aplikasi mikroenkapsulasi dan nano enkapsulasi juga
menjanjikan untukmenghasilkanminuman instant yang cepat saji untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi. Penggunaan pada fat spread seperti margarin, Cocoa Butter (CBE) maupun Cocoa Butter
Substitute ( CBS) juga menjanjikan. Pada penelitian Butt et al. (2004) disebutkan bahwa
penggunaan shorthening yang diperkaya dengan RPO, dimana digunakan RPO sebanyak 40%
adalah yang paling disukai.

 Manfaat Tanaman Kelapa Sawit

Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan
kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai
bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik, farmasi, serta
minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar (Yan Fauzi dkk, 2008).
Menurut Pahan (2008), hasil pengolahan kelapa sawit juga bisa dimanfaatkan sebagai
bahan dalam pembuatan produk kosmetik dan obat-obatan. Beberapa contoh produk yang
dihasilkan adalah sabun, krim, shampo, lotion, vitamin, dan beta carotene.
Menurut Gustriandi (2007), industri yang memanfaatkan hasil pengolahan kelapa sawit
sebagai bahan baku diantaranya :
1. Pada industri kulit dengan tujuan untuk membuat produk kulit yang dihasilkan menjadi
halus, lentur, dan tahan terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi.
2. Pada industri logam berfungsi sebagai bahan pemisah logam dari material cobalt dan
tembaga.

 Pemanfaatan limbah tanaman kelapa sawit


Menurut Suwanto, dkk (2005), limbah pabrik merupakan produk sampingan yang
dihasilkan oleh pabrik CPO dari proses pengolahan TBS menjadi CPO. Terdapat dua macam
limbah pabrik, yaitu limbah padat berupa tandan kosong, cangkang, fiber dan limbah cair.
Tandan kosong yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai mulsa, dan sumber hara setelah
terurai. Cangkang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat jalan, dan fiber dapat
dimanfaatkan sebagai mulsa. Sedangkan limbah cair dapat dimanfaatkan sebagai sumber air dan
sumber hara setelah terurai.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Pahan, Iyung. 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit : Budi Daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis
Usaha dan Pemasaran. Cetakan 24. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tim Penulis PS.1999. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan, Hasil, dan Aspek
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta. 218 hlm.

Mangoensoekarjo dan Semangun.2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.


Yogyakarta (ID) : UGM Press. 605 hal.

Djoehana Setyamidjaja 2006. Seri Budidaya Kelapa Sawit, Teknik Budi Daya,
Panen, Pengolahan. Yogyakarta.

Wahyuni, M. 2007. Botani dan Morfologi Kelapa Sawit. Bahan Ajar. Sekolah
Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan. Medan.

Poeloengan, Z. dan Sjahrum Lubis. 1992. Prospek Kelapa Sawit untuk Agroindustri.
Makalah untuk Agribusiness Week. P2PA. Jakarta.

Fauzi. Y. Yustina EW. Iman S. dan Rudi Hartono. 2005. Kelapa Sawit: Budidaya,
Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Murakoshi M, Nishino H~ Satomi Y, Takayasu J, Hasegawa T, Tokuda H, Iwashima
A, Okuzumi J, Okabe H, Kitano H. 1992. Potent Preventive Action of a-Carotene
against Carcinogenesis: Spontaneous Liver Carcinogenesis and Promoting Stage
ofLung and Skin Carcinogenesis in Mice Are Suppressed More Effectively by a-
Carotene Than by a-Carotene. Cancer Res. 52:6583 - 6587

Pahan, I. 2008. Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Radhika MS, Bhaskaram· P, Balakrlshna N, Ramalakshmi BA. 2003. Red palm oil
supplementation: A feasible diet-based approach to improve the vitamin A status
of pregnant women and their infantS. Food and Nut Bull. 24:2

Riyadi AH. 2009. Kendall Proses Deodorisasi dalam Permurnian Minyak Sawit Merah
Skala Pilot Plant. [Thesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai