Usulan Penelitian
Diajukan oleh :
Danang Almayda Haryateja
20170210139
Kepada
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN
Usulan Penelitian
20170210139
Pembimbing Utama
ii
.................................. Tanggal ........................
Pembimbing Pendamping
Mengetahui:
iii
Dr. Innaka Ageng Rineksane, S.P., M.P. Tanggal ......................
NIP. 19721012200004133050
iv
I. PENDAHULAN
A. Latar Belakang
5
6
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan
menggunakan zat pengatur tumbuh (Plant growth regulator) giberelin (GA3).
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam
konsentrasi yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Davies, 1995). Salah satu
zat pengatur tumbuh yang sering digunakan adalah giberelin yang banyak
berperan dalam mempengaruhi berbagai proses fisiologi tanaman. Walaupun saat
ini telah diketahui tumbuhan dapat menghasilkan GA3 sendiri, akan tetapi jumlah
yang dihasilkan oleh tumbuhan tersebut belum cukup untuk merangsang
perkecambahan. Hopkin (1995) melaporkan bahwa giberelin berperan dalam
pembentangan dan pembelahan sel, pemecahan dormansi biji sehingga biji dapat
berkecambah, mobilisasi endosperm cadangan selama pertumbuhan awal embrio,
pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan batang,
perkembangan bunga dan buah, pada tumbuhan roset mampu memperpanjang
internodus sehingga tumbuh memanjang.
B. Perumusan Masalah
1. Apakah perendaman biji apel mangrove dalam larutan giberelin (GA3) pada
berbagai kosentrasi berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan dan
viabilitas biji?
2. Apakah ada perbedaan kecepatan perkecambahan dan viabilitas biji antara biji
apel mangrove yang direndam dalam larutan giberelin (GA3) pada berbagai
kosentrasi dengan biji yang direndam dalam air ?
3. Berapa kosentrasi optimal giberelin yang menyebabkan viabilitas paling tinggi
dan kecepatan paling tinggi?
C. Tujuan Penelitian
Tanaman pidada atau apel mangrove merupakan salah satu jenis mangrove
yang termasuk dalam golongan family Sonneratiaceae. Pohon pidada dapat
mencapai ketinggian 15 meter, memiliki akar nafas seperti kerucut yang kuat dan
banyak. Tanaman ini memiliki morfologi kerdil, semi-kerdil, dan normal. Pada
bagian batang tersusun atas jaringan epidermis, korteks dan ikatan pembuluh yang
tersebar, serta empulur dan juga struktur jaringan daun dari luar ke dalam
terdapat epidermis atas (adaksial) dan epidermis bawah (abaksial) masing-masing
terdiri dari satu lapis yang berkutikula tipis serta mesofil daun terdiferensiasi
menjadi jaringan palisade dan jaringan spons [ CITATION Nik13 \l 1057 ]. Ujung
cabang pada ranting terkulai dan berbentuk persegi empat pada saat muda
(Haehinohe et al., 1999) dalam [ CITATION Sah11 \l 1057 ].
B. Giberelin
C. Biji
Bagi tumbuhan biji (Spermatophyta), biji ini merupakan alat
perkembangan yang utama, karena biji mengandung colon tumbuhan baru
(lembaga/embrio). Dengan dihasilkan biji, tumbuhan dapat mempertahankan
jenisnya (Tjitroseopomo, 1994). Kendala yang sering muncul pada biji adalah
dormansi biji.
(Kimball, 1983). Adanya peristiwa imbibisi, air akan masuk ke biji sehingga
aktivitas hormon terstimulir. Akibat ransangan hormon, enzim-enzim
mengeluarkan cadangan makanan dari senyawa kompleks menjadi senyawa yang
sederhana. Enzim amilase akan mengubahn karbohidrat menjadi glukosa, lipase
mengubah lipida menjadi asam lemak dan grliserol, sedangakan protase
mengubahn protein menjadi asam amino (Ashari, 1995)
Perkecambahan biji ditentukan oleh faktor dalam dan faktor luar. Yang mulai
termasuk faktor dalam adalah persedian cadangan makanan, tingkat makanan,
tingkat, tingkat kemasakan biji, dan kandungan hormon dalam biji. Faktor dalam
yang dikontrol oleh genetik tanaman menentukan mudah tidaknya atau cepatnya
dan lambatnya perkecambahan. Sedangakan faktor-faktor luar yang berpengaruh
terhadap perkecambahan antara lain temperatur, kelembapan dan sinar matahari
(Ashari, 1995)
1. Penyerapan air oleh biji, melunaknya biji dan hidrasi dari proroplasma,
2. Terjadi kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim,
3. Terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein
menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditraslokasikan ke titik tumbuh,
4. Asimilasi dari bahan-bahan tersebut di atas pada daerah meristem untuk
menghasilkan energi bagi pertumbuhan sel-sel baru,
5. Pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan
pembagian sel-sel pada titik tumbuh.
E. Hipotesis
Menurut Prihiyanto (1991) menyebutkan bahawa biji sawo kecil (Manikara
kauki) yang direndam dalam larutan giberelin (GA3) dengan beberapa kosentrasi
berpengaruh mempercepat perkecambahan pada 40 ppm biji dapat berkecambahn
pada hari ke-17, kemudian pada tanaman jati, giberelin mampu memecah dormasi
pada konsetrasi 10 ppm dan 100 ppm dengan persentase perkecambahan biji
sebesar 40 % dan 10 % (Fatimah dan Junairiah, 2004). Berdasarkan perlakuan
tersebut pengaruh perendaman dan konsentrasi larutan giberelin (GA3) terhadap
lama waktu perkecambaahn, laju perkecamabahn dan viabilitas apel mangrove
maka akan ada perbedaan lama waktu perkecamabahan, laju perkecamabahan dan
viabilitas antara biji yang diberi perlakuan dengan perendaman dalam larutan
giberelin (GA3) dengan kosentrasi 0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm.
III. TATA CARA PENELITIAN
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah: (1) Biji apel mangrove
(Sonneratia caseolaris), yang diperoleh dari ekosistem mangrove pesisir pantai
Baros Bantul, (2) bubuk Giberelin (GA3), (3) Lumpur berpasir dari sekitar pohon
induk, (4) Aquades, (5) Tanah dan (6) Kompos.
C. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor.
Faktor tunggal dengan menggunakan percobaan kombinasi kosentrasi perendaman
dengan giberelin dan lama perendaman. Faktor konsentrasi GA3 terdiri dari 4 taraf A =
0 ppm, B = 20 ppm, C = 40 ppm, dan D = 60 ppm. Kemudian diimbangi dengan faktor
lama perendaman, terdiri dari 4 taraf yaitu W = 0 jam, X = 8 jam, Y = 16 jam dan Z =
24 jam. Sehingga percobaan ini terdiri dari 16 kombinasi perlakuan dan masing-masing
perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga total percobaan sebanyak 48 unit. Setiap
unitnya terdapat 10 sempel biji apel mangrove.
10
11
0 ppm (A) AW AX AY AZ
20 ppm (B) BW BX BY BZ
40 ppm (C) CW CX CY CZ
60 ppm (D) DW DX DY DZ
D. Cara Penelitian
Tahap-tahap pelaksanaan penelitian meliputi (i) pembuatan larutan GA3; (ii)
pemilihan biji; (iii) persiapan media tanam; (iv) perendaman biji, (v) pesemaian, dan
(vi) pemeliharaan dan pengamatan.
1. Pembuatan Larutan
Pembuatan larutan GA3. GA3 sebanyak 1 gram dilarutkan dengan menambahkan
sedikit alkohol 70% ke dalam tabung takar 1000 ml, kemudian ditambahkan akuades
sampai volume akhir 1000 ml, sehingga didapatkan GA3 dengan konsentrasi 1000 ppm
sebagai larutan stok. Kemudian untuk mendapatkan GA3 yang diperlukan sesuai
perlakuan, maka dilakukan pengenceran dari larutan stok. Setiap perlakukan dibuat
terlebih dahulu dengan larutan perendam sebanyak 20 ml perpelakuan. (1) kosentrasi 0
ppm dilakukan langsung penanaman, (2) 20 ppm dengan diambil larutan stok giberelin
40 ml + aquades 20 ml, (3) 40 ppm dengan diambil larutan stok giberelin 80 ml +
aquades 20 ml, dan (4) 60 ppm dengan diambil larutan stok giberelin 120 ml + aquades
20 ml
12
2. Pemilihan Biji
Pemilihan Biji. Biji apel mangrove yang digunakan dipilih biji yang mempunyai
viabilitas/daya kecambah tinggi yaitu biji yang berasal dari buah yang matang serta
mengapung di air dan biji yang berbentuk utuh.
4. Perendaman Biji
Perendaman biji. Perendaman biji dilakukan seperti perlakuan yang sudah ada 0
ppm, 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm dengan waktu yang telah ditentukan. Untuk 0 ppm
tidak dilakukan perendaman melainkan langsung disemaikan ke media tanam.
5. Persemaian Biji
Penanaman Biji. Biji dikecambahkan dengan direndam dalam larutan GA3 dengan
lama dan konsentrasi sesuai dengan masing-masing perlakuan. Biji ditugalkan ke dalam
media tanam yang sudah dipersiapkan. Setiap polibag berisi 10 biji apel mangrove.
Setelah semua berkecambah, kemudian dipilih bibit yang paling baik pertumbuhannya
yang akan dijadikan sampel yang akan diamati.
N 1T 1+ N 2 T 2+… .+ NXTX
KcT ( % )= x 100 %
Jumlah total yang berkecambah
Keterangan :
2. Persentase Perkecambahan
Persentase perkecambahan yaitu kemampuan biji untuk menghasilkan kecambah
dalam kondisi baik dalam jangka waktu yang ditetapkan (Sutopo, 2002).Menurut
ISTA (Internasional Seed Testing Association) pengamatan persentase kecambah
dilakukan pada hari ke-14 (Pengamatan pertama) dan hari ke-28 (Pengamatan
kedua). Pengukuran persentase perkecambahan menggunakan rumus sebagai
berikut:
F. Analisi Data
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik, menggunakan analisis sidik ragam
(ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada taraf 5 %.
14
G. Jadual Penelitian
Tabel 2. Jadual Penelitian
1 Penyusunan Proposal
2 Presentasi Proposal
9 Persemain
Heri, S., 2016. Pengembangan hutan mangrove pesisir Bantul terkendala sampah.
http://www.antaranews.com/berita/561697/pengembangan-hutan-mangrove-
pesisir-bantul-terkendala-sampah . Diakses Tanggal 28 April 2019.
Hopkins WG. 1995. Introduction to Plant Physiology. Jhon Wiley & Sons, Inc.
Singapore.
International Seed Testing Association. "International rules for seed testing. Rules
1985." Seed science and technology 13.2 (1985): 299-513.
Kusmana, C., 2009. PENGELOLAAN SISTEM MANGROVE SECARA
TERPADU. Workshop. Institute Pertanian Bogor.
Nanang. S., 2013. ANALISIS KESESUAIAN HABITAT MANGROVE PADA
KAWASAN MANGROVE BUATAN DI BAROS, BANTUL, DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA. Skripsi. Universitas Gadjah Mada.
Niken, Putri, I. L. E. & Meriko, L., 2013. STRUKTUR ANATOMI ORGAN
VEGETATIF Pedada Merah (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) DI HUTAN
15
16
Kathiresan, K., Salmo, S. G., Fernando, E. S., Peras, J. R., Sukardjo, S., Miyagi,
T., et al. (2010). Sonneratia caseolaris. The IUCN Red List of Threatened
Species 2010.
Lama Perendaman
Kosentras
i Geberlin 0 jam (W) 8 jam (X) 16 jam (Y) 24 jam (Z)
(GA3)
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
0 ppm AW AW AW AX AX AX AY AY AY AZ AZ AZ
(A) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
20 ppm BW BW BW BX BX BX BY BY BY BZ BZ BZ
(B) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
40 ppm CW CW CW CX CX CX CY CY CY CZ CZ CZ
(C) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
60 ppm DW DW DW DX DX DX DY DY DY DZ DZ DZ
(D) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
BW DX DY AW CW
CY2 CZ2 BY2 BY1 BX1 1 2 CZ1 DZ3 3 2 1
CW BW CW AX
DZ1 CX1 BX3 2 2 3 BZ3 CX2 1 AZ2 AY2 AX3
AW AY DW DY
CX3 CY1 BZ2 AX2 AZ3 1 1 3 CY3 1 DX1 DZ2
5
4 6
7 10
9
Lampiran 2. Kebutuhan Alat dan Bahan
A. Alat
1. Polybag 60 buah
2. Timbangan analitik 1 buah
3. Beaker glass (1000 ml) 1 buah
4. Mistar 30 cm 1 buah
5. Benang Jahit 1 gulung
6. Alat Pemotong 1 buah
7. Sekop Kecil 2 buah
8. Gelas Ukur 1 buah
9. Kertas Label 1 buah
10. Sprayer 1 buah
11. Hot Plate 1 buah
12. Magnetik Stirrer 1 buah
13. Alat Tulis 1 buah
B. Bahan
1. Biji Apel Mangrove (Sonneratia caseolaris) 600 biji
2. Bubuk Giberelin (GA3) 0,24 g
3. Lumpur Berpasir 30 kg
4. Aquades 500 ml
5. Tanah 30 kg
6. Kompos 30 kg